Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH – TEORI KEPRIBADIAN


Dosen: Karsih, M.Pd

“ Teori Kepribadian Menurut Carl Rogers ”

OLEH :

Suci Aziziah (1106618067)


Silvy Syafhira (1106618031)
Vira Alia Ibrahim (1106618022)
Safa Alia Putri Millenia (1106618020)

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Makalah ini berisi tentang pembahasan teori kepribadian menurut Carl Rogers. Carl
Rogers merupakan seorang ahli psikologi humanistik yang terkenal dengan teorinya
Person Client Centred Theraphy atau yang biasa kita sebut dengan terapi yang berpusat
pada klien. Dalam makalah ini kami akan memaparkan Biografi tentang Carl Ransom
Rogers, Riwayat Pendidikan Carl Rogers, Hakikat manusia menurut Carl Rogers, Struktur
teori kepribadian Carl Rogers, Dinamika teori kepribadian Carl Rogers, dan Proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers.

Kami harap makalah ini dapat membantu pembaca mengenali siapa itu Carl Ransom
Rogers dan memahami teori kepribadian menurut Carl Rogers ini. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan sebagai acuan untuk perbaikan makalah ini.

Jakarta, 13 April 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I - PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

BAB II - ISI ......................................................................................................................... 2

A. Biografi Carl Rogers ......................................................................................................... 2

B. Riwayat Pendidikan Carl Rogers ...................................................................................... 3

C. Hakikat Manusia menurut Carl Rogers ............................................................................. 4

D. Struktur Teori Kepribadian Carl Rogers ............................................................................ 4

E. Dinamika Teori Kepribadian Carl Rogers ......................................................................... 5

F. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Rogers ..................... 6

BAB III - KESIMPULAN ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada makalah ini akan dibahas tentang teori kepribadian menurut Carl Rogers. Carl
Rogers merupakan seorang ahli psikologi humanistik yang terkenal dengan teorinya
Person Client Centred Theraphy atau yang biasa kita sebut dengan terapi yang berpusat
pada klien. Dalam makalah ini kami akan memaparkan Biografi tentang Carl Ransom
Rogers, Riwayat Pendidikan Rogers, Hakikat manusia menurut Carl Rogers, Struktur
teori kepribadian Carl Rogers, Dinamika teori kepribadian Carl Rogers, dan Proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers.
Menurut Rogers manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, Perilaku
manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsinya tentang medan fenomenal dan
individu itu, Manusia pada dasarnya bermanfaat dan berharga, Secara mendasar manusia
itu baik dan dapat dipercaya, Manusia pada dasarnya aktif bukan pasif, Setiap individu
dalam dirinya terdapat motor penggerak : terbuka pada pengalaman diri, percaya pada
diri sendiri.

Struktur Kepribadian Carl Rogers meliputi : Organisme, Diri (Self), Keselarasan dan
Ketidakselarasan, serta Medan fenomena. Dalam dinamika teori kepribadiannya Rogers
berpendapat bahwa, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang
diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi. Rogers menyatakan
bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana
medan itu dipersepsikan.

Proses Pertumbuhan dan Perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers yaitu Diri
(Self) Kecendrungan untuk Aktualisasi Diri, Pengalaman Dunia (Experiential World),
Perkembangan self pada Masa Kanak-Kanak, Penghargaan Positif (Positive Regard),
Kondisi yang Berharga (Condition of Work), In-Kongruensi (Incongruence), Pertahanan,
dan Orang Berfungsi Sepenuhnya (Fully Functioning Persons).

1
BAB II

ISI

A. Biografi Carl Rogers


Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di pinggiran Chicago yang disebut
taman Oak. Rogers adalah anak keempat dari enam bersaudara, kakak dan adiknya
adalah anak laki-laki. Ayah rogers, Walter, lulusan dari Universitas Wisconsin yang pada
saat itu belum popular, dan ketika Carl lahir, dia telah memantapkan dirinya sebagai
seorang pengusaha baru di bidang teknik. Ibu Rogers, Julia, juga kuliah selama dua tahun
seperti suaminya, ia berasal dari keluarga yang pertama kali menyeberangi atlantik pada
abad ke-17 dan telah memberikan kontribusi penting kepada masyarakat dan untuk
pengembangan negara baru selama lebih dari 300 tahun. Carl rogers bukan seorang
imigran Eropa seperti begitu banyak orang sezamannya yang terkenal di dunia psikologi
amerika tetapi produk asli Midwestern America, Semangat perintis dan pragmatis
leluhurnya adalah bagian penting dari warisannya. Rogers menceritakan bahwa
rumahnya sebagai tempat yang berisi dengan ikatan keluarga yang dekat dan memiliki
aturan yang sesuai dengan agama dan dia sangat dicintai sekaligus mendapat perhatian
yang lebih dari kedua orang tuanya. Rogers termotivasi oleh dua faktor yang berbeda.
Yang pertama, ayahnya, saat itu seorang pengusaha yang sukses dan makmur,
menginginkan sebuah lahan pertanian. Yang kedua, keinginan dari orang tuanya untuk
melindungi anak-anak remaja mereka yang sedang tumbuh dari kehidupan pinggiran
kota Pada tanggal 17 Maret 1926, Rogers telah menjadi ayah dan memiliki anak bernama
David Rogers dari ibu Helen sekaligus istri dari Rogers.

Rogers, Helen dan bayi David pindah ke Rochester musim panas itu dan di musim
gugur anak kedua mereka, Natalie, lahir. Rogers tetap bekerja sebagai dokter dan
akhirnya sebagai direktur. Rogers banyak melibatkan ide-idenya tentang kerja kasus
klinis dengan anak-anak dan psikoterapi. Seiring berjalannya waktu, Rogers terlibat
dalam pertempuran professional pertamanya. Rochester klinik melakukan reorganisasi
dan menyarankan itu harus dipimpin oleh seorang pskiater, daripada seorang psikolog
seperti Rogers. Konflik tersebut akhirnya diputuskan sesuai keinginan Rogers, dengan
pengangkatannya sebagai direktur program.

2
B. Riwayat Pendidikan Carl Rogers
Ketika Carl Rogers lulus dari sekolah menengah, dia memasuki Universitas
Wisconsin, dia awalnya mengambil jurusan pertanian, sebelumnya dia menulis di dalam
buku hariannya bahwa dia berniat menjadi petani. Rogers juga terus menulis selama
bertahun-tahun dan menerbitkan beberapa artikel. Ayah Rogers, Walter, menantang
putra-putranya untuk mendirikan usaha kecil mandiri sendiri dan hasilnya mereka belajar
untuk mengelola kawanan ayam dan untuk membesarkan banyak varietas ternak
peternakan sejak bayi. Melalui kegiatan ini, Carl menjadi mahasiswa pertanian ilmiah
yang tekun dan belajar. Rogers menjadi mahasiswa di Universitas Wisconsin, ia
mendaftar di bidang pertanian ilmiah

Pada tahun pertamanya, dia menjadi anggota kelompok mahasiswa pertanian.


Sebelum akhir tahun keduanya, dia merasa yakin bahwa dia dipanggil untuk menjadi
pendeta Kristen dan dia mengganti jurusannya dari pertanian ke sejarah keyakinan
keagamaan. Pada saat itu dia mengambil kursus di Universitas Colombia, kemudian dia
mengikuti kursus psikologi klinis dibawah bimbingan Leta Hollingworth. Berkat
Hollingworth dia mendapat pengalaman pertamanya bekerja dengan anak-anak yang
terganggu. Oleh karena itu, berkat proses seminar tanpa pemimpin, Rogers akhirnya
mengakui bahwa dia tidak bisa lagi tinggal di lingkungan agama. Rogers mulai belajar
untuk gelar dalam psikologi klinis dan pendidikan di fakultas keguruan.

Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang memiliki ide-ide yang
mempengaruhi pendidikan dan penerapannya. Carl Rogers mengeluarkan buku yang
sangat populer yaitu Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s. Carl Rogers
memberikan pendekatan pendidikan dengan mencoba buat belajar, mengajar lebih
manusiawi, lebih personal, dan berarti. Dalam pendekatan pendidikan, Rogers
menentukan filsafat pendidikannya dari prinsip-prinsip yaitu keinginan untuk belajar,
belajar secara signifikan, belajar tanpa ancaman, dan belajar atas inisiatif sendiri.
Walaupun banyak pendidik humanistik yang lain tetapi tidak banyak juga pendidik yang
tidak memperhatikan metodologi pengajaran. Rogers memberi saran untuk pendidik
yang kurang dalam hubungan berinteraksi antara guru dengan siswa yaitu memberi siswa
berbagai sumber yang mendukung dan membimbing pengalaman belajar mereka. Selain
itu rogers juga memberi saran lain yaitu siswa mengajar siswa yg lain,hal ini sangat
bermanfaat untuk keduanya. Maka dari itu, Rogers menjadi pencetus dalam belajar atas
inisiatifnya sendiri

3
C. Hakikat Manusia menurut Carl Rogers
Hakikat manusia menurut Rogers adalah sebagai berikut :

1. Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa
organisme akan mengaktualisasikan kemampuanya dan memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya sendiri.
2. Perilaku manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsinya tentang medan fenomenal
dan individu itu mereaksi medan itu sebagaimana yang dipersepsi. Oleh karena itu,
persepsi individu tentang medan fenomenal bersifat subjektif.
3. Manusia pada dasarnya bermanfaat dan berharga dan dia memiliki nilai-nilai yang
dijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi dirinya.
4. Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif tidak merusak
dirinya.
5. Manusia pada dasarnya aktif, bukan pasif
6. Setiap individu dalam dirinya terdapat motor penggerak : terbuka pada pengalaman
diri, percaya pada diri sendiri.

D. Struktur Teori Kepribadian Carl Rogers


• Organisme
Organisme adalah bagian dari pengalaman secara keseluruhan. Pengalaman
meliputi segala sesuatu tentang kesadaran organisme dan medan fenomenal termasuk
ke dalam kesadaran organisme tersebut. Medan fenomenal (frame of reference)
adalah bagian dari seorang individu yang tidak dapat diketahui oleh orang lain.
Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal tersebut.
Medan fenomenal terdiri dari pengalaman sadar (dilambangkan) dan pengalaman
tidak sadar (tidak dilambangkan). Namun, organisme dapat memebdakan kedua jenis
pengalaman tersebut dan peristiwa ini dianggap oleh Rogers sebagai subsepsi.
Pengalaman yang tidak tepat dilambangkan akan mengakibatkan orang
bertingkah laku secara tidak serasi seperti bertingkah laku kurang realistis karena
terdapat persepsi-persepsi/pengalaman tertentu yang tidak diuji atau kurang memadai.
Apa yang dipikirkan orang sebenarnya bukanlah kenyataan, melainkan hanyalah
hipotesis sementara tentang kenyataan hingga hipotesis tersebut diuji benar atau salah.
Namun di banyak kasus, orang menerima begitu saja pengalamannya sebagai

4
reprentasi tentang kenyataan, bukan sebagai hipotesis. Akibatnya, banyak orang salah
dalam mengartikan dirinya dan dunia luar.
• Diri
Diri merupakan salah satu konstruk sentral/pusat dalam teori Rogers, dan diri
merupakan unsur penting dalam pengalaman klien. Di dalam arti diri, terdapat
sebagaimana adanya (struktur diri) dan diri ideal (apa yang diinginkan orang tentang
dirinya).
• Organisasi dan aku: keselarasan dan ketidakselarasan
Pembicaraan ini adalah tentang kongruensi dan inkongruensi antara diri
sebagaimana dipresepsikan dan pengalaman aktual organisme. Apalabila pengalaman
tersebut membentuk diri secara benar, maka orang tersebut berpenyesuaian baik,
matang, dan berfungsi sepenuhnya, orang dengan macam seperti ini menerima seluruh
pengalaman organismik tanpa merasakan ancaman dan kecemasan, serta dapat
berpikir secara realistis. Dan sebaliknya, inkongreunsi adalah orang yang merasa
terancam dan cemas. Orang-orang tersebut bertingkah kaku serba defensive dan cara
berpikirnya menjadi sempit dan kaku.
• Medan Fenomena
Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal, disadari
maupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.

E. Dinamika Teori Kepribadian Carl Rogers


Menurut Rogers organisme memiliki satu motivasi utama yaitu kecenderungan
untuk aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia adalah untuk menjadi manusia
yang bisa mengaktualisasikan diri, dapat diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam
setiap makhluk hidup yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik
mungkin. Pada dasarnya manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk
penghargaan positif baik dari orang lain maupun dari diri sendiri.

Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang
dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness” yang setinggi-tingginya. Kita
ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kepribadian
5
kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku yang
membantu kita mencapai potensi yang kita miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada
dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang
buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.

Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang


diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi. Rogers menyatakan
bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana
medan itu dipersepsikan.

Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya manusia harus mampu untuk


membedakan antara perilaku yang progresif yaitu perilaku yang mengarahkan pada
aktualisasi diri dan perilaku yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada
tercapainya aktualisasi diri. Manusia harus memilih dan mampu membedakan mana yang
regresif dan mana yang progresif. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk
progresif dan menuju aktualisasi diri.

F. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Rogers


Teori Rogers didasarkan pada pengalaman selama bertahun-tahun pada pengalaman
selama bertahun-tahun dalam menangani klien –kliennya. Rogers melihat manusia pada
dasarnya baik atau sehat, tidak buruk atau sakit. Dengan kata lain, ia melihat kesehatan
mental sebagai kemajuan kehidupan normal, dan ia melihat melihat penyakit mental,
kriminalitas, dan masalah-masalah manusia lainnya sebagai distorsi dari kecendrungan
alamiah.

Seluruh teori Rogers dibangun dari satu gaya hidup yang ia sebut kecendrungan
aktualisasi. Rogers percaya bahwa semua makhluk berusaha untuk membuat yang
terbaik dari keberadaan mereka. Jika mereka gagal melakukannya, itu bukan karena
kurangnya keinginan, tetapi karena kondisi yang membatasinya. Dirinya meyakini jika
ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang yang mana secara alami akan
mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks, otonom, ekspansi, sosial, serta
secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.

6
Maka Rogers mengembangankan beberapa teori-teori utama yang berkaitan dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, antara lain:

a) Diri (Self) Kecendrungan untuk Aktualisasi Diri


Rogers mengakui pentingnya otonomi diri (self) sebagai faktor penting dalam
perkembangan hidupnya. Rogers mengembangkan suatu metode untuk menentukan
apakah perilaku seorang anak sehat dan konsturktif, atau tidak sehat dan destruktif.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun
eskternal. Rogers meneliti faktor internal yang dianggap berpengaruh yaitu:
pemahaman diri dan self insight. Self insight sebagai sesuatu yang diterima oleh self
dan realitas, serta memiliki tanggung jawab terhadap dirinya.
Manusai dimotivasi oleh kecendrungan aktuaslisasi (actualization tendency)
yang lebih luas, yang meliputi aspek psikologis maupun kebutuhan psikologos
dengan memperhatikan kebutuhan dasar. Kecendrungan untuk aktualisasi diri
dimulai sejak berada dalam Rahim. Proses pertumbuhan sepanjang hayat dipandang
Rogers sebagai proses penilaian oragnismik (organismic valuing process).
Pengalaman yang meningkatkan aktualisasi diri, bila nilai bagus dan diharapkan,
kita akan memberi nilai positif dan sebaliknya.
b) Pengalaman Dunia (Experiential World)
Rogers memusatkan perhatian pada cara-cara bagaimana penilaian orang-orang
terhadap individu, khususnya pengalaman-pengalman organisme dan pengalaman-
pengalaman diri. Beberapa pengalaman mulai dari kecil sampai besar, baik yang
mengganggu maupun menyenangkan, membuat kita ingin tahu bagaimana kita
menerima dan beraksi terhadap pengalaman dunia yang multifacet. Pengalaman-
pengalaman tidak berharga cenderung dikeluarkan dari konsep diri, meskipun
perasaan-perasaan itu secara organimik valid. Rogers berkata “Ia menilai
pengalaman secara positif atau secara negatif semata-mata karena syarat-syarat
penghargaan ini diambil dari orang lain, bukan karena pengalaman itu telah
mengembangkan atau gagal mengembangkan organismenya”.
c) Perkembangan self pada Masa Kanak-Kanak
Pembentukan self concept terjadi melalui pembedaan langsung dan segera
antara self dan objek atau kejadian di luar dirinya. Idealnya, self memiliki pola yang
konsisten. Misalnya, orang yang merasa terganggu karena memilki kecendrungan
agresif tinggi akan berusaha menghindari perilaku agresif.

7
d) Penghargaan Positif (Positive Regard)
Setiap anak memerlukan penghargaan positif (positive regand). Kebutuhan ini
bersifat universal dan persisten. Penghargaan positif terdiri atas penerimaan, cinta,
dan dukungan dari orang lain terutama ibu. Anak yang menerima penghargaan
positif akan merasakan kepuasan, sebaliknya anak yang tidak mendapatkannya akan
frustasi.
Anak yang mendapatkan penerimaan, cinta, dan dukungan dalam situasi tertentu
mungkin tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan orang tua, dan kondisi
tersebut tidak membuatnya mendapatkan hukuman. Maka kondisi ini disebut
penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard). Dalam hal ini kecintaan
ibu diberikan secara penuh dan gratis, pada pola ini berisifat alamiah resiprokal
(reciprocal nature). Namun, kebanyakan orang tua akan membuat penghargaan
positif bersyarat (conditional positive regard), artinya seorang akan mendapat
penghargaan dan kasih saying apabila dia bertingkah laku, memiliki konsep diri dan
perasaan yang sesuai dengan keinginan orangtuanya.
Ketika seseorang mendapatkan penghargaan postif lebih banyak dibandung dari
pada orang lain. Maka situasi ini disebut dengan penghargaan diri positif (positif self
regard). Pada saat inilah cara seseorang akan belajar untuk menghargai diri sendiri
dan penghargaan postif ini bersifat timbal balik.
e) Kondisi yang Berharga (Condition of Work)
Beberapa perilaku anak mungkin mengganggu, menakutkan atau membosankan,
tetapi orang tua menunjukan reaksi yang mendukung atau menyukai. Sebaliknya
dengan reaksi orang tua yang apabila orang tua hanya merespon postif untuk
perilaku yang diinginkan. Maka mereka memahami bahwa kadangkala penghargaan
tersebut diberikan dan kadang-kadang tidak. Anak akan belajar menghindari
perilaku yang mungkin tidak memberikan kepuasan pribadi, karenanya mereka tidak
bebas, mereka merasa memerlukan evaluasi atas perilaku dan sikapnya. Dengan
demikian, anak akan terhalang untuk mencapai perkembangan secara penuh atau
aktualisasi diri.
f) In-Kongruensi (Incongruence)
Incongruence adalah ketidaksesuaian antara konsep diri dan dunia pengalaman,
serta lingkungan yang kita terima. Dengan berpegang kepada persepsi yang tidak
akurat mengenai pengalaman tertentu, anak-anak menerima resiko menjadi “asing”
terhadap diri yang sebenarnya (true self). Tingkat penyesuaian psikologis dan
8
kesehatan mental bergantung pada kongruensi atau kesesuaian anatar self concept
dan pengalaman.
g) Pertahanan
Orang yang sedang mengalami inkongruensi akan berada dalam situasi yang
terancam dan membuatnya cemas. Kecemasan adalh sebuah sinyal yang
menunjukkan bahwa ada masalah di depan. Rogers menggunakan istilah pertahanan
terhadap kecemasan yang berasal dari pandangan, kenangan, dan impuls dianggap
sebagai persepsi. Ada dua jenis pertahanan, yaitu: penyangkalan dan distorsi
persepsi.
h) Orang Berfungsi Sepenuhnya (Fully Functioning Persons)
Rogers tertarik untuk menggambarkan orang yang sehat. Istilah yang di
gunakan adalah “Berfungsi sepenuhnya”. Bagi Rogers, orang yang berfugsi
sepenuhnya adalah orang yang telah mendapatkan hasil akhir dari perkembangan
psikologis dan evolusi sosial. Beberapa ciri dari orang yang berfungsi sepenuhnya
(aktualisasi diri) seperti: Terbuka terhadap pengalaman (kebalikan dari defensif),
eksistensi hidup, percaya pada organsme sendiri, hidup secara penuh dan kaya dalam
setiap kejadian, memiliki perasaan bebas dalam membuat pilihan, hidup secara
konstruktif dan adaptif terhadap lingkungan yang berubah, dan orang yang berfungsi
sepenuhnya mungkin menghadapi kesulitan.

9
BAB III

KESIMPULAN

Carl Rogers adalah ahli psikologi humanistik yang berasal dari Chicago. Rogers
terkenal dengan teorinya Person Client Centred Theraphy dan ia merupakan lulusan dari
Universitas Wisconsin. Hakikat manusia menurut Rogers adalah manusia cenderung
melakukan aktualisasi diri dan manusia itu pada dasarnya berharga, baik, serta aktif. Perilaku
manusia pada dasarnya menurut Rogers sesuai dengan persepsinya dan setiap individu
memiliki motor penggerak dalam dirinya.

Rogers membagi struktur kepribadian menjadi dua, yang pertama adalah organisme
yang merupakan bagian dari pengalaman, lalu yang kedua adalah diri yang terbagi menjadi
stuktur diri dan diri ideal. Rogers percaya bahwa manusia memiliki satu motif dasar yaitu
kecenderungan untuk aktualisasi diri. Selanjutnya, Rogers mengembangkan teori-teori yang
berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, yaitu diri (self)
kecenderungan untuk aktualisasi diri, pengalaman dunia (experiential word), perkembangan
diri pada masa kanak-kanak, penghargaan positif, kondisi yang berharga, in-kongruensi,
pertahanan, dan orang yang berfungsi sepenuhnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, S. E. (2002). Psikologi Pendidikan. Malang: PT.Grasindo.


Hidayat, Dede Rahmat. (2011). Teori dan Aplikasi Psikologi Keperibadian dalam Konseling.
Bogor: Ghalia Indonesia
Rogers, C. R. (2004). Psychologists And Their Theories for Students. Farmington Hills: Gale.
Thorne, B., & Sanders, P. (2013). Carl Rogers. London: SAGE Publications Inc.

11

Anda mungkin juga menyukai