Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KOMPONEN PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Kami dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk
membuat sebuah makalah dengan judul “Komponen Pendidikan”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Sadiman, M.Pd.


sebagai dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan (FKIP) program studi Pendidikan Teknik Mesin (PTM), ucapan
terima kasih juga Kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait yang ikut serta
dalam pembuatan makalah ini, khususnya rekan-rekan program studi PTM .

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak


luput dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari rekan-
rekan pembaca sangat dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk


mengetahui dan lebih memahami lagi mengenai komponen-komponen di dalam
pendidikan.

Surakarta, 02 September 2014

Penulis

ILMU PENDIDIKAN 1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar......................................................... 1
2. Daftar Isi................................................................... 2
3. Bab I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang.................................................... 3
b. Rumusan Masalah............................................... 3
c. Tujuan penulisan................................................. 3
4. Bab II (Pembahasan)
a. Pengertian Komponen Pendidikan...................... 3
b. Komponen Pendidikan........................................ 4
a). Anak Didik..................................................... 4
b). Pendidik......................................................... 19
c). Tujuan Pendidikan......................................... 27
d). Alat Pendidikan............................................. 33
e). Lingkungan Pendidikan................................. 35
f). Pendidikan sebagai Sistem............................. 38
5. Bab III (Penutup)
a. Kesimpulan......................................................... 42
6. Daftar Pustaka.......................................................... 42

ILMU PENDIDIKAN 2
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Masalah pendidikan sebenarnya sudah banyak dibicarakan oleh banyak para


ahli pendidikan. Mereka menyadari, bahwa masalah pendidikan adalah masalah
yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan itu menyangkut
kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan
berkembang dengan dorongan instingnya saja, melainkan perlu bimbingan dan
pengarahan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Jadi
pendidikan itu memang perlu bagi manusia dan hanya manusialah yang
memerlukan pendidikan.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari komponen pendidikan?
2. Apa saja komponen-komponen pendidikan?
III. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian komponen pendidikan.
2. Mengetahui komponen-komponen pendidikan.

ILMU PENDIDIKAN 3
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN

Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.

ILMU PENDIDIKAN 4
Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.

II. KOMPONEN PENDIDIKAN


A. ANAK DIDIK

1. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan


potensi diri melelui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan
sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan
berkembang kearah kedewasaan. Selalu mengalami perkembangan dari sejak lahir
sampai meninggal dengan perubahan – perubahan yang terjadi secara wajar
(Sutari Imam Barnadib, 1995).

2. Peserta Didik sebagai Persona

Pandangan modern tentang pendidikan dewasa ini melihat peserta didik


adalah subyek atau persona, yakni makhluk yang mempribadi tidak lagi sebagai
obyek yang non-pribadi sebagaimana pandangan para ahli pada abad
pertengahan. Peserta didik adalah subyek yang otonom dengan sifat-sifat
manusiawinya. Memiliki keinginan mengembangkan diri (mendidik diri) secara
terus menerus agar bisa memecahkan masalah-masalah dalam hidup. Ciri khas
peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan oleh
Umar Tirta Rahardja dan La Sulo (1994) adalah bahwa peserta didik merupakan :

a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sejak lahir telah
memiliki potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan. Sehingga masing-masing individu
memiliki keunikan tersendiri.

b) Individu yang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri peserta
didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah
penyesuaian lingkungan.

ILMU PENDIDIKAN 5
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Maksudnya adalah walaupun ia adalah makhluk yang
berkembang punya potensial fisik dan psikis untuk bisa mandiri, namun
karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari
pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya.

d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Karena setiap


individu memiliki kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga
mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak
memberikan kebebasan pada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan
diri.

Keempat ciri di atas merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik


sebagai persona yang multidimensional. Aneka dimensi bisa menjelma pada diri
peseta didik dalam interaksinya dengan lingkungan alam natural dan lingkungan
sosiokultural. Dimensi-dimensi itu yakni dimensi individualitas, sosialitas,
religiusitas, dan dimensi historisitas.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan tahapan. Masing-


masing tahap merupakan masa peka peserta didik terhadap kebutuhan tertentu
yang membutuhkan perlakuan sesuai dari pendidik. Mengenai masa peka ini
dikemukakan pertama kali oleh Maria Montessori (E.M. Standing, 1988) dengan
istilah “sensitive periods”. Tugas pendidik adalah kewajiban mengenali masa peka
yang ada pada diri peserta didik yang kemudian memberikan pelayanan dan
perlakuan yang tepat. Dalam buku Crow and crow (Sutari Imam Barnadib,1995)
dijelaskan usia perkembangan, diantaranya adalah :

a. usia kronologis d. usia kejiwaan


b. usia kejasmanian e. usia pengalaman
c. usia anatomis

ILMU PENDIDIKAN 6
Usia perkembangan peserta didik berproses secara berbeda dipengaruhi oleh
lingkungan dan kenyataan hidup yang dialami.

Perkembanagn peserta didik menurut Charlotte Buhler melalui beberapa tahap,


yakni :

a. tahap permulaan
b. masa penanjakan sampai kira-kira umur 25 tahun
c. masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai 50 tahun
d. masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat, dan terakhir
e. masa akhir kehidupan.

Ada beberapa teori dengan orientasi beragam tentangperkembangan peserta


didik.

a. Nativisme

Teori nativisme dipelopori oleh Schopenhauer (1788-1860) yang berpendapat


bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikaruniai bekal baik dari potensi baik dan
buruk. Dari potensi inilah yang akan menentukan pertumbuhan dan
perkembangan manusia tersebut. Nativisme berasal dari kata native yang berarti
adalah terlahir. Teori nativisme merupakan teori yang menganggap bahwa
pertumbuhan dan perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh factor
pembawaannya yaitu aneka potensi.

b. Empirisme

Teori empirisme bertolak dari tradisi Lockean yang lebih mementingkan


stimulasi eksternal dalam perkembnagan manusia termasuk dalam proses
pendidikan. Teori yang dipelopori oleh John Locke ini berpendapat bahwa
perkembangan anak tergantung dari pengalamannya, sedangkan pembawaannya
tidak penting. John Loce merintis aliran baru yang dikenal dengan teori “Abula
Rasa” yang beranggapan babhwa anak terlahir ke dunia ini bagaikan kertas putih.

ILMU PENDIDIKAN 7
Istilah lain dari empirisme adalah environmentalisme, sebab aliran ini
menekankan pengalaman empiris yang berupa rangsangan-rangsangan yang
berasal dari lingkungan (environment).

c. Naturalisme

Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karena keduanya
sama-sama berasumsi bahwa anak terlahir sudah memiliki pembawaan. Teori
naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa
anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh negative dari masyarakat yang memang
sudah rusak atau jahat.

d. Konvergensi

Teori ini mencoba untuk mensintesiskan teori-teori yang telah disebut di


atas. Teori yang dipelopori oleh William Stern(1871-1939) ini beranggapan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh
factor-faktor internal yaitu potensi yang dibawa sejak lahir juga dipengaruhi oleh
pengalaman.

4. TEORI PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK

Perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk


perkembangan motorik. Dalam pendidikan, pengembangan fisik anak mencakup
pengembangan: kekuatan(strength), ketahanan (endurance), kecepatan (speed),
kecekatan(agility), dan keseimbangan(balace).

Menurut Gasell dan Ames serta Illingsworth, perkembangan


peserta didik pada anak usia dini meliputi delapan pola umu sebagai berikut:

a) Continuity (keberlanjutan)

b) Uniform sequence (kesamaan tahapan)

ILMU PENDIDIKAN 8
c) Maturnity (kematangan)

d) From general to specific process (proses dari umum ke khusus)

e) Dari gerak refleks bawaan ke arah terkoordinasi

f) Chepalo-caudal direction

g) Proximo-distal

h) From bilateral to crosslateral coordinate

5. TEORI PERKEMBANGAN BIOLOGIS PESERTA DIDIK

Teori perkembangan biologis peserta didik yang dikemukakan oleh


Aristoteles dan kretschmer lebih melihat perkembangan peserta didik pada tahap-
tahap perkembangan fisik, tetapi Sigmund Freud lebih melihat pengaruh
perkembangan fisik terhadap tahap-tahap perubahan perilaku libido seksual
(psikoseksual).

Pada tahun 1905 Sigmund Freud mengemukakan teori perkembangan


psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa
seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa
pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual.

Perkembangan peserta didik menurut Sigmund Freud secara lebih jelas


dapat dicermati lebih lengkap sebagai berikut:

Umur Fase Perubahan perilaku


(tahun) perkembangan

0,0 – 1,0 Masa oral Mulut merupakan daerah pokok aktifitas


dinamik

1,0 – 3,0 Masa anal Dorongan dan tahanan berpusat pada


fungsi pembuangan kotoran

ILMU PENDIDIKAN 9
3,0 – 5,0 Masa felis Alat kelamin merupakan daerah erogen
terpenting

5,0 – 13,0 Masa laten Impuls-impuls atau dorongan-dorongan


cenderung terdesak dan mengendap ke
dalam bawah sadar

13,0 – 20,0 Masa pubertas Impuls-impuls mulai menonjol dan


muncul kembali. Apabila bisa dipindahkan
dan disublimasikan oleh das ich dengan
baik, maka ia bisa sampai pada masa
kematangan

20,0 ke atas Masa genital Individu yang sudah mencapai fase ini
telah menjadi manusia dewasa dan siap
terjun dalam kehidupan masyarakat luas

6. TEORI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK

Piaget adalah salah satu tokoh penting dalam bidang psikologi


perkembangan. Teori-teorinya yang mengutamakan unsur kesadaran(kognitif)
masih dianut banyak orang sampai sekarang. Ketertarikannya menyelidiki peran
genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan teori perkembangan
kognitif ( Theory of Cognitive Development) atau teori perkembangan intelektual
(Theory of Intellectusl Development).

Dalam teori perkembangan intelektual, dikemukakan bahwa tahap-tahap


yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses
berfikir formal. Dan setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapat
peserta didik akan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan
akomodasi.

ILMU PENDIDIKAN 10
Proses asimilasi adalah proses yang dilakukan peserta didik dengan cara
menyerap informasi baru dalam pikirannya. Sedangkan, proses akomodasi adalah
proses yang dilakukan peserta didik dengan cara menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat dalam struktur pikiran. Pengertian lain akomodasi adalah proses mental
yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsang
baru/memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsang itu.

Perkembangan peserta didik berlangsung dalam empat tahap, yaitu :

Umur Fase Perubahan

(tahun) Perkembangan Perilaku

0,0 – 2,0 Tahap sensori motor Kemampuan berpikir peserta didik baru
melalui gerakan atau perbuatan.
Perkembangan panca indera sangat
berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan
menyentuh/memegang, karena didorong
oleh keinginan mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Pada usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah menangis. Memberi
pengetahuan pada mereka pada usia ini
tidak dapat hanya dengan menggunakan
gambar sebagai alat peraga, melainkan
harus dengan sesuatu yang bergerak.

2,0 – 7,0 Tahap pra operasional Kemampuan skema kognitif masih


terbatas. Suka meniru perilaku orang lain,
terutama meniru perilaku orang tua dan

ILMU PENDIDIKAN 11
guru yang pernah ia lihat ketika orang itu
merespon terhadap perilaku orang lain,
jika keadaan dan kejadian yang dihadapi
pada masa lampau. Mulai kemampuan
menggunakan kata-kata yang benar dan
mampu pula mengekspresikan kalimat
pendek secara efektif.

7,0– 11,0 Tahap Operasional Peserta didik sudah mulai memahami


kongkret aspek-aspek kumulatif materi, misalnya
volume dan jumlah; mempunyai
kemampuan memahami cara
mengkombianasikan beberapa golongan
benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah
mampu berfikir sistematis mengenai
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
kongkret.

11,0 – Tahap Operasional Memiliki kemampuan mengkoordinasikan


14,0 Formal dua ragam kemampuan kognitif, secara
serentak maupun berurutan. Misalnya
kapasitas merumuskan hipotesis dan
menggunakan prisip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas merumuskan hipotesis
peserta didik mampu berfikir memecahkan
masalah dengan menggunakan anggapan
dasar yang relevan dengan lingkungan.
Sedang dengan kapasitas menggunakan
prinsip-prnsip abstrak, peserta didik akan
mampu mempelajari materi pelajaran yang
abstrak, seperti agama, matematika dan

ILMU PENDIDIKAN 12
lainnya.

Tiga dalil pokok Piager dalam kaitannya dengan tahap perkembangan


intelektual antara lain

1. perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu


terjadi dengan urutan sama.
2. tahap-tahap perkembangan didefinisikan sebagai suatu duster dari operasi
mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis,
dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual.
3. gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibration) proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi
antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif ysng timbul
(akomodasi).

7. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK

Erik Homburger Erikson adalah tokoh terkenal dengan tulisan-tulisannya


di bidang psikologi anak. Erikson mengembangkan teori dari Freud dengan
menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Kemudian teori ini disebut
teori perkembangan psikososial (Theory of Psychosocial Development) dimana ia
membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan antara lain

Umur Fase Perubahan

(tahun) Perkembangan Perilaku

0,0 - 1,0 Trust Tahap pertama, tahap pengembangan rasa percaya


diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca
vs
indera, sehingga sentuhan dan pelukan dangat
Mistrust diperlukan.

ILMU PENDIDIKAN 13
2,0 - 3,0 Autonomy Dapat dikatakan sebagai masa pemberontakan
anak atau masa ‘nakal’nya. Kenakalannya tidak
vs
dapat dicegah begitu sja karena anak sedang
Shame mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan
mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan tempat motorik dan
mental.

4,0 – 5,0 Inisiative Mereka banyak bertanya dalam segala hal dan juga
mengalami pengembangan inisiatif atau ide.
vs
Perkembangan lain yang harus tercipata adalah
Guilt identitas diri terutama yang berhubungan dengan
jenis kelaminnya.

6,0 – Industry Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas


11,0 sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun
vs
berkecenderungan untuk kurang berhati-hati dan
Inferiority menuntut perhatian.

12,0 – Ego-identity Manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak


18/20 yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin
vs
tampil memegang peran-peran sosial di
Role on fusion masyarakat. Namun belum bisa mengatur dan
memisahkan tugas dalam peran yang berbeda.

18/19 – Intimacy Manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang


30 intim dengan orang lain, membangun bahtera
vs
rumah tangga bersama calon pilihannya.
Isolation

31 – 60 Generativity Munculnya kepedulian yang tulus terhadap


sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah
Vs
memasuki usia dewasa.

ILMU PENDIDIKAN 14
Stagnation

60 ke Ego integrity Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia
atas mulai mengembangkan integritas dirinya.
Vs

Putus asa

8. TEORI PERKEMBANGAN MENTAL PESERTA DIDIK

Lev Vygotsky salah satu pencetus teori perkembangan peserta didik ia


berpendapat siswa dapat membentuk pengetahuan yaitu apa yang diketaui siswa
bukanlah hasil kopi dari apa yang mereka temukan didalam lingkunan, tetapi
sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.

Sumbangan terpenting Vygotsky adalah konsep zone of prokximal


development (ZPD) dan scaffolding. Ia yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila
anak bekerja atau menagani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas
itu berada pada zone of proximal development (ZPD). ZPD adalah tingkat
perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan sesorang saat ini, dan
Vygotsky lebih yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul dengan kerjasama atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi terserap ke dalam individu tersebut.

Konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar


bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan
tersebut dan memberikan kesempatan keadaan anak tersebut mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama,


perlunya tatana kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga
siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-msing ZPD

ILMU PENDIDIKAN 15
mereka. Kedua, pendekatan vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding,
yakni dengan semakin lama siswa belajar akan semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri. Singkatnya siswa perlu belajar dan bekerja secara
berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dengan lainnya disertai
adanya bantuan guru terhadap para siswa tersebut dalam kegiatan pembelajaran.

9. Teori Perkembangan Moral Peserta Didik

Istilah moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat istiadat,
kelakuan, tabiat, akhlak, ajaran tentang kesusilaan, dan tata cara dalam kehidupan.
John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tingkatan yaitu :

1. Tahap ‘premoral’ atau ‘preconventional’

tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial.

2. Tahap ‘conventional’

Seseorang bisa menerima nilai dengan sedikit kritis berdasarkan kepada


kriteria kelompoknya.

3. Tahap ‘autonomous’

Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal
pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri.

Sedangkan Jean Pigaet, juga melakukan pengamatan dan wawancara


(Windmiller,1976). Hingga pada kesimpulan bahwa perkembangan
kemampuan kognitif pada anak-anak mempengaruhi pertimbangan moral
mereka. Menurutnya ketidakmatangan moral anak dikarenakan dua hal yaitu :

1. Keterbatasan moral anak (egosentris dan realistik)


2. Rasa hormat pada orang tua atau orang dewasa yang heterogen

Pigaet membagi perkembangan moral ke dalam tiga tahap

yaitu:

ILMU PENDIDIKAN 16
Umur Fase Perubahan Perilaku
(tahun) Perkembangan

0,0 – Non-Morality Anak belum memiliki atau mengenal moral.


3,0

4,0 – Heteronomous Anak sudah mulai menerima dan memiliki aturan begitu
8,0 saja dari orang lain yang dipandang tidak bisa diubah.
Pada tahap ini disebut sebagai masa realisme (stage of
moral realism) atau moralitas berkendala (constraint
morality). Tugas dan kewajiban dipandangnya sebagai
wujud suatu kepatuhan.

9,0- Autonomous Moral dipandang sebagai persetujuan bersama timbal


12,0 balik, dapat dipelihara dan diubah sesuai kebutuhan
kolektif. Merupakan moralitas bekerjasama (collaborate
morality). Tugas dan kewajiban dipandang sebagai
kesesuaian dengan harapan dan kesejahteraan bersama.

Selain mereka, Lawrence Kohlberg (1977) juga berpendapat bahwa anak


mengalami tingkat-tingkat perkembangan moral yang dimulai dari konsekuensi
yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang menyenangkan dari luar atas
tingkah laku, sampai pada penghayatan dan kesadaran tentang nilai-nilai
kemanusiaan universal.

10. Kecerdasan Ganda Pada Peserta Didik

Menurut Gardner, kecerdasan adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk


menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara penyelesaiannya dengan cara
yang wajar. Selama ini skala kecerdasan hanya dilihat dari skala kecerdasan
tunggal. Padahal, skala ini kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk
masa depan seseorang. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang bersifat jamak
atau ganda yang meliputi unsur-unsur sebagi berikut:

ILMU PENDIDIKAN 17
a. Kecerdasan matematik

Kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan angka-angka secara


efektif dan berpikir secara nalar. Mencakup kepekaan terhadap polo-pola logis
dan hubungannya, penyataan, proporsi dan abstrak-abstrak yang berkaitan.
Kecerdasan matematik memuat kemampuan berfikir secara induktif dan deduktif
menurut aturan logika, memahami dan menganalis pola angka-angka, serta
berpikir secara nalar. Peserta didik dengan kecerdasan matematika yang tinggi
cenderung menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu. Ia menyukai berpikir secara konseptual, aktivitas berhitung
dan memilki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika dan
menyukai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif. Jika kurang
memahami mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari
jawabannya.

b. Kecerdasan lingual

Kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan kata-kata secara efektif


baik lisan maupun tulisan. Mencakup kemampuan untuk memanipulasi sintak atau
struktur bahasa, fonologi, semantika dan pengertian dari bahasa serta dimensi dan
kegunaan praktis suatu bahasa. Pesera didik seperti ini ditandai dengan
kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa,
juga cenderung mempunyai daya ingat yang kuat, lebih mudah belajar dengan
cara mendengarkan dan verbalisasi.

c. Kecerdasan musikal

Kemampuan peserta didik untuk mempersepsikan, mendiskriminasikan,


mengubah, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Mencakup kepekaan
terhadap ritme, melodi, warna suara dari suatu musik. Peserta didik ini lebih peka
terhadap sura-suara non verbal disekitarnya. Mereka cenderung senang
mendengar nada dan irama yang merdu, juga lebih mudah mengingat sesuatu dan
mengekspresikan gagasan-gagasan apabila berkaitan dengan musik.

ILMU PENDIDIKAN 18
d. Kecerdasan visual-spasial

Kemampuan peserta didik untuk menangkap dunia ruang visual secara akurat
dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut. Mencakup
kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud, ruang dan hubungan yang ada
antara unsur ini. Mereka memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk
dalam pikirannya, membayangkan bentuk nyata dan memecahkan berbagai
masalahnya. Mereka akan unggul dalam pencarian jejak.

e. Kecerdasan kinestetik

Kemampuan peserta didik dalam menggunakan seluruh tubuhnya untuk


mengekspresikan ide dan perasaan atau menggunakan kedua tangan untuk
menghasilkan dan mentransformasikan sesuatu. Mencakup keahlian-keahlian fisik
khusus seperti koordinasi, keimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan
kecepatan.

f. Kecerdasan interpersonal

Kemampuan peserta didik untuk mempersepsikan dan menangkap perbedaan-


perbedaan mood, tujuan, perasaan-perasaan orang lain. Mencakup kepekaan
terhadap ekspresi wajah, suara, gestur dan kemampuan membedakan berbagai
tanda interpersonal. Intinya adalah peka terhadap orang lain, mudah bersosialisasi,
menjalin persahabatan yang akrab, memimpin lelompok, mengorganisir,
menangani perselisihan, memperoleh simpati dari orang lain. Kecerdasan ini
sering disebut kecerdasan sosial (social intelligence).

g. Kecerdasan intrapersonal

Kemampuan menyadari diri dan mewujudkan keseimbangan mental-


emosional dalam diri peserta didik untuk bisa beradaptasi sesuai dengan dasar
pengetahuan yang dimiliki. Mencakup kemampuan menggambarkan diri sendiri

ILMU PENDIDIKAN 19
secara baik, peka terhadap perasaan dirinya, mampu mengenali kekuatan dan
kelemahan dirinya, senang instropeksi dan mencoba memperbaikinya.

h. Kecerdasan natural

Kemampuan peserta didik untuk peka terhadap lingkungan alam. Mereka


cenderung suka mengobservasi lingkungan alam, menyukai alam bebas, binatang,
petualangan alam.

Melalui konsepnya tentang multiple intelligences ini Gardner mengoreksi


keterbatasan cara berfikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal
menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdsan intelektual yang diukur
melalui tes intelegensi atau sekadar melihat prestasi hasil ujian saja. Tetapi,
kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni,
olahraga, spasial, komunikasi, dan cinta alam lingkungan.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) melalui


bukunya, Emotional Intelligence. Goleman memberi tekanan pada aspek
kecerdasan interpersonal. Inti kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk
membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi,
dan hasrat keinginan orang lain. Namun Gardner lebih menekankan pada aspek
kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau perasaan kurang
diperhatikan. Menurut Goleman faktor emosi ini sangat penting dan memberikan
suatu warna kaya dal\

am kecerdasan antar pribadi ini. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam
bentuk kecerdasan emosi, yaitu: kemampuan mengenali emosi, mengelola emosi,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

B. PENDIDIK

1. Pengertian

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi orang lain


untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain,

ILMU PENDIDIKAN 20
pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik ke
arah kedewasaan. Pendapat ahli lain mengatakan bahwa pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik (Umar Tirta Raharja dan La Sulo 1994). Pendidik adalah orang yang dengan
sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan (Langeveld). Jadi
pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran , menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan , serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat terutama bagi pendidik pada pendidikan tinggi.

Penyebutan pendidik di berbagai tempat memiliki sebutan yang berbeda.


Pendidik di lingkungan keluarga adalah Orang Tua , di lingkungan masjid adalah
Ustadz/ Kyai dan di lingkungan sekolah adalah Guru.

2. Kompetensi sebagai persyaratan pendidik

1) Syarat seorang pendidik menurut Dirto Hadi Susanto, Suryati Sidharto,


dan Dwi Siswoyo (1995) antara lain:

a. Mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci


b. Mencintai dan mengasih-sayangi adik
c. Mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan tugasnya

a) Syarat seorang pendidik menurut Winarno Surachmad, antara lain:

a. Pendidik harus mengenal peserta didik yang dipercayakan


kepadanya
b. Memiliki kecakapan memberi bimbingan
c. Memiliki dasar pengetahuan yang jelas tentang tujuan
pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-
tahap pembangunan
d. Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap
pembangunan.

ILMU PENDIDIKAN 21
b) Syarat seorang pendidik menurut M Mukhlis Fahrudin, antara lain:

a. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job


quality)
b. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan
c. Keinginan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui karya profesionalnya.

c) Syarat seorang pendidik menurut Prof. Dr. Zakariah Daradjat dkk


(1992:41), antara lain:

a. Takwa kepada Allah


b. Berilmu
c. Sehat jasmani
d. Berkelakuan baik.

d) Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut Dirto Hadisusanto


adalah :

a. Kompetensi profesional. Guru harus memiliki pengetahuan


yang luas dan dalam mengenai bidang studi yang diajarkan
pada muridnya dan metodologinya, pengetahuan pendidikan
yang fundamental, keterampilan yang vital baginya untuk
memilih dan menggunakan strategi yang tepat dalam
pembelajaran.
b. Kompetensi personal. Guru harus memiliki kepribadian yang
mantap sehingga mampu menjadi sumber identifikasi bagi
peserta didik dan sesama manusia.
c. Kompetensi sosial. Guru bisa menunjukkan kemampuan
berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik sesama
guru, pemimpinnya dan masyarakat luas.

ILMU PENDIDIKAN 22
e) Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut UU No 14 Th 2005
Tentang Guru dan Dosen ( pasal 10) adalah :

a. Kompetensi pedagogik kemampuan mengelola pembelajaran


yang mencakup pemahaman dan pengembangan potensi
peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
sistem evaluasi pembelajaran dan menguasai ilmu
pendidikan. Kompetensi ini diukur melalui performance test
dalam ppl dan case based test secara tertulis
b. Kompetensi kepribadian kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, kedewasaan dan berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didik. Kompetensi ini diukur dengan portofolio
guru dan tes kepribadian
c. Kompetensi profesional yang luas dan dalam mencakup
penguasaan materi keilmuan, kurikulum, silabus, metode,
wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi ini
diukur dengan tes tertulis(multiple choice atau essay)
d. Kompetensi Sosial secara efektif dan efisien dengan tadik,
sesama guru, wali tadik, dan masyarakat. Kompetensi ini
diukur dengan portofolio kegiatan, prestasi dan keterlibatan
dalam berbagai aktifitas.

f) Kedudukan Pendidik

Dalam konteks pendidikan formal di sekolah kedudukan pendidik


sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan
PAUD, dan keprofesionalnya dapat diukur secara objektif melalui
serifikasi (Dwi S swoyo, dkk dalam Ilmu Pendidikan. 2007:123).

Arif Rohman (Pendidikan Komparatif. 2010:253) menyebutkan


posisi guru di sekolah utamanya adalah sosok guru profesional yang

ILMU PENDIDIKAN 23
bertugas dijenjang pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah yang
menentukan pengaturan, pengendalian, dan penilaian siswa.

g) Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Menurut Raka Joni (cony R. Semiawan dan Soedijarto, 1991 dalam


Ilmu Pendidikan karya Dwi Siswoyo, dkk, 2007:123), hakikat tugas guru
umumnya berhubungan dengan pengembangan SDM yang menentukan
kelestarian dan kejayaan bangsa, atau tugas guru membangun dasar-dasar
corak kehidupan manusia dimasa datang.

Dalam proses pendidikan, guru bertugas mendidik dan mengajar.


Suatu tugas pokok guru adalah membuat tadik mengetahui dan melakukan
hal-hal dalam suatu cara yang formal. Dalam UU No 14 th 2005, tentang
Guru dan Dosen pasal 20, tugas guru adalah:

a. Merencanakan, melaksanakan, dan menilai/menevaluasi


pembelajaran
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi dan
kompetensi yang berkelanjutan sesuai perkembangan
IPTEK
c. Bertindak objektif dan tidak deskriminatif dengan
melihat berbagai hal dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi perpu, hukum, kode etik, nilai
agama dan etika
e. Memelihara dan memupuk kesatuan dan persatuan
bangsa.

Selain itu, guru juga mempunyai tanggung jawab moral


mengejawantahkan nilai-nilai yang dijunjung masyarakat, bangsa dan
berkaitan dengan negara dalam dirinya. Dan tanggung jawab ilmiah
transformasi pengetahuan dan keterampilan. Menurut Roestiyah N. K
(dalam Hartanto), tugas pendidik adalah:

ILMU PENDIDIKAN 24
a. Menyerahkan kebudayaan pada tadik berupa
kepandaian, kecakapan dan pengalaman-
pengalaman
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis
sesuai cita-cita dan dasar Negara
c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang
baik sesuai UU
d. Sebagai perantara alam belajar
e. Sebagai pembimbing yang membawa kearah
kedewasaan
f. Sebagai penghubung sekolah dengan ,masyarakat
g. Sebagai penegak disiplin, dan contoh dalam
segala hal
h. sebagai administrator dan menejer
i. sebagai perencana kurikulum
j. sebagai pemimpin
k. sebagai sponsor dalam kegiatan anak.

Dan Tanggung jawab pendidik adalah bertanggung jawab


mencerdaskan tadik, membentuk tadik agar menjadi orang bersusila yang
cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Menurut M. Mukhlis F, peran pendidik dalam arti sempit sebagai


pengajar, dan dalam arti luas yaitu: sebagai ukuran kognitif, sebagai agen
moral, sebagai inovator dan kooperatif. Ditambahkan pula peran pendidik
alam proses pengajaran di kelas, yaitu: pendidik sebagai model, perencana,
peramal, pemimpin, dan penunjuk jalankearah pusat-pusat belajar.
Menambahkan hal itu, Djamharah menuliskan peran pendidik adalah:
Korektor, Inspirator, Informator, Organisasi, Motivator, Inisiator,
Fasilitator, Pembimbing, Demonstrator, Pengelola kelas, Mediator,
Supervisor, dan Evaluator. Mukhlis menambahkan pula tanggung jawab
pendidik sebagai tenaga profesional antara lain: a) tanggung jawab moral,

ILMU PENDIDIKAN 25
b) tanggung jawab dalam biadang pendidikan, c) tanggung jawab
kemasyarakatan,dan d)tanggung jawab dibidang keilmuan.

h) Profesionalime dan Prinsip-prinsipnya

1. Profesonalisme

Berasal dari kata profesi. Mc Cully (Sunaryo Kartadinata dan


Nyoman dalam suatuàDantes, 1997), profesi adalah “a vocation in
wich…….” pekerjaan profesional selalu digunakan teknik serta
prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang sengaja harus
dipelajari dan secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan
orang lain.

Edgar H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata


dan Nyoman profesiàDantes, 1997), “the professsion are a set of
occupation………” adalah seperangkat keterampilan yang
dikembangkan secara khusus melalui seperangkat norma yang
dianggap cocok untuk tugas-tugas khusus dimasyarakat.

2. Prinsip-prinsipnya

Profesionalisme guru memiliki prinsip-


prinsip:

a. Merupakan profesi yang berdasar bakat, minat, panggilan jiwa, dan


idealism
b. Menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan,
imtaq dan akhlak mulia
c. Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang
relevan
d. Memiliki kompetensi yang relevan dengan tugasnya di sekolah
e. Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi
kemajuan bangsa.

ILMU PENDIDIKAN 26
i) Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru

Organisasi bagi guru berfungsi sebagai protektor, dinamisator, dan


motivator dalam rangka pengembangan diri abgi anggota-anggotanya.
Beberapa organisaasi yang mewadahi guru yaitu: PGRI, dan PGII.

Fungsi Organisasi guru lebih luas yaitu:

1. Mempersatukan seluruh kekuatan dalam satu wadah


2. Mengupayakan adanya satu kesatuan langkah dan tindakan
3. Melindungi kepentingan anggotanya
4. Melakukan pengawasan pada anggoatanya dan memotivasi
para anggota agar selalu mengembangkan kemampuan
profesionalnya
5. Menyusun dan melaksanakan program peningkatan
kemampuan profesionalnya
6. Melengkapi upaya pembinaan anggotanya
7. Menetapkan sanksi bagi anggotanya yang melanggar kode etik
secara administrasi maupun psikologis
8. Melibatkan diri dalam uji kompetensi untuk menentukan
kelayakan anggotanya

Kode Etik Guru

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk


membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik
4. Guru menciptakan suasana kehidupan suasana sekolah dan
memelihara hubungan denga orang tua murid sebaik-baiknya
untuk kepentingan murid

ILMU PENDIDIKAN 27
5. Guru memelihara hubungan baik denga masyarakat sekitar
sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama
guru baik berdasar lingkungan kerja maupun didalam
keseluruhan
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatksn mutu organisasi guru profesional sebagai sarana
pengabdiannya
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

C. TUJUAN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran ke


mana pendidikan itu diarahkan (Dirto Hadisusanto,Suryati Sidharto,dan Dwi
siswoyo, 1995). Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan memiliki
ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan.Wujud tujuan pendidikan dapat
berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan
bisa dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan
kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah.

Dalam rumusan Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 disebutkan


bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusiaindonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab

ILMU PENDIDIKAN 28
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Sedangkan menurut Undang-Undang
terbaru yakni Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berupaya
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demrokatis serta bertanggung jawab.

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan bersifat, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat


memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan
perserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang
baik (Umar Tirta Rahardja dan La Sulo, 1994). Tujuan pendidikan juga
bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak, tidak keliatan
panca indera tetapi bisa dihayati dan dipahami oleh pemiliknya.

Dalam kegiatan pendidikan tujuan memiliki kedudukan yang amat


penting. Lebih-lebih bila dibandingkan diantara aneka komponen lain dalam
penyelenggaraan pendidikan .Tujuan pendidikan merupakan komponen yang
amat vital. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua diadakan seluruh kegiatan
pendidikan diupayakan, semuanya semata-mata hanyalah tertuju kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan semua kegiatan
penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian tujuan
pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga.

Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting
pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah
mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman ke arah mana
pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh karena tujuan pendidikan
memiliki fungsi yang amat penting tersebut, maka tujuan pendidikan harus

ILMU PENDIDIKAN 29
terumuskan dan dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan
disemua jenjang. Dengan adanya rumusan tujuan pendidikan yang mantap
diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang

C. MACAM-MACAM TUJUAN PENDIDIKAN

Menurut MJ.Langeveld (Sutari Imam Barnadib, 1995), tujuan pendidikan


dibedakan menjadi enam macam, yaitu

1. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan yang pada akhirnya akan


dicapai oleh pendidik terhadap peserta didik. Tujuan umum pendidikan
sering disebut juga dengan istilah tujuan akhir pendidikan atau tujuan total
ataupun tujuan lengkap. Mengenai tujuan umum pendidikan ini dapat kita
cermati pada tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional
2. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan yang merupakan pengkhususan
dari tujuan umum pendidikan. Untuk mencapai tujuan umum pendidikan
tersebut diatas, tiap-tiap peserta didik tentu mempunyai cara dan kiat
sendiri-sendiri, sehingga berbeda satu sama lain. Hal itu tergantung dari
bebarapa hal, yaitu
1. Tergantung dari sifat atau bakat masing-masing peserta didik
2. Tergantung dari aneka kemungkinan yang ada dalam lingkungan
dimana peserta didik memperoleh pengalaman pendidikan (misalnya
sekolah, keluarga, atau masyarakat)
3. Tergantung dari tujuan kemasyarakatan peserta didik
4. Tergantung dari sejumlah kesanggupan yang dimiliki oleh peserta
didik
5. Tergantung dari tugas lembaga pendidikan
3. Tujuan seketika atau insendetal adalah tujuan pendidikan yang bersifat
seketika sesuai dengan momen tertentu. Misalnya memberi tahu cara
bertelepon, cara makan ditempat umum, dan lain-lain.

ILMU PENDIDIKAN 30
4. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya berlaku sementar saja,
sehingga kalau sudah tercapai tujuan yang diinginkan maka tujuan
sementara ini kemungkinnan ditinggalkan.tujuan sementar ini seolah-olah
merupakan tempat berhenti atau tempat beristirahat didalam perjalanan
menujuke tempat umum. Misalnya :belajar berbicara, belajar berjalan,
merupakan tujuan sementara untuk menuju pada tujuan perkembangan
anak yang lebih tinggi yaitu Kedewasaan.
5. Tujuan Tidak lengkap adalah tujuan yang mempunyai hubungan dengan
aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang etika,
keagamaan, estetika, dan sikap sosial dari orang tua. Dalam rumusan yang
lebih sederhana dari Dirto hadisusnto, Suryati sidharto, dan Dwi Siswoyo
(1995) disebutkan bahwa tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya
meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis, biologis,
atau sosiologis saja.
6. Tujuan perantara atau intermedier adalah tujuan yang hampir sama
dengan tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis
dari tugas-tugas belajar. Misalnya belajar membaca, belajar menulis yang
seolah-olah terlepas dari tujuan akhir, sehingga seakan-akan cara belajar
mengeja tidak terikat kepada pandangan hidup tertentu. Padahal
sebetulnya hubungannya sangat erat dengan tujuan akhir.

D. BEBERAPA RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN OLEH PARA


AHLI

Para ahli memiliki rumusan tujuan pendidikan yang berbeda satu sama
lain. Masing-masing menekankan pada orientasi tertentu dalam perumusan
tujuan pendidikan. Berikut orientasi penekanan menurut para ahli .

Crow and Crow lebih menekankan agar anak didik bisa berpikir secara
efektif,jernih dan obyektif. MJ. Langeveld menekankan pada terwujudnya
kedewasaan peserta didik. Socrates menekankan upaya pengenalan diri
supaya dapat hidup dengan jiwa yang sehat, susila, dan bahagia. Plato

ILMU PENDIDIKAN 31
menekankan pada ketercapaian keadilan didalam negara dengan pimpinan
seorang raja yang bijaksana. Kohnstammm menekankan pada terwujudnya
kedamaian batin dan kemandirian. Jonas Cohn menekankan pada
terwujudnya individu mandiri. Sedangkan John dewey menekankan pada
tercapainya sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Adapun dua ahli
pendidikan indonesia menekankan yang berbeda. Ki Hadjar dewantara
menekankan pada tercapainya kesempurnaan hidup. Sikun pribadi
menekankan pada terbentuknya psycho-hygiene dan tanggung jawab.
Notonagoro menekankan ketercapaian kebahagiaan sempurna yang kekal
abadi. Dengan demikian,tujuan pendidikan hasil rumusan para ahli meliputi
beberapa poin penting yang mencangkup pengembangan tiga hal yakni
pengembangan individu, masyarakat, dan untuk tujuan lanjutan.

E. TUJUAN SETIAP JENJANG PENDIDIKAN FORMAL

Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, masing-masing jenjang


pendidikan formal diarahkan bisa mencapai tujuan tertentu. Jenjang
pendidikan formal mulai dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi memiliki tujuan yang berbeda.

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah disebutkan bahwa
tujuan pendidikan prasekolah adalah “Membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya”

Tujuan pendidikan jenjang pendidikan dasar sesuai dengan Peraturan


Pemerintah Republik indonesia Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan
dasar disebutkan bahwatujuan pendidikan dasar adalah “Untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi,anggota masyarakat,warga negara,dan

ILMU PENDIDIKAN 32
anggota umat manusia,serta mempersiapkan persrta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah”

Tujuan pendidikan jenjang pendidikan menengah sesuai dengan Peraturan


Pemerintah Republik indonesia Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan
menengah disebutkan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah sebagai
berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada


jenjang yang lebih tinggi dan serta mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmupengetahuan teknologi dan keagamaan.
2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya
dan alam sekitarnya.

Pada bagian lain dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


29 tahun 1990 juga disebutkan bahwa pendidikan menengah mengutamakan
penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi. Pendidikan menegah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangka sikap profesional. Pendidikan
menengah keagamaann mengutamakan penyiapan siswa dalam penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Sedangkan
pendidikan menengah kedinasan mengutamakan peningkatan kemampuan
pegawai negeri dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

Tujuan pendidikan jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan
tinggi disebutkan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah :

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki


kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan keseniaan.

ILMU PENDIDIKAN 33
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

F. ALAT PENDIDIKAN
1. Pengertian Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang
memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri
sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan.

2. Penggunaan Alat Pendidikan

Di dalam menggunakan alat pendidikan, seharusnya sudah ditegaskan


tujuan apa yang akan dicapai, tetapi juga harus selalu diingat, bagi para pendidik,
hendaknya berusaha menghindari tindakan yang bersifat memaksa bagi anak
didik.

Penggunaan alat mempunyai hubungan yang erat dengan sifat kepribadian


pemakai karena merupakan sifat khas dari alat pendidikan. Dalam memilih alat-
alat pendidikan perlu diperhatikan hal-hal berikut :

a. Tujuan apakah yang ingin dicapai dengan alat itu


b. Siapakah yang akan menggunakan alat itu
c. Terhadap siapakah alat itu akan digunakan
d. Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan

Selain itu, kita perlu memperhatikan bagaimanakah reaksi anak-anak


terhadap penggunaan alat pendidikan itu sehingga dengan penggunaan alat itu
anak didik mengalami perubahan yang tidak hanya bersifat mekanisme saja, tetapi
benar-benar merupakan pencerminan dari pribadi anak didik.

ILMU PENDIDIKAN 34
3. Jenis Alat Pendidikan
a. Alat Pendidikan Pendahuluan

Alat pendidikan pendahuluan adalah alat pendidikan yang ditetapkan bagi


anak didik yang belum mengerti akan arti kewibawaan, dan terdiri dari :

a) Keteraturan, berarti berlangsung pada waktu, tempat, dan dengan cara yang
tetap.
b) Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan agar tetap bersih dan rapi.
c) Ketenangan, artinya menanamkan kebiasaan untuk ikut menjaga
keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup dengan tenang.
d) Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak akan kesibukan
dalam lapangan indra dan motorik, kesempatan untuk bergaul dengan
sesama.
b. Alat Pendidikan yang Sebenarnya
a) Memberi perlindungan, tujuan melakukan perlindungan ini , untuk
menghalangi anak berbuat sesuatu yang akan merugikan anak didik. Alat
pendidikan dalam memberi perlindungan ini dapat berupa : memberi
kesempatan untuk mengalami sesuatu, membatasi perbuatannya, melarang
atau menganjurkan untuk berbuat sesuatu, membiasakan atau menciptakan
keteraturan pada anak didik.
b) Verstandhouding= agar mengerti, yang dimaksudkan adalah agar anak dapat
mengerti tingkah laku orang tuanya agar dimengerti oleh anak didik apa
maksud dari sikap itu, dan agar dapat dicontoh oleh anak didik, baik secara
sadar ataupun tidak.
c) Kesamaan arah dalam berbuat dan berfikir, dalam hal ini alat pendidikan
bercorak meragakan suatu contoh, sehingga anak didik memperoleh
penjelasan pemberitahuan, gambaran akan sesuatu keadaan dan selanjutnya
kita libatkan anak didik dalam kehidupan orang dewasa dengan memberi

ILMU PENDIDIKAN 35
tanggung jawab kepada anak didik, agar mau menyesuaikan diri dengan
peraturan-peraturan dan berusaha menepat janji.
d) Merasa hidup bersama merasa ada perpaduan, dalam hal merasa hidup
bersama ini, timbul rasa saling percaya mempercayai, cinta mencintai,
sehingga pendidik menciptakan suatu kesempatan untuk terwujudnya
“merasa hidup bersama” itu.
e) Pembentukan kemauan, dalam hal ini anak didik memiliki kemauan untuk
membentuk diri sendiri. Dengan kata lain, bahwa dengan pembentukan
kemauan ini, anak didik mempunyai kesanggupan untuk berbuat kesusilaan
atas kemauan dan pertanggungjawaban sendiri.

G. LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi


terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. LINGKUNGAN KELUARGA

Merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.Keluarga


memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak,
karena sebagian besar kehidupan anak berada ditengah-tengah keluarganya.
Untuk itu orang tua harus menciptakan suasana yang edukatif, yakni suasana yang
dimana orang tua mampu menciptakan pola hidup dan tata pergaulan dalam
keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan. Sehingga nantinya anak
mampu mengoptimalkan kemampuan dan kepribadiannya tersebut.

Ada 4 tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam lingkungan


pendidikan keluarga :

1. Memelihara dan membesarkan anak


2. Melindungi dan menjamin kesehatan anak
3. Mendidik dengan berbagai ilmu
4. Membahagiakan kehidupan anak

ILMU PENDIDIKAN 36
2. LINGKUNGAN SEKOLAH

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan


kegiatan pembelajaran secara sistematis, terencana, sengaja, dan terarah yang
dilakukan oleh pendidik yang profesional dengan program yang dituangkan ke
dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada jenjang tertentu,
mulai dari tngkat TK (Taman Kanak-kanak), Perguruan Tinggi. Pada dasarnya
sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh
dilingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan informal.

Sekolah juga memiiki beberapa tanggung jawab sebagai lingkungan


pendidikan bagian anak didiknya, antara lain :

A. Tanggung Jawab Formal


Yakni tanggung jawab sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan yang bertugas untuk mencapai tujuan
pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
B. Tanggung Jawab Keilmuan
Yakni tanggung jawab sekolah berdasarkan bentuk isi dan tujuan
serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh
masyarakat.
C. Tanggung Jawab Fungsional
Tanggung jawab sekolah yang diterima sebagai pengelola
fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik
yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum.

Sekarang ini sekolah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


dimana sistem ini terbagi dalam berbagai jenjang pendidikan. Antar lain:

A. Taman Kanak-kanak (TK) dan Rahdhatul Athfal (RA)

Dijenjang ini pendidikan difokuskan kepada:

ILMU PENDIDIKAN 37
1. Pengembangan moral, budi pekerti, dan nilai-nilai agama.
2. Pendidikan social dan emosi
3. Pengembangan kemampuan dasar masing-masing individu
B. Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Difokuskan agar peserta didik menjadi lulusan yang memiliki dasar-dasar


karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang memadai untuk
mengembangkan potensi anak didik.

C. Sekolah Menengah

Sekolah menengah meliputi Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah


Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Madrasah Aliyah (MA).

Dalam penyelenggaraannya sekolah menengah ditujukan untuk menghasilkan


lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya, dan alam
sekitar.

3.LINGKUNGAN MASYARAKAT

Secara umum masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang


bertempat tinggal disuatu tempat dan saling berinteraksi dengan sesama untuk
mencapai tujuan tertentu.

Namun jika ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat merupakan


lingkungan pendidikan non-formal yang memberikan pendidikan secara sengaja
dan terencana kepada seluruh anggotanya tanpa memandang status pendidikan,
ras, gender, manusia, tetapi tidak sistematis. Masyarakat menerima semua anggota
yang beragam untuk diarahkan menjadi anggota yang sejalan dengan tujuan
masyarakat itu sendiri yang berorientasi pada pencapaian kesejahteraan social,
jasmani, rohani, dan juga mental spiritual.

ILMU PENDIDIKAN 38
Secara konsepsional, tanggung jawab pendidikan dibebankan kepada
perangkat desa atau tokoh masyarakat. Tanggung jawab yang dibebankan tersebut
antara lain:

A. Pengawasan
Mengawasi jalannya nilai social budaya, aturan social dan aturan agama
B. Penyaluran
Menyalurkan aspirasi dan keinginan masyarakat untuk mendapat hidup
bahagia, aman, dan sejahtera.
C. Pembinaan dan Peningkatan Kualitas
Membina dan meningkatkan kualitas kehidupan warga dengan
mengadakan kegiatan yang dapat menunjang terwujudnya keluarga bahagia dan
sejahtera, seperti kegiatan PKK, Karang Taruna, dll.

ILMU PENDIDIKAN 39
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses


pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
proses pendidikan.
Komponen-komponen pendidikan meliputi :
2. Anak didik
3. Pendidik
4. Tujuan pendidikan
5. Alat pendidikan
6. Lingkungan pendidikan
7. Pendidikan sebagai sistem
Dengan adanya kesinambungan antara komponen pendidikan yang satu
dengan yang lainnya maka sistem proses pendidikan dapat berjalan dengan baik
dan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Rohman, Arif. 2009.Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta


: Lksbang Mediatama.

Suwarno,Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz


Media.

Tim MKDK FKIP UNS, (1993). Pengantar Pendidikan. Surakarta : Sebelas


Maret University Press.

ILMU PENDIDIKAN 40

Anda mungkin juga menyukai