Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PSIKOLOGI KLINIS

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Klinis

Dosen Pengampu : Faisal Rachmat, S.Psi., M.A.

Disusun Oleh :

Ranti Kha Nur Assiva (D.202204051)

Febriyanti Putri (D.202204071)

Siti Sri Izzati (D.202204291)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR

2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan makalah Psikologi Klinis dengan judul
“Sejarah Psikologi Klinis” dengan bantuan berbagai pihak, sehingga kami
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Faisal Rachmat, S.Psi.,
M.A., selaku Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Klinis. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka, kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga dapat memperbaiki makalah ini.

Bogor, 4 Maret 2024

Penyusun

Rantika, Febri, dan Izzati


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Klinis .......................................................... 2

B. Sejarah Psikologi Klinis ............................................................... 2

C. Area Studi Psikologi Klinis ........................................................... 6

D. Isu Profesional dalam Psikologi Klinis .......................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 10
B. Saran ......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Psikologi klinis adalah cabang dari ilmu psikologi yang berfokus pada
pemahaman, diagnosis, dan pengobatan gangguan mental dan emosional.
Psikologi klinis memiliki sejarah yang kaya dan kompleks.

Dimulai pada abad ke-19 dengan pendekatan medis terhadap gangguan


mental, kemudian berkembang menjadi bidang yang lebih beragam dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang proses psikologis individu.

Freud dan pendekatannya terhadap psikoanalisis menjadi titik awal


penting dalam perkembangan psikologi klinis modern. Selama abad ke-20,
berbagai teori dan pendekatan terapi, seperti kognitif, perilaku, dan humanistik,
telah berkontribusi pada evolusi psikologi klinis menjadi bidang yang lebih
holistik dan beragam.

Seiring berjalannya waktu, psikologi klinis semakin mengadopsi


pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi, menggabungkan berbagai teori
dan teknik terapeutik untuk memahami dan membantu individu dengan
berbagai masalah mental dan emosional.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi Klinis ?

2. Bagaimana sejarah psikologi klinis ?

3. Apa saja area studi psikologi klinis ?

4. Apa saja isu profesional dalam psikologi klinis ?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui dan memahami psikologi klinis.
2. Mengetahui sejarah psikologi klinis.
3. Mengetahui area studi psikologi klinis.
4. Mengetahui isu profesional dalam psikologi klinis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Klinis

Psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas, secara sempit
psikologi klinis tugasnya adalah mempelajari orang-orang abnormal atau
subnormal. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang
merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di
rumah sakit. Secara luas, psikologi klinis merupakan bidang psikologi yang
membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan emosional
pada manusia, tidak memandang apakah abnormal atau subnormal.

Lightner Witmer menjelaskan bahwa psikologi klinis adalah suatu


metode berdarkan hasil observasi dan eksperimen yang digunakan untuk
memodifikasi dan mengembangkan jiwa seseorang.

Sedangkan defisini yang banyak digunakan dan dirasa lebih cocok dijelaskan
oleh Asosiasi Psikologi Amerika (APA) mendefinisikan bidan psikologi klinis
adalah integrasi antara ilmu pengetahuan, teori, dan praktik untuk memahami,
memprediksi, dan mengurangi ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri
(maladjustment), ketidakmampuan (diasbilitas), ketidaknyamanan yang
menimbulkan masalah psikologis dalam penyesuaian, dan perkembangan
pribadi manusia. Focus yang dilakukan oleh psikologi klinis pada aspek
intelektual, emosional, biologis, psikologis, social, dan fungsi perilaku manusia
seumur hidup, dalam beragam budaya, dan dalam semua tingkat social
ekonomi.

B. Sejarah Psikologi Klinis

Penderita sakit mental dianggap dan diperlakukan dengan cara yang


tidak layak pada tahun 1700-an dan 1800-an, pada semua wilayah di dunia dan
juga termasuk di belahan barat, mereka dianggap sedang mengalami
kerasukan roh yang tidak baik. Bahkan penderita gangguan mental dianggap
sebagai akibat dari Tindakan buruk tertentu. Penderita gangguan mental dijauhi
masyarakat, tempat perawatannya bahkan mirip dengan penjara daripada
rumah sakit seperti hari ini.

Pada awalnya sebelum Perang Dunia II, psikologi klinis di Amerika Serikat
hanya terbatas pada penggunaan tes psikologis, untuk menegakkan diagnosis
gangguan yang dialami individu. Hal ini tidak mengherankan karena psikologi
klinis dikembangkan oleh dokter yang dulunya disebut diagnostisian (lih. Yalom,
2005, sebuah buku novel tentang Freud muda dan mentornys Breuer). Baru
setelah perang usai, psikologi klinis mulai dikembangkan untuk menangani
veteran yang mengalami gangguan mental pasca perang Kebanyakan veteran
tersebut mengalami gangguan mental pasca trauma di akhir tahun. 1940an dan
awal tahun 1950an. Semenjak itulah psikoterapi mulai berkembang dalam
praktik psikologi klinis, terutama untuk menangani kasus-kasus gangguan
pasca trauma tersebut.

Jurnal psikologi klinis terbitan American psychological Association (APA)


terkini menunjukkan bahwa psikologi klinis telah merambah ke semua lini
kehidupan baik itu di tingkat individu, keluarga, kelompok, organisasi,
masyarakat luas, maupun dunia global. Psikologi klinis tidak hanya untuk
kesehatan mental saja tetapi juga untuk kesehatan fisik, tidak hanya untuk
individu saja tapi untuk masyarakat. Orientasi psikologi klinis tidak hanya dalam
sektor pribadi saja tetapi juga sektor publik, dan tidak hanya berdasarkan
psikopatologi tapi lebih pada kesejahteraan masyarakat. Di sini terlihat bahwa
psikologi klinis bukan. bidang statis, tapi berkembang pesat sesuai tuntutan
zaman.

Philip Melachton yang pada tahun 1530-an merencanangkan adanya


psikologi sebagai substansi matakuliah perilaku, ia menyatakan bahwa
substansi atau materi psikologi adalah substansi yang melengkapi faal tubuh,
malaikat, setan, dan Tuhan yang memunculkan gejala perilaku. Dapat
dibayangkan rumitnya, apa yang dihadapi psikologi klinis kalau psikologi
dianggap ilmu tentang materi tersebut. Kemudian, para fungsionalis
menganggap bahwa materi psikologi adalah mental atau fungsi psikis, seperti
emosi dan daya pikir. Namun hal tersebut tidak cukup sederhana untuk
dipahami, karena hampir seluruhnya merupakan gejala yang tidak dapat
diketahui/diamati secara langsung.

Pada tahun 1920-an, muncul Watson yang menghendaki adanya materi


psikologi berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang obyektif, dapat
diukur dan diamati, ialah perilaku teramati semata-mata, yang bagi
penentangnya dianggap menghilangkan "ruh" psikologi. Oleh karena itu, hanya
sebagian dari psikologi klinis yang menerima syarat ilmiah; yang tidak
bergabung ini, kemudian "bergabung" dalam gerakan "pascamodern".
Perkembangan psikologi berikutnya menjadi lebih rumit lagi, karena sangat
banyak mengikuti perkembangan filsafat dan budaya, bahkan agama,
terutama tentang hakekat manusia dan metodologi ilmu yang merupakan salah
satu bagian dari filsafat ilmu epistemologi. Jadi, psikologi klinis sesuai dengan
perkembangan materi psikologi pada umumnya, juga menghadapi masalah
yang sama, yakni kerumitan mengenai apa yang sebenarnya dibaca oleh
psikologi, yaitu jiwa, ruh, mental, perilaku, pengalaman, penghayatan, dan lain-
lain.

Psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas, secara sempit
psikologi klinis tugasnya adalah mempelajari orang-orang abnormal atau
subnormal. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang
merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di
rumah sakit. Secara luas, psikologi klinis merupakan bidang psikologi yang
membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan emosional
pada manusia, tidak memandang apakah abnormal atau subnormal.

Psikologi klinis meneropong gejala-gejala yang dapat mengurangi


kemungkinan manusia untuk berbahagia. Kebahagian erat hubungannya
dengan kehidupan emosional- sensitif dan harus dibedakan dengan kepuasan
yang lebih berhubungan dengan segi-segi rasional, intelektual (Yap kie Hien,
1968). Phares (1992), psikologi klinis menunjuk pada bidang yang membahas
kajian, diagnosis dan penyembuhan (treatment) masalah-masalah psikologis,
gangguan (disorder) atau tingkah laku abnormal.

1. Istilah Psikologi Klinis

Penggabungan istilah psikologi yang terkait dengan psikologi akademik


atau psikologi sebagai ilmu, dengan istilah klinik yang artinya tempat orang
berobat. Dan dilakukan pertama kali oleh L Witmer (Arieti, 1959 & Phares,
1993). Dari penggabungan ini dapat dilihat bahwa bidang terapan ini
berpijak pada dua displin ilmu yang berbeda yakni psikologi akademik dan
kedokteran, khususnya psikiatri.

Klinik Psikologi pertama kali didirikan Witmer pada tahun 1890. Pada
klinik ini tugas Psikologi adalah memeriksa anak-anak yang mengalami
kesulitan menerima pelajaran. Klinik Psikologi pada waktu itu tidak bergerak
sebagai badan pelayanann bagi orang sakit atau orang-orang yang
mengalami gangguan penyesuaian diri, tetapi merupakan badan pendidikan.
Oleh karena berasal dari dua displin ilmu yang berbeda Psikologi dan
Psikiatri, maka timbul beberapa masalah dalam Psikologi Klinis, yakni dalam
hal identitas, definisi istilah-istilah dan kewenangan melakukan psikoterapi.

2. Psikologi Klinis dalam Psikologi

Dilihat dari sejarahnya, Psikologi Klinis kemungkinan besar merupakan


wacana Psikologi yang paling tua dan sekaligus merupakan akar wacana
Psikologi di kemudian hari pada umumnya. Akan tetapi, dilihat dari
kedudukan dan fungsinya dalam hubungannya dengan Psikologi sebagai
cabang ilmu yang mandiri, Psikologi Klinis bukanlah pilar utama dalam ilmu
Psikologi. Dengan demikian, tidak ada kaidah dasar Psikologi Klinis yang
mendukung dan menjadi tumpuan kaidah utama psikologi umumnya.
Sebaliknya, wacana Psikologi Klinis justru berkembang berdasarkan
penggunaan kaidah-kaidah Psikologi yang muncul sesudahnya.

Adapun yang termasuk pilar Psikologi adalah sub-sub disiplin ilmu


Psikologi, yaitu Psikologi Umum, Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial,
dan studi kepribadian (Psikologi Kepribadian). Dalam pemahaman dasarnya,
psikologi klinis merupakan ilmu yang menerapkan atau mengaplikasikan
Psikologi Abnormal sebagai ilmu dasarnya. Sementara itu, Psikologi
Abnormal merupakan kelajutan dari studi atau Psikologi Kepribadian.
Namun, sebagaimana ilmu Psikologi pada umumnya, yang merupakan studi
tentang perilaku dan penghayatan atas pengalaman seseorang, Psikologi
Klinis juga merupakan studi tentang perilaku seorang individu dan secara
yang khas (particular individual).

Psikologi Klinis lahir berdasarkan pendapat Hippocrates, bahwa setiap


perilaku, termasuk gajala sakit, bersumber pada otak, hanya saja apa yag
dimaksudkan dengan otak itu diperluas menjadi persyarafan, dan khusus
untuk perilaku, pengertian otak ini disubstansikan dengan "psike"atau
"jiwa"," mental" atau "mind". Selang waktu antara tahun 1896 dan 1946,
merupakan tahun tahun penting dalam sejarah perkembangan psikologi
klinis. Pada kurun waktu tersebut, praktek maupun wacana tentang
Psikologi Klinis mendominasi wacana psikologi pada umumnya.

Lightner Witmer, adalah seorang psikolog yang dapat dianggap sebagai


Bapak Psikologi Klinis. Pada tahun 1896, ia mendirikan Klinik Psikologis yang
pertama di Universitas Pensylvania. Oleh karena itu, tahun 1896 dianggap
sebagai tahun penemuan psikologi klinis sebagai profesi. Di Universitas lain
pendirian Klinik Psikologis seperti itu kemudian bermunculan, antara lain
klinik psikologi yang dibangun oleh Carl E. Seashore di Universitas IOWA.
Pada tahun 1914 telat tercatat 19 klinik psikologi yang dibangun, dan
jumlahnya nmeningkat tajam pada tahun 1935 hingga menjadi 87 buah klinik
(Louttit, 1939).

C. Area Studi Psikologi Klinis

Area studi dalam psikologi klinis mencakup berbagai aspek yang relevan
untuk pemahaman, diagnosis, dan pengobatan gangguan mental dan
emosional. Beberapa area studi utama dalam psikologi klinis meliputi :
1. Psikopatologi : Studi tentang asal-usul, gejala, dan perkembangan
gangguan mental. Ini mencakup pemahaman tentang berbagai jenis
gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, skizofrenia, dan
gangguan kepribadian.

2. Evaluasi Psikologis : Praktek menilai dan mendiagnosis gangguan mental


menggunakan berbagai alat dan teknik evaluasi, termasuk tes psikologis,
wawancara klinis, dan observasi perilaku.

3. Terapi dan Konseling : Studi tentang berbagai pendekatan terapeutik dan


teknik konseling yang digunakan dalam membantu individu mengatasi
masalah psikologis mereka. Ini meliputi terapi kognitif perilaku, terapi
psikoanalisis, terapi kognitif, terapi keluarga, dan banyak lagi.

4. Psikologi Klinis Forensik : Penelitian tentang aplikasi prinsip-prinsip


psikologi klinis dalam sistem peradilan pidana, termasuk evaluasi
kejiwaan, penilaian risiko kekerasan, dan profilling.

D. Isu Profesional dalam Psikologi Klinis

1. Kode Etik Psikologi

Dalam praktik psikologi, terutama psikologi klinis, terdapat etika yang


berisi aturan dalam melaksanakan profesi tersebut. Etika ini akan
membantu semua pihak merasa nyaman dan terlindungi ketika sedang
melakukan atau mengkonsumsi jasa dari profesi psikolog, yang telah
diatur dalam Kode Etik Psikologi Indonesia yang disusun oleh Himpunan
Psikologi Indonesia.

Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan


dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan
sebagai psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia

2. Kerahasiaan

Seorang psikolog atau psikoterapis wajib untuk menjaga


kerahasiaan informasi klien. Kerahasiaan data klien tidak hanya terkait
data catatan klien, melainkan juga mencakup kerahasiaan tentang
kemajuan pengobatan, dokumentasi pemeriksaan dan pengobatan,
semua data pengujian psikologis, juga informasi tentang perilaku ilegal,
perilaku menyimpang atau informasi sensitif lainnya.

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib memegang teguh rahasia


yang menyangkut klien atau pengguna layanan psikologi dalam
hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya. Penggunaan keterangan
atau data mengenai pengguna layanan psikologi atau orang yang
menjalani layanan psikologi yang diperoleh.

3. Kompetensi

a. Pemahaman mendalam tentang teori dan prinsip-prinsip psikologi.

b. Kemampuan dalam melakukan penelitian dan evaluasi.

c. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi dan


terapi.

d. Kemampuan untuk melakukan observasi dan analisis yang mendalam


terhadap perilaku individu dan kelompok.

e. Keterampilan dalam melakukan konseling dan memberikan dukungan


psikologis.

f. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan individu dan


kelompok yang beragam secara budaya dan sosial.

g. Keahlian dalam mengelola data dan informasi secara etis.

h. Pemahaman yang kuat tentang etika profesi dan standar praktik


psikologi.

i. Kemampuan untuk bekerja dalam tim dan berkolaborasi dengan


profesional kesehatan mental lainnya.

j. Keterampilan dalam memberikan edukasi dan penerangan tentang


masalah psikologis kepada masyarakat.

4. Etika dalam Asesmen Klinis

Asesmen Psikologi adalah prosedur evaluasi yang dilaksanakan


secara sistematis. Termasuk di dalam asesmen psikologi adalah
prosedur observasi, wawancara, pemberian satu atau seperangkat
instrumen atau alat tes yang bertujuan untuk melakukan penilaian
dan/atau pemeriksaan psikologi.

Psikolog harus memperoleh persetujuan untuk melaksanakan


asesmen, evaluasi, intervensi atau jasa diagnostik lain sebagaimana
yang dinyatakan dalam standar informed consent, penggunaan alat ukur,
tempat, penggunaan Bahasa dalam penyampaian asesmen.

a. Psikolog melakukan observasi, wawancara, penggunaan alat


instrumen tes sesuai dengan kategori dan kompetensi yang
ditetapkan untuk membantu psikolog melakukan pemeriksaan
psikologis.

b. Laporan hasil pemeriksaan psikologis yang merupakan rangkuman


dari semua proses asesmen, saran dan/atau rekomendasi hanya
dapat dilakukan oleh psikolog sesuai kompetensinya.

c. Psikolog dalam membangun hubungan kerja wajib membuat


kesepakatan dengan lembaga/institusi/organisasi tempat bekerja
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah pengadaan,
pemilikan, penggunaan dan penguasaan sarana instrumen/alat
asesmen.

d. Bila usaha asesmen yang dilakukan Psikolog dinilai tidak bermanfaat


Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tetap diminta
mendokumentasikan usaha yang telah dilakukan tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lightner Witmer menjelaskan bahwa psikologi klinis adalah suatu


metode berdarkan hasil observasi dan eksperimen yang digunakan untuk
memodifikasi dan mengembangkan jiwa seseorang.

Pada awalnya sebelum Perang Dunia II, psikologi klinis di Amerika


Serikat hanya terbatas pada penggunaan tes psikologis, untuk menegakkan
diagnosis gangguan yang dialami individu. Hal ini tidak mengherankan karena
psikologi klinis dikembangkan oleh dokter yang dulunya disebut diagnostisian
(lih. Yalom, 2005, sebuah buku novel tentang Freud muda dan mentornys
Breuer). Baru setelah perang usai, psikologi klinis mulai dikembangkan untuk
menangani veteran yang mengalami gangguan mental pasca perang
Kebanyakan veteran tersebut mengalami gangguan mental pasca trauma di
akhir tahun 1940an dan awal tahun 1950an.

Area studi dalam psikologi klinis mencakup berbagai aspek yang relevan
untuk pemahaman, diagnosis, dan pengobatan gangguan mental dan
emosional. Beberapa area studi utama dalam psikologi klinis meliputi :
Psikopatologi, Evaluasi Psikologis, Terapi dan Konseling, serta Psikologi Klinis
Forensik.

Isu profesional dalam Psikologi klinis, meliputi Kode Etik Psikologi,


kerahasiaan, kompetensi, dan Etika dalam Asesmen Klinis.

B. Saran

Meskipun kami telah berusaha untuk menyempurnakan susunan tugas


ini, tapi nyatanya kami masih banyak memiliki kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, berbagai macam kritik dan saran dari pembaca
yang membangun sangat diharapkan guna bahan evaluasi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Purba, Annawati, Bahan Ajar, "Psikologi Klinis", Medan : Universitas


Medan Area, 2015.

Diah Lestari, Made. N. Widiasavitri, Putu dkk, Bahan Ajar, "Psikologi Klinis",
Denpasar : Universitas Udayana, 2016.

Scribd. https://id.scribd.com/document/246419069/SEJARAH-PSIKOLOGI-
KLINIS. Diakses pada 4 Maret 2024.

Scribd. https://id.scribd.com/document/423201574/Sejarah-Perkembangan-
Psikologi-Klinis. Diakses pada 4 Maret 2024.

Sulistiyowati, Anugrah, Diktat, "Psikologi Klinis", Jember : Institut Agama Islam


Negeri Jember, 2021.

Yuliandari, Elly, Psikologi Klinis, Cet. 1, (Yogyakarta : Graha Ilmu), 2018.

Anda mungkin juga menyukai