Kelompok III
dr. Anissa Nadya Karmelita
dr. Dira Sari Puji Astuti
dr. Galuh Anidya Pratiwi
dr. Hersa Firda Kartika
dr. Ika Sjafitri
dr. Lusy Cristi
dr. Ritno Ryadi
dr. Sarah Fajriah
dr. Sintami Rosmalinda
dr. Yulianti Andriani
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan sudah jadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan prokdutifitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu, di sisi lain akan menjadikan dampak negatifnya, bila kita
kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Suatu perusahaan yang aman adalah perusahaan yang teratur dan terpeliharan
dengan baik dan cepat menjadi terkenal sebagai tempat naungan buruh yang baik. Prrogram
keselamatan kerja yang baik adalah program yang terpadu dengan pekerjaan sehari-hari
sehingga seukar untuk di pisahkan satu sama lainnya. Pelajaran ini di maksudkan untuk
memberi bimbingan ke arah pencegahan kecelakaan pada waktu kita bekerja, pertolongan
pertama pada kecelakaan dan lain-lain.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mempu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang utuk memenuhi
masyarakat. Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja untuk suatu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja, semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekililingnya, yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
1. 2. Profil Perusahaan
2
Alamat : Jl. Raya Bekasi KM 21-22, Pulogadung, RT 09/RW05, Rawa
Terate,Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta. 13920
Sejarah Perusahaan:
PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills adalah salah satu perusahaan pengolaan baja
nasional yang memproduksi baja tulangan beton atau yang lebih dikenal masyarakat dengan
istilah besi beton. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989 di atas laha seluas 14,8 Ha,
berlokasi di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta dan mulai beroperasi pada Juni 1992
Sejak memulai kegiatan operasional sampai sekarang, PT. JCSM telah berhasil
menembus pasar domestik dan internasional PT. JCSM memiliki komitmen untuk
menciptakan produk besi beton berkualitas tinggi berinisial CS sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia dan juga standar Internasional seperti
ASTM, JIS dn BS.
Visi Perusahaan:
3
Menjadikan PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills sebagai salah satu produsen baja
yang terkemuka di Indonesia.
Misi Perusahaan:
1. 3. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengidentifikasi masalah kesehatan kerja pada PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
b. Tujuan Khusus:
Mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana PK3 di PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills
Mengetahui pemeriksaan kesehatan pekerja di PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Mengetahui program palayanan kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel
Mills
Mengetahui program gizi kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Mengetahui penyakit tertinggi pada palayanan kesehatan di PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills
Mengetahui penyakit akibat kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Mengetahui tenaga kesehatan di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
1. 4. Manfaat
b. Bagi Paramedis
4
Referensi data kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills yang dapat digunakan
sebagai landasan penyusunan program kesehatan kerja
a. Waktu
Kegiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 21 Juli 2017, pukul 08.00 hingga 12.00 WIB
b. Tempat
Kegiatan ini dilakukan di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills, yang beralamat di Jl. Raya
Bekasi KM 21-22, Pulogadung, RT 09/RW05, Rawa Terate,Cakung, Jakarta Timur, DKI
Jakarta. 13920
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan kerja. Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
pentingnya keselamatan kerja dan bagaimana mengimplementasikannya dalam lingkungan
perusahaan.
Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja
dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
pentingnya memahami arti keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya untuk
kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut untuk
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
6
mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikhis, peracunan, infeksi dan penularan
memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
batang;
mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dibuatnya aturan
penyelenggaraan K3 pada hakikatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja
sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminir.
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja;
7
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di
rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan berbahaya dari dari manusia
yang dalam bbrp hal dapat dilatar belakangi antara lain:
B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan menyebababkan
kecelakaan, terdiri dari:
8
Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill.
Stres.
Motivasi yang tidak cukup/salah
Lingkungan kerja
Metode kerja
Pekerja sendiri
Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak langsung, di
akibatkann kesalahan manusia. Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap
proses/ aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya.
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe
working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
9
Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan
yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work),
pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work), pekerjaan-pekerjaan
yang harus diawali dengan pemanasan prosedural, beban kerja (workload), dan lamanya
sebuah pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang
dimaksud. Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam
sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).
Adalah perlengkapan wajib yang di gunakan saat bekerja sesuai bahaya danresiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya
1. Safety helmet
Berfungsi sebagai pelndung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala
2. Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi
3. Ear plug/Ear muff
Berfungsi sebagai penutup telinga ketika bekerja di tempat bising
4. Kacamata Pengaman
Berfungsi sebagai pengaman mata ketika bekerja dari percikan
5. Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja
6. Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya
kurang bagus
10
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Keterangan :
One Electric Arc Furnace (EAF) dengan kapasitas 80 t, melingkupi :
a. Ultra High Power (UHP) Transformer dengan kapasitas 66 MVA yang mampu
mempercepat proses dan menghemat energi.
b. Oxygen Blowing Technology System untuk menghemat waktu Tap-ke-Tap. Eccentric
Bottom Tapping (EBT) untuk menuangkan baja cair yang telah bersih dari slag ke ladle
11
Keterangan :
Ladle Furnace 80 t dilengkapi dengan Argon Stirring dan Alloys Addition System, menjamin
kesempurnaan proses produksi :
a. Penghematan biaya refraktori dengan mengurangi suhu tapping EAF.
b. Pemanfaatan maksimal untuk Ferro Alloy Additions
c. Argon stirring memastikan kehomogenan dari suhu and bahan baku kimia sehingga
membuat besi menjadi bersih.
d. Akurasi yang baik dalam pengaturan suhu.
Pemanasan dengan electric Arc dapat menghemat energy
12
Keterangan :
One 5 - strands CCM unit supplied by Concast Standart AG of Zurich memiliki kemampuan
untuk menghasilkan diameter 100 - 150 mm billets dan panjang 4-12 m. CCM memiliki
fitur :
a. A Ladle Turntable facilitates long casting sequences leading to higher
operational efficiecy and yield.
b. Automatic Mould Level Control System mengarah ke operasi dengan
kinerja yang stabil dan mencegah terjadinya kesalahan manusia.
c. Mengganti posisi Cooling Bed untuk memastikan billet lurus.
Semua ini untuk memastikan kualitas billet pada kualitas yang terbaik.
4. Anti-Polution Control
13
Keterangan :
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills, telah berinvestasi dalam jumlah yang besar untuk
menangani masalah polusi.
Bagian dari pengontrol polusi meliputi satu "dust collection" dan "fume extraction system"
dengan kapasitas 960.000 m3/hour of gas and asap. Asap primer dan sekunder yang diambil
dan disaring melalui 17,0252 m2 Tas Filter.
5. Re-Cyclability
Keterangan :
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills menggunakan peralatan penanganan slag dengan:
2 unit Shovel Dozers
2 unit Excavators
2 unit Excavators dengan magnet dimana dengan cepat memisahkan potongan besi dari slag
sehingga dapat di daur ulang.
6. Reheating Furnace
14
Keterangan :
Sistem Kontrol Pembakaran otomatis pada kedua tungku pemanasan billet membuat
terjaganya akurasi, hemat energi dan menghilangkan cacat dalam produk akhir.
Keterangan :
Teknologi terbaru di proses Rolling Mill memiliki beberapa keunggulan seperti, Efisiensi
Operasional yang maksimal, Pengendalian atas toleransi dimensi, Penyelesaian akhir yang
cepat.
15
Keterangan :
Akurat dan mudah menyesuaikan dalam memberikan panjang tertentu.
9. Sliting Facilities
Keterangan :
Sebuah sistem membagi baja manjadi 2 baris sebelum memasuki Stand Finishing.
Meningkatkan kapasitas proses di Rolling.
16
Proses kerja
1. Proses Electric Arc Furnace
17
4. Uji Tarik dan Tekuk
5. Uji Spektro
18
C. Landasan kerja, SOP kerja
Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus
meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 tahun 1996
dan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan
berkesinambungan, oleh karena itu Perusahaan berkomitment untuk :
a. Menjamin keselamatan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk orang lain
(Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.
b. Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.
c. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang belaku yang berkaitan dengan
K3.
d. Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 Perusahaan.
19
o Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan
gang-gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
o Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka,
tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup
sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang
berfungsi menyaring debu yang mengganggu.
o Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang
yang berantakan menghalangi akses jalan.
o Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama ruangan.
o Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat
dengan resiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat
memberi resiko bahaya tertentu.
o Tidak dapat dilakukan penilaian mengenai perancah karena sedang tidak dibuat.
o Terdiri oleh konstruksi yang kokoh dengan baja yang anti panas
20
pemasangan satu dan lainnya sekitar kurang lebih 15m, semua tabung alat berwarna
merah, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun cacat. Namun adapun yang
belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, salah
satunya adalah tidak terdapat adanya lemari atau peti untuk penyimpan tabung tersebut.
Seperti peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi tentang pemeliharaan dari
pemadam api ringan dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan dalam jangka waktu 6 bulan
dan 12 bulan. Pada PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills. ini telah sesuai dengan
peraturan tersebut yaitu dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan diperiksa isi, pipa,
tabung, dll. Namun berdasarkan pengamatan pada kunjungan kami, masih kami temukan
adanya tabung yang telah kadarluarsa yaitu pada bulan desember 2014 sebanyak 2 buah.
Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan, Hydrant pada PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills ini termasuk Hydrant Gedung dan berdasarkan ukuran pipa termasuk
Hydrant kelas II dengan diameter selang 1,5inch. Hydrant itu sendiri diletakkan pada
setiap 1000m2 berjumlah 1 buah, sumber persediaan air berasal dari PDAM, sumber
tenaga listrik untuk pompa berasal dari PLN. Selain dari alat pemadam api ringan
(APAR) dan Hydrant. ini juga memiliki alat detektor asap pada setiap bagian
ruangannya. Alat detektor asap tersebut berfungsi untuk memberikan peringatan dini dan
pelindungi para pekerja dari bahaya kebakaran sebab sebagian besar bahaya kebakaran
berasal dari asap.
Pekerja dari PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills. hampir seluruhnya telah
mengetahui letak dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant oleh karena telah
diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah.
21
Para pekerja banyak yang tidak menggunakan pelindung telinga pada saat bekerja
pada tempat yang bising dengan frekuensi diatas 85db bahkan di beberapa tempat
dengan suara bising 103db masih banyak yang tidak mengggunakan.
4. Masker
Masker yang digunakan tenaga kerja terbuat dari kain, tidak semua tenaga kerja
mennggunakan masker tersebut, cara pemakaiannyapun masih belum sesuai standar.
5. Sarung tangan
Tenaga kerja menggunakan sarung tangan sebatas pergelangan tangan ,apdahal
tenaga kerja tersebut ada beberapa yang memasukan bahan produksi dengna
menggunakan sarung tangan dan tangan tersebut masuk kea lat pencampur bahan
produksi.
6. Kacamata anti UV
Kacamata anti UV seharusnya digunakan tidak dilepas di tempat tempat pengaturan
mesih=n dengan mengeluarkan percikan api dengan panas 1500 drajat. Hamper
semua pekerja sudah menggunakannya walaupun masih ada yang lalai
menggunakan.
7. Sepatu
Sepatu yang digunakan tenaga kerja sepertinya terbuat dari kain dengan sedikit
bagian karet dibawahnya.
22
dari gedung serta mengevakuasi dokumen dokumen penting saat terjadi keadaan darurat
dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk
segera melakukan absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim
tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun,
sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara bergiliran setiap
tahunnya.
23
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran
1 Konstruksi Dari segi Undang-undang dasar Ditambahkan
tempat kerja keselamatan no 1 tahun 1970, adanya informasi
konstruksi semuanya undang-undang no 18 keselamatan
sudah baik, namun tahun 1999 tentang jasa peralatan, bahan,
masih belum terdapat konstruksi dan benda-benda
adanya informasi dalama ruangan.
mengenai
keselamatan
peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama
ruangan.
24
tertulis (tertulis PER.08/MEN/VII/2010 standard an hazard
dalam SOP) standar tentang Alat Pelindung yang ada di
APD yang digunakan Diri lingkungan tempat
untuk masing-masing kerja. Selain itu
pekerjaan., belum lebih baik lagi
ada penjelasan apabila sebelum
(briefing) mengenai memulai pekerjaan
APD diberikan suatu
briefing singkat
mengenai
pentingnya APD
dan cara
penggunaan APD
yang baik dan
benar.
4 Tanggap darurat Secara umum untuk Undang-undang no 18 Posisi rambu-rambu
dan jalur jalur dan rambu tahun 1999 tentang jasa diletakan secara
evakuasi evakuasi di PT. konstruksi teratur agar tetap
Martina berto sudah Undang-undang dasar terlihat pada saat
cukup baik. Hanya no 1 tahun 1970 terjadi kebakaran.
saja, akan lebih baik Undang-undang No 28 Selain itu lebih baik
jika rambu yang tahun 2002 tentang menggunakan kata
tersedia tidak hanya bangunan gedung. kata KELUAR
diletakkan diatas daripada EXIT .
pintu atau tempat
yang tinggi karena
kemungkinan akan
tertutup asap jika
terjadi kebakaran.
5 Personil Personil peraturan perundangan masukan untuk
keselamatan Keselamatan kerja UU No. 1 tahun 1970 perusahaan yang
kerja pada persuhaan ini (Pasal 10 ayat 1, 2) terkait dengan
sudah tergolong baik, yang mewajibkan masalah personil
namun belum ada perusahaan untuk keselamatan kerja
25
data mengenai membentuk P2K ini yaitu diharapkan
latihan yang bagian personil ini
diadakan oleh lebih sering
personil keselamatan mengadakan
kerja. evaluasi (siding-
sidang) yang terkait
dengan masalah
keselamatan kerja
atau program
keselamatan kerja
dan juga lebih
meningkatkan
upaya-upaya
promosi tentang
keselamatan kerja
pada tenaga-tenaga
kerja di perusahaan
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di PT Cakra Tunggal Steel,
maka secara umum penerapan keselamatan kerja di PT Cakra Tunggal
Steel, serta penerapan SMK3 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Divisi HSE sebagai salah satu divisi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
keselamatan kerja di PT Cakra Tunggal Steel telah berusaha melakukan
kegiatan pembinaan, pencegahan dan pengendalian dalam
26
bidang K3 dan lingkungan industri sebagai perwujudan pelaksanaan norma
dan peraturan perundangan sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap
keselamatan dan kesehatan karyawan.
2. Walaupun demikian penerapan keselamatan kerja di PT Cakra Steel yang
dilakukan secara umum belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Kesadaran karywan PT Cakra Tunggal Steel akan potensi bahaya di lingkungan
kerja belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan, sebagian mungkin masih
menganggap paparan kerja yang meraka hadapi sudah menjadi keseharian yang
dianggap biasa.
4. Penerapan SMK3 di PT Cakra Tunggal Steel telah berusaha dilaksanakan guna
mentaati Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
B. SARAN
1. Perlu meningkatkan program K3 yang telah diterapkan PT. Cakra Tunggal Steel,
melalui pemantauan dan perbaikan program K3 secara berkala, guna menciptakan
lingkungan kerja aman, sehat dan produktif.
2. Perlu meningkatkan dan mempertahankan program 5R yang telah dijalankan,
melalui perlombaan 5R lebih sering misalnya 3 bulan sekali, guna
menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman.
3. Perlu penegakkan disiplin pemakaian APD, khususnya pemakaian ear plug, ear
muff dan masker karena masih sering dijumpai karyawan yang tidak memakai
APD
tersebut, melalui penyuluhan dan pengawasan terhadap pemakaian APD
tersebut.
4. Meningkatkan dan mempertahankan penerapan SMK3 yang telah dijalankan,
melalui audit SMK3 sehingga meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan
dan keselamatan karyawan setinggi-tingginya.
27