Anda di halaman 1dari 17

TEORI BELAJAR PERSON-CENTERED ROGERS

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI


DOSEN PENGAMPU : Dr. Atot Sugiri , M. Pd.I.

DISUSUSN OLEH :

SALWA SYABINA

PBI 1A

SEMESTER 1

KAMPUS SUKARAJA

60403100320035

Jl. Pembangunan Jl. Selakaso Kulon, Pasirhalang, Kec. Sukaraja, Kota


Sukabumi, Jawa Barat 43192, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
ini dengan judul “ Teori Belajar Person – Centered Rogers “ sebagai tugas mingguan
pertemuan ke 9 mata kuliah psikologi pendidikan.

        Dalam makalah ini, penulis menemui beberapa hambatan untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Atot Sugiri selaku Dosen mata kuliah
Psikologi Pendidikan dan pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

        Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga Makalah


ini  bermanfaat.            

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMAN-CENTERED ROGERS.......................................2
B. PRINSIP-PRINSIP TEORI BELAJAR PERSON-CENTERED ROGERS..............................3
C. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM TEORI BELAJAR PERON-CENTERED
ROGERS................................................................................................................................................6
D. APLIKASI TEORI BELAJAR PERON-CENTERED ROGERS............................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi kepribadian merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi. Dimana
psikologikepribadian ini didalamnya membahas tentang perbedaan pribadi
antar individu sertadinamikanya dalam membangun relasi intrapersonal
dan interpersonal. Dalam bidangpsikologi khusus terdapat banyak teori yang
diungkapkan oleh para ahli yang bergerak dibidang ini. Salahsatu teori psikologi
kepribadian yaitu yang dikemukakan oleh Carl Rogersmengenai self.Carl Rogers
merupakan salah satu tokoh dari bidang psikologi humanistik,
dimanamemilikipandangan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
kedewasaan dan hidupnya sendiri.Carl Rogers berpendapat bahwa setiap orang
bebas untuk melatih dan mengatur diri merekasendiri. Namun tetap setiap orang
harus memiliki tanggungjawab atas kontrol diri yang mereka lakukan.Teo ri
yang di ke mukaka n oleh Carl Rogers ini menj adi salah sa tu teo ri yang
ba nya kdigunakan di bidang konseling dan terapis, karena memang pada
dasarnya Carl Rogers inibergerak di bidang psikoterapi.Oleh karena itu, guna
menambah pengetahuan mengenai kepribadian ini, khususnya untukseorang
guru dimana guru juga berperan sebagai konselor untuk peserta didiknya
yangbermasalah, makan pembahasan makalah ini akan dikonsentrasikan
membahas mengenaiteori kepribadian dari Carl Rogers.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Teori belajar person-centered Rogers?
2. Prinsip prinsip apa saja yang digunakan teori belajar person-centered Roges?
3. Bentuk dari teori belajar person-centered Rogers?
4. Metode dari teori belajar person-centered Rogers?
5. Aplikasinya dari teori belajar Rogers?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMAN-CENTERED ROGERS

Nama lengkapnya adalah Carl Ransom Rogers , ia lahir pada tanggal 8 januari 1902 di
Oak Park, ia hidup di lingkungan keluarga protestan yang fundamentalis. Meskipun ia
belajar di seminari, ia juga ikut kuliah di Teacher Collage yang deket dengan sekolah
seminarinya. Pada tahun 1939 ia menerbitkan tulisan yang berjudul «The Clinical
Treatment of the Problem Child», yang membuat dirinya mendapat tawaran sebagai
profesor di fakultas psikologi di Ohio State University. Di sini dia lebih senang
menggunakan istilah siswa terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai
istilah pasien.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas
permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan
jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asessmendan pendapat para terapist
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Meskipun teori yang
dikemukakan Rogers adalah salah satu dari teoriholistik, namun keunikan teorinya adalah
sifat humanis yang terkandung di dalamnya.

Namun istilah yang masyhur dan sering digunakan untuk teori Rogers adalah person
centered. Rogers adalah ahi psikologi humanistik yang mempunyai ide-ide yang
mempengaruhi pendidikan dan penerapannya. Melalui bukunya yang sangat populer
Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s, dia menganjurkan pendekatan
pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih
personal, dan berarti.

2
B. PRINSIP-PRINSIP TEORI BELAJAR PERSON-CENTERED ROGERS

Pendekatan Rogers dapat dimengerti dari prinsip-prinsip penting belajar


Humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dan filsafat
pendidikannya.

a) Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn) Rogers percaya manusia


secara wajar mempunyai keinginan untuk belajar, keinginan ini dapat
dilihat dengan keingintahuan yang sangat dari seorang anak ketika dia
menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. Keingintahuan anak yang
sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi
dasar yang penting untuk pendidikan humanistik. Dalam pandangan
humanistik, anak diberi kebebasan untuk memuaskan keingintahuan
mereka, untuk menemukan diri mereka sendiri, serta apa yang penting
dan berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka (Djiwandono, 2006:
183–184). Orientasi ini sangat berlawanan dengan kelas tradisonal, di
mana guru atau kurikulum menentukan apa yang harus siswa pelajari.
b) Belajar secara signifikan (Significant Learning) Jenis belajar ini tidak
sulit ditemukan. Pikiran siswa yang belajar dengan cepat untuk
menggunakan komputer agar bisa menikmati permainan, atau siswa
yang cepat belajar untuk menghitung uang kembaliannya ketika
membeli sesuatu. Kedua contoh tadi menunjukkan bahwa belajar
mempunyai tujuan dan kenyataannya dimotivasi oleh kebutuhan untuk
tahu.
c) Belajar tanpa ancaman (Learning without Threat) Bahwa belajar yang
paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang
bebas dari ancaman. Proses belajar dipertinggi ketika siswa dapat
menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan
membuat kesalahan tanpa mengalami rasa sakit hati karena kritik dan
celaan.

3
d) Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning) Untuk Teori
Humanistik, belajar akan paling signifikan dan meresap ketika belajar itu
atas inisiatifnya sendiri, dan ketika belajar melibatkan perasaan dan
pikiran si pelajar sendiri. Dengan memilih pengarahan dari orang yang
sedang belajar sendiri, akan memberi motivasi tinggi dan kesempatan
kepada siswa untuk belajar bagaimana balajar. Penguasaan mata
pelajaran tidak diragukan lagi pentingnya, tetapi tidak lebih penting
daripada kemampuan untuk menentukan sumber, merumuskan
masalah, menguji hipotesis dan menilai hasil belajar. Belajar atas
inisiatif sendiri dengan memusatkam perhatian siswa pada program
belajar hasilnya amat baik.
e) Belajar dan berubah (Learning and Change) Prinsip akhir bahwa Rogers
telah mengidentifikasi bahwa belajar yang paling bermanfaat adalah
belajar tentang proses belajar. Rogers mencatat bahwa siswa pada
masa lalu belajar satu set fakta ilmu statistik dan ide ide. Dunia menjadi
lambat untuk berubah dan apa yang dipelajari di sekolah cukup untuk
memenuhi tuntutan waktu. Sekarang, perubahan adalah fakta hidup
(Djiwandono, 2006). Pengetahuan berada dalam keadaan yang terus
berubah secara konsisten. Belajar seperti waktu yang lalu tidak cukup
lama untuk memungkinkan seseorang akan sukses dalam dunia
modern. Apa yang dibutuhkan sekarang, menurut Rogers, adalah
individu yang mampu belajar dan lingkungan yang berubah.

Menurut Arbayah (Arbayah, 2013: 207) Carl Rogers menekankan perlunya


sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis)
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Carl
Rogers menyakini bahwa berbagai masukan yang ada pada diri seseorang
tentang dunianya sesuai dengan pengalaman pribadinya. Masukan-
masukan ini mengarahkannya secara mutlak ke arah pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dirinya. Rogers menegaskan, dalam pengembangan
diri seorang pribadi akan berusaha keras demi aktualisasi diri (self

4
actualisation), pemeliharaan diri (self maintenance), dan peningkatan diri
(self inhancement).

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan


eksperiensial (pengalaman atau signifikansi). Guru menghubungkan
pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
mempelajari tata cara pelaksanaan shalat dengan tujuan agar anak mampu
melaksanakan shalat 5 waktu setiap hari. Experiential Learning bertujuan
untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas
pada siswa. Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar
humanistik yang penting diantaranya (Soemanto, 1987: 129):

1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami

2) Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid


mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri

3) Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai


dirinya sendiri, dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya

4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan


dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil

5) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat


diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar

6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya

7) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan


ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu

8) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya,


baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari

5
9) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas lebih mudah
dicapai apabila terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik
dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang
penting.

10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri
mengenai proses perubahan itu.

C. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM TEORI BELAJAR PERON-


CENTERED ROGERS

Guru yang baik menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa
dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.

Teori belajar humanistik Rogers juga menitikberatkan pada metode student-


centered, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada
peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik
untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan. Yang
terpenting dari Rogers adalah proses suasana (emotional approach) dalam
pembelajaran bukan hasil dari belajar. Seorang guru harus lebih responsif terhadap
kebutuhan kasih sayang dalam proses pendidikan. Perasaan gembira, tidak
tertekan, nyaman adalah hal yang dinginkan dalam proses pembelajaran.
(Wahyudin, 2009).

6
Menurut Wartawarga (2009), Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah
dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu realitas di dalam fasilitator
belajar, penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, serta pengertian yang
empati.

a. Realitas di dalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting.


Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri
sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada
sesuatu yang ditutup-tutupi.

b. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan menghargai pendapat,


perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu
dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul
kepercayaan akan satu dengan lainnya.

c. Pengertian yang empati, Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar


inisiatif diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi
murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya
proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan
materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai


seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas
belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.

7
D. APLIKASI TEORI BELAJAR PERON-CENTERED ROGERS

 Dalam pendidikan

Teori Roger ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan


individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh,
manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan
dunia.
Kebebasan jarang terdapat disekolah maupun perguruan tinggi. Kurikulum telah
ditentukan oleh atasan yang harus diikuti oleh semua sekolah sejenis. Demikian pula
buku pelajaran serta ujian tidak mengizinkan kebebasan. Murid harus patuh, menghafal
apa yang dikatakan oleh guru. Akan tetapi guru juga tidak bebas menentukan
kuikulumnya.
Keterkaitan pada peraturan merupakan ciri utama dari pendidikan kita. Zaman
feodal dan kolonial pada masa Belanda dan Jepang menanamkan rasa kepatuhan.
Juga adat istiadat mengutamakan kepatuhan, sehingga kebebasan tidak mendapat
tempat. Terlampau banyak kepatuhan membuat manusia konform dan khilangan
individualitas, kreativitas, dan juga rasa tanggungjawabnya, sehingga akhirnya manusia
takut untuk menjadi bebas.(Nasution, 1982: 84)
Teori Carl Rogers dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam
fasilitator belajar yaitu
1.        Realitas didalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri
dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan
dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi
2.        Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya
penerimaan akan sesuatu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut,
maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.
3.        Pengertian yang empati
Untuk memperhatikan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam.

8
Guru harus memiliki kesadaran yang sensitive bagi jalannya proses pendidikan
dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengetian akan materi pendidikan dipandang
dari sudut murid dan bukan guru.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya


guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.            Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.            Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
3.            Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.            Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

 Terhadap pembelajaran siswa

Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistic adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1.        Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.        Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
9
3.        Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
4.        Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
5.        Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
6.        Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.        Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.        Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai penelitian yang telah saya lakukan, maka saya
dapat menarik kesimpulan bahwa teori belajar Person-centered Rogers adalah
teori belajar yang memanusiakan manusia. Karena dalam praktek-prakteknya
Guru dan siswa saling menghargai satu sama lain. Tidak ada pemaksaan dalam
pembelajaran dan sejauh ini teori belajar ini adalah teori yang paling cepat
berkembang degan pesat di abad ini.

B. Saran

Saya juga memiliki saran untuk para pembaca, agar mempelajari teori ini apalagi
sebagai calon guru, kita harus paham kosep mengajar dengan baik agar
mengasilkan murid yang baik juga. Menggali info lebih banyak lagi ntuk perluasan
pengetahuan. Demikianlah karya ilmiah yang bisa saya tulis mohon maaf bila ada
kesalahn dan penulisan karena saya masih dalam tahap pembelajaran.
Terimakasih, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

atrisna, IMPLIKASI TEORI BELAJAR CARL ROGERS DALAM PENDIDIKAN,


file:///C:/Users/LENOVO/Documents/2.pdf.

Umam Muhammad Chairul, TAR IB : Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2019, E-ISSN
2549-6433, file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/3305-Article%20Text-14089-1-10-
20200101.pdf. Untuk jurnal online

Anda mungkin juga menyukai