Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERKAITAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TENTANG K3 DENGAN KETENAGAKERJAAN DI
PERKEBUNAN
TUGAS 2

Dosen :
Ir. Sofyan Zaman, MP.

Disusun Oleh : (Kelompok 3)


1. Dedy Gusmara (J3T417158)
2. Indah Yunia P (J3T417161)
3. Jaka Andray S (J3T417162)

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI
PERKEBUNAN
MINAT AGROINDUSTRI GULA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan laporan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penulis tidak akan dapat menyelesaikan laporan
ini tanpa bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh
karena itu, penulis mengucap kan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT.
2. Bapak Sofyan selaku dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Orang tua yang selalu mendukung dengan semua doanya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan ini.

Lampung, 08 Oktober 2019

Penulis
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Adanya hubungan industrial yang kokoh antara Perusahaan dan seluruh


karyawan merupakan salah satu kunci keberlanjutan bisnis Perusahaan. Untuk itu,
TOTAL terus berupaya menjamin hak dan kewajiban karyawan sesuai dengan
amanat perundang-undangan dan peraturan Perusahaan sebagai bentuk kebijakan
Perusahaan dalam bidang ketenagakerjaan.
Perhatian dan komitmen yang tinggi dalam kebijakan ketenagakerjaan juga
dilaksanakan dengan penguatan struktur K3 maupun implementasinya di lapangan.
Tambahan pula, TOTAL senantiasa menaruh prioritas terhadap aspek kesetaraan
dan keadilan yang menyeluruh bagi seluruh karyawan serta aspek keselamatan dan
kesehatan kerja. Hal ini kemudian diterjemahkan melalui berbagai program yang
dapat meningkatkan kesadaran karyawan terhadap pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Selain berperan penting dalam menunjang keberhasilan aktivitas usaha
Perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki makna strategis yang
menjaga eksistensi Perusahaan. TOTAL menempatkan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai prioritas utama sejak dari tahap perencanaan proyek sampai
dengan akhir pelaksanaan pekerjaan. Penerapan dan pemeliharaan perilaku yang
dapat mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu keharusan.
TOTAL saat ini menangani proyek-proyek berstandar internasional serta memiliki
partner, klien, maupun project/construction management yang juga bertaraf
internasional. Untuk itu, tuntutan implementasi K3 juga semakin ketat dan tinggi.
Pengembangan demi pengembangan terus diupayakan baik dengan kebijakan baru,
pelatihan dan sosialisasi sistem K3 terkini.

II. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara perundang-undangan K3
dengan ketenagakerjaan.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis studi kasus yang telah terjadi di
perkebunan yang berkaitan dengan perundang-undangan K3.
TINJAUAN PUSTAKA

Pasal 86 ayat 2 Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya


keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyalit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Perusahaan senantiasa mematuhi semua peraturan yang ada dalam Undang-undang
No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
bagi karyawan termasuk dalam pemberian remunerasi, kesempatan maupun
apresiasi yang sama tanpa memandang unsur gender, agama, maupun suku.
Kebijakan pelaksanaan ketenagakerjaan, kesehatan dan keselamatan kerja mengacu
kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Praktik Ketenagakerjaan, meliputi :
a. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi
b. Kesejahteraan Pegawai
c. Program Pensiun
d. Kesetaraan Gender
e. Serikat Kerja Karyawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


1. Sebanyak empat pekerja lepas Pabrik Gula (PG) Kebon Agung Malang
tewas setelah menghirup gas beracun, Sabtu, 28 Desember 2013. Korban
tewas adalah Hariyanto, Pujiono, Pujianto, dan Armi, warga Kelurahan
Pesantren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Keempat korban tersebut
mengalami sesak nafas setelah membersihkan sisa gula di palung pendingin
di pabrik tersebut. Menurut saksi, awalnya salah satu dari pekerja tersebut
mengalami kejang-kejang di lantai. Pekerja lainnya ikut berupaya
menolongnya namun juga mengalami hal serupa.
Para pekerja tersebut merupakan pekerja lepas (outsorcing) dari sebuah CV
di Kediri. Menurut Kepala TU PG Kebon Agung, CV tersebut telah
berpengalaman dalam membersihkan sisa gula pendingin. Menurut beliau,
para pekerja juga telah dilengkapi oleh alat keselamatan seperti masker, dan
lainnya. Sesak nafas para pekerja tersebut diduga adanya gas etanol dari sisa
produksi gula. Sekedar diketahui, jika gula dapat mengalami proses
fermentasi menjadi etanol. Adanya konsentrasi gas etanol yang tinggi
menyebabkan para pekerja tersebut mengalami sesak nafas. Gas etanol yang
dihasilkan dari fermentasi gula seharusnya dialirkan keluar ruangan dan
masuk pengolahan limbah. Namun, hingga saat ini belum diketahui
mengapa terjadi peristiwa seperti ini.
2. Kasus lain terjadi pada diri Kadijah, pada Senin pertengahan Mei 2007
Kadijah kehilangan Supardi suami tercinta. Seperti biasa pasangan suami
istri ini berangkat menuju tempat kerja (ancak). Supardi (52 tahun) adalah
salah seorang buruh yang sudah bekerja lebih dari 25 tahun di perkebunan
PT Lonsum Tbk wilayah Langkat tepatnya di divisi Turangi Estate. Pagi itu
Supardi masih mengkayuh sepeda dan istrinya duduk dibelakang sembari
memegang kereta sorong. Sampai di ancak, pasangan suami istri ini bekerja
sebagaimana biasanya. Pada waktu tiba saat makan siang, pasangan ini pun
siap menyantap makanan yang telah disiapkan dari rumah. 30 menit setelah
mereka beristirahat, kemudian Supardi melanjutkan pekerjaanya memetik
buah kelapa sawit dengan ketinggian pohon sekitar 15-20 meter. Hal ini
dilakukan agar dapat mengejar target sesuai ketentuan perusahaan serta
premi yang diharapkan apabila melampaui target sementara Kadijah
membereskan sisa makanan. Tiba-tiba Kadijah dikejutkan dengan suara
minta tolong. Kadijah pun terjaga dan mendekati suaminya. Ternyata
suaminya telah terbaring tepat disebelah pelepah sawit, kemudian dengan
bantuan buruh lainya korban dibawa ke klinik kebun. Supardi tidak
bergerak, tidak ada lumuran darah. Namun setelah perawat membuka
bajunya ternyata di dada kirinya terdapat luka dalam berbentuk diagonal.
Supardi tidak tertolong ternyata Supardi telah meninggal dunia.

3.2 Peraturan Perundang-undangan


Bab II pasal 2 yaitu semua tempat kerja sebagaimana ditetapkan dalam bab
I pasal 1 ayat (1) dengan bab II pasal 2 ayat (2) menetapkan ruang lingkup
UU ini :
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha
dimana tenaga kerja yang bekerja dan kemungkinan adanya bahaya kerja
ditempat itu.
PASAL 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, di
antaranya yaitu :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. memberi pertolongan pada kecelakaan
c. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
d. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
e. maupun psychis, keracunan, infeksi dan penularan
f. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
g. bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

3.3 Analisis Studi Kasus


Dari pengalaman saya sebagai mahasiswa magang di sebuah pabrik gula
mengamati suatu fenomena yang cukup memprihatinkan. Rata-rata pabrik gula
di Indonesia terkesan mengejar setoran untuk mendapatkan kadar gula yang
tinggi. Hampir di setiap sudut pabrik tempat saya praktik banyak ditulisi slogan-
slogan agar bekerja dengan maksimal sehingga didapatkan hasil produksi yang
melimpah. Slogan seperti “Tak setetes nira pun boleh jatuh ke lantai” atau “Tak
sebutir gula pun boleh terbuang sia-sia” memenuhi area pabrik.
Kondisi semacam itu tidak diimbangi oleh standar keselamatan kerja yang
memadai. Banyak diantara para pekerja yang saya amati tidak mengenakan
perangkat keselamatan kerja, semisal masker, sepatu bot, maupun helm.
Perangkat tersebut hanya dikenakan para pekerja yang memiliki jabatan tinggi,
semisal mandor, kepala bagian pengolahan, kepala QC, dan sebagainya. Para
pekerja biasa rata-rata tidak mengenakan alat keselamatan tersebut. Saya tidak
mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Padahal, para pekerja tersebut merupakan
ujung tombak pabrik yang berperan penting dalam proses produksi. Selain itu,
jarang sekali ditemukan tanda peringatan di tempat kerja, berupa gambar, kata-
kata, maupun himbauan. Sangat kontras dengan slogan-slogan untuk mendapat
hasil produksi maksimal. Padahal adanya tanda peringatan sedikit banyak
meminimalisir kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai