KELOMPOK 7
DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
Fakultas Psikologi
Jakarta
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya.
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teori Kepribadian
Kontemporer yang berjudul “Person Centered Theory” tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk memenuhi tugas presentasi pada
mata kuliah Teori Kepribadian Kontemporer. Makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Person Centered Theory yang dibuat oleh Carl Rogers
untuk para pembaca dan penulis.
Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indra Kusumah, Dr., M. Si,
selaku dosen mata kuliah Teori Kepribadian Kontemporer yang telah memberikan
tugas sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca sesuai
dengan bidang studi. Para penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih banyak kesalahan,
kekurangan, dan jauh dari kata sempurna, sehingga kami para penulis sangat
terbuka terhadap kritik dan saran agar dapat bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.
Jakarta,
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................3
2.1 Biografi...................................................................................................................................3
2.2 Teori Kepribadian...................................................................................................................4
2.3 Asumsi Dasar..........................................................................................................................5
2.4 Struktur Kepribadian...............................................................................................................6
2.5 Dinamika Kepribadian.............................................................................................................6
2.6 Perkembangan Kepribadian....................................................................................................7
2.7 Kesadaran...............................................................................................................................8
2.8 Hambatan...............................................................................................................................9
2.9 Psikoterapi..............................................................................................................................9
2.10 Kritik Terhadap Rogers....................................................................................................15
BAB III.............................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Teori Carl R. Rogers yang berpusat pada orang masih menjadi salah satu teori
yang paling popular dalam bidang psikologi, konseling dan Pendidikan. Pandangan
Rogers mengenai orang dan tentang bagaimana lingkungannya mendukung dapat
membantu dalam pengembangan yang telah berpengaruh besar pada berbagai
profesi serta mengasuh anak.
Teori yang berfokus pada seseorang ini memberikan cara baru dalam melihat
seseorang dan perkembangan mereka, serta bagaimana seseorang dapat
membantu untuk berubah. Dari segi ini, orang-orang dianggap sepenuhnya
bertanggung jawab atas hidu-p mereka sendiri dan secara permanen di motivasi
untuk memperbaiki diri. Tanggung jawab atas perilaku pribadi dan pilihan untuk
mengubahnya dianggap sepenuhnya milik individu.hal ini merupakan cara untuk
melihat dan menangani manusia yang tidak bergantung pada orang lain (penasihat,
psikolog, orang tua, guru, dll) sebagai intruksi utama perubahan. Sekarang
seseorang dapat mengendalikan perubahan mereka sendiri jika kondisi yang tepat
didapatkan.
1
Awal munculnya keyakinan Rogers merupakan perkembangannya yang menjadi
proses bantuan utama dan pemeriksaan bahan penting dari proses itu berfungsi
sebagai dasar untuk tahap ini. Informasi mengenai peran konselor dalam
memberikan intervensi dan metode yang digunakan untuk melakukan peran itu
kemudian akan memberikan dasar praktis untuk mulai melaksanakan proses yang
dilakukan.
1.3 Tujuan
Melalui makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana teori yang di kemukakan
oleh Rogers mengenai apa itu self centered theory, apa saja hal yang meliputi di
dalam nya serta bagaimana metode pengobatan yang dilakukan. Dengan begitu kita
lebih memahami diri kita sendiri dan juga memahami bagaimana menyikapinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi
3
kesulitan dan memperoleh wawasan yang dibutuhkan untuk membangun kembali
kehidupan mereka.
Carl Rogers sendiri adalah salah satu tokoh psikologi humanistik, yang
menurutnya setiap orang bertanggung jawab atas kehidupan dan kedewasaannya
sendiri. Carl Rogers percaya bahwa setiap orang bebas untuk melatih dan mengatur
diri mereka sendiri. Pengendalian diri oleh segala sesuatu Teori yang dikemukakan
oleh Carl Rogers sebenarnya banyak digunakan dalam bidang konseling dan
terapis. Teori humanis dipandang sebagai “kekuatan ketiga” (third force) dalam
psikologi, kekuatan humanistik ini memiliki kepentingan eksklusif pada perilaku
manusia. gratis) dan potensi pengembangan diri”.
4
personcentered. Menurutnya, ada tiga konstruk utama dalam teorinya yang
kemudian disederhanakan oleh Syamsul Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan menjadi
dua (Parjuangan, 2016), yaitu:
1. Organisme
Merupakan keseluruhan individu (total individual) terdiri dari fisik dan
psikis. Organisme ini juga merupakan tempat (place) dari segala
pengalaman, yang dalam istilah Rogers merupakan medan fenomenal.
2. Self
Aspek utama dalam teori kepribadian Rogers yang dewasa ini dikenal
dengan self-concept (konsep diri). Konsep self menggambarkan konsep
orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian
dari dirinya. Misalnya, individu mungkin memandang dirinya sebagai;
“saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati, dan menarik. Konsep self ini
juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai
perannya dalam kehidupan, dan dalam kaitannya dengan hubungan
interpersonal. Pengertian sederhananya adalah penilaian manusia
terhadap karakter, kekuatan, dan kelemahan diri sendiri. (Parjuangan,
2016)
5
potensial dirinya (J Feist dan Gregory J. Feist, (2008;273). Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Kecenderungan ini satu-satunya motif yang dimiliki manusia dimana
kebutuhan diperlukan untuk memuaskan rasa lapar, mengekspresikan
emosi-emosi mendalam yang dirasakan, dan menerima diri seseorang.
(Ratu, 2016)
6
Hal ini sebagai bagian dari daya yang memacu potensi individu dan
pengembangan diri seseorang yang telah menjadi ciri khas setiap Melalui aktualisasi
diri inilah manusia didorong untuk menuju tahap pengembangan secara optimal dan
menghasilkan ciri unik yang ada pada setiap manusia misalnya saja seperti
kreatifitas dan inovasi. progresif dan perilaku regresif agar dapat memperoleh tujuan
hidup. Menurut Rogers, orang yang sehat adalah orang yang ikut berperan dalam
proses Hasil akhirnya yaitu menjadi diri sendiri dan mampu mengembangkan sifat
dan potensi psikologis yang unik.
Kepribadian sehat adalah penghargaan terhadap diri secara positif tanpa
syarat (unconditional positive regard). Ketika seseorang di masa kecil,
kecenderungan akan penghargaan tanpa syarat menjadi keinginan yang kuat agar
potensi yang dimiliki terpenuhi ini, Rogers melihat kepribadian sehat bukan termasuk
keadaan dari sesuatu yang telah Aktualisasi diri tidak termasuk keadaan yang tetap,
tetapi proses yang terus tidak mengekang dan bebas, tumbuhnya kreativitas dalam
diri.Rogers beranggapan jika manusia dapat berfungsi dengan adanya penyesuaian,
7
Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian antara pengalaman dengan
persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri yang
sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri
dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang tidak
menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu
dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
2.7 Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, konsep diri dan diri ideal tidak aka nada. Rogers
menyatakan bahwa kesadaran didefinisikan sebagai sebuh representasi simbolik
(tidak dalam bentuk lambang-lambang verbal) dari beberapa bagian dari
pengalaman. Ia menggunakan istilah sinonim dengan kedua kesadaran dan
simbolisasi. Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa
sebab dan akan memuncak menjadi ancaman. Untuk mencegah tidak konsistennya
pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan pertahanan diri dari
kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman
yang tidak konsisten.
8
pengalaman sehingga pengalaman tersebut dapat berasimilasi dengan
konsep diri yang ada.
2.8 Hambatan
Penghargaan bersyarat
Persepsi bahwa diri kita dapat dicintai atau diterima hanya apabila kita dapat
memenuhi ekspetasi atau persetujuan dari orang lain disekitar kita.
Sikap defensif
Perlindungan atas dasar konsep diri dari sebuah kecemasan serta ancaman,
yang diikuti dengan penyangkalan ataupun distorsi dari pengalaman yang
tidak konsisten dengan konsep diri.
Inkongruensi
Perbedaan yang muncul terhadap konsep diri seseorang denga napa yang
diinginkannya secara ideal. Organisme dan diri merupakan sebuah entitas
yang terpisah yang mungkin iya atau mungkin tidak kongruen terhadap satu
sama lain.
Disorganisasi
Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap aspek psikologis dan terjadi
perbedaan kecil di antara diri dan pengalaman yang sampai taham paling
inkongruen. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun dapat terjadi
secara bertahap selama jangka waktu yang cukup Panjang. Dalam keadaan
ini, sang penderita kadang berperilaku secara konsisten dengan pengalaman
yang organismic yang mereka miliki dan juga terkadang sesuai dengan self
concept hancur yang mereka miliki.
2.9 Psikoterapi
Carl Rogers berkontribusi dalam metode terapi. Terapi ini memiliki dua nama
yang keduanya sama-sama dipakainya. Metode dengan non-direktif, dia
berpendapat bahwa seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya
tetapi memberikan kebebasan kliennya untuk mengarahkan kemana terapi berujung.
9
Semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh selama terapi, lterapis akan
menyadari bahwa dia tetap memiliki pengaruh kepada kliennya karena terapis tidak
mengarahkannya sama sekali.
Rogers menggati metode ini menjadi metode yang berpusat pada klien
(client-centered) yang di dalam teori terlihat sederhana tetapi sulit untuk
mempraktikannya. Pendekatan metode ini berdasarkan dengan pendapat klien
bahwa orang yang rentan atau cemas bisa berkembang secara psikologis jika
bertemu dengan terapis yang kongruen agar mampu memberikan ruang yang
bernuansa menerima tanpa bersyarat dan empati yan akurat. Karen dia tetap
menganggap klien yang harus mengatakan apa yang salah di dalam dirinya agar
berusaha memperbaikinya sendiri sehingga mendapatkan kesimpulan yang akan
menghasilkan proses terapi ini tetap terpusat pada klien meskipun pengaruh dari
terapis terasa betul di dalam dirinya.
Ada salah stau frasa yang digunakan oleh Rogers untuk mendeskripsikan
terapi nya ini yaitu, “mendukung, tidak merekonstruksi”, ia juga menggunakan
analogy di dalam belajar naik sepeda untuk menjelaskannya. Ketika membantu
seorang belajar mengendarai sepeda, tidak hanya boleh memberitahu bagaimana
cara menaikinya tetapi juga harus memintanya untuk bisa mencoba sendiri. Kita
sebagai pelatih tidak bisa terus menerus menjaga, ada kalanya membiarkan mereka
jalan sendiri agar membuat klien lebih belajar untuk menghadapi kondisi tersebut ke
depannya.
Sama hal dengan terapi berpusat pada klien ini, satu-satunya teknik yang
dikemukakan oleh Rogers agar bisa menjalankan metode tersebut adalah dengan
refleksi. Refleksi merupakan cerminan atau pantulan dari komunikasi perasaan.
Misalnya, seperti klien mengatakan “saya merasa seperti sampah!” terapis akan
menggunakan teknik refleksi nya dengan memantulkan kembali kepada klien
dengan mengatakan bahwa, “jadi, hidup anda seperti itu ya?” terapis
mengkomunikasikan kepada klien dengan melakukannya bahwa dia dengan
sungguh-sungguh berusaha memahami perasaan si klien.
Disana letak kesulitan dalam terapi ini, kaulitas dari kongruensi, penerimaan
positif yang tidak bersyarat dan pengertian secara empatu tidak mudah dimiliki oleh
konselor. Pendekatan dengan konseling berpusat pada klien dinyatakan di dalam
10
bentuk jika-lalu. Kondisi kongruensi tersedia dengan baik di dalam hubungan klien-
konselor, maka proses terapi terjadi. Jika, proses terapi terjadi beberapa hasil dapat
diprediksikan. Terapi dari Rogers ini dapat dilihat di dalam kondisi, proses, dan juga
hasil.
Maka dari itu, menurut Rogers, terapis harus mempunyai syarat-syarat yang
memenuhi agar dapat bekerja dengan baik dan efektif.
11
Ciri-ciri Pendekatan Client-Centered
Teori Client-Centered
12
- Konseling datang ke konselor.
- Situasi konseling menjadi tanggung jawab konseli sejak awal.
- Konselor berani mengemukakan perasaanya ke konseli agar konselor
bisa bersikap ramah, besahabt, dan menerima konseli.
- Konselor menerima perasaan dari konseli dan dapat memahaminya.
- Konselor berusaha supaya konseli memahami dan menerima keadaan
akan dirinya sendiri.
- Konseli menetukan pilihan akan sikap da tindakan yang diambilnya.
- Konseli dapat merealisasikan pilihannya tersebut.
3. Teknik Konseling
- Acceptance : Konselor menerima konseli apa adanya dengan berbagai
permasalahn sehingga menerima nya secara netral.
- Congruence : Konselor memiliki karateristik yang terpadu dan konsisten
akan perbuatannya.
- Understanding : Konselor secara akurat memahami empati di dunia
konseli dilihat dari sebagaimana di diri konseling tersebut.
- Non judge mental : Memberikan penilaian kepada konseli tetapi konselor
akan selalu bersifat objektif.
Ilmu pengetahuan dimulai di saat seorang ilmuwan yang intuitif mulai meilhat
pola di dama sebuah fenomena. Hubungan tersebut dipelihara oleh ilmuwan yang
peduli sehingga dapat dirumuskan mnjadi hipotesis untuk dapat dikaji. Setelah itu,
metodologi mulai masuk di dalam gambaran besar. Metode yang akurat akan
13
mencegah ilmuwan melakukan penipuan tehadap diri serta mencegah memanipulasi
observasi yang disengaja maupun tidak disengaja.
14
bergantung pada teknik Q sort yang dikembangkan oleh William Stephenson untuk
mengukur perubahan menurut sudut pandang klien.
Apakah teori Rogers memenuhi kriteria dari teori yang bermanfaat? Pertama,
walaupun teori Rogers menghasilkan banyak penelitian dalam ranah psikoterapi dan
pembelajaran ruang kelas, tetapi tidak terlalu banyak penelitian di luar kedua area
15
sehingga mendapat penilaian sedang di dalam kemampuannya memunculkan
aktivitas penelitian dalam ruang lingkup umum psikologi.
Kedua, teori Rogers terlalu tinggi untuk kemampuan dikaji ulang. Rogers
merupakan salah satu yang memakai jika-maka untuk memakai kerangka di dalam
teorinya.
Kelima, teori berpusat pada pribadi cukup tinggi untuk aspek konsistensi
sehingga definisi operasionalnya dibuat dengan hati-hati.
Terakhir, teori Rogers cukup jelas dan ekonomis dari konsep nya, tetapi Bahasa
yang digunakan tergolong canggung dan tidak jelas. Konsep seperti “pengalaman
organismic”, “menjadi”, “penghargaan diri yang positif”, “kebutuhan memperhatikan
diri”, “penerimaan tidak bersyarat”, dan “berfungsi sepenuhnya” terlalu luas dan tidak
mempunyai arti ilmiah yang akurat.
16
BAB III
PENUTUP
4. Kesimpulan
Teori Client-Centered atau teori yang berpusat pada klien merupakan teori
yang dikemukakan Carl Rogers. Teori ini berdasarkan oleh pendapat klien bahwa
orang yang rentan atau cemas bisa berkembang secara psikologis jika bertemu
dengan terapis yang kongruen agar mampu memberikan ruang yang bernuansa
menerima tanpa bersyarat dan empati yang akurat. Dengan menggunakan teknik
refleksi yang merupakan cerminan atau pantulan dari komunikasi perasaan. Terapis
mengkomunikasikan kepada klien dengan melakukannya bahwa dia dengan
sungguh-sungguh berusaha memahami perasaan si klien.
5. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess., Feist, Grejory J., Roberts, Tomi A. (2017). Theories of Personality, 8th
Ed. Jagakarsa, Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
O, Wiwin R., Negara, Bella A., Mustika, Silvana W., Savitri Swasti M P. PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN II, CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI.
Makalah Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Semarang.
John, O.P., Robins, R.W., dan Pervin, L.A. (2008). Handbook of personality : theory
and research. New York: The Guilford Press.
Insani, F. D. (2019). Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow Dan Carl Rogers
Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. As-Salam:
Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(2), 209–230.
https://doi.org/10.51226/assalam.v8i2.140
18
19