Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Teori Kepribadian Tipologi Berdasarkan Biologis Menurut Hans


Eysenck
Matakuliah: Kepribadian Psikodinamik
Dosen Pengampu: Dyta Setiawati M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Mellanie Marta Tiara Puteri (2273201110019)


2. Milda Sarkiya (2273201110020)
3. Nida Maimunah (2273201110027)
4. Putri Raya Sapitri (2273201110032)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya dipanjatkan kepada Allah Ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang baik hingga
hari hisab. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Teori Kepribadian Tipologi Berdasarkan Biologis
Menurut Hans Eysenck” ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kepribadian
Psikodinamik.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dan dosen mata
pelajaran Kepribadian Psikodinamik sehingga kendala-kendala yang penyusun
hadapi teratasi.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datangdari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan sumbangsih kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata, semoga Allah SWT, memberikan pertolongan kepada
semua orang menjalani kehidupan ini, terutama bagi penyusun.

Barito Kuala, 08 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Biografi Hans Eysenck..............................................................................................................2
B. Definisi Kepribadian Menurut Hans Eysenck............................................................................3
C. Struktur Kepribadian.................................................................................................................3
D. Dimensi-dimensi Kepribadian...................................................................................................5
E. Assesment..................................................................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eysenk mengkritik teori psikoanalisis yang dia rasa pengukurannya kurang akurat untuk
konsep psikologis. Jadi dalam menyusun teori sifat, Eysenck mencoba melakukan
pengukuran perbedaan individu yang lebih akurat. Pengukuran itu untuk mengidentifikasikan
asumsi dasar-dasar biologis dari sifat. Teori kepribadian Eysenck menekankan komponen
hereditas dan lingkungan. Eysenck percaya bahwa taksonomi atau klasifikasi tingkah laku
dapat menentukan kepribadian dan analisis factor adalah alat yang tepat untuk
menentukannya.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana penjelasan teori kepribadian tipologi berdasarkan biologis menurut Hans
Eysenck?
b) Bagaimana struktur kepribadian menurut Hans Eysenck?
c) Bagaimana dimensi kepribadian menurut Hans Eysenck?

C. Tujuan
a) Untuk mengetahui teori kepribadian tipologi
b) Untuk mengetahui struktur kepribadian tipologi berdasarkan biologis
c) Untuk mengetahui Dimensi Kepribadian menurut Hans Eysenck

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Hans Eysenck


Hans Eysenck lahir pada 4 Maret 1916 di Berlin, Jerman. Dia tumbuh dan tinggal di kota
itu sampai tahun 1934, ketika dia dipaksa untuk berlindung pertama di Perancis dan
kemudian di Inggris oleh rezim Nazi.
Orang tuanya adalah aktor, yang, ketika mereka berpisah dan menghadapi kondisi negara,
pindah ke Prancis. Eysenck tumbuh bersama nenek dari pihak ibu, Frau Werner, yang
dengannya dia mendapatkan pendidikan gratis dan penuh dengan rangsangan intelektual dan
budaya. Dia dengan cepat menonjol sebagai siswa yang baik dan bahkan atlet yang baik.
Akhirnya dia harus berhijrah dan berada di London di mana dia mulai belajar psikologi
(di Universitas London). Di kota yang sama ia bekerja sebagai psikolog klinis dan bahkan
bekerja sebagai manajer di Institute of Psychiatry.
Hans Eysenck dianggap telah membangun salah satu paradigma kepribadian terkuat
dalam sejarah psikologi. Ada orang yang bahkan menganggapnya "bapak psikologi".
Ketika masih mahasiswa, Eysenck berpartisipasi dalam berbagai pertemuan dan ulasan teori-
teori intelijen. Seiring dengan beberapa intelektual Amerika, dia juga mengembangkan opsi
terapi selain psikodinamik, yang paling populer saat itu.
Dia juga menyadari bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan berada di latar belakang
sehubungan dengan psikiatri. Eysenck tetap tertarik untuk mengklaim status yang pertama
dan mencari kerja sama di antara keduanya. Dengan cara yang sama tetap kritis terhadap
diagnosis yang dibuat oleh psikiatri. Saya melihat banyak kontradiksi dan kesulitan untuk
mempertahankannya secara teoritis. Dari pengalaman-pengalaman ini ia mengembangkan
model kepribadiannya sendiri, memulihkan banyak pendekatan paling klasik untuk filsafat
dan psikologi.
Selain mengukur kepribadian, menekankan pada nilai untuk mengetahuinya, dan tertarik
untuk menyelesaikan masalah taksonomi yang digunakan dalam psikiatri, Eysenck
berpendapat bahwa kepribadian tidak terjadi dalam normalitas terus menerus-neurosis-
psikosis, tetapi itu dimensi yang paling mewakili ini adalah neuroticism dan psychoticism.
Dari sini ia melakukan penelitian dengan banyak orang yang bekerja sebagai psikolog
klinis, orang-orang yang memiliki diagnosis psikiatris dan orang-orang yang tidak. Setelah
menganalisis data, ia mengusulkan dua faktor kunci untuk kepribadian: neurotisme dan

2
extraversion.Bertahun-tahun kemudian dan dari studi baru, tambahkan dimensi baru:
psikotik. Akhirnya, saya menyajikan model yang terorganisir secara hierarkis dalam empat
tingkatan mulai dari tipe kepribadian dan fitur-fiturnya, hingga respons spesifik yang sesuai
dengan masing-masing. Karya ini memberi bentuk pada apa yang dikenal sebagai model PEN
kepribadian.Melalui studinya, Eysenck mengembangkan model terkenal dari kepribadian
psikotik-extraversion-neuroticism, dengan masing-masing faktor biologis, yaitu menyoroti
peran pewarisan genetik dalam pengembangan kepribadian. Sebagai contoh, berpendapat
bahwa perbedaan psikologis dan faktor penentu turunannya dapat diuji secara empiris.
Inilah yang akhirnya membuatnya mengembangkan penelitian tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepribadian, tetapi itu sedikit lebih jauh, seperti kecerdasan,
kreativitas, hubungan antara gen dan budaya, kejahatan, seksualitas, hubungan antara
kepribadian dan penyakit atau kecanduan, antara lain.
Banyak studinya tentang Kecerdasan Intelektual dan hubungannya dengan sistem budaya
menerima banyak kritik. Sebagai contoh, teorinya telah digunakan untuk membenarkan
dinamika rasial dan membantahnya.
Studi terbarunya difokuskan pada analisis kreativitas dan hubungannya dengan faktor
biologis. Y model kepribadiannya telah disesuaikan dengan berbagai tes psikometri untuk
mengevaluasi kecerdasan dan kepribadian. Saat ini mereka digunakan di bidang klinis,
pendidikan, kejuruan dan tenaga kerja.

B. Definisi Kepribadian Menurut Hans Eysenck


Eysenck berpendapat dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam
bentuk tipe dan trait. Dia juga berpendapat bahwa semua tingkah-laku dipelajari dari
lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun
potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola
tingkahlaku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor
utama yang mengorganisir tingkahlaku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif
(character), sektor afektif (temperament), sektor somatik (fisiologis dan fungsi otak).

C. Struktur Kepribadian
Kepribadian menurut Eysenck memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki
yang tinggi ke hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.
 Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait.

3
 Hirarki kedua: Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan atau
mempunyai persamaan tertentu.
 Hirarki ketiga: Habitual Response, kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan
respon spesifik, respons yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi
kondisi atau situasi yang sejenis.
 Hirarki terendah: Spesific Response, tingkah laku yang dapat diamati, yang berfungsi
sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Pandangan Eysenck berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang membagi


empat tipe kepribadian dasar :
 Tinggi N dan Rendah E : tipe Melankolis
 Tinggi N dan Tinggi E : tipe Koleris
 Rendah N dan Tinggi E : tipe Sanguinis
 Rendah N dan Rendah E : tipe Plegmatis

Pada riset awalnya, Eysenck menggunakan metode analisis faktor yang dideskripsikan
di atas dan berhasil mengidentifikasikan dua dimensi dasar kepribadian. Dengan kata lain,
analisis faktor skundernya menghasilkan dua dimensi perbedaan individual yang berbeda,
yang diinterpretasikan sebagai dua struktur sentral kepribadian manusia. Eysenck
menamakan dimensi ini sebagai :(1) introversi-ekstroversi dan (2) neurotisme (dikenal pula
dengan istilah emotional stability versus instability (kestabilan emosional vs ketidakstabilan
emosional). Berbagai faktor ini biasanya tidak berkorelasi satu dengan yang lain (dengan kata
lain, terdapat extraverted neurotics yang sama banyaknya dengan introverted neurotics,
terdapat ekstraversi stabil secara emosional dengan jumlah yang sama banyaknya dengan
ekstraversi yang tidak stabil secara emosional dan seterusnya). Fakta bahwa keduanya tidak
berhubungan berarti sistem dua dimensional Eysenck dapat direpresentasikan sebagai dua
garis tegak lurus yang bersama-sama mendefenisikan ruang psikologis sifat kepribadian.
Pada prinsipnya, setiap orang dapat ditempatkan dalam ruang dua dimensional ini; dalam
sistem teoritis Eysenck, semua orang memiliki sifat ekstroversi atau neurotisme dalam
tingkatan yang berbeda.
Fitur menarik sistem Eysinck adalah pandangannya berhubungan dengan deskripsi kuno
perbedaan individual. Fisikawan Yunani, Hipocrates (sekitar 400 SM) dan Galen (sekitar 200
M ) mengetengahkan empat tipe keribadian dasar; melancolics (melankolis), phlegmatics

4
(plegmatis), cholerics (kholeris), dan sanguine (sanguinis). Teori Yunani Kuno tentang
penyebab tipe kepribadian ini telah lama ditolak.
Walaupun demikian, Eysenck mengakui bahwa para pemikir kuno menyadari nilai
penting variasi di antara orang-orang. Bagi Eysenck, orang yang oleh para pemikir Yunani
tersebut masuk dalam tipe kepribadian tertentu (misalnya kholeris) sebenarnya memiliki dua
sifat kepribadian yang terasosiasi dalam jumlah besar (dalam kasus tipe kholeris, ekstraversi
dan ketidakstabilan emosional; lihat Gambar. Fakta bahwa berbagai variasi dalam
kepribadian tampak jelas di dunia kuno dan masyarakat kontemporer mengindikasikan bahwa
variasi tersebut mungkin merupakan fitur fundamental karakteristik manusia dengan basis
biologis yang melampaui ruang dan waktu

Indikator Kepribadian
Ekstraversi-Introversi Stabil dan Tidak Stabil

D. Dimensi-dimensi Kepribadian
Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenk, yaitu Ekstraversion (E), Neuroticism
(N), dan Psikoticism (P). Menurutnya nuerotisme dan psikotisme itu bukan sifat patologis.
Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar;
Ektraversion - Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism - Impulse
Control. Dan orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi tersebut memiliki
kecenderungan melakukan kriminalitas. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu

5
mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi.
Masing-masing dimensi saling bertentangan dan merupakan tipe dari kumpulan 9 trait, jadi
semuanya ada 27 trait.

1. Extraversion(E)
Trait Extraversion Trait Introversion
Socieable, lively, active, Tidak sosial, pendiam ,
Assertive, sensation, pasif, ragu banyak
seeking, carefree, pikiran, sedih, penurut,
dominance, surgent, pesimis, penakut,
ventureso tertutup, damai, tenang,
terkontrol

Penyebab utama perbedaan antara ekstraversion dan introversion adalah tingkat


keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian
besar bersifat keturunan. CAL rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah.
Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi.

Extraversion Introversion
CAL-nya Rendah CAL-nya Tinggi
Membutuhkan banyak rangsangan Membutuhkan sedikit ransangan untuk
untuk mengaktifkan korteksnya mengaktifkan korteksnya
Suka ikut berpatipasi dalam berbagai Menarik diri, menghindari situasi ramai,
aktivitas situasi yang menyebabkan ketegangan
terlalu tinggi, aktifitas yang menantang,
memimpin suatu perkumpulan, dan
melakukan keisengan.

2. Neuroticism (N)
Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self
esteem, tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari neuroticism adalah
kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System). Orang yang
kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara

6
emosional jadi gampang mengalami gangguan neurotik. Neurotisisme dan ekstraversi bisa
digabung dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis ordinat. Kedudukan
setiap orang pada bidang dua dimensi itu tergantung kepada tingkat ekstraversi dan
neurotisismenya.

Subye Dimensi CAL ANS Simptom


k
A Introver-Neurotik Tinggi Tinggi Gangguan psikis tingkat pertama
B Ekstraver-Neurotik Rendah Tinggi Gangguan psikis tingkat kedua
C Introver-Stabilita Tinggi Rendah Normal Introvers
D Ekstravers-Stabilitas Rendah Rendah Normal Ekstravers

Keterangan :
 adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme). Orang itu
cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif,
disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders of the first kind).
 adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal, atau
mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).
 adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat dipercaya.
 adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang bicara/bergaul.

3. Psychoticism (P)
Skor Psychoticism Tinggi Skor Psychoticism Rendah
egosentris, dingin, tidak mudah baik hati, hangat, penuh perhaitan, akrab,
menyesuaikan diri, impulsive, kejam, tenang, sangat sosial, empatik, kooperatif,
agresif, curiga, psikopatik dan anti sosial dan sabar

Seperti ekstraversion dan neuroticism, psychoticism mempunyai unsur genetik yang


besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya 25%
yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memilki skor yang leboh besar dibanding wanita
dalam dimensi psikotisme karena hormon progesteron pria lebih besar daripada wanita.

7
E. Assesment
Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk
memahami klien.
1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), Alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L)
untuk mendeteksi kepura-puraan (faking) yang terpenting dalam tes ini yaitu untuk
mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen dengan korelasi yang hampir nol
antara E dan N.
3. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi dari EPI,
tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan). Memasukan skala
psikotik.
4. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ. Mempunyai versi
dewasa dan anak-anak.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tiga dimensi kepribadian Eysenck adalah Ekstraversi (E), Neurotisme (N), dan Psikotik
(P).
Eysenck berargumen bahwa setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk
mengidentifikasikan dimensi kepribadian.
Pertama, bukti psikometrik yang kuat harus ada dalam setiap faktor, terutama faktor E
dan N. Faktor P mencul belakangan dalam studi yang dilakukan Eysenck, namun tidak terlalu
diperhatikan dengan serius oleh peneliti lain sampai pada pertengahan tahun 1990-an.
Kedua, Eysenck berargumen bahwa dasar biologis yang kuat terdapat dalam masing-
masing superfaktor tersebut.
Ketiga, tiga dimensi kepribadian Eysenck masuk akal secara teoretis. Carl Jung dan
yang lainnya telah melihat efek yang berpengaruh dari perilaku ekstraversi dan introversi
(faktor E), dan Sigmund freud menekankan pentingnya kecemasan (faktor N) dalam
pembentukan perilaku. Selain itu, psikotik (faktor P) selaras dengan para pakar teori seperti
Abraham Maslow, yang menggegas bahwa kesehatan psikologis mencakup dari aktualisasi
diri 9skor P rendah) sampai skozofrenia dan psikosis (skor P tinggi).
Teori sifat Eysenck menekankan peran herediter sebagai faktor penentu dalam
perolehan sifat tiga faktor, yakni ekstraversi, neurotisisme dan psikotisisme. Sebagian
didasarkan pada bukti hubungan korelasional antara aspek biologis, seperti CAL (Cortical
Arousal Level) dengan dimensi-dimensi kepribadian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press


Boeree, George. C., Dr. 2006. Personality Theories. Jogjakarta: Prisma Sophie

10

Anda mungkin juga menyukai