Anda di halaman 1dari 25

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. YAMAHA MUSIC MANUFACTURING INDONESIA


10 JULI 2018

KESELAMATAN KERJA

ANGGOTA KELOMPOK :

Anggara Aprinata W
Ariel Ardinda
Bangun Said S
Difa Pradana P
Rahim
Onny Hernik S
Suci Wulandari

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 6 – 13 JULI 2018
JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


1.2.Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan
baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut. Pengembangan
dan peningkatan K3 di sektor kesehatan perlu dilakukan dalam rangka menekan
serendah mungkin resiko penyakit yang timbul akibat hubungan kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Kemampuan seseorang sangat
bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas fisiologis,
psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang
dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus
dihadapi. Namun, potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari
tenaga kerja, peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat akan
mengakibatkan penyakit akibat kerja, sehingga dapat menyebabkan kecacatan,
bahkan mungkin kematian. Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama
penderita perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap
hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2
juta orang pertahun sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal
akibat sakit atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, antisipasi terhadap potensi
bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin.
1.3. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia masih
rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Hal tersebut perlu didukung dengan
tenaga kerja yang kompeten. Oleh karena itu, disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang
dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup
dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Depkes RI, 2002).
1.4. Dasar Hukum
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha
demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada
beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :

A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja 


B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan 


C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan 


D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja

E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja 


F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh 


pekerjaan atau lingkungan kerja


G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja

H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan 


penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat 


kerja 


I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes 


bagi dokter perusahaan 


J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes 


bagi paramedic perusahaan

K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan 


tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja 


L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan 
 kerja.

M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan 



ruang makan 


N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang 


mengelola makanan bagi tenaga kerja 


O. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama 


pada kecelakaan di tempat kerja. 


1.5. Profil Perusahaan


Perusahaan dari Jepang ini pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia
pada tahun 1974 silam dengan produk andalan utamanya adalah sepeda motor.
Sebelum terkenal di Indonesia, Yamaha sudah banyak berkembang di Jepang dan
negara-negara lainnya lewat alat-alat musik seperti piano, gitar, dan drum set. PT
Yamaha Music Manufacturing Indonesia tercatat telah memproduksi banyak alat
seperti piano & instrumen keyboard, gitar & bass, drum, perkusi, mixer, speaker,
komponen karaoke, dan peralatan modern lainnya. Bahkan PT Yamaha Music
Manufacturing Indonesia juga turut memajukan pasar ekspor di Indonesia dengan
mengekspor sekitar 90% produk alat musik buatan lokal ke luar negeri, dengan total
sekitar 22 negara tujuan dan sisanya diperuntukkan untuk pasar dalam negeri. Untuk
kawasan Amerika, Yamaha Music Manufacturing Indonesia telah mengirim produk
gitar akustik ke Amerika Serikat, Meksiko, Panama, Kanada, dan Brasil. Sedangkan
untuk kawasan Eropa, Yamaha Music Manufacturing Indonesia sudah berhasil
menembus negara-negara seperti Jerman, Perancis, Rusia, Inggris, Finlandia, Belgia,
dan Swedia. Di kawasan Asia, Yamaha Music Manufacturing Indonesia sudah
mengekspor produknya ke Malaysia, China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Hong
Kong, Uni Emirat Arab, dan Taiwan. Tak ketinggalan pula dengan kawasan
Australia Oseania seperti Australia dan Selandia Baru.

Pabrik yang telah didirikan di Indonesia sejak tahun 1989 silam ini
memulai produksinya setahun kemudian. Pada tahun 1992, Yamaha Music
Manufacturing Indonesia telah mengirimkan 100.000 unit gitar akustik ke beberapa
negara. Tak disangka produk rakitan dalam negeri ini kian digemari dan tahun 1995
Yamaha Music Manufacturing Indonesia berhasil mengekspor produk yang sama
dengan jumlah yang lebih banyak, yaitu 500.000 unit. Enam tahun kemudian,
tepatnya tahun 2001, YMMI mengekspor sekitar 2 juta unit gitar akustik.

Kemudian tahun 2004, Yamaha Music Manufacturing Indonesia mengirim


3 juta gitar akustik untuk pasar mancanegara. Di tahun yang sama, ekspor produk
gitar elektronik juga tak kalah banyak dengan jumlah mencapai 300.000 unit.
Sedangkan tahun 2008, YMMI sukses mengekspor 5 juta unit gitar akustik ke
seluruh dunia. Hingga kini kapasitas produksi gitar akustik buatan Yamaha Music
Manufacturing Indonesia adalah sebanyak 1.800 unit per hari. Yamaha Music
Manufacturing Indonesia juga telah mempekerjakan sekitar 2.059 orang karyawan
hingga Februari 2016 lalu.

- Alamat Perusahaan : Jl. Pulobuaran Raya No. 1, KIP, Jakarta Timur 13930
- Jumlah Pegawai Perusahaan : Jumlah total pegawai perusahaan adalah
2211 orang karyawan (Agustus), yang terdiri dari 443 karyawan wanita dan
810 karyawan pria.
- Jam Kerja: Pukul 07.00 – 16.00 (Senin – Jumat).
- Asuransi Pegawai : PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia memiliki
asuransi kesehatan swasta berupa BNI Blife, dan asuransi kesehatan
Pemerintah berupa BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan.
- Kelembagaan P2K3 : Perusahaan ini memiliki kelembagaan P2K3
- Dokter Perusahaan : Perusahaan memiliki satu dokter perusahaan, dua
orang perawat, bekerja 2 kali seminggu (Selasa dan Jumat)

1.4 Visi dan Misi perusahaan


Visi :
1. Menjadi perusahaan distributor motor, produk dan jasa pendukungnya yang
memiliki jaringan pemasaran Terbesar di Indonesia.
2. Menjadi perusahaan yang Terpercaya, meliputi sumber daya manusia yang
handal, Sistem pengelolaan keuangan yang solid, dan Infrastruktur yang
tepat guna.
Misi :
1. Melakukan terobosan dan analisa untuk pengembangan bisnis dengan
membentuk jaringan-jaringan (Penjualan, Perawatan, dan Suku Cadang)
baru di seluruh Indonesia.
2. Memastikan terjadinya pertumbuhan penjualan dan pangsa pasar di setiap
wilayah operasional.
3. Melakukan strategi bisnis perusahaan yang didukung oleh strategi kebijakan
yang optimal.
4. Mengembangkan dan menempatkan karyawan sesuai dengan tuntutan
kompetensi jabatan sehingga karyawan memiliki kapasitas serta dapat
menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
5. Menerapkan Standar Operasional yang tepat guna, sebagai landasan kerja
untuk menghasilkan kinerja yang optimal.
6. Mengembangkan sistem infrastruktur, informasi teknologi serta sumber
daya fisik yang tepat guna dan terintegrasi dengan departemen terkait,
sesuai standar yang berlaku.
7. Melakukan audit internal kontrol secara periodik dan objektif.
1.5 Alur Produksi

YMMI menggunakan proses make-to-order dalam kegiatan produksi


sehariharinya. Demand forecast dikirim oleh Yamaha Corp. Japan (YCJ) dan
Yamaha Musik Indonesia Distributor (YMID) untuk 2 bulan ke depan sudah berupa
fixed order. Alur proses produksi YMMI dapat dibagi menjadi tiga bagian:

a. Input
Berupa store material yang meliputi pengopenan kayu (Kiln Dry Room),
penerimaan material dari vendor, penyimpanan material sementara, dan
pengiriman material ke produksi.
b. Proses
Produksi Meliputi proses produksi bagian wooden parts, wood working,
painting, dan assembly.
c. Output
Berupa penerimaan finished good dari produksi, penyimpanan finished good
sementara, dan pengiriman finished good sesuai dengan tujuannya
masingmasing. Untuk detilnya alur proses produksi dapat dilihat pada lampiran
A Secara sederhana, sebuah gitar terdiri dari dua bagian yaitu neck dan body.
Neck terdiri dari dua bagian yaitu finger dan bridge, sedangkan body terdiri
dari tiga bagian yaitu top board, back board, dan side board. Pembuatan neck,
termasuk dua bagiannya, finger dan bridge, dilakukan pada bagian wooden
part. Untuk pembuatan body, hanya top board yang dibuat pada wooden part,
untuk bagian side board dan back board YMMI melakukan outsourcing dari
KTI.

Yang membedakan satu model gitar dengan yang lainnya terletak pada bentuk
neck dan body, serta warna dan aksesoris yang diberikan. BOM diatas berlaku sama
untuk gitar akustik maupun gitar elektrik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban


kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23).Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan.Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.

Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu


seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:

 Mengembangkan perilaku kerja sehat


 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :

 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal


 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian
gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang
setinggi – tingginya.

Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal.Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

2.2 ERGONOMI

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor


Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja ( ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.

Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah
seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.

Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan


lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
 meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasankerja.
 meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
 berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take
dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

2.3 Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:


 Posisi Kerja,Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki.
 Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropometri barat dan timur.
 Tata Letak Tempat Kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
 Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni,
dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan
yang berlebihan.

Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi Semua pekerja


secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya
dilakukan terhadap pekerja antara lain :
 Pemeriksaan sebelum bekerja. Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya.
 Pemeriksaan berkala. Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
 Nasehat. Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita
muda danyang sudah berumur.
2.4 Pemeriksaan Kesehatan
Dalam pelaksanaan program kesehatan kerja, di dalamnya terkandung
kewajiban pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja. Sesuai Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 01/MEN/1976 ,
pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter perusahaan yang ditunjuk oleh
pengusaha dan telah memenuhi syarat. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja secara umum adalah memperoleh dan mempertahankan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya selama bekerja maupun setelah bekerja.

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja terbagi atas tiga ,antara lain:

 Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja


Ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan
yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga
kerja lainnya terjamin. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain, pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru, laboratorium rutin dan pemeriksaan lain
yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu.

 Pemeriksaan kesehatan berkala


Merupakan pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk
menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin
(deteksi dini) yang kemudian perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan. Semua
perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja
sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.

 Pemeriksaan kesehatan khusus


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter perusahan secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan bertujuan untuk menilai adanya
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja
tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus dapat dilakukan terhadap:

 Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang


memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu.
 Tenaga kerja usia lebih dari 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
 Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan
kesehatannya. Perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan.

2.5 HIV/AIDS
HIV/AIDS saat ini di bukan hanya menjadi masalah kesehatan akan tetapi juga
menjadi masalah di bidang dunia kerja yang berdampak pada produktivitas dan
profitabilitas perusahaan. Kementrian Ketenagakerjaan RI telah mengeluarkan
Keputusan Menteri No. 68/Men/IV/2004 mengenai pencegahan dan Penaggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja, di mana dalam Keputusan Menteru Tenaga Kerja dan
Transmigrasi terdapat kewajiban pengusaha untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui:

1. Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan


HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan Perusahaan
(PP) atau Perjajian Kerja Bersama (PKB)
2. Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
3. Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan
perlakuan diskriminatif.
4. Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundan-undangan yang
berlaku.
Menurut ILO terdapat beberapa prinsip kunci dan kaidah tentang HIV/AIDS di
dunia kerja yang berlaku bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja,
termasuk sektor kesehatan, antara lain:

1. Isu tempat kerja

HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan
kerja, dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam membatasi
penularan dan dampak epideminya.

2. Nondiskriminasi
Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang nyata
atau dicurigai.
3. Kesetaraan gender
Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah
penting untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat mengelola
dampaknya.
4. Lingkungan kerja yang sehat
Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan
dengan kesehatan dan kemampuan pekerja.
5. Dialog Sosial
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama
dan saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah
6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen
Tes HIV di tempat kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia,
tidak boleh digunakan untuk menskrining pelamar atau pekerja.
7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus
dibatasi oleh aturan dan kerahasiaan.
8. Melanjutkan hubungan pekerjaan
Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan
bekerja dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.
9. Pencegahan
Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan upaya
pencegahan melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan
perilaku.
BAB III
PELAKSANAAN

3.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT. YAMAHA MUSIC MANUFACTURING
INDONESIA ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 10 Juli 2018 pukul 13.00 – 16.00 WIB

3.2. Lokasi Pengamatan


Lokasi PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia Jl. Pulobuaran Raya No. 1,
KIP, Jakarta Timur 13930
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia 44 kotak P3K dan satu poliklinik.
Didalam poliklinik terdapat dua buah bed pemeriksaan, alat untuk penunjang
pemeriksaan fisik, 2 buah tabung oksigen alat-alat hecting dan alat pemeriksaan
GDS. Tersedia satu dokter perusahaan yang datang ke perusahaan dua kali dalam
seminggu setiap hari Selasa dan Jumat, jam praktik dokter sesuai dengan jam kerja
karyawan. Dokter di dampingi oleh dua perawat yang setiap senin sampai dengan
jumat dengan jam kerja sesuai dengan karyawan. Dokter perusahaan hanya
menangani keluhan yang tidak berat seperti dispepsia, ISPA, myalgia dan
penanganan luka kecil hingga sedang. Bila terdapat pasien dengan kegawatdaruratan
ataupun pasien dengan luka berat, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang berkerja
sama dengan perusahaan yaitu rumah sakit Antam, Jayakarta dan Mediros, atau
pasien dibawa kerumah sakit terdekat dari perusahaan.
Program kesehatan preventif seperti pemberian suplemen kesehatan tidak ada
pada perusahaan ini. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap satu tahun
sekali.

4.2. Program Kesehatan


Program kesehatan promotif yang dilakukan yaitu kegiatan penyuluhan APAR
(Alat Pemadam Kebakaran Ringan) dan Hydran yang dilakukan satu bulan sekali
disertai dengan simulasi. Selain penyuluhan APAR dilakukan juga penyuluhan
penggunaan APD (3 kali dalam satu bulan), safety riding (1 bulan satu kali),
sosialisasi MSDS, pelatihan manual handling agar terhindar dari risiko penyakit
akibat kerja jangka pangjang yaitu LBP dan pelatihan keselamatan kerja pada mesin
berisiko tinggi yang dilakukan satu kali dalam satu bulan. Upaya promotif lain yang
dilakukan oleh Perusahaan adalah patroli k3 setiap satu bulan satu kali, kontes
slogan keselamatan kerja, kontes zero dust, dan kontes 5R 3T juga melakukan
penyuluhan yang berasal dari rumah sakit yang berkerjasama dimana penyuluhan
tersebut diikuti semua tenaga kerja dan membahas mengenai penyakit yang sedang
wabah seperti yang terakhir adalah penyuluhan mengenai Difteri.
Program kesehatan kuratif yaitu pengobatan yang dilakukan oleh dokter
perusahaan, misalnya pengobatan poliklinik yang buka dua kali dalam seminggu,
tetapi pengobatan yang dilakukan hanya untuk keluhan yang tidak berat seperti
dispepsia, ISPA dan myalgia, dan jika ada pasien dengan kegawatdaruratan ataupun
pasien dengan luka besar, maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat dari perusahaan
atau kerumah sakit yang menjalin kerja sama dengan perusahaan.
Program kesehatan rehabilitasi sudah dilakukan oleh perusahaan ini dalam
bentuk rujukan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit yang
mengadakan kerja sama dengan perusahaan ini. Tetapi tidak ada pemindahan tugas
pekerjaan apabila karyawan tersebut mengalami kecelakaan kerja.

4.3. Pemeriksaan Kesehatan


PT. YMMI selalu mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Awal kepada calon
tenaga kerja dengan cara karyawan pergi ke MCU diluar perusahaan yang sudah
bekerjasama dengan perusahaan untuk melakukan beberapa wawancara dan
pemeriksaan fisik kepada calon tenaga kerja, lalu dokumen hasil MCU diberikan ke
perusahaan lalu dinilai apakah pekerja dapat dinyatakan sehat dan dapat bekerja atau
tidak.
Setahun sekali pihak dari PT. YMMI melakukan evaluasi tahunan MCU untuk
para karyawannya dengan memeriksakan kesehatan pekerja melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik..
Bagi tenaga kerja yang memiliki keluhan khusus PT. YMMI menyediakan
klinik di perusahaan untuk memeriksakan kondisinya. Apabila memerlukan
pemeriksaan penunjang yang tidak tersedia di klinik perusahaan, maka tenaga kerja
akan dirujuk ke Rumah Sakit setempat yang lebih memadai.

4.4. Kesesuaian Pekerja dengan Alat

Pada sebagian besar departemen, para pekerja melakukan pekerjaannya dalam


posisi berdiri statis dan dalam jangka waktu yang lama sehingga tidak ergonomis.
Walaupun terdapat ruang istirahat yang menyediakan tempat duduk dan air minum.
Selain itu, hanya beberapa departemen saja yang bekerja dalam posisi duduk
menggunakan kursi. Kursi yang digunakan tidak terdapat sandaran leher, sehingga
tidak ergonomis
4.5.Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba
Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba tidak dilakukan secara optimal dan tidak
dilakukan penyuluhan. Namun penyuluhan narkoba dan HIV AIDS pernah diberikan
kepada tenaga kerja oleh dokter rumah sakit 2 tahun yang lalu. Pada saat penerimaan
calon tenaga kerja juga tidak ada persyaratan untuk dilakukan tes narkoba.
Perusahaan juga belum mempunyai kebijakan khusus mengenai calon
pegawai/pegawai yang memiliki keadaan khusus (memiliki penyakit HIV/AIDS)

4.6 Program Pemenuhan Gizi Pekerja, Kantin atau Ruang Makan

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan, dengan jumlah tenaga
kerja lebih dari 200 orang suatu perusahaan wajib memiliki kantin sendiri.

PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia (YMMI) menyediakan kantin


dengan sistem makan siang dengan menggunakan catering melalui vendor dari pihak
luar dengan melakukan survey kebersihan dan kelayakan vendor setiap 3 bulan
sekali. Hal ini menyebabkan dapat diketahui secara pasti jenis makanan, kecukupan
gizi serta kesehatan makanan setiap tenaga kerja. Namun, pada PT YMMI terdapat
beberapa masalah seperti para pekerja dipersilahkan mengambil nasi sendiri sesuai
keinginan masing-masing, hal ini dapat memungkinkan asupan kalori yang pekerja
dapatkan tidak sesuai dengan yang sebenarnya dia butuhkan, serta ketidak
seimbangan pilihan lauk yang disediakan.

4.7 Sepuluh besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan

Penyakit terbanyak yang diderita oleh tenaga kerja PT. YMMI antara lain:

a. ISPA (Batuk, Pilek)


b. Cephalgia (Sakit kepala)
c. Gastritis (Magh)
d. Gastroenteritis ( Diare)
e. Dermatitis (Gatal)
f. Faringitis (Radang)
g. Dysmenorhea (Nyeri haid)
h. Caries dentist (sakit gigi)
i. Dyspepsia ( Nyeri ulu hati)
j. Febris (demam)
Penyakit Akibat Kerja

Penyakit terbanyak yang diderita oleh tenaga kerja PT. Yamaha Music
Manufacturing Indonesia antara lain:

a. ISPA
b. Faringitis
c. Commond cold
d. Dermatitis
e. Gastritis
f. Dyspepsia
g. Gastroenteritis akut
h. Myalgia
i. Lain-lain
`Namun berdasarkan pengkuan pegawai PT. Yamaha Music Manufacturing
Indonesia, penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh perkerja adalah :

1. ISPA
2. Gastritis
3. Dyspepsia
Penyakit yang paling dominan diderita pegawai PT. Yamaha Music
berdasarkan data yang didapat pada bulan Juni 2018 adalah Dyspepsia dengan jumlah
penderita sebanyak 25 pekerja.

4.6.Sarana P3K dan Tim


Perusahaan menyediakan kotak P3K di setiap Departmen. Setiap kotak P3K
memiliki penanggung jawab. Untuk peralatan didalam kotak P3K cukup lengkap,
terdapat petunjuk cara penggunaan kotak P3K disamping kotak tersebut, dan juga
terdapat formulir kontrol isi kotak P3K untuk melihat barang apa saja yang sudah
habis atau kurang. Letak kotak P3K sendiri mudah dijangkau dan terdapat di beberapa
sudut - sudut ruangan
BAB V

RUMUSAN MASALAH

No Rumusan Peraturan Standart


masalah perundangan yang
berlaku
1. Fasilitas: Permenaker Perusahaan yang memiliki tenaga
Poliklinik No.3/MEN/1982 kerja lebih dari 500 orang harus
2x/minggu (Selasa tentang pelayanan menyelenggarakan pelayanan
dan Jumat), Kesehatan Kerja kesehatan kerja:
dilayani oleh 1 Berbentuk klinik di pimpin oleh
dokter perusahaan seorang dokter yang praktek setiap
dan perawat. hari kerja.
Dokter tersebut
praktik dalam
waktu 9 jam. Di
hari lain di tangani
oleh perawat.

Upaya preventive Permenaker - Pembinaan dan pengawasan


No.02/MEN/1980 kesehatan kerja dan lingkungan kerja
Pemeriksaan tentang Pemeriksaan minimal setiap 3 bulan sekali
berkala dilakukan Kesehatan Tenaga Kerja - Dilakukan pemeriksaan berkala 1
setiap satu tahun dalam Penyelenggaraan tahun sekali, dan pemeriksaan
sekali dan Keselamatan Kerja khusus bila diperlukan
pemeriksaan -Pemberian penyuluhan tentang
berkala apabila Permenakertrans pentingnya APD dan bila melanggar
diperlukan. No.Per.03/Men/1982 akan diberi sanksi.
Penyuluhan , tentang Pelayanan
pelatihan dan Kesehatan Kerja
patroli sudah
dilakukan satu Permenakertrans
bulan sekali tetapi No.08/Men/VII/2010
penggunaan alat tentang Alat Pelindung
pelindung diri Diri
masih kurang.

Upaya Promotif Permenakertrans Pemberian penyuluhan tentang HIV


No.03/Men/1982 AIDS dan penyakit tersering
Sudah dilakukan tentang PKK minimal 1 kali dalam 1 tahun.
penyuluhan Pemberian poster peringatan disetiap
mengenai HIV alat yang berbahaya dan poster
AIDS dan keselamatan kerja disetiap
penyakit tersering departemen.
setiap satu kali
dalam dua tahun.
Pemberian poster
peringatan dan
poster
keselamatan kerja
juga sudah
dilakukan.

Upaya Kuratif: - Permenakertrans - Mengoptimalkan klinik yang ada di


- Keberadaan No. Per.03/Men/1982 lingkungan perusahaan.
klinik, tentang PKK yang
pemeriksaan dan meliputi usaha promotif,
pengobatan di preventif, kuratif, dan
perusahaan sudah rehabilitatif.
cukup baik - Permenaker
No.2/Men/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga kerja dalam
Penyelenggaraan.
Upaya - Konfensi ILO No. - Peningkatan upaya promotif dan
Rehabilitatif : 159/1983 tentang proses preventif sehingga tidak terulang
- Tidak adanya pemulihan tenaga kerja kembali kecelakaan akibat kerja.
pemindahan tugas dari kecelakaan atau - Terdapat penilaian dan konseling
pekerjaan apabila penyakit untuk dapat dalam upaya pemulihan kecelakaan
karyawan tersebut bekerja kembali baik di yang di alaminya, sehingga
mengalami tempat kerja semula penempatannya tepat.
kecelakaan kerja atau baru yang sesuai - Peningkatan pelayanan pengobatan
dengan kondisi dan pada klinik perusahaan.
kemampuannya
- Permenakertrans No.
Per.03/Men/1982
tentang PKK yang
meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
2 HIV AIDS : - Kepmenakertrans No. - Pemeriksaan HIV AIDS tidak
- Tidak pernah 68/MEN/IV/2004 menjadi kewajiban calon tenaga
dilakukan tentang Pencegahan dan kerja kecuali atas inisiatif
pemeriksaan HIV Penanggulangan HIV (permintaan) individu tersebut.
AIDS AIDS di tempat kerja - Calon tenaga kerja dengan HIV
- Kepdirjen PPK No. AIDS positif diperbolehkan untuk
Kep.22/DJPPK/V/2008 bekerja dengan pemberian edukasi
tentang Petunjuk Teknis dan pertimbangan pekerjaan yang
Penyelenggaraan sesuai.
Pelayanan Kesehatan
Kerja.
3 Berdiri statis UU no.1 tahun 1970 Menyediakan alat-alat sesuai
selama 8 jam, tentang keselamatan ergonomi. (contoh : kursi)
Posisi kerja tidak kerja
ergonomis pada Penyesuaian tinggi meja dengan
beberapa pekerja UU RI no.13 tahun 2003 tinggi badan pekerja
sehingga harus tentang
membungkuk ketenagakaerjaan Melakukan penyuluhan tentang
bagaimana sikap tubuh yang
PP no.50 tahun 2012 ergonomis dalam bekerja.
tentang penerapan
SMK3 Menyediakan alat-alat sesuai
ergonomi.

4 Tidak pernah ada Surat edaran menteri


penyuluhan tenaga kerja dan Mengadakan penyuluhan tentang
tentang kebutuhan transmigrasi NO. SE. kebutuhan gizi kerja.
dan pentingnya 01/men/1979/ tentang
gizi bagi pekerja pengadaan kantin dan
ruang makan
5 Tidak diadakan Undang undang no 1 Mengadakan pemeriksaan kesehatan
pemeriksaan tahun 1970 tentang berkala minimal 1 tahun dalam
kesehatan secara keselamatan kerja sekali, melakukan pemeriksaan
berkala khusus bila di butuhkan
Permenaker no 2/Men/
Tidak ada 1980 tentang
pemeriksaan pemeriksaan kesehatan
secara khusus tenaga kerja dalam
penyelenggaraan
keselamatan kerja
6 Sarana P3K Permenaker - Pengurus seharusnya memasang
- Belum No.Per.03/MEN/1982 pemberitahuan tentang nama dan
tampak lokasi di tempat kerja pada tempat
adanya Peraturan menteri yang mudah dilihat diberi tanda arah
lokasi P3K tenaga kerja dan yang jelas
yang transmigrasi republik
mudah indonesia nomor:PER - Perusahaan seharusnya
terlihat 15/ MEN/ VIII/2008 menyediakan kotak P3K yang dapat
- Kotak P3K diangkat/dibawa.
menempel
ke dinding - Perusahaan seharusnya
Belum ada mempunyai tempat untuk
pembasahan tubuh pembasahan tubuh
cepat (shower)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik
adalah:
 Dari aspek ergonomis sikap dan posisi tubuh pada beberapa pekerja kurang
ergonomis karna rata – rata pekerjaan di lakukan dengan posisi berdiri dalam
waktu yang cukupo lama.
 Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, perusahaan menyediakan kantin dan makan
siang disediakan melalui catering dari vendor lain dengan dilakukan pengawasan
secara rutin sehingga kebersihan dan asupan gizi pekerja dapat terjaga.
 Dari aspek pemeriksaan kesehatan sudah sesuai dengan aturan, pemeriksaan
kesehatan awal telah dilakukan pada semua calon tenaga kerja yang meliputi
wawancara dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Pemeriksaan berkala dilakukan rutin setiap 1 tahun. Pemeriksaan kesehatan khusus
dilakukan bagi tenaga kerja tertentu sesuai dengan keluhan pekerja yang nantinya
akan dirujuk ke Rumah Sakit setempat yang lebih memadai.
 Dari aspek program kesehatan, perusahaan sudah rutin mengadakan penyuluhan
berkala, patroli, simulasi dan pelatihan. Selain itu data mengenai program
preventif, kuratif dan rehabilitative juga sudah cukup baik.
 Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba belum dilakukan secara optimal
dan belum dilakukan penyuluhan dalam 2 tahun terakhir.
 Ditinjau dari segi sarana P3K sudah baik, ada di setiap divisi atau bagian produksi,
jika terjadi kecelakan pertolongan pertama dilakukan oleh petugas P3K yang sudah
terlatih dan tersedianya kotak P3K di beberapa tempat.
 Ditinjau dari segi personil kesehatan, PT. YMMI memiliki dokter yang melakukan
pelayanan kesehatan yang datang dua kali dalam seminggu, setiap membuka klinik
sesuai dengan jam kerja karyawan.

4.2 Saran
Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan beberapa saran
yaitu :
 Melakukan penyuluhan tentang penyakit yang ditimbulkan akibat posisi kerja yang
salah seperti posisi kerja berdiri selama 7 jam.
 Peninjauan ulang jam praktik dokter karena belum memenuhi Permenaker
No.3/MEN/1982 tentang pelayanan Kesehatan Kerja dimana Perusahaan yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 500 orang harus menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kerja berbentuk klinik di pimpin oleh seorang dokter yang praktek setiap
hari kerja.
 Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi kelangsungan
program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)
 Penyuluhan tentang penggunaan APD yang baik dan benar, posisi yang ergonomis
dalam melakukan pekerjaan, HIV-AIDS dan narkoba.
 Membentuk kebijakan khusus mengenai calon pegawai/pegawai yang memiliki
keadaan khusus (HIV-AIDS)
 Meningkatkan pengawasan dan sosialisasi penggunaan APD utk mengurangi ISPA
dan PAK lainnya.
 Pengadaan penyuluhan gizi kerja bagi tenaga kerja
 Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ada hubungan penyakit ISPA dan penyakit
akibat kerja
 Perusahaan seharusnya melaporkan setiap PAK yang terjadi.
 Perusahaan seharusnya menyediakan tempat pembasahan tubuh cepat (shower)
 Kotak P3K seharusnya terletak pada tempat yang mudah dilihat, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai