Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan sudah jadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktifitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu, di sisi lain akan menjadikan dampak negatifnya, bila kita
kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Suatu perusahaan yang aman adalah perusahaan yang teratur dan terpelihara dengan
baik dan cepat menjadi terkenal sebagai tempat naungan buruh yang baik. Program
keselamatan kerja yang baik adalah program yang terpadu dengan pekerjaan sehari-hari
sehingga sukar untuk dipisahkan satu sama lainnya. Pelajaran ini dimaksudkan untuk
memberi bimbingan ke arah pencegahan kecelakaan pada waktu kita bekerja, pertolongan
pertama pada kecelakaan dan lain-lain.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, terpat
kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Arti dan tujuan keselamatan kerja
untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah dan rohaniah manusia
serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan
manusia pada khususnya.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mempu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang utuk memenuhi
masyarakat. Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja untuk suatu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja, semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekililingnya, yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Menyadari aspek keselamatan dan kesehatan kerja, pemerintah mengeluarkan Undang
Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja

1
1.2. Profil Perusahaan
Nama : PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Alamat : Jl. Raya Bekasi KM 21-22, Pulo Gadung, RT 009/RW 005,
Rawa Terate,Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta. 13920
Jenis perusahaan : Produsen Tulangan Beton
Fasilitas produksi : Steel Melting & Rolling Mills
Produk : Billet Baja & Besi Beton
Kapasitas Produksi : 480.000 MT per Tahun
Jumlah Karyawan : 800 Orang

1.2.1. Sejarah Perusahaan


PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills adalah salah satu perusahaan pengolaan baja
nasional yang memproduksi baja tulangan beton atau yang lebih dikenal masyarakat dengan
istilah besi beton. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989 di atas laha seluas 14,8 Ha,
berlokasi di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta dan mulai beroperasi pada Juni 1992
Sejak memulai kegiatan operasional sampai sekarang, PT. JCSM telah berhasil
menembus pasar domestik dan internasional PT. JCSM memiliki komitmen untuk
menciptakan produk besi beton berkualitas tinggi berinisial “CS” sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia dan juga standar Internasional seperti
ASTM, JIS dn BS.
Dalam mendukung komitmen tersebut PT. JCSM terlah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 yang disertifikasi sejak 1995 dan dalam kontribusinya terhadap
penyusunan SNI untuk produk besi beton dan ke ikut sertaan secara konsisten melakukan
edukasi bagi masyarakat konsumen untuk ikut peduli terhadap pemilihan bahan-bahan
berkualitas dan memenuhi standar, PT. JCSM mendapatkan penghargaan “SNI Award” pada
tahun 2018. Selanjutnya, PT. JCSM juga telah menerapkan Manajemen Mutu ISO 14001 dan
OHSAS 18001 pada tahun 2013

1.2.2. Visi Perusahaan


“Menjadikan PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills sebagai salah satu produsen baja
yang terkemuka di Indonesia.”

1.2.3. Misi Perusahaan


 Menjadikan CS sebagai Quality Leader untuk produksi besi beton

2
 Menjadikan CS sebagai Price Leader untuk produsen besi beton di Indonesia
 Menjadikan CS sebagai Supplier besi beton yang terlengkap dalam memenuhi
kebutuhan pasar

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah keselamatan kerja pada PT. Jakarta Cakratunggal Steel
Mills

1.3.2. Tujuan Khusus


 Mengetahui fasilitas dan sarana keselamatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel
Mills
 Mengetahui pemeriksaan kesehatan pekerja di PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills
 Mengetahui program palayanan kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel
Mills
 Mengetahui program gizi kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
 Mengetahui penyakit tertinggi pada palayanan kesehatan di PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills
 Mengetahui penyakit akibat kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
 Mengetahui tenaga kesehatan di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Sebagai sarana Informasi bagi perusahaan khususnya pimpinan perusahaan mengenai
gambaran kondisi kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills.

1.4.2. Manfaat bagi Paramedis


Referensi data kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills yang dapat
digunakan sebagai landasan penyusunan program kesehatan kerja

1.5. Waktu dan Tempat Kegiatan


1.5.1. Waktu
Kegiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 13 Juli 2018, pukul 08.00 hingga 11.30 WIB

1.5.2. Tempat
Kegiatan ini dilakukan di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills, yang beralamat di Jl.
Raya Bekasi KM 21-22, Pulogadung, RT 009 / RW 005, Rawa Terate,Cakung, Jakarta Timur,
DKI Jakarta. 13920

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Keselamatan Kerja

4
Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan kerja. Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
pentingnya keselamatan kerja dan bagaimana mengimplementasikannya dalam lingkungan
perusahaan.
Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja
dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
pentingnya memahami arti keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya untuk
kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut untuk
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan berkewajiban
menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut diketahui pula bahwa ide tentang
K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu, namun sampai kini masih ada pekerja dan
perusahaan yang belum memahami korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan,
bahkan tidak mengetahui aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan
K3 adalah sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang
pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang telah
ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
 Memberikan pertolongan pada kecelakaan
 Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerjaan
 Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan
 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
 Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

5
 Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
 Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
 Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
batang;
 Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
 Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
 Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
 Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dibuatnya aturan
penyelenggaraan K3 pada hakikatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja
sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminir.

2.2. Dasar Hukum Peraturan K3


Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan hukum
penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan pijakan yang jelas
mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber hukum
penerapan K3 adalah sebagai berikut:
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja.
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban
dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:
 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja;
 Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
 Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;

6
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.

2.3. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


2.3.1. Penyebab Langsung (Immediate Causes)
Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan
di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan berbahaya dari dari manusia
yang dalam bbrp hal dapat dilatar belakangi antara lain:
 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect)
 Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom)
 Sikap dan tingkak laku yang tidak aman
 Pengetahuan.
B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan menyebababkan
kecelakaan, terdiri dari:
 Mesin, peralatan, bahan.
 Lingkungan
 Proses pekerjaan
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja

2.3.2. Penyebab Dasar (Basic causes)


Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu
A. Faktor manusia/personal (personal factor)
 Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
 Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill.
 Stres.
 Motivasi yang tidak cukup/salah
B. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)
 Faktor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.
 Faktor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst
 Faktor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga.
 Ergonomi dan psikososial.
Menurut Henrich faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-
tindakan tidak aman (unsafe acts) 80 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafecondition) 20%.
Faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-tindakan tidak aman (unsafe

7
acts) 85 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 15 %. Faktor utama yang
menyebabkan kecelakaan adalah:
 Lingkungan kerja
 Metode kerja
 Pekerja sendiri
Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak langsung, di
akibatkann kesalahan manusia. Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap
proses/ aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya.
Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan
secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan
sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Salah satu bentuk keseriusan itu adalah
resourcing, baik itu finansial dan MSDM.
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe
working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan
yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work),
pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work), pekerjaan-pekerjaan
yang harus diawali dengan “pemanasan prosedural”, beban kerja (workload), dan lamanya
sebuah pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang
dimaksud. Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam
sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).

2. 4. Alat Pelindung Diri


Adalah perlengkapan wajib yang di gunakan saat bekerja sesuai bahaya danresiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung diri:
1. Safety helmet
Berfungsi sebagai pelndung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala

8
2. Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi
3. Ear plug/Ear muff
Berfungsi sebagai penutup telinga ketika bekerja di tempat bising
4. Kacamata Pengaman
Berfungsi sebagai pengaman mata ketika bekerja dari percikan
5. Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja
6. Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya
kurang bagus

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1. Alat-alat Kerja yang Digunakan


3.1.1. High Speed Arc Melter
One Electric Arc Furnace (EAF) dengan kapasitas 80 t, melingkupi Ultra High Power
(UHP) Transformer dengan kapasitas 66 MVA yang mampu mempercepat proses dan
menghemat energy dan Oxygen Blowing Technology System untuk menghemat waktu Tap-
ke-Tap. Eccentric Bottom Tapping (EBT) untuk menuangkan baja cair yang telah bersih dari
slag ke ladle.

Gambar 1. High Speed Arch Melter.

3.1.2. Metallurgical Treatment Station

9
Ladle Furnace 80t dilengkapi dengan Argon Stirring dan Alloys Addition System,
menjamin kesempurnaan proses produksi :
a. Penghematan biaya refraktori dengan mengurangi suhu tapping EAF.
b. Pemanfaatan maksimal untuk Ferro Alloy Additions
c. Argon stirring memastikan kehomogenan dari suhu and bahan baku kimia sehingga
membuat besi menjadi bersih.
d. Akurasi yang baik dalam pengaturan suhu. Pemanasan dengan electric Arc dapat
menghemat energy

Gambar 2. Metallurgical Treatment Station

3.1.3. Continous Casting Machine


One 5 - strands CCM unit supplied by Concast Standart AG of Zurich memiliki
kemampuan untuk menghasilkan diameter 100 - 150 mm billets dan panjang 4-12 m. CCM
memiliki fitur :
a. A Ladle Turntable facilitates long casting sequences leading to higher
operational efficiecy and yield.
b. Automatic Mould Level Control System mengarah ke operasi dengan
kinerja yang stabil dan mencegah terjadinya kesalahan manusia.
c. Mengganti posisi Cooling Bed untuk memastikan billet lurus.

10
Semua ini untuk memastikan kualitas billet pada kualitas yang terbaik.

Gambar 3. Continous Casting Machine

3.1.4. Anti-Polution Control


PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills, telah berinvestasi dalam jumlah yang besar
untuk menangani masalah polusi. Bagian dari pengontrol polusi meliputi satu "dust
collection" dan "fume extraction system" dengan kapasitas 960.000 m3/hour of gas and asap.
Asap primer dan sekunder yang diambil dan disaring melalui 17,0252 m2 Tas Filter.
Gambar 4. Anti-polution Control

3.1.5.Re-Cyclability
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills menggunakan peralatan penanganan slag

11
dengan:
2 unit Shovel Dozers, 2 unit Excavators dan 2 unit Excavators dengan magnet dimana dengan
cepat memisahkan potongan besi dari slag sehingga dapat di daur ulang.

Gambar 5. Re-Cyclability
3.1.6.Reheating Furnace
Sistem Kontrol Pembakaran otomatis pada kedua tungku pemanasan billet membuat
terjaganya akurasi, hemat energi dan menghilangkan cacat dalam produk akhir.

Gambar 6. Reheating Furnace

3.1.7.Full Tandem Rolling Mill Driven By DC Motors

12
Teknologi terbaru di proses Rolling Mill memiliki beberapa keunggulan seperti,
Efisiensi Operasional yang maksimal, Pengendalian atas toleransi dimensi, Penyelesaian

akhir yang cepat.


Gambar 7. Full Tandem Rolling Mill

3.1.8. Computerized Flying Shear


Akurat dan mudah menyesuaikan dalam memberikan panjang tertentu.

Gambar 8. Computerized Flying Shear

3.1.9. Sliting Facilities


Sebuah sistem membagi baja manjadi 2 baris sebelum memasuki Stand Finishing.
Meningkatkan kapasitas proses di Rolling.

13
Gambar 9. Sliting Facilities

3.2. Landasan kerja, SOP kerja


Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus
menerus meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05
tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara
konsisten dan berkesinambungan, oleh karena itu Perusahaan berkomitment untuk :
a. Menjamin keselamatan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk orang lain
(Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.
b. Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.
c. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang belaku yang berkaitan dengan K3.
d. Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 Perusahaan.

Dalam mencapai komitment tersebut kami akan :


1. Menyusun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) berkelanjutan
2. Membentuk Organisasi / Unit K3 dalam lingkungan Manajemen Perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua sumber bahaya dan aspek lingkungan
operasi Perusahaan.
4. Memberikan pelathan pelatihan K3 bagi karyawan untuk meningkatkan Budaya K3
Perusahaan.
5. Mengajak seluruh Karyawan untuk berperan serta meningkatkan K3 Perusahaan.

14
6. Kebijakan K3 ini akan ditinjai ulang minimal 1 tahun sekali mengikuti tinjauan
SMK3.

3.3. Konstruksi tempat kerja


o Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 1 (satu) pintu. Pada
lobi utama terdapat akses pintu manual.
o Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan
gang-gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
o Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka,
tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup
sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang
berfungsi menyaring debu yang mengganggu.
o Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang
yang berantakan menghalangi akses jalan.
o Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama ruangan.
o Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat
dengan resiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat
memberi resiko bahaya tertentu.
o Tidak dapat dilakukan penilaian mengenai perancah karena sedang tidak dibuat.
o Terdiri oleh konstruksi yang kokoh dengan baja yang anti panas

3.4. Sarana penanggulangan kebakaran


Pada PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills eel. terdapat beberapa alat pemadan api
ringan (APAR) yaitu alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16kg) yang mudah
dilayani atau dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api pada awal terjadi kebakaran
dan juga terdapat beberapa Hydrant yaitu suatu system pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melaui pipa-pipa dan slang
kebakaran, inti dari keduanya berfungsi sebagai upaya pencegahan dan penangulangan
kebakaran di area PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
Alat pemadam api ringan (APAR) ini adalah tipe Tabung Gas yaitu pemadam yang
bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas dan
termasuk jenis Busa (foam). Seperti yang telah diketahui pemasangan dan pemeliharaan dari

15
alat pemadam api ringan (APAR) telah ditentukan oleh peraturan mentri tenaga kerja dan
transmigrasi, pemasangan dari alat pemadam api ringan (APAR) telah sesuai dengan
peraturan tersebut misalnya, pemadam api ringan telah ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dijangkau menggantung pada tembok, tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut
tidak melebihi 125cm dari dasar lantai, jarak antara pemasangan satu dan lainnya sekitar
kurang lebih 15m, semua tabung alat berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut tidak
berlubang ataupun cacat. Namun adapun yang belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga
kerja dan transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak terdapat adanya lemari atau peti
untuk penyimpan tabung tersebut. Seperti peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi
tentang pemeliharaan dari pemadam api ringan dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan dalam
jangka waktu 6 bulan dan 12 bulan. Pada PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills. ini telah
sesuai dengan peraturan tersebut yaitu dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan diperiksa isi,
pipa, tabung, dll. Namun berdasarkan pengamatan pada kunjungan kami, masih kami
temukan adanya tabung yang telah kadarluarsa yaitu pada bulan desember 2014 sebanyak 2
buah.
Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan, Hydrant pada PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills ini termasuk Hydrant Gedung dan berdasarkan ukuran pipa termasuk Hydrant
kelas II dengan diameter selang 1,5inch. Hydrant itu sendiri diletakkan pada setiap 1000m2
berjumlah 1 buah, sumber persediaan air berasal dari PDAM, sumber tenaga listrik untuk
pompa berasal dari PLN. Selain dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant. ini juga
memiliki alat detektor asap pada setiap bagian ruangannya. Alat detektor asap tersebut
berfungsi untuk memberikan peringatan dini dan pelindungi para pekerja dari bahaya
kebakaran sebab sebagian besar bahaya kebakaran berasal dari asap.
Pekerja dari PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills. hampir seluruhnya telah
mengetahui letak dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant oleh karena telah
diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah.

3.5. Alat pelindung diri


Pada saat masuk ke bagian produksi perusahaan dapat dilihat bahwa alat pelindung
diri yang dipakai tenaga kerja berupa:
1. Penutup kepala
Penutup kepala yang digunakan terbuat dari kain, dan tidak semua tenaga kerja
menggunakan penutup kepala tersebut.
2. Jas laboratorium (seragam perbagian)
Penggunaan jas laboratorium ataupun seragam berkancing ini memang digunakan oleh
semua tenaga kerja, tapi kebanyak dari mereka tidak dikancing. Hal ini bisa saja

16
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena baju mereka terkait
ataupun mengenai mesin dan bahan produksi yang digunakan.
3. Penutup telinga
Para pekerja banyak yang tidak menggunakan pelindung telinga pada saat bekerja
pada tempat yang bising dengan frekuensi diatas 85db bahkan di beberapa tempat
dengan suara bising 103db masih banyak yang tidak mengggunakan.
4. Masker
Masker yang digunakan tenaga kerja terbuat dari kain, tidak semua tenaga kerja
mennggunakan masker tersebut, cara pemakaiannyapun masih belum sesuai standar.
5. Sarung tangan
Tenaga kerja menggunakan sarung tangan sebatas pergelangan tangan ,apdahal tenaga
kerja tersebut ada beberapa yang memasukan bahan produksi dengna menggunakan
sarung tangan dan tangan tersebut masuk kea lat pencampur bahan produksi.
6. Kacamata anti UV
Kacamata anti UV seharusnya digunakan tidak dilepas di tempat tempat pengaturan
mesin dengan mengeluarkan percikan api dengan panas 1500 drajat. Hamper semua
pekerja sudah menggunakannya walaupun masih ada yang lalai menggunakan.
7. Sepatu
Sepatu yang digunakan tenaga kerja sepertinya terbuat dari kain dengan sedikit bagian
karet dibawahnya.

3.6. Tanggap darurat dan jalur evakuasi


Sistem di semua ruangan : Fire Alarm, Emergency Lamp
Jalur evakuasi : Disetiap ruangan sudah dibuat route map evakuasi
: Petujuk Evakuasi
: Tempat berkumpul Titik Point
Kejadian Darurat : Sesuai prosedur tanggap darurat

Di setiap ruangan yang kami kunjungi di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
terdapat jalur – jalur evakuasi yang terdiri dari tangga darurat dan tangga umum. Untuk
tangga darurat, terdapat pintu – pintu jalur evakuasi yang yang dilengkapi dengan rambu –
rambu yang cukup jelas. Pintu – pintu jalur evakuasi terdapat ditempat – tempat yang mudah
terlihat dan semuanya tidak ada yang ditemui dalam keadaan terkunci.
Rambu – rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi cukup jelas, berwarna hijau
dengan kondisi yang cukup baik. Hanya saja rambu – rambu ini kurang besar, letaknya
terlalu tinggi sehingga dapat tertutup asap saat terjadi kebakaran.
Setiap bagian / divisi di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills memiliki tim yang
bertanggung jawab dalam keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K,

17
absensi pekerja, dan bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar
dari gedung serta mengevakuasi dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat
dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk
segera melakukan absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim
tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun,
sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara bergiliran setiap
tahunnya.

3.7. Kejadian kecelakaan keerja


PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills mengaku bahwa angka kejadian kecelakaan kerja
sangan sedikit. Hal ini dapat terjadi dikarenakan para pegawai perusahaan yang taat terhadap
peraturan yang berkaitan dengan keselamatan kerja sebagai salah satu contohnya yaitu
penggunaan alat pelindung diri. Sehingga tidak didapatkan data yang menggambarkan tingkat
angka kejadian kecelakaan di perusahaan tersebut.
Setelah dilakukan kunjungan perusahaan, kami menilai dan melihat bahwa memang
sudah dipasang spanduk-spanduk tentang keselamatan kerja dan juga peraturan tentang
penggunaan alat pelindung diri di setiap bidang perusahaan. Namun, dilihat dari tata cara
penggunaan alat pelindung diri, masih banyak pegawai yang belum tepat menggunakannya
sehingga memungkinan resiko terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan tersebut. Sehingga
menurut kami, perlu dilakukan penyuluhan atau tata cara penggunaan alat pelindung diri yang
baik dan benar sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja baik yang ringan maupun yang berat.

3.8. Personil keselamatan kerja


Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang di
sebut dengan P2K3 yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini
memiliki spesifisikasi seperti berikut ini:
o Total P2K3 : 56 Orang
o Petugas P3K : 20 Orang
o Pelatihan : Tanggap Darurat untuk DAMKAR (Pemadam Kebakaran)
Emergency Respond Kecelakaan Kerja
o Sertifikasi P3K : PMI dan Disnakertrans
o Prose Kerjanya : Standby di masing masing Bagian
o Bekerja sesuai kejadaian darurat
o PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing :
 AK 3 Umum
 AK 3 Kimia, DAMKAR

18
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran
1 Konstruksi Dari segi Undang-undang dasar Ditambahkan
tempat kerja keselamatan no 1 tahun 1970, adanya informasi
konstruksi semuanya undang-undang no 18 keselamatan
sudah baik, namun tahun 1999 tentang jasa peralatan, bahan,
masih belum terdapat konstruksi dan benda-benda
adanya informasi dalama ruangan.
mengenai
keselamatan
peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama
ruangan.

2 Sarana Tidak semua pekerja Permenakertrans No Dilakukannya


penanggulangan dari PT. Martina 4/MEN/tahun 1980 sosialisasi dari
kebakaran Berto tbk. tersebut perusahaan
mengetahui cara terhadap para
penggunaan alat-alat perkerja tentang
penanggualangan penaggulangan
kebakaran, dan kebakaran dan cara
masih terdapat APAR penggunaan alat
yang kadaluarsa. pemadam api ringan
(APAR) dan
Hydrant.
Selain itu alangkah
lebih baik lagi
apabila APAR yang
telah kadaluarsa
diganti dengan yang
baru.
3 Alat pelindung Dari perusahaan Peraturan menteri Perusahaan bersedia
diri tersebut belum tenaga kerja dan menyediakan APD

19
ditemukan dokumen transmigrasi RI nomor yang sesuai dengan
tertulis (tertulis PER.08/MEN/VII/2010 standard an hazard
dalam SOP) standar tentang Alat Pelindung yang ada di
APD yang digunakan Diri lingkungan tempat
untuk masing-masing kerja. Selain itu
pekerjaan., belum lebih baik lagi
ada penjelasan apabila sebelum
(briefing) mengenai memulai pekerjaan
APD diberikan suatu
briefing singkat
mengenai
pentingnya APD
dan cara
penggunaan APD
yang baik dan
benar.
4 Tanggap darurat Secara umum untuk Undang-undang no 18 Posisi rambu-rambu
dan jalur jalur dan rambu tahun 1999 tentang jasa diletakan secara
evakuasi evakuasi di PT. konstruksi teratur agar tetap
Martina berto sudah Undang-undang dasar terlihat pada saat
cukup baik. Hanya no 1 tahun 1970 terjadi kebakaran.
saja, akan lebih baik Undang-undang No 28 Selain itu lebih baik
jika rambu yang tahun 2002 tentang menggunakan kata
tersedia tidak hanya bangunan gedung. – kata “ KELUAR ”
diletakkan diatas daripada “ EXIT ”.
pintu atau tempat
yang tinggi karena
kemungkinan akan
tertutup asap jika
terjadi kebakaran.
5 Personil Personil peraturan perundangan masukan untuk
keselamatan Keselamatan kerja UU No. 1 tahun 1970 perusahaan yang
kerja pada persuhaan ini (Pasal 10 ayat 1, 2) terkait dengan
sudah tergolong baik, yang mewajibkan masalah personil

20
namun belum ada perusahaan untuk keselamatan kerja
data mengenai membentuk P2K ini yaitu diharapkan
latihan yang bagian personil ini
diadakan oleh lebih sering
personil keselamatan mengadakan
kerja. evaluasi (siding-
sidang) yang terkait
dengan masalah
keselamatan kerja
atau program
keselamatan kerja
dan juga lebih
meningkatkan
upaya-upaya
promosi tentang
keselamatan kerja
pada tenaga-tenaga
kerja di perusahaan
tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di PT Cakra Tunggal Steel,
maka secara umum penerapan keselamatan kerja di PT Cakra Tunggal
Steel, serta penerapan SMK3 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Divisi HSE sebagai salah satu divisi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
keselamatan kerja di PT Cakra Tunggal Steel telah berusaha melakukan

21
kegiatan pembinaan, pencegahan dan pengendalian dalam
bidang K3 dan lingkungan industri sebagai perwujudan pelaksanaan norma
dan peraturan perundangan sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap
keselamatan dan kesehatan karyawan.
2. Walaupun demikian penerapan keselamatan kerja di PT Cakra Steel yang
dilakukan secara umum belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Kesadaran karywan PT Cakra Tunggal Steel akan potensi bahaya di lingkungan
kerja belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan, sebagian mungkin masih
menganggap paparan kerja yang meraka hadapi sudah menjadi keseharian yang
dianggap biasa.
4. Penerapan SMK3 di PT Cakra Tunggal Steel telah berusaha dilaksanakan guna
mentaati Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.

B. SARAN
1. Perlu meningkatkan program K3 yang telah diterapkan PT. Cakra Tunggal Steel,
melalui pemantauan dan perbaikan program K3 secara berkala, guna menciptakan
lingkungan kerja aman, sehat dan produktif.
2. Perlu meningkatkan dan mempertahankan program 5R yang telah dijalankan,
melalui perlombaan 5R lebih sering misalnya 3 bulan sekali, guna
menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman.
3. Perlu penegakkan disiplin pemakaian APD, khususnya pemakaian ear plug, ear
muff dan masker karena masih sering dijumpai karyawan yang tidak memakai
APD
tersebut, melalui penyuluhan dan pengawasan terhadap pemakaian APD
tersebut.
4. Meningkatkan dan mempertahankan penerapan SMK3 yang telah dijalankan,
melalui audit SMK3 sehingga meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan
dan keselamatan karyawan setinggi-tingginya.

22

Anda mungkin juga menyukai