Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU FILSAFAT

Dosen :

Disusun Oleh :
Kelompok

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
PROGRAM TEKNOLOGI INFORMATIKA
BANJARMASIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hakikat Tauhid ini. Dan tak lupa pula kita kirimkan salawat serta salam kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Nabi yang menjadi suri tauladan
ummat manusia di persada bumi ini. Serta kami menghaturkan terima kasih
kepada ………….. selaku dosen mata kuliah Filsafat , yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini mampu memperkuat


ketauhidan kita sebagai ummat Islam yang beragama. Serta kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Karena tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Sekian dan terima kasih.

Banjarmasin, April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Bekang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu...................................................................5
2.2 Manfaat belajar Filsafat........................................................................................9
2.3 Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Agama................................................................
2.4 Pemetaan Cabang Filsafat....................................................................................
2.5 Pengertian Epidomologi.......................................................................................
2.6 Sumber Pengetahuan Filsafat...............................................................................
2.7 Pengetahuan dan Pengetahuan Ilmiah..................................................................
2.8 Logika dan Metodologi dalam Filsafat................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 47


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 47
3.2 Saran ....................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari
kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan
jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan
manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah
yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran
yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan
manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin
menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang
berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori
baru atau menggugurkan teori sebelumnya.
Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian
yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang
dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti
pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam
memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunia. Untuk itulah setiap manusia
harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi segala realitas kehidupan ini yang
menjadkan filsafat harus dipelajari.
Filsafat (Rizal,2001)merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan
perihal kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan
manusia, karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas
dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal
bertindak sabagaimana yang biasa dilakukan manusia (actus homoni).
Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-
langkah tertenu, khusus, istimewa. Beberapa langkah menuju kea rah
kebijaksanaan itu antara lain: 1) membiasakan diri untuk bersikap kritis terhadap

1
kepercayaan dan sikap yang selama ini sangat kita junjung tinggi, 2) Berusaha
untuk memadukan (sintesis) hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
kemanusian, sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam semesta
beserta isinya, 3) mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para filsuf dan
meletakkannya sebagai pisau analisis untuk memecahkan masalah kehidupan
yang berkembang dalam kehidupan konkrit, sejauh pemikiran itu memang relevan
dengan situasi yang kita hadapi, 4) menelusuri hikmah yang terkandung dalam
ajaran agama, sebab agama merupakan sumber kebijaksanaan hidup manusia.
Pengetahuan dalam filsafat dibahas dalam epistemologi. Dari epistemologi,
lahirlah dua madzhab besar sumber pengetahuan yang sangat terkenal, yaitu
rasionalisme dan empirisme. Dalam tulisan ini, secara panjang akan diuraikan
madzhab yang pertama, yakni rasionalisme. Latar belakang munculnya
rasionalisme adalah adanya keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional(scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak
mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran
Rasionalisme diantaranya adalah Descartes (1596- 1650 M). Tema yang kerap
kali muncul dalam filsafat adalah hubungan antara pikiran kita dan dunia. Yakni
para filosof yang pandangannya saling berbeda, Descartes dan John Locke, telah
setuju bahwa alam pikiran kitalah yang membedakan manusia dari binatang, dan
sebagian besar filsafat berkaisar pada persoalan yang muncul didalam fikiran yang
demikian itu ketika mereka memikirkan bagaimana wilayah pemikiran itu
berkerja
Aliran filsafat yang berasal dari Descartes ini (Asmoro,2007) di sebut dengan
rasionalisme, karena aliran ini sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat
ide-ide dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa
menghiraukan realitas di luar rasio. Dalam memahami aliran rasionalisme, kita
harus memerhatikan 2 masalah utama yang keduanya di warisi dari Descartes.
Pertama, masalah substansi dan kedua masalah hubungan antara jiwa dan tubuh.2
Rasonalisme kebanyakan dihubungkan secara erat dengan filsuf abad ke-18 dan
ke-19, seperti Descartes, Leibniz, dan Spinoza. Bagaimanapun juga, karakteristik
yang pasti dari rasionalisme bisa dideteksi dalam banyak pemikir sebelum dan

2
sesudah mereka. Rasionalisme percaya bahwa cara untuk mencapai pengetahuan
adalah menyandarkan diri pada sumber daya logika dan intelektual. Penalaran
demikian tidak berdasarkan pada data pengalaman, tetapi diolah dari kebenaran
dasar yang tidak menuntut untuk menjadi dan mendasarkan diri pada pengalaman.
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme ini berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya oengetahuan yang
diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu
pengetahuan ilmiah.
Dengan akal, dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti
yang dicontohkan dalam ilmu pasti.3 Ada anggapan bahwa kaum rasionalis adalah
sebagai ―filosof yang mengawang-awang‖ tidak seluruhnya salah, karena
pendekatan mereka kepada filsafat menyarankan bahwa seluruh kebenaran
penting tentang realitas bisa ditemukan hanya dengan berpikir, tanpa kebutuhan
untuk berangkat dan menguji dunia. Rasionalisme bisa memunculkan sedikit
bintik pada pikiran modern, yang digunakan untuk ide bahwa pengatahuan yang
menekankan diri pada percobaan dan pengamatan, adalah penting untuk
mengetahui selanjutnya.4 Oleh karena itu, dalam tulisan ini sangat penting
kiranya untuk diulas secara mandalam tentang bagaimana corak pemikiran
rasionalisme sebagai bagian aliran dari epistemologi filsafat, bagaimana cara
kerjanya, metodenya, siapa saja tokohnya dan apa saja pemikiran yang dihasilkan

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu
2. Manfaat belajar Filsafat
3. Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Agama
4. Pemetaan Cabang Filsafat
5. Pengertian Epidomologi
6. Sumber Pengetahuan Filsafat
7. Pengetahuan dan Pengetahuan Ilmiah
8. Logika dan Metodologi dalam Filsafat

3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu
2. Untuk mengetahui Manfaat belajar Filsafat
3. Untuk mengetahui Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Agama
4. Untuk mengetahui Pemetaan Cabang Filsafat
5. Untuk mengetahui Pengertian Epidomologi
6. Untuk mengetahui Sumber Pengetahuan Filsafat
7. Untuk mengetahui Pengetahuan dan Pengetahuan Ilmiah
8. Untuk mengetahui Logika dan Metodologi dalam Filsafat

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat dan Filsafat Ilmu


2.1.1 Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya
ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun,
cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia
tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The
Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang
telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo,
1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya
adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-
kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti:
logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi  kata filsafat, yangg dalam bhs
Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal
dengan istilah philoshophy adalah dari Bahasa Yunani philoshophia terdiri atas
kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.  Dengan demikian, seorang
filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi, menurut Surajiyo (2010: 4) filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari sesuatu

5
fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan “sesuatu” adalah
“sesuatu” itu adanya. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin ada
secara mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.      
Susanto (2011:  6) menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan
berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri
secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya,
mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam
dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia. 
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang
pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497
S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya
dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya
“philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah
dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis
sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-
unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang
ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang
mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus
menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam.
Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks,
maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban

6
yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan
refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua
persoalan itu harus persoalan filsafat
2.1.2 Pengertian Filsafat Ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999),
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu
dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada
hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah
digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu
merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah
mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan
lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980)
bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Filsafat ilmu menurut Surajiyo (2010 : 45), merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu adalah mengadakan analisis
mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.
Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan
cara memperolehnya.  Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan
ilmiah itu sendiri.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada
strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento
Wibisono dkk., 1997).

7
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang
hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang
kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan
filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu
“ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu
menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus
dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada”
(being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih
pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain
sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan
epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju
sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai,
ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan
ilmu.
Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento
Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu,
kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu,
simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi
penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat
ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan
metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah
dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang
ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

8
2.2. Mafaat Mempelajari Filsafat
Adapun tujuan mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar (2008:20)
adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmudi
berbagai bidang sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporermsecara historis.
3. Menjadi pedoman untuk membedakan studi ilmiah dan non ilmiah.
4. Mempertegas bahwa persoalan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa
dipetik, beberapa diantaranya adalah:
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi
dimensi – Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami
segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari
sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas.
Dengan kata lain,
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri
dan dunia – Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan
sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap
fenomena yang berkembang – Hal ini akan membuat kita tidak begitu
saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud
dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan
penalaran – Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan
pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut
pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan
semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan

9
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta
bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang
lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara
logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan
asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional –
Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan
koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal –
Membuat kita berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar
terhadap keberadaan diri kita.
9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam
persoalan – Persoalan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang
lain, akan membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun kaya akan
warna.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini,
akan mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. Filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang
sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh
pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik
bagi kehidupan pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai
macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat
akan mendobrak pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma
yang menjadi penjara bagi pikiran manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan – Terutama
berbagai persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini,
berasal dari berbagai macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.

10
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin
ilmu – Filsafat memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta
metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat menyelaraskan antara
pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran – Memberikan
pandangan serta pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman – Berguna sebagai sumber
inspirasi bagi kehidupan.
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral –
Pembelajaran moral dan etika ini, dapat diimplementasikan secara
langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – Menjaga
keharmonisan hidup di tengah perbedaan pandangan atau pluralitas.
Bagi mahasiswa dan peneliti, tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah
1. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan ilmiah dengan
melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat
dan kritis.
2. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian kebenaran ilmiah
dengan tepat dan benar dalam persoalan yang berkaitan dengan ilmunya (ilmu
budaya, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu keperawatan, ilmu hukum, ilmu
sosial, ilmu ekonomi dan sebagainya) tetapi juga persoalan yang menyangkut
seluruh kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa sejarah,
kehidupan sosial politik dan sebagainya.
3. Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa terdapat dampak
kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang
digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu
berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya
masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis dan
problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan
terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya
ilmiah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang
ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya.
Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang
dicari adalah hakikat dari sesuatu fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip
yang menyatakan “sesuatu” adalah “sesuatu” itu adanya. Filsafat mengkaji
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada secara mendalam dan
menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.      Filsafat
ilmumerupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan
filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan
cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.  Jadi filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara
memperolehnya.  Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan
ilmiah itu sendiri.
2. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang
bisa dipetik, beberapa diantaranya adalah:
a. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi
dimensi
b. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri
dan dunia 
c. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap
fenomena yang berkembang
d. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran 
e. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka 
f. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru 
g. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional 
h. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal 

12
i. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam
persoala
j. Memiliki pandangan yang luas 
k. Filsafat membantu menjadi diri sendiri 
l. Filsafat akan membangun landasan berpikir 
m. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas –
n. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan 
o. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis 
p. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin
ilmu –
q. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran 
r. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman 
s. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral 
t. Filsafat dapat membangun semangat toleransi 

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada
Asmoro Akhmadi,2007. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja grafindo Persada
 Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto
Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandhi, Teguh Wangsa. 2011. Filsafat Pendidikan: Madzab-Madzab Filsafat
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Jalaluddin & Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).
Yogyakarta: Gama Media.
Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).
Yogyakarta: Gama Media.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. 
Muslih, Muhammad. 2005. Filsafat Umum: Dalam Pemahaman Praktis.
Yogyakarta: Belukar.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir,2001. Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,
Salam, Burhanuddin . 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media Group.
Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Masyarakat.  Universitas Airlangga. Surabaya.
Surajiyo . 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Bumi     Aksara.
https://manfaat.co.id/20-manfaat-belajar-filsafat-bagi-kehidupan

14

Anda mungkin juga menyukai