Anda di halaman 1dari 36

KAJIAN STUDI KASUS DI

PERUSAHAAN

PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI


INDONESIA (PERSERO)
03 JULI 2020
KELOMPOK B2 ERGONOMI
ANGGOTA KELOMPOK
Ketua: dr.Fardeana Tri Chandra Armon
1. dr. Agung Sri Selviyanti
2. dr. Akbar Kurniawan, AIFO-K
3. dr. Elga Dewi Rahmianty
4. dr. Fauzan Azmi, MKM
5. dr. Merlyn
6. dr. Nadia Meuthia
7. dr. Naufal Dwi Kurniawan
8. dr. Riska Wulandari
9. dr. Rixi Yosua Gahung
10. dr. Ronny Nathaniel Krisnanto
11. dr. Setyo Sutanto
12. dr. Stefanus Gardino Setyo D
13. dr. Tri Wibowo
14. dr. Yuanita Wijayanti
15. dr. Yuriche Arumasi Asari
PROFIL PERUSAHAAN PT. INTI (PERSERO)
Jln. Moch. Toha No. 77 Bandung
Alamat perusahaan
Jumlah pekerja 508 orang karyawan tetap (tahun 2017) 1
Produksi kabel fiber optik, peralatan telekomunikasi dan energi, plastik,
Sektor usaha logam, serta penggabungan silinder tabung elpiji 2

Asuransi pegawai (BPJS) Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan 1


Untuk menunjang kesehatan karyawan, Perusahaan menyediakan fasilitas
poliklinik yang memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan
Pelayanan Kesehatan (kuratif) sekaligus konsultasi untuk pencegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan (preventif) dengan kerjasama bersama PT Widya Bhakti Inti. 3

1.ISO 9001:2015 Sucofindo International Certification Services QSC 01480 16


Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
2.ISO 14001:2015 Sucofindo International Certification Services EMS 00270 16
Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
3.OHSAS 18001:2007 Sucofindo International Certification Services OSH
00452 16 Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
4.CIQS 2000:2009 Telkom Professional Certification Center 4 September 2017
Sertifikasi perusahaan - 4 September 2020
5.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Bendera Emas 16 Mei 2016 - 15 Mei
2019
6.Penghargaan Kecelakaan Nihil Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
1

Sudah ada 1
Kelembagaan P2K3
ALUR PRODUKSI
Pressing (dengan
Footring Handguard
beban 200 dan 250 Flaneling
ton) Welding Welding

Shotblasting Cyrcumferencial
Hydrostatic Test Neckring
/Cat Welding

Pasang Valve Leak Test Numerator


FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
Hasil Dampak yang Upaya Pemecahan
Unit kerja Standar/PP
pengamatan dapat terjadi perusahaan masalah
Terdapat unit • Sudah ada Ada • PERMENAKER RI Perusahaan
pelayanan penanggung NO.04/MEN/1987 memaksimalkan
kesehatan di jawab terhadap tentang panitia fungsi klinik dalam
perusahaan (berupa pelayanan Pembina memberikan
kerjasama dengan kesehatan keselamatan dan pelayanan kesehatan
klinik Widya Bhakti) • Terdapat fungsi kesehatan kerja kepada para pekerja
perlindungan serta tata cara
kesehatan untuk penunjukan ahli
Fasilitas tenaga kerja dan keselamatan kerja.
pelayanan fungsi pelayanan • Peraturan Menteri
kesehatan Tenaga Kerja Dan
kesehatan Transmigrasi No:
PER.03/Men/1982
Tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga
Kerja
PROGRAM KESEHATAN
Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat terjadi Upaya perusahaan Standar/PP Pemecahan masalah
Promotif: Risiko terjadinya kecelakaan kerja Belum ada • Keputusan Direktur Jendral Pembinaan • Perusahaan memberikan pelatihan
• Tidak terdapat pelatihan atau dan penyakit akibat kerja tinggi. Pengawasan Ketenagakerjaan atau pembinaan kesehatan kerja
pembinaan di bidang No.Kep.22/DJPPK/V/2008 kepada pekerja minimal setiap
kesehatan kerja • Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan bulan.
• Belum terdapat pembinaan Transmigrasi No: PER.03/Men/1982 • Melakukan promosi kesehatan di
untuk gizi seimbang serta Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga tempat kerja
perlunya olahraga yang tertatur Kerja
pada pekerja

Preventif: • Tidak terdapat data kondisi Ada • Peraturan menteri tenaga kerja dan • Perusahaan bekerja sama dengan
• Pemeriksaan kesehatan kerja kesehatan pasien saat transmigrasi no. Per.02/men/1980 klinik untuk melakukan
bagi para pekerja masuk kerja dan hasil tentang pemeriksaan kesehatan tenaga pemeriksaan kesehatan bagi para
Program kesehatan • Tersedia dokter perusahaan pemeriksaan berkala yang kerja dalam penyelenggaraan pekerja
  • APD kurang memadai telah di lakukn. Oleh karena keselamatan kerja. • Penjadwalan untuk pemeriksaan
• Lingkungan kerja yang bahaya itu tidak dapat melihat • Keputusan Direktur Jendral Pembinaan kesehatan berkala
kondisi kesehatan pekerja Pengawasan Ketenagakerjaan • Penyediaan APD serta SOP
secara berkala serta risiko No.Kep.22/DJPPK/V/2008 penggunaan APD bagi para
yang akan di terjadi dari • Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan karyawan
penempatan para Transmigrasi No: PER.03/Men/1982 • Mengidentifikasi serta
pekerjanya Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga mengendalikan bahaya serta resiko
• Dapat terjadi kecelakaan Kerja di lingkungan kerja
kerja akibat APD yang tidak
memadai
Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat terjadi Upaya perusahaan Standar/PP Pemecahan masalah
Kuratif : • Bila tidak ada fasilitas Ada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Perusahaan menyediakan klinik serta
• Belum terdapat klinik kesehatan kerja maka apabila Transmigrasi No: PER.03/Men/1982 tersedianya paramedic atau dokter
perusahaan terjadi kecelakaan kerja akan Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja perusahaan.
• Dokter perusahaan melakukan terjadi keterlambatan
skrining penyakit akibat kerja penanganan
(PAK) dan penatalaksanaan • Terjadinya PAK
segera PAK dan kecelakaan
kerja

Rehabilitatif : Pekerja yang mengalami Belum ada • Peraturan pemerintah No.43 tahun Perusahaan menyediakan program
Menyediakan program rehabilitasi kecelakaan kerja atau penyakit 1998 tentang upaya peningkatan rehabilitasi bagi para pekerja yang
untuk para pekerja yang akibat kerja tidak dapat kembali kesejahteraan sosial penyandang cacat. mengalami kecelakaan kerja atau
Program kesehatan mengalami kecelakaan kerja atau bekerja secara optimal penyakit akibat kerja.
• Keputusan Direktur Jendral Pembinaan
  penyakit akibat kerja. Pengawasan Ketenagakerjaan
No.Kep.22/DJPPK/V2008
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No: PER.03/Men/1982
Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
Pencegahan HIV, AIDS, dan Narkoba
Hasil Pengamatan Dampak yang dapat terjadi
• Tidak dilakukan skrining HIV dan • Pekerja perusahaan dapat merupakan pelaku
penggunaan NAPZA baik diawal penerimaan penyalahgunaan Narkoba dan
pegawai maupun secara berkala, sebagai
bentuk pemeriksaan standar pada pegawai membahayakan kesehatan pribadi, dan
yang bekerja. kinerja kerja pribadi.
• Tidak ada ketentuan maupun upaya khusus • Peredaran Narkoba di lingkungan kerja
yang diperlukan sebagai bentuk pencegahan dapat membahayakan kepercayaan
penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS konsumen, hasil produksi dan eksistensi
serta penggunaan NAPZA pada pegawai perusahaan.
perusahaan.
• Menurunnya kesehatan dan kinerja pekerja
• Terdapat resiko hazard psikososial yaitu beban yang terinfeksi HIV/AIDS memberi dampak
kerja yang dapat menjurus pada penggunaan
NAPZA terhadap produksi perusahaan.
• Penyebaran HIV/AIDS di tempat kerja besar
kemungkinan bisa terjadi.
Pencegahan HIV, AIDS, dan Narkoba
Standar Hukum
• Kepmenakertrans No. 68 Tahun 2004
• Permenakertrans No. PER11/MEN/VI/2005
Pemecahan Masalah
• Melakukan skrining HIV/AIDS dan Narkoba terhadap pekerja perusahaan baik sebagai persyaratan
kerja maupun dalam pemeriksaan kesehatan berkala dalam upaya penaggulangan HIV/AIDS dan
Narkoba yang dapat mempengaruhi ruang lingkup perusahaan.
• Membuat beberapa ketentuan khusus terkait pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba, serta sanksi tegas
terhadap pekerja yang didapatkan menderita HIV/AIDS, terutama merupakan penyalahgunaan Narkoba.
• Penyuluhan berkala tentang dampak HIV/AIDS dan Narkoba.
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
Permenakertrans No.2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Kerja

Tujuan ditujukan agar tenaga kerja yang diterima


pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan yang dilakukan oleh
berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi –
tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang
kesehatan awal dokter sebelum tenaga akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan
kerja diterima untuk
(sebelum kerja) melakukan pekerjaan
dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan
tenaga kerja lainnya dapat dijamin.

dimaksudkan untuk mempertahankan derajat


Pemeriksaan pemeriksaan kesehatan kesehatan tenaga kerja sesudah berada
kesehatan pada waktu – waktu
tertentu terhadap tenaga
dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh – pengaruh
berkala kerja yang dilakukan oleh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dokter. dikendalikan dengan usaha – usaha
(periodik) pencegahan.

Pemeriksaan pemeriksaan kesehaan dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh –


yang dilakukan oleh dokter pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
kesehatan secara khusus terhadap tenaga kerja atau golongan – golongan tenaga
khusus tenaga kerja tertentu. kerja tertentu.
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Anamnese Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan klinis
(interview) Kesehatan
• Sehat (tidak didapat kelainan) boleh bekerja
• Riwayat penyakit tentang tanpa syarat
• Pemeriksaan mental  Boleh bekerja berat
semua penyakit yang diderita
• Riwayat pekerjaan • Pemeriksaan Fisik  Boleh bekerja ringan
A • Kecelakaan yang pernah • Pemeriksaan  Boleh bekerja diberbagai bagian
• Menderita sakit/ada kelainan
W diderita Laboratorium  Boleh bekerja pada kondisi kerja tertentu, seperti :
AL • Umur • Pemeriksaan khusus kerja ringan saja
• Pendidikan  Ditolak untuk bekerja :
• Keadaan keluarga Ditolak permanen (tetap) atau di tolak sementara
menunggu proses pengobatan.

Anamnese Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan klinis
(interview) Kesehatan
B • Nama • Pemeriksaan mental • Sehat
K • Umur (gangguan mental dan • Sakit
E • Jenis Kelamin
A H penyakit jiwa) • Penyakit umum
R • Unit Kerja

T U • Lama kerja
Pemeriksaan fisik • Penyakit akibat kerja
K diagnostik • Diduga penyakit akibat kerja
A S • Gambarang tentang : yg
A dikerjakan, faktor – faktor • Jika ditemukan adanya penderita yang
U U
L bahaya di lingkungan kerja menderita sakit, khusus penyakit
S
A akibat kerja perlu diberikan saran –
saran pengendalian.
Unit Hasil Dampak yang dapat Upaya Standar/PP Pemecahan masalah
kerja Pengamatan terjadi perusahaan
Fasilitas PT Inti Bandung • PT WBI bertanggung Ada. Yaitu • PERMENAKER RI Memaksimalkan Kerjasama
pelayanan bekerjasama jawab atas kesehatan Menjalin NO.04/MEN/1987 Pelayanan Kesehatan
kesehatan dengan anak karyawan PT INTI. Kerjasama tentang panitia dengan PT WBI dan Biotest.
perusahaannya dengan PT Pembina keselamatan
yang bernama • PT WBI berfungsi sebagai WBI dan dan kesehatan kerja
BT WBI (Widya perlindungan kesehatan Biotest untuk serta tata cara
Bhakti Inti) yang untuk tenaga kerja dan Pemeriksaan penunjukan ahli
memiliki Klinik fungsi pelayanan Kesehatan keselamatan kerja.
Pratama dan kesehatan Awal, Berkala
Utama dan Khusus. • Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan
PT WBI Transmigrasi No:
bekerjasama PER.03/Men/1982
dengan Biotest Tentang Pelayanan
untuk Kesehatan Tenaga
pemeriksaan Kerja
Laboratorium
dan
Radiologinya
Kesesuaian Pekerja dengan Alat
Beberapa komponen
Sikap Dampak yang
Tahapan kerja yang diamati saat Saran
kerja dapat terjadi
bekerja
• Pressing 200 Berdiri • Tinggi landasan kerja • MSD • Pengadaan alat kerja yang
ton setinggi siku • NIHL sesuai dengan
• Flancing • gerakan berulang dan • Astenopia • Prinsip-prinsip ergonomi
• Footring memutar badan • Kecelakaan • Edukasi pekerja tentang
welding • Tidak ada pengukuran kerja ergonomi
• Handguard bising • Fame burn • Mengatur jam kerja
welding • Pencahayaan tampak
• Neckring kurang
welding • APD tidak lengkap
• Cyrcumferen
tial welding
Beberapa komponen
Sikap Dampak yang
Tahapan kerja yang diamati saat Saran
kerja dapat terjadi
bekerja

• Hydrostatic test Berdiri • Bak air terlalu rendah • MSD • Pengadaan alat kerja yang
Pencahayaan tanpak • Astenopia sesuai dengan
kurang • DKA • Prinsip-prinsip ergonomi
• APD tidak lengkap • Kecelakaan • Edukasi pekerja tentang
kerja ergonomi
• Mengatur jam kerja

• Shotblasting Berdiri • Gerakan berulang dan • MSD. • Edukasi pekerja tentang


memutar badan • Kecelakaan ergonomi
kerja • Mengatur jam kerja

• Pasang valve Berdiri • Gerakan berulang dan • MSD. • Pengadaan alat kerja yang
memutar badan • Kecelakaan sesuai dengan
• Jangkauan tabung jauh kerja • Prinsip-prinsip ergonomi
• Pecahayaan yang • Edukasi pekerja tentang
kurang ergonomi
• Mengatur jam kerja
Beberapa komponen
Sikap Dampak yang
Tahapan kerja kerja yang diamati saat dapat terjadi Saran
bekerja
• Leak test Duduk • Gerakan berulang dan • MSD • Pengadaan alat kerja yang
memutar badan • DKA sesuai dengan
• APD tidak lengkap • Kecelakaan • Prinsip-prinsip ergonomi
kerja • Edukasi pekerja tentang
ergonomi
• Mengatur jam kerja

• Numenator Duduk • Gerakan berulang • MSD. • Pengadaan alat kerja yang


• Pencahayaan kurang • Astenopia sesuai dengan
• Kecelakaan • Prinsip-prinsip ergonomi
kerja • Edukasi pekerja tentang
ergonomi
• Mengatur jam kerja
RULA DAN REBA
Permenaker no. 5 Tahun 2018, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
RULA merupakan alat untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko
postur, konstraksi otot statis, gerakan repetitive, dan gaya yang • REBA mendeteksi postur kerja yang berisiko dan melakukan perbaikan
digunakan untuk suatu pekerjaan tertentu. sesegera mungkin.
• REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini
memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan
dan pengukuran tanpa. biaya peralatan tambahan.
• Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa
mengganggu pekerja.
Prinsip Ergonomi : Mempertahankan Postur
Netral Tubuh
    Wrist
Upper Lower
1 2 3 4

RUL
Arm Arm
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2


A
Step 1
 
1
1

3
1

2
2

3
2

2
2

3
2

3
3

3
3

4
3

4
– Dari pengamatan kami upper arm pekerja berada   1 2 2 2 3 3 3 4 4
pada posisi 20-40o sehingga mendapat nilai +2 2
2 2 2 2 3 3 3 4 4
■ Step 2 3 2 3 3 3 3 4 4 5

– Dari pengamatan kami lower arm 60◦-100o sehingga   1 2 3 3 3 4 4 5 5


mendapat nilai +1 3
2 2 3 3 3 4 4 5 5

■ Step 3 3 2 3 3 4 4 4 5 5

  1 3 4 4 4 4 4 5 5
– untuk mencukur pekerja harus memmbungkuk dengan 4
posisi wrist 15◦, posisi ini bernilai +3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 3 4 4 5 5 5 6 6
■ Step 4
  1 5 5 5 5 5 6 6 6
– Posisi wrist twist bengkok, sehingga bernilai +2 5
2 5 6 6 6 6 7 7 7

■ Step 5 3 6 6 6 7 7 7 7 8

– Dengan mengevaluasi hasil dari step 1-4 pada tabel A   1 7 7 7 7 7 8 8 9


6
didapat nilai  2-1-3-2 hasilnya adalah 3 2 7 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9
■ Step 6
– Dalam pekerjaannya pegawai memerlukan sedikit kerja otot, karena
memegang elpiji seberat 3kg ini dilakukan dengan gerakan lebih dari 4x
dalam 1 menit, maka step ini bernilai +1.
■ Step 7
Trunk Postur Score
– Pegawai tidak mengangkat beban yang berat, lebih dari 4.4lbs namun
kurang dari 22 lbs sehingga mendapat nilai +2   1 2 3 4 5 6
 
■ Step 8 Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck
– Dengan menambahkan nilai pada step 6 dan step 7 pada nilai di step 5,
didapat wrist and arm score sebesar 6. (ROW C) 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
■ Step 9 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
– Posisi pencukuran lebih tinggi dari meja, sehingga pekerja harus
menunduk dengan posisi neck saat pegawai ingin mencukur topi berada 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
pada 20◦, maka nilai di step ini +3 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
■ Step 10 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
– Posisi trunk pegawai berada pada 40◦, karena saat pegawai harus
menunduk sangat rendah. Maka nilai di step ini +3 dan side bending +1,
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
maka +4 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
■ Step 11
– Pegawai bekerja dalam posisi duduk tanpa topangan apapun. Step ini
bernilai +2
■ Step 12
– Dengan mengevaluasi hasil dari step 9-11 pada Table B nilai 6
■ Step 13
`
– Dalam pekerjaannya pegawai memerlukan
4x pengulangan postur per menit. 10 menit,
v
maka step ini bernilai +1

■ Step 14
– Pegawai mengangkat gas elpiji seberat lebih
dari 4.4lbs kurang dari 22 lbs secara
berulang . Maka nilai di step ini +2
 
■ Step 15
– Dengan menambahkan nilai pada step 12
-14 , didapat neck, trunk, and leg score
sebesar 9

Hasil akhir: Score yang didapat untuk system ini adalah 7 dimana sistem ini beresiko
tinggi serta perlu dilakukan tindakan sekarang juga
■ Step1

REBA
– Dari pengamatan yang kami lakukan, pegawai
melakukan seluruh kegiatan kerjanya dengan
posisi leher 20◦, saat itu juga posisi leher juga
bergerak ke arah kanan ataupun kiri, maka
step ini kami beri nilai +2
■ Step 2
– Pegawai berada pada posisi sedikit
membungkuk. Maka untuk kegiatan ini kami
beri nilai +2
■ Step 3
– Posisi kaki berada pada 90◦, maka step ini kami
berinilai +1
■ Step 4
– Dengan mengevaluasi hasil dari step 1-3, maka
nilai yang didapatkan pada step ini adalah 3
■ Step 5
– Beban yang diangkat saat mencukur topi tidak
berat, sekitar <5kg. maka nilai di step ini sebesar 0
■ Step 6
– Jumlah nilai di step 4 dan 5 sebesar 3 (SKOR A) .
Nilai disimpan untuk kemudian dievaluasi di tabel
C.
■ Step 7
– Pekerja mengangkat beban dengan posisi upper
arm membentuk sudut 20o-45o sehingga nilai untuk
step ini +2.
■ Step 8
– Pekerja mengangkat beban dengan posisi lower
arm membentuk sudut 60o-
100 o , maka nilai di step ini sebesar +1.
■ Step 9
– Posisi pergelangan tangan pekerja berada pada
posisi 15◦+, maka nilai pada step ini sebesar +2.
■ Step 10
– Dengan menggunakan Tabel B dari hasil score
pada step 7-9 maka nilainya adalah 2 (SKOR B).
■ Step 11
– Pekerja memegang
beban baik, maka
nilai untuk step ini
adalah +0
■ Step 12
– Jumlah score untuk
step 10 dan 11 adalah
2. Maka nilai untuk
analisis lengan dan
pergelangan adalah
3. Dengan
membandingkan
dengan score A,
didapat nilai dari tabel
C sebesar 4.
■ Step 13
– Pekerja melakukan melakukan gerakan yang sama lebih dari 4x/menit, dan mengubah
postur tubuh, maka nilai aktivitas yang diperoleh adalah +1.
■ Hasil akhir : 4+1= 5 maka termasuk sebagai kategori sedang dan perlu adanya tindakan.

Level Tindakan /evaluasi lebih


Skor REBA Level Resiko
Tindakan lanjut

1 dapat diabaikan 0 tidak perlu tindakan


2-3 rendah 1 mungkin diperlukan tindakan
4-7 sedang 2 perlu tindakan
8-10 tinggi 3 perlu tindakan secepatnya
11-15 sangat tinggi 4 perlu tindakan sekarang juga
Program pemenuhan gizi pekerja,kantin atau ruang makan

Hasil • kantin dan ruang makan wajib


tersedia dikarenakan karyawan
> 200 orang berdasarkan

observas company profile.


• Program Gizi, Kantin, dan
Ruang Makan pada perusahaan
PT INTI telah berjalan dengan

i baik

• Perlu adanya pemeriksaan


berkala untuk memastikan
kesehatan penyaji makanan
• Memastikan kriteria dapur dan

Saran ruang makan yang bersih dan


sehat selalu terpenuhi
• Memastikan perhitungan
pemberian gizi/nutrisi sebelum
dikonsumsi kepada pekerja /
karyawan
Sepuluh Penyakit Tersering di Perusahaan

Luka bakar
NIHL Dehidrasi
ringan

Corpus alienum
Low Back Pain Myalgia
pada mata

Vena Varicose /
Dermatitis
Chronic Venous Tendinitis
Kontak Iritan
Insufisiency

CTS
Bising • Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

• Luka bakar ringan, dehidrasi, corpus alienum pada bagian


Akibat Welding (las) & panas
mata

Akibat mengangkat beban • Low back pain, myalgia

Berdiri terlalu lama • Vena varicose/ Chronic Venous Insufisiency

Pengecatan • Dermatitis Kontak Iritan

Gerakan berulang • Tendinitis

Hand twisting pada saat foot •


CTS
&Hand guard welding
Penyakit Akibat Kerja

• Occupational Lung Diseasse: Silicosis, Lung cancer, Asthma


• Musculo Sceletal Disease: CTS, LBP, HNP
• Traumatic injuries: Photo maculophaty, Raynauld Disease
• Cancer : Basal Cell Carcinoma
• Cardiovascular diseases : Hipertensi, Coronary artery disease, MCI, Varices
• Neurotoxic disorder : Peripheral neuropati
Penyakit Akibat • Noice Induce Hearing Lose (NIHL)
• Dermatological Condition : Dermatitis
Kerja yang dapat • Psychological disorder : Neurosis, Anxiety
• Renal Disesase : Chronic Renal Disease
terjadi

• Dislipin dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), baik Face Shield, Masker, Sarung tangan, Kacamata antiradiasi,
Pelindung kepala
• Menjalankan tugas dengan prinsip ergonomi
• Rutin mengadakan Medical Check Up
Pemecahan • Rutin melakukan pemeriksaan terhadap lingkungan kerja dan alat produksi untuk minimalisir faktor bahaya
• Sosialisasi rutin tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawan
masalah untuk
mengurangi PAK
PERSONIL KESEHATAN
HASIL DAMPAK YANG UPAYA PEMECAHAN
DASAR HUKUM
PENGAMATAN TERJADI PERUSAHAAN MASALAH
• Terdapat unit • Jika • Perusahaan
• Peraturan Menteri • Perusahaan sudah
pelayanan dibutuhkan dalam
kesehatan di pelayanan pengadaan Tenaga Kerja no. memiliki unit
perusahaan kesehatan → pelayanan Per 03/Men/1982 pelayanan
(berupa penanganan maupun tentang Pelayan kesehatan
kerjasama cepat tenaga
dengan klinik dilakukan kesehatan
Kesehatan Kerja diperusahaan,
Widya Bhakti) sudah • Peraturan Menteri sehingga
memadai, Tenaga Kerja no. diharapkan dapat
sehingga Per 02/Men/1992 memberikan
dapat
meningkatkan tentang tata cara pelayanan kepada
pelayanan penunjukan ahli para pekerja.
kesehatan kesehatan dan
para pekerja keselamatan kerja
Sumber : Permenaker 02/1992
Sumber : Permenaker 02/1992
Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per 03/Men/1982
Kesimpulan dan Saran

• Belum terdapat fasilitasinya pelayanan kesehatan


Kesimpula (klinik perusahaan) beserta personil kesehatan terlatih
• Kesesuaian pekerja dengan alat belum memadai
n • Belum ada program pencegahan HIV/AIDS dan
Narkoba serta program gizi

• Perusahaan harus mengadakan pelayanan kesehatan


tetap dalam perusahaan
• Mengevaluasi prinsip ergonomi pekerja secara berkala
Saran dan mengatasi masalahnya.
• Perusahaan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS
dan pencegahan penyalahgunaan narkoba serta
penyediaan gizi yang sesuai dengan para pekerja

Anda mungkin juga menyukai