Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Oleh :
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt Tuhan semseta alam yang telah memberikan
nikmat serta hidayah- Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Filsafat Ilmu dengan judul
“Ilmu dalam Tinjauan Rasionalisme”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada : Bapak Prof. Dr. M. Said Mamud, Lc. M.A. dan Dr. Hasbi, M.Ag
selaku dosen mata kuliah filsafat ilmu yang telah meluangkan waktu, tenaga dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Demikian makalah ini penulis susun, dan jika ada yang
kurang berkenan serta terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar
besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang luar biasa oleh Allah swt. Manusia dibekali akal fikiran dan hati yang
manusia dengan mengatakan “tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada
berfikir dan memutuskan.”2 Ciri yang membedakannya dari makhluk lain ada pada
ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan hidup yang dihadapinya, ia ingin tahu
pikiran yang benar jika ditinjau dari alur-alur logika yang digunakannya untuk
Salah satu cara dalam menemukan kebenaran ilmu yaitu melalui rasio yang
1
Azmi, M.N, Manusia, Akal dan Kebahagiaan. (Jurnal Ilmiah Al-Qalam, 2018), 124.
2
Al Faruq, I.R, Islam dan Kebudayaan, (Bandung: Mizan, 1984)
1
menekankan pikiran atau daya nalar sebagai sumber utama dalam menemukan
peran yang besar dalam perkembangan ilmu hingga mencapai peradaban manusia
yang kritis serta mampu bertahan sebagai identitas unggul di alam semesta ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat didalam makalah ini antara lain:
C. Tujuan Penulisan
3
Lubis, A.Y. Pengantar Filsafat Pengetahuan. (Depok: Penerbit Koekoesan, 2011).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasionalisme
rationalism. Kata ini berakar dari kata dalam Bahasa latin ratio yang berarti “akal”.
Rasionalisme merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan.
Akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului dan bebas dari
pengamatan indrawi.
mencapai pengetahuan adalah menyandarkan diri pada sumber daya logika dan
intelektual. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran, adalah semata-
4
von Leibniz, Gottfried Wilhelm, and Christian Wolff. "A. Pengertian Rasionalisme dan
Empirisme."
3
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme ini berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang
diperoleh lewat akal-lah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu
deduktif,
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau
manusia sebagai proses dan produk dari rasa dan kapasitasnya untuk mengetahui
Jadi pengetahuan merupakan proses dan hasil serapan tahu manusia secara
umum. Setelah ini semua disistematiskan, disusun rapi dan ditata menurut metode
bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu yang diperoleh
melalui pendekatan, metode dan sistem tertentu di sebut sebagai ilmu (sains).
5
Al-Qattan, Manna'Khalil, and A. S. Mudzakir. "Studi ilmu-ilmu Quran."
4
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan
logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
5
Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme
menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum
rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza,
leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat
ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan
substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai
kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan
Descartes,7 yaitu:
1. Pemikiran; saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus
2. Tuhan merupakan wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai
ide “sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena
sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
adalah rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki
6
Mohammad Muslih,. FILSAFAT ILMU; Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Vol. 1. No. 1. LESFI, 2004.
7
Tedy Machmud,. "RASIONALISME DAN EMPIRISME Kontribusi dan dampaknya pada
perkembangan filsafat matematika." (Jurnal Inovasi 8.01. 2011).
6
oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu
dapat memperolah ilmu pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka
yang didapat tadi. Jadi, kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak
rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas
Islam memberikan kedudukan sangat tinggi kepada akal manusia. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa ayat Al Qur’an yang menganjurkan manusia agar selalu
sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran Islam. Abduh adalah seorang tokoh
salaf yang menghargai kekuatan akal. Menurut pendapat Abduh bahwa ajaran
Islam didasarkan pada rasionalisme dan kekuatan akal. Melalui kekuatan akal-lah
kaum muslimin diharapkan dapat membedakan yang benar dari yang salah, dan
8
Fikri, Mursyid. "Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran
Pembaharuan Islam Muhammad Abduh." (Tarbawi: Jurnal Pendidikan Agama Islam 3.02, 2018), 128-
144.
9
S.Waqar Ahmed Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam, terj.Anas Mahyuddin,
(Bandung: Pustaka, 1983), hlm.11.
7
karenanya ini berarti mengikuti ajaran agama.10 Bagi Abduh pemikiran rasional ini
adalah jalan untuk memperoleh iman sejati. Iman tidaklah sempurna, bila tidak
didasarkan atas akal, iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat
dan akal-lah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan, ilmu serta
kemahakuasaan-Nya.
Pada dasarnya Muhammad Abduh mengajak kita untuk berfikir kreatif dan
melarang kita berdiam diri dengan keadaan yang ada.. Sebagaimana firman Allah
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; mahasuci Engkau. Lindungilah kami
dari azab neraka”.
semua hal bisa dan mampu untuk difikirkan mengggunakan akal. Islam
mengajarkan tentang batasan dalam berfikir yang meliputi apa saja yang boleh
10
Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah
Periode Awal, Cet.I, (Surabaya: LPAM, 2002).
8
difikirkan dan apa saja yang tidak boleh difikirkan, akan tetapi cukup dengan
Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu
pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”ٌ(AsyٌSyuuraa:ٌ11)
Lahirnya rasionalisme dalam dunia Islam tidak lepas dari pengaruh pikiran dan
filsfat Yunani. Menurut Lauis Gardet dan Anawati, kemunculan sistem berpikir
rasional dalam Islam, didorong oleh beberapa faktor, pertama, didorong oleh
memahami ajaran-ajaran yang ada dalam Al Qur’an dengan baik dan benar. Al
Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, namun tidak semua lafadz-lafadz bisa
yang juga berasal dari akal (rasio). Sebab yang kedua, munculnya madzhab-
madzhab fiqih. Persoalan yang ada terkadang tidak bisa lagi langsung dipecahkan
9
oleh Al Quran dan Sunnah, sehingga muncullah pemikiran baru dalam bidang
muncul juga karena adanya usaha umat Islam untuk menterjemahkan buku-buku
Yunani Kuno. Dan dengan adanya usaha penerjemahan ini, kaum muslimim mulai
11
A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.
21-24.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah rasio. Rasio itu adalah berfikir. Dan manusia yang berfikirlah yang
3. Berpikir merupakan hal yang diperintahkan oleh Allah swt. Berfikir yang
diperintahkan Allah swt adalah berfikir tentang apa yang telah diciptakan
Allah, namun tidak berfikir tentang dzat Allah swt karena tidak semua hal
B. Saran
kekurangan didalamnya baik dari segi penulisan, tutur Bahasa dan lain
11
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, M.N. 2018. Manusia, Akal dan Kebahagiaan. Jurnal Ilmiah Al-Qalam, 124.
Muslih, Mohammad. FILSAFAT ILMU; Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Vol. 1. No. 1. LESFI, 2004.
Von Leibniz, Gottfried Wilhelm, and Christian Wolff. "Rasionalisme dan Empirisme."
iv