PENGELOLAAN KELAS
Dosen Pengampu:
Oleh:
Salwa Syabina
NIM : 60403100320035
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pengelolaan Kelas” sebagai tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Dalam Karya tulis ilmiah ini, penulis menemui beberapa hambatan untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Atot Sugiri, M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah Psikologi
Pendidikan dan pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat.
Salwa Syabina
60403100320035
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas Yang Efektif
B. Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam lingkaran pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorang pun yang
memperhatikan manajemen kelas (class room) yang baik, kecuali kelas telah menjadi ruwet dan
tidak terkendali. Padahal dengan memanajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan
kesempatan pembelajaran bagi murid.
Secara historis, dalam memanajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur dalam proses
pembelajaran. Guru juga dianggap sebagai pemandu, kordinator, dan fasilitator. Ketika kelas
dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Dan
sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas akan menjadi kacau dan tidak
menarik lagi sebagai tempat untuk belajar. Akan tetapi, di dalam memanajemen kelas yang baik
terkadang di aplikasikan secara berbeda-beda baik di sekolah dasar maupun menengah
diikarenakan perbedaan strukturnya. Di SD, guru harus menghadapi 20 sampai 25 murid selama
seharian. Sedangkan di SMP dan SMA, guru harus menghadapi lima atau enam kelompok yang
terdiri dari 20 sampai 25 murid selama 50 menit sehari. Dibandingkan dengan sekolah
menengah, murid SD menghabiskan lebih banyak waktu dengan murid yang sama di kelas, dan
berinteraksi dengan orang yang sama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan dan
problem lain. Akan tetepi dangan 100 sampai 150 murid, guru di sekolah menengah lebih banyak
menghadapi problem dibandingkan dengan guru SD. Juga, karena guru sekolah menengah
menghabiskan lebih sedikit waktu dengan murid di kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk
membangun hubungan personal dengan murid. Dan guru sekolah menengah harus bergerak cepat
dan manajemen waktu dengan efektif, karena periode kelasnya pendek.
Dibanding di SD, problem sekolah menengah dapat lebih lama dan dalam, dan karena itu
lebih sulit untuk di modifikasi. Juga, problem disiplin sekolah menengah biasanya lebih berat,
murid lebih mungkin membangkang pada aturan dan bahkan bertindak berbahaya. Karena
kebanyakan murid sekolah menengah punya keterampilan penalaran yang lebih maju dari pada
murid SD, mereka munkin menginginkan penjelasan yang lebih logis dan masuk akal tentang
aturan dan kedisiplinan yang diberlakukan. Selanjutnya pembahasan pada makalah kami yang
akan kami bahas yaitu mengenai pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas yang efektif
meliputi: mendesain lingkungan fisik kelas, Menciptakan lingkungan yang positif, serta menjadi
komunikator yang baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pensil, rak buku, komputer dan likasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan
pastikan mudah di akses.
Ø Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas menejemen yang penting
adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, kita harus melihat semua murid. Dan pastikan
ada jarak pandng yang jelas dari meja kita, lokasi intruksional, meja murid, dan semua murid.
Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
Ø Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses. Ini akan meminimalkan waktu
persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktifitas.
Ø Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan dimana kita dan
murid kita akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktifitas ini, murid tidak boleh
memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat
melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.
b. Mengatur Kelas
Pengelolaan kelas yang baik dimulai sebelum hari pertama sekolah. Ketika kita mengatur
perabotan di kelas, putuskanlah dimana meletakkan bahan-bahan dan peralatan mengajar, dan
peralatan dimana siswa akan duduk. Kita harus mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi
akibat berbagai pengaturan terhadap perilaku siswa. Ada empat strategi yang dapat membantu
pengelolaan kelas yaitu:
Ø Mengatur perabotan dengan cara-cara yang mendorong interuksi siswa dan ubahlah kalau malah
ternyata kontraproduktif.
Ø Minimalkan kemungkinan distraksi (pengalihan perhatian).
Ø Mengatur kelas sedemikian rupa sehingga kita mudah berinteraksi dengan siswa.
Ø Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang mempermudah pemantauan perilaku siswa.[4]
3
· Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi
murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium seringkali dipakai
ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
· Gaya tatap muka (face-to-face), murid saling menghadap. Dengan gaya ini maka gangguan
dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini dari pada susunan auditorial.
· Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak
duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit dari pada
gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
· Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran,
atau persegi atau bentuk U. Ini paling efektif ketika kita ingin agar murid berbicara satu sama
lain atau bercakap-cakap dengan kita.
· Gaya klaster (clouster), sejumlah murid (biasanya empat samai delapan anak) bekerja dalam
kelompok kecil. Susunan ini paling efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.[5]
4
mendeteksi perilaku yang salah jauh sebelum perilaku itu lepas kendali. Guru yang tidak
“mengikuti” perkembangan kemunhkinan besar tidak akan melihat perilaku salah itu sebelum
perilaku itu menguat dan menyebar.
· Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin mengamati bahwa beberapa guru
tampaknya berpikir sempit, hanya mengenai satu hal dalam satu waktu . Ini adalah strategi yang
tak efektif yang kerap menimbulkan intrupsi aliran proses belajar di kelas. Misalnya, seorang
guru sedang menangani kelompok membaca dan dia melihat dua anak laki-laki di luar sedang
berkelahi. Dia segera bangkit, mendekati anak yang berkelahi, menegur mereka, dan kemudian
kembali ke kelompok. Akan tetapi, pada saat dia kembali ke kelompok membaca itu, murid di
kelompok membaca itu sudah bosan dan mulai ribut sendiri. Dan sebaliknya, guru yang efektif
akan mampu mengatasi situasi tumpang tindih ini secara lebih baik. Misalnya, dalam situasi
kelompok membaca mereka dengan cepat merespons pertanyaan murid dari keluar kelompok
yang mengajukan pertanyaan, tetapi dalam merespon itu dia tidak mengubah aliran proses
belajar membaca. Ketika berjalan keliling ruangan dan memeriksa pekerjaan murid, matanya
tetap mengawasi seluruh kelas.
· Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang efektif akan menjaga aliran
pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid dan tidak menjaga agar murid tidak
terganggu. Beberapa aktifitas guru yang tidak efektif yang dapat menganggu aliran pelajaran.
Aktifitas itu antara lain seperti: flip-floopping, meninggalkan aktifitas yang sedang berjalan
dengan alasan yang tidak jelas, dan terlalu lama memaparkan sesuatu yang sudah dipahami
murid.
· Libatkan murid dalam berbagai aktifitas yang menantang. Kounin juga menemukan bahwa
menejer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan aktifitas
yang terlalu sulit. Murid sering bekerja secara independen daripada diawasi oleh guru.[7]
5
Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan. Dengan harapan akan mendorong
mereka untuk lebih bertanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dalam
pembuatan aturan dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentuan aturan
dan makna dari aturan tersebut. Guru munkin menyuruh murid untuk mendiskusikan mengapa
aturan itu diperlukan dan kemudian menyusun sejumlah aturan. Dan guru dapat menjelaskan
aturan itu dengan mendeskripsikan, area perilaku umum yang diatur dalam aturan itu.
Ø Membangun Aturan dan Prosedur Kelas
Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat kita akan menyusun aturan dan prosedur di
kelas yaitu:
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4. Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelas yang di kelola secara efektif, maka kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif
dalam pembelajaran. Dan sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas akan
menjadi kacau dan tidak menarik lagi sebagai tempat untuk pembelajaran. Cara-cara
pengelolaan kelas yang efektif yaitu dengan cara:
a. mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal,
b. menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran,
c. membangun dan menegakkan aturan,
d. mengajak murid untuk bekerja sama,
e. mengatasi problem secara efektif, dan
f. menggunakan setrategi komunikasi yang baik.
Memanajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan yaitu: membantu murid
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi aktifitas yang tidak di
orientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
7
8
DAFTAR PUSTAKA