MAKALAH
Oleh:
Kelompok 7
JASMINE AMALIA
NPM 2206103020039
Dosen Pengampu
Dr. Ruslan, S.Pd., M.Ed
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Belajar Person-Centered
Rogers” ini tepat pada waktunya. Meskipun terdapat sedikit kendala dalam proses
mengerjakan makalah ini, tetapi kami dapat menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang didalamnya menjelaskan tentang pengertian, prinsip, bentuk, metode,
dan aplikasi Teori Belajar Person-Centered Rogers.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Ruslan, S.Pd., M.Ed
sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan sekiranya kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18
ii
PEMBAHASAN
Gambar 1. https://www.psychologymania.com/2010/03/carl-rogers-tokoh-
psikolog-humanisme.html
Carl Ransom Rogers atau yang biasa dikenal dengan Carl Rogers
merupakan seorang ahli psikologi humanistik yang mempunyai ide-ide yang di
mana ide-idenya tersebut memengaruhi teori serta aplikasi pendidikan. Rogers
yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara, lima diantaranya adalah
laki-laki, dari sepasang suami istri Walter A. Rogers, yang merupakan pekerja
teknik sipil dan ibunya, Julia M. Cushing, yang merupakan seorang ibu rumah
tangga dan juga merupakan seorang Kristen Pentakostal yang setia. Rogers lahir
pada tanggal 8 Januari 1902 di Oakpark, Illionis, yang bertepatan di pinggiran
Chicago, Amerika Serikat. Carl Rogers bukanlah seorang imigran Eropa seperti
kebanyakan orang pada zamannya yang terkenal di dunia psikolog Amerika, tetapi
merupakan produk asli Amerika Barat Tengah. Dia dapat dilihat sebagai figur
kontra-budaya yang memiliki arti penting karena karyanya mendapat perhatian
dan ditanggapi dengan keseriusan baru oleh generasi muda, yang tidak hanya di
Timur Jauh, tetapi juga di negara-negara seperti Jepang, Cina maupun Korea.
Pendapat Rogers tentang manusia oleh Hidayat (2011) :
a. Dia melihat orang maju walaupun terisolasi dari dunia luar
b. Manusia juga memliki kemampuan untuk menilai takdirnya sendiri serta
dapat dipercaya
1
c. Dengan sifat alami yang dimiliki oleh manusia, Rogers percaya dan dapat
berpikir positif
Rogers kecil merupakan seorang anak yang cerdas dan dapat membaca
dengan lancar sebelum menginjak TK yang dianggap selangkah lebih maju
dibandingkan anak-anak seusianya. Dengan berlatarbelakangan pendidikan
religius yang sangat ketat serta lingkungannya sebagai anak altar di rumah pendeta
Jimpley, ia tumbuh menjadi seorang yang introvert, independen, disiplin, dan
mendapatkan pengetahuan serta penghargaan dari metode ilmiah di dunia praktis,
beberapa anggota keluarganya pun menganggap Kesehatan Carl sebagai anak
laki-laki tidak baik kerena memiliki sifat yang cenderung sensitif. Dia sering
berbicara tentang dirinya sebagai anak yang kesepian yang hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk berteman diluar keluarga dan hanya dapat mencari hiburan
dalam buku-buku, yang ia baca tanpa henti. Awal mula karirnya adalah sebagai
agrikultur, di universitas Wisconsin-Madison, disini ia bergabung dalam
persaudaraan Alpha Kappa Lambda, yang diikuti dengan sejarah, kemudian
agama. Di usianya yang ke-20, saat ia memulai perjalanannya ke Peking, China
tahun 1922, yang bertujuan untuk mengikuti konferensi internasional Kristen,
disini Rogersmulai ragu akan keyakinan agamanya. Ia mengikuti sebuah seminar
yang bertemakan “Mengapa Saya Memasuki Pelayanan?” yang bertujuan untuk
menolongnya memperjelas dalam memilih karir, yang pada akhirnya membuat ia
mengubah karirnya. Ia lulus dari universitas Wisconsin-Madison pada tahun 1924
dan kemudian mendaftar ke Union Theological Seminary.
Rogers lulus dari Union Theological Seminary dalam jangka waktu dua
tahun. Kemudian ia belajar di Teachers College, Columbia University sehingga
mendapat gelar M.A. pada tahun 1928 dan Ph.D di tahun 1931. Sembari ia
menyelesaikan pekerjaan doktoralnya, ia juga terlibat dalam studi tentang anak.
Pada tahun 1930, Rogers juga sempat bekerja sebagai seorang direktur Society for
the Prevention of Cruelty to Children di Rochester, New York. Dari tahun 1935-
2
1940 ia menjadi seorang tenaga pendidik di University of Rochester dan
berdasarkan pengalaman pribadinya saat bekerja dengan anak-anak bermasalah,
ia menuangkan pengalaman tersebut ke dalam sebuah karya pribadinya yang
berjudul The Clinical Treatment of the Problem Child (1938).
Gambar 3. https://twitter.com/carl_rogerthat/status/779047244389556224
Pada tahun 1964, ia pensiun dari mengajar dan pindah ke Institut Ilmu
Perilaku Barat di California. Tiga tahun kemudian ia mempublikasikan hasil
pengalaman psikiatrinya dalam buku The Relationship of Therapy and Its Impact:
3
A Study of Schizophrenia. Anda juga akan menemukan Pusat Studi Manusia dan
Institut Penelitian Perdamaian yang berfokus pada resolusi konflik.
Gambar 4. https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/
Dalam teori ini manusia sebagai makhluk hidup, dituntut untuk dapat
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya dengan
berbagai potensi yang dimilikinya (Baharuddin dan Moh. Makin, 2007).
Gambar 5. https://www.popularitas.com/berita/alasan-pentingnya-
memberi-apresiasi-pada-anak/
5
Rogers percaya bahwa orang tua memiliki perasaan, yang sangat penting
dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan harga diri, dan bahwa
dengan menunjukkan perhatian positif tanpa syarat dapat membantu anak-anak
mengembangkan harga diri serta membantu para anak menjadi mandiri. Untuk
nilai-nilai mereka, anak-anak memuji mereka terlepas dari perilaku mereka saat
itu. Orang tua dapat memberikan penghargaan dan penilaian positif untuk
membantu anak mengembangkan aktualisasi diri dan konsep diri yang positif. Di
sisi lain, anak-anak bisa menjadi tidak nyaman ketika orang tua menilai mereka
secara negatif. Pengalaman yang tidak menyenangkan ini dapat menarik anak
keluar dari konsep diri mereka, menciptakan konsep diri yang tidak selaras dengan
organisme yang diinginkan.
Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar humanistik
yang mengedepankan pentingnya sikap saling menghargai antara klien dan terapis
dalam membantu setiap individu untuk menghadapi berbagai masalah di
kehidupannya. Dalam teorinya Rogers meyakini bahwasanya tugas terapis hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang tepat sedangkan klien sendiri
sebenarnya mempunyai jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya. . Dalam
sebuah karyanya yang berjudul Freedom to Learn for the 80’s, Rogers
menjelaskan bahwasanya pendekatan pendidikan sebaiknya menerapkan sistem
belajar mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan lebih berarti.
6
Gambar 6. https://pendidikankedokteran.net/dikdok/student-centered-
learning-in-relation-to-class-performances-and-soft-skills-a-meta-analysis-and-
systematic-review/
7
4. Belajar dan berubah (Learning and Change).
Prinsip terakhir Rogers menjelaskan bahwasanya belajar yang paling efektif
dalam belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam keadaan yang
terus berubah. Belajar tidak akan cukup bila seseorang seperti waktu yang lalu
dalam duia modern. Karena itu, menurutnya yang dibutuhkan sekarang bagi
setiap individu adalah yang mampu belajar di lingkungan yang berubah.
5. Belajar bermakna.
Peserta didik yang belajar dapat memilih apakah kegiatan yang dilakukannya
dapat bermanfaat atau tidak bagi dirinya sendiri.
Gambar 7. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-teori-humanistik-
dalam-pembelajaran
8
Strategi lain yang disarankan oleh Rogers adalah tutor sebaya. mengajar
siswa lain). Banyak bukti pengalaman ini membantu keduanya untuk
mengaktualisasikan diri, Rogers (1983) antara lain dikatakan:
a. Belajar harus menyenangkan.
b. Agar pembelajaran lebih bermakna, pembelajaran harus berbasis
kebutuhan.
c. Pembelajaran harus memberdayakan semua potensi peserta didik, yaitu
belajar harus bebas dari ancaman psikologis. Selanjutnya, pembelajaran
harus fokus pada pemecahan masalah
9
Gambar 8. https://bobo.grid.id/read/083376903/cara-belajar-mandiri-coba-
buat-rencana-belajar-dan-target?page=all
10
6) Dalam menanggapi ungkapan-ungkapan terhadap kelompok kelas, dan
diterima dengan baik isi yang bersifat intelektual serta mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individu maupun kelompok.
7) Mengambil prakasa untuk mengikut serta dalam kelompok, perasaan dan
pikirannya tidak menuntut dan tidak juga memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
8) Dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pemimpin harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasannya sendiri.
Teori humanistik lebih merujuk pada roh selama proses pembelajaran yang
mewarnai berbagai metode diterapkan. Peran Pendidik dalam pembelajaran
humanistik ialah menjadi fasilitator kepada para siswa, yang mana tujuan
pembelajaran lebih mengedepankan proses belajarnya dibandingkan hasilnya.
Berikut merupakan proses yang umum dalam teori belajar, yaitu:
1) Merumuskan tujuan belajar yang benar.
2) Mengusahakan partisipasi aktif melalui kontrak belajar yang bersifat positif,
jelas, dan jujur.
Gambar 9. https://www.ruangdiary.com/2019/09/trik-guru-agar-siswa-aktif-
di-kelas.html
Gambar10.https://www.kompasiana.com/dianaaa111/57e8508f8423bdd50f9f
d1ca/guru-harus-mengenali-muridmuridnya-agar-tak-dinilai-pilih-kasih
12
c. Pengertian yang empati, agar dapat mempertahankan iklim belajar atas dasar
inisiatif diri, maka para pendidik harus memiliki pengertian yang empati
terhadap reaksi murid dari dalam. Guru harus mempunyai kesadaran yang
sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau
mengevaluasi.
Gambar 11 https://www.riau.go.id/home/skpd/1970/01/01/4580-guru-sebagai-
fasilitator-dalam-pembelajaran
Peran guru di sini adalah menjadi fasilitator dan pendamping ketika diskusi
tidak mencapai kesepakatan. Diskusi bermanfaat untuk berbagi informasi dan
pengalaman untuk memecahkan masalah secara mandiri, meningkatkan
13
pemahaman terhadap isu-isu penting, mengembangkan kemampuan berpikir
dan berkomunikasi, serta mendorong kerjasama yang produktif, tanggung
jawab dan melatih siswa untuk menghargai pendapat.
14
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan
kemampuan hidup bersama masyarakat.
15
KESIMPULAN
Dalam teori ini manusia sebagai makhluk hidup, dituntut untuk dapat
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya dengan berbagai
potensi yang dimilikinya. Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar
humanistik yang mengedepankan pentingnya sikap saling menghargai antara klien dan
terapis dalam membantu setiap individu untuk menghadapi berbagai masalah di
kehidupannya. Dalam teori belajar husmanistik Carl Rogers, ia lebih mengedepankan
pada metode student-centered, dimana dalam teori ini menggunakan “komunikasi
antar pribadi” yaitu berpusat kepada peserta didik dengan mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya untuk dapat mengatasi segala macam permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya. Salah satu strategi yang disarankan oleh Rogers adalah
mengizinkan siswa belajar dengan berbagai sumber yang dapat mendukungnya dan
membimbing pengalaman belajar mereka. Sumber daya bisa termasuk bahan-bahan
biasa seperti buku, tutorial, dll.
Teori humanistik lebih merujuk pada roh selama proses pembelajaran yang
mewarnai berbagai metode diterapkan. Peran Pendidik dalam pembelajaran
humanistik ialah menjadi fasilitator kepada para siswa, yang mana tujuan
pembelajaran lebih mengedepankan proses belajarnya dibandingkan hasilnya. Teori
belajar humanistik juga mengasumsikan bahwa semua orang memiliki kualitas
Kecenderungan untuk tumbuh, belajar dan berkembang sepenuhnya. Carl Rogers
menggambarkan ini sebagai naluri Inti batin yang memungkinkan orang mencapai
potensi penuh mereka (Rogers, 1969).
16
pembelajaran PAI disarankan supaya memiliki strategi salah satunya adalah peer-
tutoring (siswa mengajar siswa yang lain).
Kekurangan teori belajar humanistik yaitu humanistik tidak bisa diuji dengan
mudah, banyak konsep dalam psikologi humanistik, mengalami
pembiasaan dalam nilai individualis dan siswa tidak memahami potensi dirinya akan
ketinggalan dalam proses belajar serta siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan
merugikan dirinya sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Lee Nelson, C. J. (2014). Carl Rogers, Learning and Educational Practice: Critical
Considerations and Applications in Sports Coaching. Sport, Education and
Society, 513-531.
Prajoko, I., & Abrori, M. S. (2021). Penerapan Teori Humanistik Carl Rogers dalam
Pembelajaran PAI. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 5(1).
18
Umam, M. C. (2019). Implementasi Teori Belajar Humanistik Carl R. Rogers Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tadrib, 5(2), 247-264.
19