KOMPONEN PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Kami dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk
membuat sebuah makalah dengan judul “Komponen Pendidikan”.
Penulis
ILMU PENDIDIKAN 1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar......................................................... 1
2. Daftar Isi................................................................... 2
3. Bab I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang.................................................... 3
b. Rumusan Masalah............................................... 3
c. Tujuan penulisan................................................. 3
4. Bab II (Pembahasan)
a. Pengertian Komponen Pendidikan...................... 3
b. Komponen Pendidikan........................................ 4
a). Anak Didik..................................................... 4
b). Pendidik......................................................... 19
c). Tujuan Pendidikan......................................... 27
d). Alat Pendidikan............................................. 33
e). Lingkungan Pendidikan................................. 35
f). Pendidikan sebagai Sistem............................. 38
5. Bab III (Penutup)
a. Kesimpulan......................................................... 42
6. Daftar Pustaka.......................................................... 42
ILMU PENDIDIKAN 2
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
ILMU PENDIDIKAN 3
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
ILMU PENDIDIKAN 4
Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sejak lahir telah
memiliki potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan. Sehingga masing-masing individu
memiliki keunikan tersendiri.
b) Individu yang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri peserta
didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah
penyesuaian lingkungan.
ILMU PENDIDIKAN 5
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Maksudnya adalah walaupun ia adalah makhluk yang
berkembang punya potensial fisik dan psikis untuk bisa mandiri, namun
karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari
pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya.
ILMU PENDIDIKAN 6
Usia perkembangan peserta didik berproses secara berbeda dipengaruhi oleh
lingkungan dan kenyataan hidup yang dialami.
a. tahap permulaan
b. masa penanjakan sampai kira-kira umur 25 tahun
c. masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai 50 tahun
d. masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat, dan terakhir
e. masa akhir kehidupan.
a. Nativisme
b. Empirisme
ILMU PENDIDIKAN 7
Istilah lain dari empirisme adalah environmentalisme, sebab aliran ini
menekankan pengalaman empiris yang berupa rangsangan-rangsangan yang
berasal dari lingkungan (environment).
c. Naturalisme
Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karena keduanya
sama-sama berasumsi bahwa anak terlahir sudah memiliki pembawaan. Teori
naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa
anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh negative dari masyarakat yang memang
sudah rusak atau jahat.
d. Konvergensi
a) Continuity (keberlanjutan)
ILMU PENDIDIKAN 8
c) Maturnity (kematangan)
f) Chepalo-caudal direction
g) Proximo-distal
ILMU PENDIDIKAN 9
3,0 – 5,0 Masa felis Alat kelamin merupakan daerah erogen
terpenting
20,0 ke atas Masa genital Individu yang sudah mencapai fase ini
telah menjadi manusia dewasa dan siap
terjun dalam kehidupan masyarakat luas
ILMU PENDIDIKAN 10
Proses asimilasi adalah proses yang dilakukan peserta didik dengan cara
menyerap informasi baru dalam pikirannya. Sedangkan, proses akomodasi adalah
proses yang dilakukan peserta didik dengan cara menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat dalam struktur pikiran. Pengertian lain akomodasi adalah proses mental
yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsang
baru/memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsang itu.
0,0 – 2,0 Tahap sensori motor Kemampuan berpikir peserta didik baru
melalui gerakan atau perbuatan.
Perkembangan panca indera sangat
berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan
menyentuh/memegang, karena didorong
oleh keinginan mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Pada usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah menangis. Memberi
pengetahuan pada mereka pada usia ini
tidak dapat hanya dengan menggunakan
gambar sebagai alat peraga, melainkan
harus dengan sesuatu yang bergerak.
ILMU PENDIDIKAN 11
guru yang pernah ia lihat ketika orang itu
merespon terhadap perilaku orang lain,
jika keadaan dan kejadian yang dihadapi
pada masa lampau. Mulai kemampuan
menggunakan kata-kata yang benar dan
mampu pula mengekspresikan kalimat
pendek secara efektif.
ILMU PENDIDIKAN 12
lainnya.
ILMU PENDIDIKAN 13
2,0 - 3,0 Autonomy Dapat dikatakan sebagai masa pemberontakan
anak atau masa ‘nakal’nya. Kenakalannya tidak
vs
dapat dicegah begitu sja karena anak sedang
Shame mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan
mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan tempat motorik dan
mental.
4,0 – 5,0 Inisiative Mereka banyak bertanya dalam segala hal dan juga
mengalami pengembangan inisiatif atau ide.
vs
Perkembangan lain yang harus tercipata adalah
Guilt identitas diri terutama yang berhubungan dengan
jenis kelaminnya.
ILMU PENDIDIKAN 14
Stagnation
60 ke Ego integrity Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia
atas mulai mengembangkan integritas dirinya.
Vs
Putus asa
ILMU PENDIDIKAN 15
mereka. Kedua, pendekatan vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding,
yakni dengan semakin lama siswa belajar akan semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri. Singkatnya siswa perlu belajar dan bekerja secara
berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dengan lainnya disertai
adanya bantuan guru terhadap para siswa tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
Istilah moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat istiadat,
kelakuan, tabiat, akhlak, ajaran tentang kesusilaan, dan tata cara dalam kehidupan.
John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tingkatan yaitu :
tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial.
2. Tahap ‘conventional’
3. Tahap ‘autonomous’
Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal
pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri.
yaitu:
ILMU PENDIDIKAN 16
Umur Fase Perubahan Perilaku
(tahun) Perkembangan
4,0 – Heteronomous Anak sudah mulai menerima dan memiliki aturan begitu
8,0 saja dari orang lain yang dipandang tidak bisa diubah.
Pada tahap ini disebut sebagai masa realisme (stage of
moral realism) atau moralitas berkendala (constraint
morality). Tugas dan kewajiban dipandangnya sebagai
wujud suatu kepatuhan.
ILMU PENDIDIKAN 17
a. Kecerdasan matematik
b. Kecerdasan lingual
c. Kecerdasan musikal
ILMU PENDIDIKAN 18
d. Kecerdasan visual-spasial
Kemampuan peserta didik untuk menangkap dunia ruang visual secara akurat
dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut. Mencakup
kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud, ruang dan hubungan yang ada
antara unsur ini. Mereka memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk
dalam pikirannya, membayangkan bentuk nyata dan memecahkan berbagai
masalahnya. Mereka akan unggul dalam pencarian jejak.
e. Kecerdasan kinestetik
f. Kecerdasan interpersonal
g. Kecerdasan intrapersonal
ILMU PENDIDIKAN 19
secara baik, peka terhadap perasaan dirinya, mampu mengenali kekuatan dan
kelemahan dirinya, senang instropeksi dan mencoba memperbaikinya.
h. Kecerdasan natural
am kecerdasan antar pribadi ini. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam
bentuk kecerdasan emosi, yaitu: kemampuan mengenali emosi, mengelola emosi,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
B. PENDIDIK
1. Pengertian
ILMU PENDIDIKAN 20
pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik ke
arah kedewasaan. Pendapat ahli lain mengatakan bahwa pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik (Umar Tirta Raharja dan La Sulo 1994). Pendidik adalah orang yang dengan
sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan (Langeveld). Jadi
pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran , menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan , serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat terutama bagi pendidik pada pendidikan tinggi.
ILMU PENDIDIKAN 21
b) Syarat seorang pendidik menurut M Mukhlis Fahrudin, antara lain:
ILMU PENDIDIKAN 22
e) Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut UU No 14 Th 2005
Tentang Guru dan Dosen ( pasal 10) adalah :
f) Kedudukan Pendidik
ILMU PENDIDIKAN 23
bertugas dijenjang pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah yang
menentukan pengaturan, pengendalian, dan penilaian siswa.
ILMU PENDIDIKAN 24
a. Menyerahkan kebudayaan pada tadik berupa
kepandaian, kecakapan dan pengalaman-
pengalaman
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis
sesuai cita-cita dan dasar Negara
c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang
baik sesuai UU
d. Sebagai perantara alam belajar
e. Sebagai pembimbing yang membawa kearah
kedewasaan
f. Sebagai penghubung sekolah dengan ,masyarakat
g. Sebagai penegak disiplin, dan contoh dalam
segala hal
h. sebagai administrator dan menejer
i. sebagai perencana kurikulum
j. sebagai pemimpin
k. sebagai sponsor dalam kegiatan anak.
ILMU PENDIDIKAN 25
b) tanggung jawab dalam biadang pendidikan, c) tanggung jawab
kemasyarakatan,dan d)tanggung jawab dibidang keilmuan.
1. Profesonalisme
2. Prinsip-prinsipnya
ILMU PENDIDIKAN 26
i) Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru
ILMU PENDIDIKAN 27
5. Guru memelihara hubungan baik denga masyarakat sekitar
sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama
guru baik berdasar lingkungan kerja maupun didalam
keseluruhan
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatksn mutu organisasi guru profesional sebagai sarana
pengabdiannya
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
C. TUJUAN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN
ILMU PENDIDIKAN 28
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Sedangkan menurut Undang-Undang
terbaru yakni Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berupaya
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demrokatis serta bertanggung jawab.
Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting
pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah
mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman ke arah mana
pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh karena tujuan pendidikan
memiliki fungsi yang amat penting tersebut, maka tujuan pendidikan harus
ILMU PENDIDIKAN 29
terumuskan dan dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan
disemua jenjang. Dengan adanya rumusan tujuan pendidikan yang mantap
diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang
ILMU PENDIDIKAN 30
4. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya berlaku sementar saja,
sehingga kalau sudah tercapai tujuan yang diinginkan maka tujuan
sementara ini kemungkinnan ditinggalkan.tujuan sementar ini seolah-olah
merupakan tempat berhenti atau tempat beristirahat didalam perjalanan
menujuke tempat umum. Misalnya :belajar berbicara, belajar berjalan,
merupakan tujuan sementara untuk menuju pada tujuan perkembangan
anak yang lebih tinggi yaitu Kedewasaan.
5. Tujuan Tidak lengkap adalah tujuan yang mempunyai hubungan dengan
aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang etika,
keagamaan, estetika, dan sikap sosial dari orang tua. Dalam rumusan yang
lebih sederhana dari Dirto hadisusnto, Suryati sidharto, dan Dwi Siswoyo
(1995) disebutkan bahwa tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya
meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis, biologis,
atau sosiologis saja.
6. Tujuan perantara atau intermedier adalah tujuan yang hampir sama
dengan tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis
dari tugas-tugas belajar. Misalnya belajar membaca, belajar menulis yang
seolah-olah terlepas dari tujuan akhir, sehingga seakan-akan cara belajar
mengeja tidak terikat kepada pandangan hidup tertentu. Padahal
sebetulnya hubungannya sangat erat dengan tujuan akhir.
Para ahli memiliki rumusan tujuan pendidikan yang berbeda satu sama
lain. Masing-masing menekankan pada orientasi tertentu dalam perumusan
tujuan pendidikan. Berikut orientasi penekanan menurut para ahli .
Crow and Crow lebih menekankan agar anak didik bisa berpikir secara
efektif,jernih dan obyektif. MJ. Langeveld menekankan pada terwujudnya
kedewasaan peserta didik. Socrates menekankan upaya pengenalan diri
supaya dapat hidup dengan jiwa yang sehat, susila, dan bahagia. Plato
ILMU PENDIDIKAN 31
menekankan pada ketercapaian keadilan didalam negara dengan pimpinan
seorang raja yang bijaksana. Kohnstammm menekankan pada terwujudnya
kedamaian batin dan kemandirian. Jonas Cohn menekankan pada
terwujudnya individu mandiri. Sedangkan John dewey menekankan pada
tercapainya sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Adapun dua ahli
pendidikan indonesia menekankan yang berbeda. Ki Hadjar dewantara
menekankan pada tercapainya kesempurnaan hidup. Sikun pribadi
menekankan pada terbentuknya psycho-hygiene dan tanggung jawab.
Notonagoro menekankan ketercapaian kebahagiaan sempurna yang kekal
abadi. Dengan demikian,tujuan pendidikan hasil rumusan para ahli meliputi
beberapa poin penting yang mencangkup pengembangan tiga hal yakni
pengembangan individu, masyarakat, dan untuk tujuan lanjutan.
ILMU PENDIDIKAN 32
anggota umat manusia,serta mempersiapkan persrta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah”
ILMU PENDIDIKAN 33
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
F. ALAT PENDIDIKAN
1. Pengertian Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang
memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri
sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan.
ILMU PENDIDIKAN 34
3. Jenis Alat Pendidikan
a. Alat Pendidikan Pendahuluan
a) Keteraturan, berarti berlangsung pada waktu, tempat, dan dengan cara yang
tetap.
b) Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan agar tetap bersih dan rapi.
c) Ketenangan, artinya menanamkan kebiasaan untuk ikut menjaga
keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup dengan tenang.
d) Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak akan kesibukan
dalam lapangan indra dan motorik, kesempatan untuk bergaul dengan
sesama.
b. Alat Pendidikan yang Sebenarnya
a) Memberi perlindungan, tujuan melakukan perlindungan ini , untuk
menghalangi anak berbuat sesuatu yang akan merugikan anak didik. Alat
pendidikan dalam memberi perlindungan ini dapat berupa : memberi
kesempatan untuk mengalami sesuatu, membatasi perbuatannya, melarang
atau menganjurkan untuk berbuat sesuatu, membiasakan atau menciptakan
keteraturan pada anak didik.
b) Verstandhouding= agar mengerti, yang dimaksudkan adalah agar anak dapat
mengerti tingkah laku orang tuanya agar dimengerti oleh anak didik apa
maksud dari sikap itu, dan agar dapat dicontoh oleh anak didik, baik secara
sadar ataupun tidak.
c) Kesamaan arah dalam berbuat dan berfikir, dalam hal ini alat pendidikan
bercorak meragakan suatu contoh, sehingga anak didik memperoleh
penjelasan pemberitahuan, gambaran akan sesuatu keadaan dan selanjutnya
kita libatkan anak didik dalam kehidupan orang dewasa dengan memberi
ILMU PENDIDIKAN 35
tanggung jawab kepada anak didik, agar mau menyesuaikan diri dengan
peraturan-peraturan dan berusaha menepat janji.
d) Merasa hidup bersama merasa ada perpaduan, dalam hal merasa hidup
bersama ini, timbul rasa saling percaya mempercayai, cinta mencintai,
sehingga pendidik menciptakan suatu kesempatan untuk terwujudnya
“merasa hidup bersama” itu.
e) Pembentukan kemauan, dalam hal ini anak didik memiliki kemauan untuk
membentuk diri sendiri. Dengan kata lain, bahwa dengan pembentukan
kemauan ini, anak didik mempunyai kesanggupan untuk berbuat kesusilaan
atas kemauan dan pertanggungjawaban sendiri.
G. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
1. LINGKUNGAN KELUARGA
ILMU PENDIDIKAN 36
2. LINGKUNGAN SEKOLAH
ILMU PENDIDIKAN 37
1. Pengembangan moral, budi pekerti, dan nilai-nilai agama.
2. Pendidikan social dan emosi
3. Pengembangan kemampuan dasar masing-masing individu
B. Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
C. Sekolah Menengah
3.LINGKUNGAN MASYARAKAT
ILMU PENDIDIKAN 38
Secara konsepsional, tanggung jawab pendidikan dibebankan kepada
perangkat desa atau tokoh masyarakat. Tanggung jawab yang dibebankan tersebut
antara lain:
A. Pengawasan
Mengawasi jalannya nilai social budaya, aturan social dan aturan agama
B. Penyaluran
Menyalurkan aspirasi dan keinginan masyarakat untuk mendapat hidup
bahagia, aman, dan sejahtera.
C. Pembinaan dan Peningkatan Kualitas
Membina dan meningkatkan kualitas kehidupan warga dengan
mengadakan kegiatan yang dapat menunjang terwujudnya keluarga bahagia dan
sejahtera, seperti kegiatan PKK, Karang Taruna, dll.
ILMU PENDIDIKAN 39
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ILMU PENDIDIKAN 40