Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR PERSO N -CENTERED ROGERS (PENGERTIAN,

PRINSIP, BENTUK, METODE, DAN APLIKASINYA)

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Oleh:

Kelompok 7

AREVA FAIZA SALSABILA


NPM 2206103020033

JASMINE AMALIA
NPM 2206103020039

Dosen Pengampu
Dr. Ruslan, S.Pd., M.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Belajar Person-Centered
Rogers” ini tepat pada waktunya. Meskipun terdapat sedikit kendala dalam proses
mengerjakan makalah ini, tetapi kami dapat menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang didalamnya menjelaskan tentang pengertian, prinsip, bentuk, metode,
dan aplikasi Teori Belajar Person-Centered Rogers.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Ruslan, S.Pd., M.Ed
sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan sekiranya kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, 11 September 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 1
1. Konsep Teori Belajar Person-Centered Rogers ................................................. 1
1.1 Biografi Carl Rogers.................................................................................... 1
1.2 Pengertian Teori Belajar Humanistik. .......................................................... 4
1.3 Pengertian Teori Belajar Humanistik Menurut Carl Rogers ......................... 5
2. Prinsip Teori Belajar Person-Centered Rogers .................................................. 9
3. Bentuk Teori Belajar Person-Centered Rogers.................................................10
4. Metode Teori Belajar Person-Centered Rogers ................................................11
5. Pengaplikasian Teori Belajar Person-Centered Rogers.....................................12

KESIMPULAN ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18

ii
PEMBAHASAN

1. Konsep Teori Belajar Person-Centered Rogers

1.1 Biografi Carl Rogers

Gambar 1. https://www.psychologymania.com/2010/03/carl-rogers-tokoh-
psikolog-humanisme.html

Carl Ransom Rogers atau yang biasa dikenal dengan Carl Rogers
merupakan seorang ahli psikologi humanistik yang mempunyai ide-ide yang di
mana ide-idenya tersebut memengaruhi teori serta aplikasi pendidikan. Rogers
yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara, lima diantaranya adalah
laki-laki, dari sepasang suami istri Walter A. Rogers, yang merupakan pekerja
teknik sipil dan ibunya, Julia M. Cushing, yang merupakan seorang ibu rumah
tangga dan juga merupakan seorang Kristen Pentakostal yang setia. Rogers lahir
pada tanggal 8 Januari 1902 di Oakpark, Illionis, yang bertepatan di pinggiran
Chicago, Amerika Serikat. Carl Rogers bukanlah seorang imigran Eropa seperti
kebanyakan orang pada zamannya yang terkenal di dunia psikolog Amerika, tetapi
merupakan produk asli Amerika Barat Tengah. Dia dapat dilihat sebagai figur
kontra-budaya yang memiliki arti penting karena karyanya mendapat perhatian
dan ditanggapi dengan keseriusan baru oleh generasi muda, yang tidak hanya di
Timur Jauh, tetapi juga di negara-negara seperti Jepang, Cina maupun Korea.
Pendapat Rogers tentang manusia oleh Hidayat (2011) :
a. Dia melihat orang maju walaupun terisolasi dari dunia luar
b. Manusia juga memliki kemampuan untuk menilai takdirnya sendiri serta
dapat dipercaya

1
c. Dengan sifat alami yang dimiliki oleh manusia, Rogers percaya dan dapat
berpikir positif

Rogers kecil merupakan seorang anak yang cerdas dan dapat membaca
dengan lancar sebelum menginjak TK yang dianggap selangkah lebih maju
dibandingkan anak-anak seusianya. Dengan berlatarbelakangan pendidikan
religius yang sangat ketat serta lingkungannya sebagai anak altar di rumah pendeta
Jimpley, ia tumbuh menjadi seorang yang introvert, independen, disiplin, dan
mendapatkan pengetahuan serta penghargaan dari metode ilmiah di dunia praktis,
beberapa anggota keluarganya pun menganggap Kesehatan Carl sebagai anak
laki-laki tidak baik kerena memiliki sifat yang cenderung sensitif. Dia sering
berbicara tentang dirinya sebagai anak yang kesepian yang hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk berteman diluar keluarga dan hanya dapat mencari hiburan
dalam buku-buku, yang ia baca tanpa henti. Awal mula karirnya adalah sebagai
agrikultur, di universitas Wisconsin-Madison, disini ia bergabung dalam
persaudaraan Alpha Kappa Lambda, yang diikuti dengan sejarah, kemudian
agama. Di usianya yang ke-20, saat ia memulai perjalanannya ke Peking, China
tahun 1922, yang bertujuan untuk mengikuti konferensi internasional Kristen,
disini Rogersmulai ragu akan keyakinan agamanya. Ia mengikuti sebuah seminar
yang bertemakan “Mengapa Saya Memasuki Pelayanan?” yang bertujuan untuk
menolongnya memperjelas dalam memilih karir, yang pada akhirnya membuat ia
mengubah karirnya. Ia lulus dari universitas Wisconsin-Madison pada tahun 1924
dan kemudian mendaftar ke Union Theological Seminary.

(Union Theological Seminary)


Gambar 2. https://www.crainsnewyork.com/real-estate/seminary-plans-42-
story-tower-morningside-heights

Rogers lulus dari Union Theological Seminary dalam jangka waktu dua
tahun. Kemudian ia belajar di Teachers College, Columbia University sehingga
mendapat gelar M.A. pada tahun 1928 dan Ph.D di tahun 1931. Sembari ia
menyelesaikan pekerjaan doktoralnya, ia juga terlibat dalam studi tentang anak.
Pada tahun 1930, Rogers juga sempat bekerja sebagai seorang direktur Society for
the Prevention of Cruelty to Children di Rochester, New York. Dari tahun 1935-

2
1940 ia menjadi seorang tenaga pendidik di University of Rochester dan
berdasarkan pengalaman pribadinya saat bekerja dengan anak-anak bermasalah,
ia menuangkan pengalaman tersebut ke dalam sebuah karya pribadinya yang
berjudul The Clinical Treatment of the Problem Child (1938).

Gambar 3. https://twitter.com/carl_rogerthat/status/779047244389556224

Tahun 1940, Rogers berkarir menjadi seorang professor psikologi klinis di


Ohio State University, disini ia juga menuliskan buku keduanya yang berjudul
Counseling and Psychotheraphy (1942). Dalam buku ini Rogers memberi saran
bahwasanya klien, dengan membangun relasi yang berdasarkan pemahaman dan
penerimaan dari terapis agar dapat menyelesaikan berbagai macam kesulitan serta
mendapatkan pencerahan yang dibutuhkan dalam mengatur dan menjalankan
hidup mereka.

Untuk pertama kalinya, ia diundang untuk mendirikan pusat konseling di


University of Chicago pada tahun 1945, dan dua tahun kemudian, pada tepatnya
di tahun 1947, ia dipercayai menjabat sebagai presiden dari American
Psychological Assosiation. Sementara itu ia juga aktif dalam mendirikan pusat
konseling dan melakukan riset untuk membuktikan keefektifan metodenya.
Penemuan-penemuan dan teori-teorinya dituangkan dalam bukunya yang berjudul
Client-Centered Therapy (1951) dan Psychotherapy and Personality Change
(1954). Pada tahun 1956, ia dipilih untuk menjabat sebagai presiden pertama
American Academy of Psychoterapist. Kemudian pada tahun (1957-1963) ia
mendapatkan tugas mengajar di University of Wisconsin, Madison. Di tahun yang
sama ia juga menulis sebuah buku yang berjudul On Becoming a Person yang
terbit di tahun 1961, dan buku ini menjadi buku yang sangat banyak dikenal dan
diminati banyak orang

Pada tahun 1964, ia pensiun dari mengajar dan pindah ke Institut Ilmu
Perilaku Barat di California. Tiga tahun kemudian ia mempublikasikan hasil
pengalaman psikiatrinya dalam buku The Relationship of Therapy and Its Impact:

3
A Study of Schizophrenia. Anda juga akan menemukan Pusat Studi Manusia dan
Institut Penelitian Perdamaian yang berfokus pada resolusi konflik.

Selama beberapa tahun terakhir hidupnya, ia tinggal di San Diego,


California, bergantian terapi dengan pertemuan dan kegiatan sosial. Ia
menerapkan teori tersebut pada situasi seperti penindasan politik dan konflik
negara, menciptakan lokakarya pendekatan yang berfokus pada komunikasi lintas
budaya dengan bertemu dengan Protestan dari seluruh dunia.

1.2 Pengertian Teori Belajar Humanistik.


Teori belajar humanistik pertama kali dikemukakan oleh konselor, pekerja
sosial, dan psikolog klinik pada tahun 1940. Awalnya teori ini tidak memasukkan
hasil penelitian di bidang proses pembelajaran, dan kemudian pada tahun 1960-
an dan 1970-an, psikologi pendidikan humanistik akhirnya muncul. Kata
humanisme berasal dari kata human, yang berarti manusia, dan kemudian
dianggap sebagai kata humanisme, yang berarti sifat manusia. Humanisme secara
luas dapat diartikan sebagai memandang manusia sebagai manusia, makhluk
ciptaan Tuhan dengan ciri-ciri tertentu.

Gambar 4. https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/

Dalam teori ini manusia sebagai makhluk hidup, dituntut untuk dapat
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya dengan
berbagai potensi yang dimilikinya (Baharuddin dan Moh. Makin, 2007).

Teori belajar humanistik juga mengasumsikan bahwa semua manusia


memiliki kecenderungan kualitas untuk tumbuh, belajar, dan berkembang
sepenuhnya. Carl Rogers menggambarkan ini sebagai naluri inti batin yang
memungkinkan orang mencapai potensi penuh mereka (Rogers, 1969). Ibrahim
Maslow (1968) menggunakan istilah 'aktualisasi diri' untuk menggambarkan
perkembangan alamiah dan bawaan manusia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
4
manusia adalah menciptakan pengalaman pendidikan yang diikuti keinginan
alami ini. Ketika siswa belajar, mereka secara alami belajar dan belajar lebih
banyak. Semakin bahagia mereka, semakin banyak mereka belajar. Namun, ketika
siswa dipaksa untuk belajar, motivasi eksternal mengurangi pembelajaran mereka
dan mengarahkan mereka untuk mempelajari hal-hal yang tidak ingin mereka
pelajari.

Menurut aliran humanistik, para pengajar diharapkan untuk melihat


kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada. Beberapa psikolog humanistik
berpendapat, bahwa setiap manusia mempunyai keinginan alami untuk
berkembang menjadi lebih baik dan terus belajar. Jadi, setiap lembaga pendidikan
harus berupaya agar tidak membunuh pemikiran ini dengan memaksakan peserta
didik belajar dan menghadapi sesuatu yang sebenarnya mereka belum siap untuk
menghadapinya. Dalam hal ini para tenaga pengajar memiliki peran yang sangat
besar sebagai fasilitator untuk membantu siswa-siswanya dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.

Singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan memfokuskan pada


perkembangan positif yang menekankan potensi manusia unuk menggali dan
menemukan berbagai kemampuan yang mereka punya dan dapat
mengimplementasik (Sanders, 2013) (Sanders, 2013)an kemampuan tersebut.

1.3 Pengertian Teori Belajar Humanistik Menurut Carl Rogers


Rogers merupakan salah seorang tokoh aliran humanistik yang menegaskan
bahwasanya prasyarat yang sangat penting bagi aktualisasi diri ialah konsep diri
yang luas dan fleksibel, sesuatu yang dapat memungkinkan kita untuk
mengekspresikan diri kita secara penuh dan menyerap secara luas seluruh
pengalaman, dimana konsep tersebut berpusat pada orang dan istilah tersebut
diperluas menjadi “berpusat pada orang” di tahun 1978. Sebagian besar konsep
diri merupakan hasil pengalaman yang kita miliki pada waktu kecil, terutama
pengalaman pada saat kita bersama dengan kedua orang tua kita.

Gambar 5. https://www.popularitas.com/berita/alasan-pentingnya-
memberi-apresiasi-pada-anak/
5
Rogers percaya bahwa orang tua memiliki perasaan, yang sangat penting
dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan harga diri, dan bahwa
dengan menunjukkan perhatian positif tanpa syarat dapat membantu anak-anak
mengembangkan harga diri serta membantu para anak menjadi mandiri. Untuk
nilai-nilai mereka, anak-anak memuji mereka terlepas dari perilaku mereka saat
itu. Orang tua dapat memberikan penghargaan dan penilaian positif untuk
membantu anak mengembangkan aktualisasi diri dan konsep diri yang positif. Di
sisi lain, anak-anak bisa menjadi tidak nyaman ketika orang tua menilai mereka
secara negatif. Pengalaman yang tidak menyenangkan ini dapat menarik anak
keluar dari konsep diri mereka, menciptakan konsep diri yang tidak selaras dengan
organisme yang diinginkan.

Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar humanistik
yang mengedepankan pentingnya sikap saling menghargai antara klien dan terapis
dalam membantu setiap individu untuk menghadapi berbagai masalah di
kehidupannya. Dalam teorinya Rogers meyakini bahwasanya tugas terapis hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang tepat sedangkan klien sendiri
sebenarnya mempunyai jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya. . Dalam
sebuah karyanya yang berjudul Freedom to Learn for the 80’s, Rogers
menjelaskan bahwasanya pendekatan pendidikan sebaiknya menerapkan sistem
belajar mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan lebih berarti.

Dalam teori belajar husmanistik Carl Rogers, ia lebih mengedepankan pada


metode student-centered, dimana dalam teori ini menggunakan “komunikasi antar
pribadi” yaitu berpusat kepada peserta didik dengan mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya untuk dapat mengatasi segala macam permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya. Awalnya,metode person-centered sudah lebih
dahulu diperkenalkan dalam bidang kesehatan di tahun 1987 karena pertama kali
diperkenalkan di pengakuan peran pasien dalam kesehatan pribadi oleh Asosiasi
Perawatan Anak.

Dalam dunia pendidikan, ia menyebutnya sebagai person-centered, karena


pencari nasihat menempati posisi khusus dalam pendekatan. Mencapai hasil
konseling tanpa proses dialog yang nyaman antara klien dan konselor bukanlah
yang ingin dicapai Rogers. Ketidakpuasan dengan pendekatan diagnostik Rogers
dan pemeriksaan rinci diri klien dan interpretasi dipandang berpotensi
menghambat proses konseling. Meskipun teori yang dikemukakan oleh Rogers
temasuk salah satu teori holistik, uniknya teori ini mengandung sifat humanis
didalamnya.

6
Gambar 6. https://pendidikankedokteran.net/dikdok/student-centered-
learning-in-relation-to-class-performances-and-soft-skills-a-meta-analysis-and-
systematic-review/

Teori humanisik Carl Rogers pun memiliki bermacam nama, yang


diantaranya : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive,
klien (clien-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group-centered), dan person to person. Namun
dari semua teori yang ada Carl Rogers lebih sering menggunakan istilah person-
centered.

Asumsi dasar teori Rogers yaitu :


a. Kecenderungan formatif, dapat diartikan bahwasanya segala sesuatu di
dunia, baik organik maupun anorganik, terdiri dari hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi, yaitu kecenderungan setiap individu untuk
melangkah lebih dekat dengan potensinya. Setiap orang memiliki
kemampuan kreatif untuk memecahkan masalah.

Dalam pemikirannya Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses


belajar humanistik yaitu :
1. Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn).
Keinginan untuk belajar karena adanya hasrat ingin tahu manusia yang tidak
terbatas terhadap lingkungan sekelilingnya.
2. Belajar tanpa ancaman (Learning whithout Threat).
Hal ni menjelaskan bahwa belajar yang paling baik adalah dengan
mendapatkan dan menguasai suatu yag bebas dari ancaman. Proses belajar
dapat meningkat ketika peserta didik dapat mengasah kemampuan mereka,
mencoba hal baru, bahkan dapat membuat kesalahan tanpa mengalami rasa
sakit hati karena kritik dan celaan.
3. Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning).
Dalam teori humanistic belajar akan lebih bermakna ketika pelajar belajar atas
inisiatifnya sendiri, terlebih bila melibatkan perasaan serta pikiran si pelajar
sendiri.

7
4. Belajar dan berubah (Learning and Change).
Prinsip terakhir Rogers menjelaskan bahwasanya belajar yang paling efektif
dalam belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam keadaan yang
terus berubah. Belajar tidak akan cukup bila seseorang seperti waktu yang lalu
dalam duia modern. Karena itu, menurutnya yang dibutuhkan sekarang bagi
setiap individu adalah yang mampu belajar di lingkungan yang berubah.
5. Belajar bermakna.
Peserta didik yang belajar dapat memilih apakah kegiatan yang dilakukannya
dapat bermanfaat atau tidak bagi dirinya sendiri.

Gambar 7. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-teori-humanistik-
dalam-pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dan karakteristik guru yang


teridentifikasimenjadi pusat filsafat pendidikannya oleh Rogers, Terintegrasi ke
dalam pendekatan, ia menyebutnya Pendidikan yang berpusat pada pribadi, Ini
dapat mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan menerima lebih banyak
informasi, Lebih cepat dan lebih komprehensif daripada belajar di bawah
pendekatan Tradisional. Rogers tidak terlalu memperhatikan metodologi
pendidikan. Skor Bukan dari kurikulum, keahlian akademik guru, atau
penggunaan teknologi sangat penting untuk memfasilitasi pembelajaran Kualitas
interaksi antara siswa atau antara siswa dan guru.
Namun demikian, Rogers (1983) mengemukakan bahwa ada metode dan
metode pengajaran tertentu. Bagaimana membantu memfasilitasi pembelajaran
melalui teori Humanistik. Salah satu strategi yang disarankan oleh Rogers adalah
mengizinkan siswa belajar dengan berbagai sumber yang dapat mendukungnya
dan membimbing pengalaman belajar mereka. Sumber daya bisa termasuk bahan-
bahan biasa seperti buku, tutorial, dll.
Bahan referensi dan media pembelajaran seperti komputer, dll. Profesional
yang bersedia berbagi bidang minat atau pengalaman mereka. Tentu saja, guru
juga berpartisipasi menjadi sumber pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
yang diperlukan murid.

8
Strategi lain yang disarankan oleh Rogers adalah tutor sebaya. mengajar
siswa lain). Banyak bukti pengalaman ini membantu keduanya untuk
mengaktualisasikan diri, Rogers (1983) antara lain dikatakan:
a. Belajar harus menyenangkan.
b. Agar pembelajaran lebih bermakna, pembelajaran harus berbasis
kebutuhan.
c. Pembelajaran harus memberdayakan semua potensi peserta didik, yaitu
belajar harus bebas dari ancaman psikologis. Selanjutnya, pembelajaran
harus fokus pada pemecahan masalah

2. Prinsip Teori Belajar Person-Centered Rogers

Dalam bukunya yang berjudul Freedom to Learn, Rogers menjelaskan


sejumlah prinsip humanistik, yaitu:
1) Manusia memiliki kemampuan secara alami untuk belajar
2) Pembelajaran kritis terjadi ketika siswa menganggap materi relevan dengan
tujuan mereka sendiri.
3) Pembelajaran yang melibatkan perubahan persepsi diri lebih cenderung
dianggap mengancam dan ditolak.
4) Dengan ancaman eksternal yang lebih sedikit, tugas belajar yang merugikan
diri sendiri dapat lebih mudah dikenali dan ditangani.
5) Ketika ancaman terhadap siswa rendah, ada banyak cara untuk mendapatkan
pengalaman dan proses pembelajaran berlangsung.
6) Pembelajaran bermakna dapat dicapai oleh siswa.
7) Belajar difasilitasi ketika siswa terlibat dan bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran.
8) Pembelajaran mandiri yang melibatkan seluruh emosi dan kecerdasan pribadi
siswa memungkinkan pembelajaran yang dapat menghasilkan hasil yang
mendalam dan bertahan lama.
9) Jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dapat
memudahkan siswa dalam mencapai kepercayaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan, serta kreativitas dan cara kedua yang penting ialah penilaian dari
orang lain.
10) Belajar mengenai proses belajar suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya terhadap dirinya sendiri mengenai
proses perubahan itu merupakan belajar yang paling berguna secara sosial
didalam dunia modern ini.

9
Gambar 8. https://bobo.grid.id/read/083376903/cara-belajar-mandiri-coba-
buat-rencana-belajar-dan-target?page=all

Menurut Rogers, dalam proses pembelajaran penting bagi guru untuk


memperhatikan prinsip belajar mengajar, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kemampuan alami untuk belajar.
Siswa tidak perlu belajar tentang hal-hal yang tidak berarti.
b. Siswa belajar apa yang berarti bagi mereka. Mengorganisasikan materi
berarti menempatkan materi dan ide baru di tempat yang masuk akal
bagi siswa Anda.
c. Belajar bermakna dalam masyarakat berarti belajar dalam proses.

3. Bentuk Teori Belajar Person-Centered Rogers

Teori humanistik menjelaskan peran guru sebagai fasilitator. Berikut ini


ialah berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memberi kemudahan dalam
belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat
singkat dari berbgai petunjuk:
1) Fasilitator akan lebih baik jika dapat memberi perhatian kepada penciptaan
suasana awal, situasi kelompok, serta pengalaman kelas.
2) Fasilitator membantu agar dapat memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
3) Mempercayai adanya masing-masing siswa agar dapat melaksanakan tujuan-
tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4) Mencoba mengatur serta menyediakan sumber-sumber untuk pembelajaran
wawasan yang luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
dalam mencapai tujuan mereka.
5) Menempatkan dirinya sendiri sebagai salah satu sumber yang fleksibel agar
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

10
6) Dalam menanggapi ungkapan-ungkapan terhadap kelompok kelas, dan
diterima dengan baik isi yang bersifat intelektual serta mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individu maupun kelompok.
7) Mengambil prakasa untuk mengikut serta dalam kelompok, perasaan dan
pikirannya tidak menuntut dan tidak juga memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
8) Dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pemimpin harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasannya sendiri.

4. Metode Teori Belajar Person-Centered Rogers

Teori humanistik lebih merujuk pada roh selama proses pembelajaran yang
mewarnai berbagai metode diterapkan. Peran Pendidik dalam pembelajaran
humanistik ialah menjadi fasilitator kepada para siswa, yang mana tujuan
pembelajaran lebih mengedepankan proses belajarnya dibandingkan hasilnya.
Berikut merupakan proses yang umum dalam teori belajar, yaitu:
1) Merumuskan tujuan belajar yang benar.
2) Mengusahakan partisipasi aktif melalui kontrak belajar yang bersifat positif,
jelas, dan jujur.

Gambar 9. https://www.ruangdiary.com/2019/09/trik-guru-agar-siswa-aktif-
di-kelas.html

3) Mendorong siswa agar dapat mengembangkan kesanggupan siswa untuk


belajar atas inisiatif sendiri.
4) Mendorong siswa agar peka berfikiri secara kritis dan dapat memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
5) Siswa didorong agar bebas memberikan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
dan dapat memilih pilihannya sendiri serta menanggung segala resiko dari
perilaku yang telat diperbuatnya.
6) Guru menerima siswa apa adanya dan berusaha memahami jalan pikiran dari
siswa, serta tidak menilai secara normative, akan tetapi dapat mendorong siswa
agar dapat bertanggung jawab atas segala resiko proses belajarnya.
11
7) Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat maju sesuai dengan
kecepatannya.
8) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

5. Pengaplikasian Teori Belajar Person-Centered Rogers

Penerapan teori humanistik ke dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan,


dalam rencana pembelajarannya seorang tenaga pendidik perlu memperhatikan
pengalaman dan karakteristik setiap peserta didik. Karena dalam teori belajar
humanistik menganut student-centered, siswa diharapkan agar dapat belajar sendiri
dengan kebebasan dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri dan membuat
pilihan-pilihan yang bebas kearah mana ia berkembang.
Dalam pengaplikasian teori ini, guru yang baik merupakan guru yang
mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan
dengan siswa secara wajar, serta ruang kelas yang lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan dengan adanya perubahan.

Gambar10.https://www.kompasiana.com/dianaaa111/57e8508f8423bdd50f9f
d1ca/guru-harus-mengenali-muridmuridnya-agar-tak-dinilai-pilih-kasih

Teori Rogers menjelaskan bahwasanya, dalam bidang pendidikan,


dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar, yaitu:
a. Realitas di dalam fasilitator belajar adalah sikap dasar yang penting. Seorang
fasilitator dapat menjadi dirinya sendiri dan tidak dapat menyangkal dirinya
sendiri, sehingga seorang fasilitator dapat masuk ke dalam hubungan dengan
para pelajar tanpa adanya sesuatu yang ditutup-tutupi.
b. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan dalam menghargai pendapat,
perasaan, dan sebagainya yang membuat timbulnya penerimaan antara satu
dengan yang lainnya. Dengan adanya penerimaan ini, maka dapat muncul
kepercayaan antara satu dengan yang lainnya.

12
c. Pengertian yang empati, agar dapat mempertahankan iklim belajar atas dasar
inisiatif diri, maka para pendidik harus memiliki pengertian yang empati
terhadap reaksi murid dari dalam. Guru harus mempunyai kesadaran yang
sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau
mengevaluasi.

Gambar 11 https://www.riau.go.id/home/skpd/1970/01/01/4580-guru-sebagai-
fasilitator-dalam-pembelajaran

Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran PAI dapat dilakukan,


dalam perencanaan pembelajaran hendaknya guru memperhatikan pengalaman
dan karakteristik masing-masing individu, karena dalam teori pembelajaran
humanistik berpusat pada siswa. Siswa akan dapat belajar jika memiliki
kebebasan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan kebebasan
untuk memilih arah perkembangannya. Menurut Rogers, guru yang
mengimplementasikan teori humanistik ke dalam pembelajaran PAI
disarankan supaya memiliki strategi salah satunya adalah peer-tutoring (siswa
mengajar siswa yang lain). Rogers adalah pendukung kuat penemuan, di
mana siswa mencari jawaban atas pertanyaan dunia nyata, menemukan diri
mereka sendiri, dan menjadi inisiator pembelajaran atas inisiatif mereka
sendiri.

Teori pembelajaran humanistik dapat diterapkan pada pembelajaran


pendidikan agama Islam, misalnya dalam tauhid, etika. banyak akan membantu
pendidik memahami arah pembelajaran dalam skala yang lebih luas, sehingga
setiap upaya pembelajaran dan dalam konteks apapun akan selalu berorientasi
dan terarah pada pencapaian tujuannya. Contoh pembelajaran kooperatif dari
teori humanistik ini adalah menggabungkan materi pembelajaran etika, fiqh,
atau tauhid dengan strategi pembelajaran diskusi kelompok.

Peran guru di sini adalah menjadi fasilitator dan pendamping ketika diskusi
tidak mencapai kesepakatan. Diskusi bermanfaat untuk berbagi informasi dan
pengalaman untuk memecahkan masalah secara mandiri, meningkatkan

13
pemahaman terhadap isu-isu penting, mengembangkan kemampuan berpikir
dan berkomunikasi, serta mendorong kerjasama yang produktif, tanggung
jawab dan melatih siswa untuk menghargai pendapat.

Langkah-langkah metode diskusi:


1. Tahap persiapan meliputi:
a. Memilih dan menetapkan mata pelajaran yang menarik seperti zakat
profesi, pembagian harta, dan poligami.
b. Mengidentifikasi dan mengidentifikasi sumber bacaan dan informasi
untuk didiskusikan siswa.
2. Siswa membentuk kelompok diskusi, memilih ketua diskusi, dan mengatur
tempat duduk dan ruangan sesuai instruksi guru.
3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya sendiri, tetapi guru berpindah dari
kelompok ke kelompok, menjaga ketertiban, dan memberikan dorongan
dan dukungan partisipasi aktif anggota kelompok untuk memfasilitasi
diskusi.
4. Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi tersebut
kemudian dijawab oleh seluruh siswa, terutama kelompok lain. Seorang
guru memiliki tugas untuk memeriksa atau menjelaskan suatu laporan.
Terakhir, siswa mencatat hasil diskusinya dan guru melengkapi laporan
diskusi untuk masing-masing kelompok.

Gambar 12. https://kumparan.com/kabar-harian/hal-hal-penting-apa-yang-


perlu-kamu-perhatikan-ketika-melakukan-presentasi-1waK3351Bas

Namun dalam pengaplikasiannya, teori belajar humanistik memiliki


kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
1. Kelebihan Teori Belajar Humanistik
a. Mengedepankan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-
dialogis dan humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.

14
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan
kemampuan hidup bersama masyarakat.

Gambar 13. https://kodamim-tniad.mil.id/2022/03/09/tingkatkan-


kebersihan-lingkungan-sekolah-babinsa-ajak-pelajar-gotong-
royong/

2. Kekurangan Teori Belajar Humanistik


a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah
b. Banyak konsep dalam psikologi humanistik
c. Mengalami pembiasaan dalam nilai individualis
d. Siswa tidak memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam
proses belajar
e. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan dirinya
sendiri

Gambar 14. https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/20/114233871/5-


dampak-anak-malas-belajar-orangtua-jangan-anggap-sepele?page=all

Maka dari itu dalam pemikiran humanistik, kendali kehidupan serta


sikap dan karakter ditentukan oleh masing-masing individu itu sendiri. Oleh
karenanya, peserta didik dihadapkan langsung pada sasaran untuk menggapai
tingkatan aktualisasi diri secara maksimal. Peserta didik harus paham terhadap
tingkah laku belajar bukan pemikiran dari pengamat.

15
KESIMPULAN

Dalam teori ini manusia sebagai makhluk hidup, dituntut untuk dapat
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya dengan berbagai
potensi yang dimilikinya. Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar
humanistik yang mengedepankan pentingnya sikap saling menghargai antara klien dan
terapis dalam membantu setiap individu untuk menghadapi berbagai masalah di
kehidupannya. Dalam teori belajar husmanistik Carl Rogers, ia lebih mengedepankan
pada metode student-centered, dimana dalam teori ini menggunakan “komunikasi
antar pribadi” yaitu berpusat kepada peserta didik dengan mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya untuk dapat mengatasi segala macam permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya. Salah satu strategi yang disarankan oleh Rogers adalah
mengizinkan siswa belajar dengan berbagai sumber yang dapat mendukungnya dan
membimbing pengalaman belajar mereka. Sumber daya bisa termasuk bahan-bahan
biasa seperti buku, tutorial, dll.

Penerapan teori humanistik ke dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan,


dalam rencana pembelajarannya seorang tenaga pendidik perlu memperhatikan
pengalaman dan karakteristik setiap peserta didik. Karena dalam teori belajar
humanistik menganut student-centered, siswa diharapkan agar dapat belajar sendiri
dengan kebebasan dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri dan membuat
pilihan-pilihan yang bebas kearah mana ia berkembang.

Asumsi dasar teori Rogers ada 2, diantaranya yang pertama kecenderungan


formatif yaitu bahwasanya segala sesuatu di dunia, baik organik maupun anorganik,
terdiri dari hal-hal yang lebih kecil, yang kedua yaitu kecenderungan aktualisasi, yaitu
kecenderungan setiap individu untuk melangkah lebih dekat dengan potensinya. Setiap
orang memiliki kemampuan kreatif untuk memecahkan masalah.

Teori humanistik lebih merujuk pada roh selama proses pembelajaran yang
mewarnai berbagai metode diterapkan. Peran Pendidik dalam pembelajaran
humanistik ialah menjadi fasilitator kepada para siswa, yang mana tujuan
pembelajaran lebih mengedepankan proses belajarnya dibandingkan hasilnya. Teori
belajar humanistik juga mengasumsikan bahwa semua orang memiliki kualitas
Kecenderungan untuk tumbuh, belajar dan berkembang sepenuhnya. Carl Rogers
menggambarkan ini sebagai naluri Inti batin yang memungkinkan orang mencapai
potensi penuh mereka (Rogers, 1969).

Teori pembelajaran humanistik dapat diterapkan pada pembelajaran


pendidikan agama Islam, misalnya dalam tauhid, etika.
Menurut Rogers, guru yang mengimplementasikan teori humanistik ke dalam

16
pembelajaran PAI disarankan supaya memiliki strategi salah satunya adalah peer-
tutoring (siswa mengajar siswa yang lain).

Kelebihan teori belajar humanistik yaitu mengedepankan hal-hal yang


bernuansa demokratis, menciptakan suasana pembelajaran yang saling mengharga
atau adanya kebebasan berpendapat serta keterlibatan peserta didik dalam berbagai
aktivitas di sekolah dan kemampuan hidup bersama masyarakat

Kekurangan teori belajar humanistik yaitu humanistik tidak bisa diuji dengan
mudah, banyak konsep dalam psikologi humanistik, mengalami
pembiasaan dalam nilai individualis dan siswa tidak memahami potensi dirinya akan
ketinggalan dalam proses belajar serta siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan
merugikan dirinya sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azam, u. (2016). Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah (Teori dan


Praktik).

Csillik, A. S. (2013). Understanding Motivational Interviewing Effectiveness:


Contributions From Rogers' Client-Centered Approach. The Humanistic
Psycholgist, 350-363.

Euphemia.M.Mhlongo, A. (2020). A Literature Review on People-Centered Care and


Nursing Practice in Primary Health Care Setting.

Fadli, M. U. (2021). Teori Belajar Humanistik Carl Rogers dan Implementasinya


dalam Agama Islam. Al Ghazali, 4(1), 18-29.

Fathurrohman, M., dan Sulistyorini. (2012). Belajar & Pembelajaran Meningkatkan


Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan

Johana E. Prawitasari, M.noor Rochman Hadjam, Nuryati Atamimi, dkk. (n.d.).


Psikoterapi.

Johnson, a. p. (2014). Humanistic Learning Theory. 2-3.

Lee Nelson, C. J. (2014). Carl Rogers, Learning and Educational Practice: Critical
Considerations and Applications in Sports Coaching. Sport, Education and
Society, 513-531.

Mliyarahmilyacwth. (2019). Teori Belajar Person-Centered Rogers.

Prajoko, I., & Abrori, M. S. (2021). Penerapan Teori Humanistik Carl Rogers dalam
Pembelajaran PAI. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 5(1).

Savite, S. (2020). The Neurobiology of Carl Rogers’ Person Centered Approach: A


Comprehensive Review and Theoretical Proposal.  Pepperdine
University ProQuest Dissertations Publishing.

Suralaga, F. (2021). Psikologi Pendidikan

Thorne, B., Sanders, P. (2013). Carl Rogers Third Edition.

18
Umam, M. C. (2019). Implementasi Teori Belajar Humanistik Carl R. Rogers Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tadrib, 5(2), 247-264.

19

Anda mungkin juga menyukai