Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STRUKTUR KEPRIBADIAN BERDASARKAN PARADIGMA HUMANISTIK CARL


ROGERS

Kelompok 6:
Cyprianus Aldy Yunior Temu (19090000166)
Arwa Nurul Hanjani (20090000005)
Nia Diniyati (20090000008)
Lourensius Chelebrianus Julianus Sri Mulyo (20090000012)
Raden Brama Anugerah Putra (20090000024)
Mukhamad Darul Adnin (20090000206)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

1
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Struktur
Kepribadian Berdasarkan Paradigma Humanistik Car Rogers” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Psikologi Umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang struktur kepribadian berdasarkan paradigma
humanistik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Deasy Christia Sera, S.Psi., M.SI.
selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan waawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga pengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 18 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3. Tujuan..............................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................5
2.1. Biografi Carl Rogers.......................................................................
5
2.2. Teori Kepribadian Carl Rogers......................................................
5
2.3. Asumsi Dasar Teori Carl Rogers...................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................11
3.1. Kesimpulan......................................................................................11
3.2. Saran................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu cara untuk memahami kepribadian dapat dimulai dari sudut
pandang setiap individu, dari dalam ke luar. Ilmu biologi mungkin dapat
memberikan pemahaman mengenai disposisi temperamental yang
menguntungkan atau membatasi seseorang. Lingkungan memberikan
pengalaman yang sulit atau menyenangkan. Keseluruhan kepribadian seseorang
adalah bagaimana ia sebagai individu menggabungkan semua elemen tersebut
menjadi satu.
Salah satu pendekatan tersebut berasal dari psikologi humanis (humanist
psychology), yang muncul sebagai gerakan di awal tahun 1960-an. Pemimpin
gerakan ini adalah Abraham Maslow (1908-1970), Carl Rogers (1902-1987), dan
Rollo May (1909-1994). Ketiga tokoh berpendapat bahwa sudah waktunya untuk
menggantikan psikoanalisa dan behaviorisme dengan “kekuatan ketiga” di dalam
psikologi, pendekatan yang dapat memberikan gambaran yang lebih utuh
terhadap potensi dan kepribadian manusia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Seperti apa biografi dari Carl Rogers?
2. Bagaimana teori kepribadian Carl Rogers?
3. Apa saja yang menjadi asumsi dasar teori Carl Rogers?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi dari Carl Rogers.
2. Untuk mengetahui teori kepribadian Carl Rogers.
3. Untuk mengetahui asumsi dasar teori Carl Rogers.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Biografi Carl Rogers
Lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Carl Ransom Rogers
adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Walter dan Julia
Cushing Rogers. Walter dan Julia adalah orang yang religius, membuat Carl
Rogers tertarik pada Alkitab, ia rajin membacanya di samping buku-buku yang
lain, walaupun ia masih belum sekolah.
Mulanya, Rogers memiliki cita-cita untuk menjadi petani, setelah lulus dari
SMA is melanjutkan pendidikannya ke University of Wisconsin dan brlajar di
bidang agrikultural. Pada tahun 1928, ia mendapatkan gelar Master dalam
psikologi dari Colombia University dan padat tahun 1931, ia mendapatkan gelar
Ph.D dalam psikologi klinis. Pada tahun yang sama, Rogers bekerja di Child
Study Department of the Society for the Prevebtation of Cruelty to Children di
Rochester, New York, ia berperan dalam membantu anak-anak
bermasalah/nakal menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia
menerbitkan sebuah karya yang mendapatkannya tawaran sebagai profesor
fakultas psikologi di Ohio State University, karya ini berjudul “The Clinical
Treatment of the Problem Children”. Rogers menjabat sebagai ketua dari
American Psychological Society pada tahun 1942.
Carl Rogers adalah psikolog humanistik yang menekankan pandangan
bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana seseorang
memandang realita secara subjectif (subjective experience of reality). Rogers
berasumsi bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif,
proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami.
2.2. Teori Kepribadian Carl Rogers
Menurut Rogers, cara seseorang berperilaku tergantung kepada realitas
subjektif individu tersebut, bukan kepada realitas eksternal di sekitar. Individu
yang berfungsi secara penuh mengalami congruence (keselarasan), gambaran
yang mereka munculkan kepada orang lain dengan perasaan dan keinginan
mereka yang sesungguhnya. Keyakinan mereka terhadap diri adalah hal yang
realistis. Rogers menyatakan bahwa untuk menjadi seseorang yang dapat
berfungsi secara penuh, individu membutuhkan pandangan positif yang tidak
bersyarat (unconditional positive regard), yang merupakan kasih sayang dan
dukungan yang dibutuhkan oleh semua manusia yang didapatkan tanpa syarat.

5
Menurut pengamatan Rogers, banyak anak yang dibesarkan dengan
pandangan positif yang bersyarat. Individu yang menerima perlakuan ini akan
mulai menekan atau menolak perasaan atau perilaku yang mereka yakini tidak
dapat diterima oleh orang-orang yang mereka sayangi. Hasilnya, menurut
Rogers, adalah incogruence, yaitu perasaan di mana seseorang merasa tidak
sejalan dengan perasaannya sediri atau tidak jujur dengan dirinya sendiri, yang
akan menghasilkan kerenddahan diri, sikap difensif, dan ketidakbahagiaan.
Sejak awal Rogerds mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan
berkembang, karena itu ia tidak menekankan aspek struktural dari kepribadian.
Namun, diperoleh tiga konstrak yang menjadi dasar penting dalam teori Rogers,
dari 19 rumusan mengenai hakekat pribadi:
1. Organism (Organisme)
Makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologis. Organisme adalah
tempat segala sesuatu yang secara potensial selalu terdapat dalam
kesadaran, yaitu persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi di
dalam diri dan di dunia eksternal.
 Subjective reality: Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati
atau dialami. Realita merupakan medan persepsi yang sifatnya
subjektif, yang akan menentukan atau membentuk tingkah laku.
 Holism: Perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian
lain karena organisme adalah satu kesatuan sistem. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan untuk aktualisasi
diri, mempertahankan diri, dan memperluas/mengembangkan diri
(self actualization-maintain-enhance).
Memiliki tiga kemungkinan, yaitu, (1) melambangkan pengalaman sehingga
disadari, (2) menolak untuk melambangkan pengalaman sehingga tetap
tidak disadari, dan (3) tidak memperdulikan pengalaman tersebut.
2. Phenomenal Field (Medan Fenomena)
Keseluruhan pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia, sebagaimana persepsi subjektifnya, baik internal maupun eksternal,
disadari maupun tidak disadari, disebut phenomenal field/medan fenomena.
Medan fenomena juga dapat diartikan sebagai berikut:
 Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
eksternal (persepsi mengenai dunia)

6
 Meliputi pengalaman yang disimbolkan (berkaitan dengan diri
sendiri), disimbolkan tetapi diingkari karena tidak konsisten dengen
struktur diri, serta tidak disimbolkan karena tidak mempunyai
hubungan dengan struktur diri
 Semua persepsi bersifat subjektif
 Phenomenal field seseorang hanya dapat diketahui oleh dirinya
sendiri. Namun, melalui inferensi empatik orang lain dapat
mengetahui phenomenal field seseorang, meskipun informasi yang
didapatkan tidak sempurna.
3. Self (Diri)
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, dapat dikatakan self
merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Self berisi
pola pengamatan dan penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai
subjek maupun objek. Self memiliki sejumlah sifat-sifat yaitu:
 Dapat berkembang sebagai akibat dari interaksinya dengan
lingkungan
 Memiliki kemungkinan mengintroduksikan nilai-nilai orang lain ke
dalam dirinya meskipun sering tidak sesuai dengan aslinya
 Berusaha untuk senantiasa menetap
 Berusaha agar tingkah laku organisme selalu sesuai dengan self
 Mengamati setiap pengalaman yang tidak sesuai sebagai ancaman
yang dapat menimbulkan rasa tidak enak, tertekan, dan tegang
 Dapat berkembang dan berubah karena pengaruh kematangan
(mature) dan proses belajar
Diri dibagi atas 2 subsitem, yaitu:
 Konsep diri merupakan penggabungan saluruh aspek keberadaan
dan pengalaman seseorang yang disadarai oleh individual, meski
tidak selalu akurat. Menurut Rogers, konsep diri adalah kesadaran
batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
“aku” dan membedakan “aku” dari yang bukan “aku” (Schultz, Duane:
1991)1. Terdapat dua konsep diri, yaitu konsep diri real dan konsep
diri ideal. Untuk membuktikan kedua konsep diri tersebut sesuai atau
tidak, Rogers memperkenalkan dua konsep yaitu: (1) Incongruence,
merupakan ketidakcocokan antara perasaan seseorang dalam
1
Bau Ratu, Psikologi Humanistik (Carl Rogers) Dalam Bimbingan dan Konseling

7
pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin; dan
(2) Congruence adalah keselarasan pengalaman diri, diungkapkan
dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan
sejati serta keyakinan terhadap diri yang merupakan hal yang
realistis.
 Diri ideal merupakan cita-cita seseorang akan diri, apa yang di
inginkan seseorang, untuk menjadi atau dipakai seseorang sebagai
mana dirinya seharusnya, sebagai tujuan perkembangan dan
prestasi.
Menurut Carl Rogers, ada beberapa hal yang mempengaruhi self, yaitu:
 Kesadaran
Konsep diri dan diri ideal ada kerena adanya kesadaran. Tingkat
kesadaran dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Pengalaman yang terjadi
dibawah ambang sadar akan ditolak/disangkal; (2) Pengalaman yang
dapat diaktualisasikan secara simbolis secara langsung akan diakui
oleh struktur diri; dan (3) Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk
distorsi. Perassan dalam pengalaman yang tidak sesuai dengan self
akan dibentuk kembali dan didistorsikan, sehingga dapat
diasimilasikan oleh konsep diri.
 Kebutuhan Pemeliharaan
Kecenderungan tubuh untuk ingin statis dan menolak untuk
berkembang diakibatkan oleh pemeliharaan tubuh organismik dan
pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan.
 Peningkatan Diri
Self mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah, meskipun
tubuh menolak untuk berkembang.
 Penghargaan Positif (Positive Regard)
Begitu kesadaran muncul, akan muncul juga kebutuhan untuk
dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
 Penghargaan Diri yang Positif (Positive Self-Regard)
Pengalaman dengan kepuasan atau frustasi akan menghasilkan
perkembangan kebutuhan akan penghargaan diri. Self akan
menghindari frustasi dengan mencari kepuasn akan positive self-
regard.

8
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara konsep diri dengan pengalaman
oleh diri akan terjardi sesuatu yang disebut dengan stagnisa psikis:
 Ketidakaeimbangan yang semakin besar antara konsep diri dan
pengalaman organis membuat individu menjadi mudah terlena
serangan. Kurangnya kesasaran diri kan membuat seseorang
berperilaku tidak logis, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain
 Akan muncul kegelisahan tanpa sebab dan memuncak menjadi
ancaman, apabila kesadaran itu hilang
Diperlukan adanya pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman agar
mencegah terjadinya ketidakaeimbangan antara konsep diri dan pengalaman
organis, dengan cara:
 Distorsi merupakan salah satu interpretasi pengalaman dengan
konsep diri
 Penyangkalan merupakan penolakan terhadap pengalaman
2.3. Asumsi Dasar Teori Carl Rogers
Terdapat dua asumsi besar yang merupakan asumsi-asumsi dasar dari teori
humanistik, yaitu:
1. Kecenderungan Formatif
Kecenderungan terhadap segala hal, baik organik maupun anorganik,
untuk berkembang dari bentuk yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
2. Kecenderungan Mengaktualisasi Diri
Kecenderungan setiap manusia untuk bergerak menuju kesempurnaan
atau pemenuhan potensial dirinya (J. Feist dan Gregory J. Feist, 2008:273) 2.
Semua individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya. Kecenderungan ini satu-satunya motif yang dimiliki manusia.
Kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar, mengekspresikan emosi-emosi
yang dirasakan, dan menerima diri seseorang.

2
Bau Ratu, Psikologi Humanistik (Carl Rogers) Dalam Bimbingan dan Konseling

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Carl Rogers berpendapat bahwa cara seseorang berperilaku tergantung
kepada realitas subjektif individu tersebut, bukan kepada realitas eksternal di
sekitar. Rogers menekankan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami
dari bagaimana seseorang memandang realita secara subjectif (subjective
experience of reality). Rogers juga berasumsi bahwa manusia itu bebas, rasional,
utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami.
Dalam teori kepribadian Rogers terdapat tiga konstrak yang menjadi dasar
penting dalam teorinya, yaitu (1) organisme (organism), tempat segala sesuatu
yang secara potensial selalu terdapat dalam kesadaran, yaitu persepsi
seseorang mengenai kejadian yang terjadi di dalam diri dan di dunia eksternal,
(2) medan fenomenal (phenomenal field), keseluruhan pengalaman pribadi
seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subjektifnya,
baik internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari, dan (3) diri (self),
berisi pola pengamatan dan penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik
sebagai subjek maupun objek. Self dibagi menjadi 2 subsistem, yaitu (1) konsep
diri, penggabungan saluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang
disadarai oleh individual, meski tidak selalu akurat, dan (2) diri ideal, cita-cita
seseorang akan diri, apa yang diingkan seseorang, untuk menjadi atau dipegai
seseorang sebagai bagaimana dirinya seharusnya, sebagai tujuan
perkembangan dan prestasi.
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah SWT yang tidak luput dari kesalahan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Wade, Carole, Tavris,Carol, & Garry, Maryanne. (2014). Psikologi (11th ed.) (pp.
236 – 237). Jakarta: Erlangga.

Ratu, Bau. (2014). Psikologi Humanistik (Carl Rogers) Dalam Bimbingan dan
Konseling. Jurnal Ilmu Pendidikan, 13(3), 10-18. Retrived from
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Kreatif/article/view/3349

Rosyidi, H. Hamim. (2015). Psikologi Kepribadian (Paradigma Traits, Kognitif,


Behavioristik dan Humanistik) (pp. 124 – 127). Surabaya: Jaudar Press.

Prawitasari, Johana E., et al. (2002). Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan


Kontemporer (pp. 41 – 43). Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM.

11

Anda mungkin juga menyukai