Teori Belajar
Bandura&Carl Rogers
Disusun Oleh:
Fauzan Nurhamidin (13040284064)
Nur Shamsu (14040284104)
Agung Mustifaris N (14040284094)
Wisma Ndaru A.P (14040284089)
Dalam makalah ini akan dipaparkan secara lanjut tentang teori belajar Bandura dan Carls
Rogers, dan terlebih bagaimana proses dan implementasinya itu sendiri. Secara umum memang
makalah ini tidak berbeda jauh dengan makalah-makalah dan artikel-artikel lainnya yang
berhubungan dengan Psikologi Pendidikan – Teori Belajar Bandura dan Carl Rogers. Karena
dalam pembuatan makalah ini juga diambil dari beberapa sumber.
Kendati demikian, makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik, saran, dan
masukan dari para pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan pembuatan makalah
kami berikutnya. Semoga nantinya makalah ini akan bermanfaat untuk para pembaca.
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
BAB II Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Teori Pembelajaran Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
-Teori Peniruan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
-Unsur Peniruan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
-Ciri-ciri Teori Pemodelan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
-Eksperimen Bandura . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
-Kelemahan dan Kelebihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
B. Teori Humanistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
-Pendekatan Roger dan Motivasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
-Perkembangan Diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
-Peran Terhadap Pengembangan . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
-Aplikasi Teori . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
Penutup
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Albert Bandura
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory) salah
satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran,
pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau
kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelakumemainkan peran penting dalam
pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakuppengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura
merupakansalah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa
belajarmereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman merekasecara kognitif.
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yangterdiri dari tiga faktor utama yaitu
perilaku, person/kognitif dan lingkungan.Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkunganmempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan,
faktorperson/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punyakecenderungan
kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen.Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dankecerdasan.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh
lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social
jenis ini.
b. Carl Rogers
Carl Rogers lahir pada tanggal 8 januari 1902, di oak park, Illionis, sebuah daerah pinggiran
Chicago. Ia anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya adalah insinyur teknik sipil yang
sukses. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga pemeluk Kristen yang taat. Semenjak kecil,
Rogers nampak cerdas ia sudah bisa membaca sebelum usia TK, maka dari itu ia tidak perlu
masuk TK lagi namun langsung masuk SD.
Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan
dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang
berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan
yang menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri
dan berkembang menjadi jenis individu yang mereka inginkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu teori belajar Bandura dan Carls Rogers?
b. Bagaimana bentuk-bentuk teori belajar yang dipaparkan kedua tokoh tersebut?
c. Bagimana implementasi teori belaajr tersebut dan pengaruhnya terhadap peserta didik?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini, yaitu ;
1. Mengetahui apa itu teori belajar dan segala bentuk-bentukya
2. Memahami kondisi yang terjadi pada proses belajar dan perkembangan peserta didik
3. Memberikan acuan untuk beradaptasi terhadap proses dan cara belajar yang sesuai dan
tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam
laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ –
“pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah
memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak
menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan
maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk
menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah
melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil
eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui
pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa
mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif)
dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap
perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini
diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung.
Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak
meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku
di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru
mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak
dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam
situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila
seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya
melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh
karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada
abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang
mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak
hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui
pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah
lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak
tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan
menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert
Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana
seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui
proses perhatian.
Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
3. Peniruan Gabungan.
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang
dibacanya.
5. Peniruan Berkelanjutan.
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
A.6.2 Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena
itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata
reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi
antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning (
pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor
social dan kognitif.
B. Teori Humanistik
Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan
dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang
berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan
yang menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri
dan berkembang menjadi jenis individu yang mereka inginkan.
Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari individu memiliki dua self/diri. Diri yang kita
rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita tentang diri kita sesungguhnya “real
self”) dan diri kita yang ideal/diinginkan “ideal self” (yang kita inginkan). Rogers (1961)
megajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari conditional positive regard
(memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu mematuhi norma orang tua atau norma
social) yang orang lain tunjukkan kepada kita. Kita tidak bias mendapatkan cinta dan persetujuan
orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma social dan aturan orang tua yang keras.
Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela,
disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari orang lain. Sering
kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan diri yang rendah, menilai
rendah diri sendiri, dan melupakan siapa diri kita sebenarnya.
Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk atau
berperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan dukungan orang lain.
Kita memerlukan unconditional positive regard (member dukungan dan apresiasi individu tanpa
menghiraukan perilaku yang tak pantas secara social), bukan karena kita pantas
mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua,
kita bisa menemukan harga diri dan kemampuan mencapai ideal self kita sendiri. Tanpa
unconditional positive regard kita tidak dapat mengatasi kekurangan kita dan tak dapat menjadi
orng yang berfungsi sepenuhnya.
Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat adalah individu yang sehat adalah
individu yang berfungsi sepenuhnya, yaitu yang telah mencapai keselarasan antara diri yang
nyata (real self) dan diri yang dicita-citakan (ideal self). Jika ada penggabungan anatara apa yang
orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka inginkan, mereka mampu
menerima dirinya menjadi diri sendiri dan hidup sebagai diri sendiri tanpa konflik.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan untuk materi-materi
pembelajaran yang bersift pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena social. Indicator dari keberhasilan aplikasi iini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
A. Kesimpulan
A.1 Teori Albert Bandura
Teori Belajar Sosial, Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi
pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk
menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif
belajar.
2. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi
terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan
kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-
pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of
efficacy” dan “self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk
latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment
yang tidak perlu.
Daftar Pustaka
1. Aus Nasiban, Ladisi. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Grassindo.
2. Ratna Syifa’a Rachmahana. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan.
Hal. 101-103.
3. Baihaqi. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
4. Psycholocious.blogspot.in/2013/02/teori-belajar-sosial-albert-bandura