Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah laporan kunjungan ini dengan judul Walk Through
Survey di Perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Aspek
Kesehatan dan Ergonomi dengan tepat waktu.
Penyusunan laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan
kelulusan pelatihan Hiperkes dan sebagai implementasi hasil pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja di Balai K3 Bandung.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan semangat,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
perkenankan kami meyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
2.
Seluruh
Pengajar
Pelatihan
Hiperkes
dan
Panitia
Keselamatan
Kerja
dan
bagi
Dokter/Dokter Perusahaan.
3.
4.
Rekan-rekan
pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
peserta
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1
Latar Belakang....................................................................................................
1.2
Dasar Hukum......................................................................................................
1.3
Profil Perusahaan................................................................................................
1.4
Alur Produksi......................................................................................................
1.5
Landasan Teori...................................................................................................
1.5.1
Kesehatan Kerja..........................................................................................
1.5.2
Ergonomi...................................................................................................
BAB II PELAKSANAAN........................................................................................
2.1.
2.2.
Lokasi Pengamatan...........................................................................................
2.3.
Dokumen Pengamatan......................................................................................
3.1.1
3.2.2
Program Kesehatan...................................................................................
3.2.3
3.2.4
Pemeriksaan Kesehatan.............................................................................
3.2.5
3.2.6
3.2.7
3.2.8
Sarana P3K................................................................................................
3.2.9
Personil KesehatanS..................................................................................
3.2.10
Kesimpulan.......................................................................................................
5.2.
Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA9
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
kematian karena penyakit akibat kerja, dimana diperkirakan terjadi 160 juta
penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.1
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
terhadap
penyakit-penyakit
atau
gangguan-gangguan
kesehatan
yang
Visi
sebagai berikut :
1. Memiliki proses produksi yang efisien.
2. Menghasilkan produk kualitas tinggi untuk memuaskan pelanggan.
3. Menjadi mitra usaha terpercaya dalam menghadapi tantangan saat ini dan
masa depan.
4. Mempunyai sepatu merek sendiri yang menjadi produk nomor satu di
dalam negeri
Jumlah tenaga kerja: 1600 orang
Jenis industri
: Industri sepatu
Pada tahun 2001, perseroan memproduksi hanya satu branded buyer yaitu
merek Reebok. Untuk mengantisipasi risiko pemutusan kerjasama oleh Reebok,
perseroan memutuskan untuk menjadikan tahun 2001 sebagi tahun konsolidasi
dan mulai mempersiapkan usaha pengembangan pasar domestik.
Pada bulan April 2002, perseroan menerima pemberitahuan dari Reebok
International Limited sebagai buyer dari perseroan bahwa pesanan sepatu yang
diberikan kepada perseroan hanya sampai dengan bulan Juli 2002, sehingga sejak
bulan Juli 2002 perseroan tidak lagi memproduksi sepatu merek Reebok.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Bergerak dalam bidang industri
sepatu, khususnya sepatu olah raga dan memproduksi dalam berbagai fungsi dan
ukuran. Selama ini produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Didasarkan
atas pesanan dari pelanggan yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian
hampir seluruh sepatu olah raga hasil produksi perseroan adalah untuk diekspor
dan harus memnuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli dengan
desain yang dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan pemegang merek
atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk., telah dipercaya memproduksi
merek terkenal seperti OsKhos BGosh, Cheasepeaks, Body Glove, US Atheletic,
Puma dan Avia. Tahun 1996 dari dua buyer besar yaitu Reebok dan Fila. Pada
tahun 2000 dalam pengembangan pasar domestik telah memproduksi merek
Tomkins.
Lokasi kantor pusat ada di Jakarta dan pabrik terletak di Gedebage
Bandung, di atas tanah 9,7 ha dengan luas bangunan 4,1 ha. Bangunan utama
SEPATU TOMKINS
UPPER
BOTTOM
1. CUTTING
1. COMPOUND
2. PREPARATION
2. KNEADER ROLLING
3. SEWING
3.PRESS-OUT SOLE
4. STOCK FITT
ASSEMBLING
FINISH GOOD
DELIVERY
UPPER (bagian atas sepatu dengan bahan : kulit, kulit sintetis, textile, aksesoris)
1. Cutting
2. Preparation
3. Sewing
BOTTOM (bagian bawah sepatu yang terbagi dalam 2 komponen yaitu outsole
dan midsole)
1. Compound
2. Kneader rolling
4. Stock fit
ASSEMBLING
FINISH GOOD
DELIVERY
Kesehatan Kerja1
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
10
Perbaikan gizi
Perumahan sehat
Rekreasi
Imunisasi
Penerapan ergonomi
Hygiene lingkungan
11
Mengobati penyakit
12
13
14
15
16
Bunyi Bising
Ultraviolet Konjungtivitis
Sinar , dan dan Bahan radioaktif lainnya
-
Getaran
2. GOLONGAN KIMIA
17
3. GOLONGAN BIOLOGI :
Yang didapat dari :
-
Virus (Hepatitis)
Parasit (Malaria)
18
Cacing
Jamur
1.5.1.4 USAHA-USAHA
PENCEGAHAN
DAN
PEMBERANTASAN
19
20
1.5.2
Ergonomi
1.5.2.1 Definisi 3
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja,
nomos yang berarti peraturan/hukum. Jadi secara harfiah ergonomi diartikan
sebagai Ilmu aturan tentang Kerja. Pada mulanya di beberapa negara digunakan
istilah yang berbeda, seperti :
21
lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat sehingga tercapai eisiensi
efektifitas dan produktivitas maksimal.
Faktor Manusia
Manusia dalam suatu sistem kerja menjadi pelaku atau pengguna sebagai titik
sentral, sehingga perancangan berpusat pada manusia. Sebagai titik sentral
maka unsur keterbatasan manusia menjadi patokan dalam penataan produk
yang ergonomi. Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas
yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan
sehat :
1. Faktor dari dalam
Yang termasuk faktor dalam berasal dari manusia seperti : umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan lainnya.
2. Faktor dari luar
Faktor luar berasal dari luar manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan
kerja, sosial ekonomi, adat istiadat dan lain sebagainya.
-
Sarana Kerja
Sarana kerja dibuat sesuai dengan penggunanya sehingga pekerja atau
pengguna menjadi nyaman, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja yang
optimal, sehingga menghindari kelelahan kerja dan kecelakaan kerja.
22
23
24
25
26
27
Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik. Jam kerja
tidak lebih dari 8 jam per hari, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan
grup kerja baru atau kerja shif.
Kerja lembur sebaiknya ditiadakan karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktifitas kerja dan meningkatkan angka kecelakaan kerja dan sakit.
mendapat
rasa
aman,
nyaman,
sehat
dan
selamat.
28
29
30
31
pemeriksaan
kesehatan
awal
sebelum
penerimaan
pemeriksaan
awal
khusus
kesehatan
berdasarkan
32
33
PRIMARINDO
ASIA
31
medis
secara
informal
oleh
dokter
perusahaan
dan
rehabilitatif
tidak
terdapat
di
perusahaan
ini.
HIV/AIDS
di
32
3.1.5
3.1.6
3.1.7
33
pada perusahaan ini adalah kondisi ruang kerja yang tidak memenuhi
kaidah ergonomis. Durasi kerja selama 8 jam dari pukul 7.30 sampai
16.30 dengan waktu istirahat selama 1 jam pada pukul 12.00 sampai
13.00. Bila terdapat penyakit akibat kerja maka pekerja akan dikirim
ke klinik atau rumah sakit terdekat dan biaya akan ditanggung oleh
3.1.8
34
dengan kemampuan pekerja seperti gunting spons yang terlalu berat, lamanya
s.
Aspek Kesehatan
36
Selain itu, pemakaian fasilitas BPJS menjadi lebih efektif dan mengontrol faktor
finansial perusahaan dalam masalah pembayaran kesehatan tenaga kerja.
Pengadaan fasilitas kesehatan seperti kotak P3K dapat lebih diawasi meliputi
kelengkapan isinya, pendapatan, pemakaian, dan perawatannya. Penempatan
kotak P3K harus disosialisasikan kepada tenaga kerja supaya dapat dimanfaatkan
dengan baik. Dengan didukung oleh adanya tenaga kerja kesehatan pula fasilitas
kesehatan seperti klinik dapat dimaksimalkan kembali sesuai dengan fungsinya.
Pengadaan kerja lembur juga merupakan suatu masalah yang terjadi di
perusahaan ini karena pihak perusahaan tidak memfasilitasi pekerja dengan
makanan sehingga gizi kerja tidak diperhatikan. Perusahaan harus menanggulangi
masalah gizi ini sebelum memberlakukan jam kerja lembur agar kesehatan para
pekerja tidak terganggu dan tidak menyebabkan menurunnya produktivitas
perusahaan.
b. Aspek Ergonomi
aa.
37
ab.
terlihat pada posisi pekerja saat melakukan proses produksi. Posisi pekerja yang
dapat dilihat pada gambar 4.1, gambar 4.2, dan gambar 4.3.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
38
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
karena sebelum dan selama jam kerja berlangsung tidak ada pengorganisasian
kerja yang
mengalami keram otot akibat posisi yang kaku. Selain itu pekerja berisiko
mengalami kebosanan kerja akibat pekerjaan yang monoton karena pihak
perusahaan tidak menyediakan alunan musik yang dapat didengarkan pekerja
selama proses bekerja maupun rotasi pekerja.
an.
39
40
az. BAB V
ba.
5.1 Kesimpulan
bc.
bd.
5.2 Saran
5.2.1
41
Pihak perusahaan juga dapat membuat program rotasi pekerja atau waktu
istirahat dimana pekerja dapat keluar dari ruangan produksi agar dapat
mengembalikan dan meningkatkan konsentrasi pekerja serta mengurangi
kelelahan dan kebosanan dari pekerja tersebut.
42
bf.
bg.
5.2.2