Anda di halaman 1dari 24

Kajian Studi Kasus

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)


17 Juli 2020
Kelompok E

“ERGONOMI”

dr. Fidyah Pratiwi dr. M. Rio Irawan


dr. Fitri Ariyanti dr. Mangasa Situmorang
dr. Fitria dr. Margarethy Iryane Namare
dr. Hedy Ivone Salamor dr. Maria Anna Sihombing
dr. Ihsanul Fikri dr. Maykel Sondak
dr. Irene Oinike dr. Miftau Rahman Taufik
dr. Irnawanti dr. Muhamad Wartono
dr. M. Arif Sahputra dr. Muhammad Agung Prawira
dr. Patricia Chikita Oktaviani Citro
PROFIL PERUSAHAAN PT. INTI (PERSERO)

• Nama Perusahaan : PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)


• Alamat Kantor Pusat : JL. Mohammad Toha No. 77 Bandung 40253 Jawa
Barat, Indonesia
• Jumlah Pekerja : ±700 orang
• Sektor Usaha. : Kabel Serat Optik, Smart Energi Devices, dan Tabung
Liquid Petroleum Gas (LPG) Composite, Broadband dan Smart Energi, kartu
cerdas, dan genuine product
• Jam Kerja: Produksi dalam dua shift, durasi tidak diketahui
• Sertifikat: ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, OHSAS 18001:2007, CIQS
2000:2009 dan SMK3
• Asuransi: BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
• Dokter Perusahaan : Berafiliasi dengan PT. Widya Bhakti Inti berupa Klinik
Pratama Widya Bakti Inti dan Klinik Utama Widya Medika meliputi dokter umum,
dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dan layanan farmasi
ALUR PRODUKSI
Pressing (200 Ton
& 250 Ton)
Neckring Welding

Flaneling
Circumferential
Welding Pasang Valve

Footring Welding
Hydrostatic test
Leak Test

Handguard Welding
Shot blasting / Cat
Numerator
Hasil pengamatan Upaya Perusahaan
• Adanya fasilitas Kesehatan tingkat • Sudah sesuai dan cukup baik
pertama di sayap kanan gedung PT Inti
yang dikelola PT Widya Bhakti Inti Standar
berupa Klinik Pratama Widya Bakti Inti
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
meliputi dokter umum, dokter gigi,
INDONESIA NO 88 TAHUN 2OI9
layanan farmasi, BPJS Kesehatan dan
TENTANG KESEHATAN KERJA
ketenagakerjaan
• Untuk fasilitas Kesehatan tingkat lanjut
ada Klinik Utama Widya Medika yang Saran
memiliki fasilitas dokter spesialis anak, • Terus mempertahankan kualitas fasilitas
dan dokter penyakit dalam pelayanan kesehatan

FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
Program kesehatan (promotif,preventif,kuratif, dan rehabilitatif)
Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat Upaya Standar/PP Pemecahan masalah
terjadi perusahaan
Program Promotif: Risiko meningkatnya Sudah ada • Keputusan Direktur Jendral • Perusahaan memberikan pembinaan kesehatan
kesehatan Sudah adanya kecelakaan kerja dan Pembinaan Pengawasan kerja kepada tenaga kerja minimal setiap dua sampai
  kegiatan promosi penyakit akibat kerja Ketenagakerjaan tiga bulan sekali.
Kesehatan yang No.Kep.22/DJPPK/V/2008 • Melakukan promosi kesehatan di tempat kerja
berjalan • Peraturan Menteri Tenaga Kerja dengan menyediakan media poster dan video
Kurang sadarnya Dan Transmigrasi No:
pekerja tentang PER.03/Men/1982 Tentang
penerapan Pelayanan Kesehatan Tenaga
ergonomik kerja Kerja

Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat Upaya Standar/PP Pemecahan masalah
terjadi perusahaan
Program Preventif: • Dapat terjadi Ada • Peraturan menteri tenaga kerja • perusahaan bekerja sama dengan klinik perusahaan
kesehatan • Sudah dilakukan kecelakaan kerja dan transmigrasi no. melakukan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja
  pemeriksaan ataupun penyakit Per.02/men/1980 tentang sebelum memulai berkerja dan secara berkala
kesehatan kerja akibat kerja pemeriksaan kesehatan tenaga minimal sekali setahun dan memastikan pekerja fit to
• Tersedia dokter diperusahaan akibat kerja dalam penyelenggaraan work
perusahaan yang APD yang tidak keselamatan kerja. • perusahaan menegaskan SOP penggunaan APD
melakukan lengkap • Keputusan Direktur Jendral bagi para karyawan.
penilaian terhadap Pembinaan Pengawasan
factor risiko Ketenagakerjaan
kesehatan No.Kep.22/DJPPK/V/2008
ditempat kerja • Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(health hazard risk Dan Transmigrasi No:
assessment) PER.03/Men/1982 Tentang
• Penggunaan APD Pelayanan Kesehatan Tenaga
kurang sesuai Kerja
Program kesehatan (promotif,preventif,kuratif, dan rehabilitatif)

Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat Upaya Standar/PP Pemecahan masalah
terjadi perusahaan
Program Kuratif: Bila tidak ada  Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan • Perusahaan memastikan
kesehatan Jika terdapat pekerja yang mengalami sakit tersedianya fasilitas Transmigrasi No: PER.03/Men/1982 Tentang tersedianya dokter perusahaan
  ringan maupun kecelakaan kerja yang ringan prasarana dan Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja maupun paramedis perusahaan
dapat diobat dengan sarana P3K yang tenaga Kesehatan yang stand-by ditempat kerja atau
tersedia di perusahaan ataupun ke klinik yang baik maka klinik perusahaan agar setiap
perusahaan penyakit yang di pekerja yang sakit dapat segera
Bila ada sakit atau kecelakaan kerja yang lebih alami akan terlambat ditangani.
berat dan tidak dapat ditangani menggunakan ditangani dan dapat
sarana yang tersedia dapat diberikan mempengaruhi
pengobatan di klinik perusahaan. prognosis

Unit kerja Hasil pengamatan Dampak yang dapat Upaya Standar/PP Pemecahan masalah
terjadi perusahaan
Program Rehabilitatif: Pekerja yang Belum ada • Peraturan pemerintah No.43 tahun 1998 Perusahaan menyediakan program
kesehatan Perusahaan belum menyediakan program mengalami tentang upaya peningkatan kesejahteraan rehabilitasi bagi para pekerja yang
  rehabilitasi untuk para pekerja yang kecelakaan kerja sosial penyandang cacat. mengalami kecelakaan kerja atau
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit atau penyakit akibat • Keputusan Direktur Jendral Pembinaan penyakit akibat kerja.
akibat kerja. kerja tidak dapat Pengawasan Ketenagakerjaan
kembali bekerja ke No.Kep.22/DJPPK/V2008
pekerjaan semula • Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
secara optimal. Transmigrasi No: PER.03/Men/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
HASIL PENGAMATAN PEMECAHAN MASALAH
• Perusahaan tidak melakukan promosi pencegahan dalam bentuk • Perusahaan harus mempunyai kebijakan secara
penyuluhan maupun media, mengenai HIV/AIDS dan narkoba
• Tidak ada kebijakan secara tertulis untuk menerapkan pencegahan
tertulis mengenai HIV/AIDS dan narkoba
HIV/AIDS dan narkoba di perusahaan • Perusahaan harus mempunyai jadwal penyuluhan
• kurangnya pemberian informasi mengenai testing dan konseling berkala minimal 1 bulan sekali
secara sukarela
DAMPAK YANG TERJADI
• Memperbanyak poster edukatif mengenai HIV/AIDS
• Produktivitas kinerja menurun, akibat penyakit yang terlambat terdeteksi dan narkoba
• Tidak ada kepedulian mengenai HIV/AIDS karna tidak ada kebijakan DASAR HUKUM
secara tertulis
• Kurangnya pemahaman terhadap dampak HIV/AIDS dan narkoba
• KEPMENNAKERTRANS NO. KEP.
karena tidak adanya program penyuluhan 68/MEN/IV/2004
• Penyalahgunaan narkoba ditempat kerja • PERMENAKERTRANS NO. PER. 11/MEN.V1/2005
• Kemungkinan terjadi transaksi jual beli atau edaran narkoba

PENCEGAHAN HIV/AIDS & NARKOBA


PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya
Hasil pengamatan Dampak yang dapat terjadi Standar/PP Pemecahan masalah
perusahaan
PEMERIKSAAN • Perusahaan sudah • Tidak diketahuinya fungsi Belum ada Permenakertrans No. per Perusahaan perlu
KESEHATAN melakukan kerjasama pendengaran sejak awal masuk 02/Men/1980 menambahkan pemeriksaan
AWAL dengan PT. Widya perusahaan, sedangkan pada audiometri
Bhakti Inti untuk pekerjaan pembuatan LPG
melakukan terdapat potensi bahaya berupa
pemeriksaan kesehatan kebisingan saat dilakukan
awal pada setiap calon pengelasan
tenaga kerja yang
melamar pekerjaan ke
perusahaan.
• Pemeriksaan kesehatan
awal yang dilakukan
berupa Pemeriksaan
fisik, Pemeriksaan
darah dan urin,
Rontgen, EKG, dan
pemeriksaan mata,
namun tidak dilakukan
pemeriksaan
audiometri
PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya
Hasil pengamatan Dampak yang dapat terjadi Standar/PP Pemecahan masalah
perusahaan
PEMERIKSA • PT. Widya Bhakti Inti • Tidak diketahuinya fungsi Belum ada • Permenakertrans No. per • Perusahaan perlu
AN melakukan pemeriksaan pendengaran para pekerja yang 02/Men/1980 menambahkan
KESEHATAN kesehatan berkala setiap 1 kali telah lama bekerja di perusahaan pemeriksaan audiometri
BERKALA dalam setahun.
• Prinsip pemeriksaan
kesehatan berkala sama
dengan pemeriksaan
kesehatan awal.
• Pada pemeriksaan juga belum
dilakukan pemeriksaan
audimetri

Upaya
Hasil pengamatan Dampak yang dapat terjadi Standar/PP Pemecahan masalah
perusahaan
PEMERIKSAAN • PT. Widya Bhakti Inti - - • Permenakertrans No. per -
KESEHATAN sudah melakukan 02/Men/1980
KHUSUS pemeriksaan kesehatan
khusus terhadap tenaga
kerja tertentu apabila
dinilai membawa
pengaruh dari
pekerjaan tersebut
PT. WIDYA BHAKTI INTI

PEMERIKSAAN DARAH DAN URIN PEMERIKSAAN FISIK

EKG RONTGEN PEMERIKSAAN MATA


Kesesuaian Pekerja dengan Alat - Temuan

1. Terdapat beberapa alat


yang posisinya kurang
tinggi, sehingga pekerja
harus membungkuk

2. Tidak seluruh pekerja


mendapatkan kursi,
hanya pada bagian
testing saja
Kesesuaian Penggunaan APD

• Sebagian
besar pekerja
menggunakan
APD yang
sesuai,
termasuk
goggles dan
sarung tangan
Temuan Awkward Postures
RULA REBA
• Rapid Upper Limb Assessment (RULA) • REBA merupakan metode yang digunakan untuk
merupakan suatu metode penelitian untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh.
menginvestigasi gangguan pada anggota • Metode ini mengevaluasi pekerjaan atau
aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki
badan bagian atas.
kecenderungan menimbulkan ketidaknyamanan
• Metode ini mengukur tingkatan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung,
beban muskuloskeletal di dalam sebuah lengan, dan sebagainya.
pekerjaan yang memiliki risiko pada • Metode ini mengevaluasi pekerjaan dengan
bagian tubuh dari perut hingga leher atau memberikan nilai/score pada 5 aktivitas level
anggota badan bagian atas. yang berbeda. 

Penilaian RULA & REBA


Asesmen RULA
+2
pada Pekerja
+2

+2 +2

+2

+3
+1
3 2

+1 +1 Didapatkan Final Score


5 = Further investigation
+1 +1 & change soon

5 5 4
Asesmen
123456 Shotblasting
Tn. X Pembuatan LPG
1 REBA pada
1 Pekerja
2
2
(Shotblasting)
1

1
3 0 2

2
2
Didapatkan Final
2 Score 3 = Mungkin
Diperlukan
Tindakan
+1 2 +3
• UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
• Pemenaker No. 05 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja
• Permenakertrans No. 03/Men/1982
• Kepmenakertrans No.224/Men/2003 tentang Kewajiban pengusaha yang meperkerjakan pekerja/ buruh perempuan antara
pukul 23.00 s/d 07.00
• Kepmenakertrans No.102/Men/VI/2004 tentang Waktukerja dan upah kerja lembur
• SE Menakertrans No.01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
• SE Dirjen Binawas No. 86/BW/ 1989 tentang Perusahaan Catering yang Mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja
• Instruksi Menaker No. Ins. 01/Men/1988 tentang Peningkatan Pengawasan dan Penertiban terhadap Pengadaan Kantin dan
Toilet di Perusahaan
• Instruksi Menaker No. Ins. 03/Men/1999 tentang Pengawasan terhadap Pengelolaan Makan di Tempat Kerja
• Permenkes No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga
• Peraturan Bersama Meneg Pemberdayaan Perempuan, Menakertrans, dan Menkes No.48/Men.P/XII/2008,
Per.27/Men/XII/2008, dan 1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di
Tempat Kerja
• Permenkes No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu

Program Gizi Kerja, Kantin dan Ruang Makan


Dasar Hukum yang Terkait
Hasil Observasi Saran
• Wajib adanya kantin dan ruang makan
• Perlu adanya pemeriksaan berkala
untuk memastikan food handler sehat
karena karyawan > 200 orang
• Memastikan kriteria dapur dan ruang
berdasarkan company profile. makan yang bersih dan sehat selalu
• Program Gizi, Kantin, dan Ruang
terpenuhi
• Memastikan perhitungan pemberian
Makan bagi pekerja pada perusahaan gizi/nutrisi sebelum memberikan
PT INTI sudah berjalan dengan baik konsumsi kepada pekerja / karyawan

Program Gizi Kerja, Kantin dan


Ruang Makan (2)
PENYAKIT TERSERING DI
PERUSAHAAN
PT. INTI berafiliasi dengan PT. Widya Bhakti Inti untuk melayani pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja nya.
Dalam studi kasus ini tidak disebutkan data pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK), sehingga tidak dapat disimpulkan
10 penyakit tersering di perusahaan. Namun, dapat diperkirakan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada
perusahaan ini :

Akibat bising : NIHL

FAKTOR FISIK


Akibat Vibrasi alat press : CTS, Raynoud syndrome, hand arm vibration syndrome

Radiasi dari cahaya pengelasan  keratitis, konjungtivitis, katarak

Suhu panas dr neckring welding  luka bakar

debu logam  terhirup secara inhalasi  pneumonia

FAKTOR KIMIA


Metal fume fever

Cat  dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, kerusakan SSP, kerusakan hati dan ginjal

parkinsonism akibat zat mangan


Tata letak mesin  mempengaruhi posisi kerja  berdiri lama varises
FAKTOR ERGONOMI ●


Angkat beban berat karena bahan logam  myalgia, HNP, CTS, radikulopati
Hand twisting saat proses footring welding  sprain, strain, CTS, wrist injury, tendonitis
Penyakit Akibat Kerja dari Faktor Ergonomi

Resiko terjadi frozen shoulder pada pekerja saat proses pressing, gerakan berulang menggunakan
Frozen Shoulder Syndrome satu tangan.

Terjadi inflamasi pada kapsul sendi


Gerakan pengulangan, yaitu mengangkat tabung terus menerus, resiko
Tendinitis
pekerja pada proses welding dan hidrostatik test.


Degenarative Discus Servikalis -> Proses kronik pada leher
Strain Leher ●
Postural Strain -> Proses nyeri akut leher karena menunduk terus menerus, resiko pada proses
pressing, weldering dan leak test, posisi kursi tidak ergonomis, sehingga pekerja harus menunduk.


Posisi kerja tidak ergonomis
LBP ●
Pada proses pressing, pekerja harus berulang kali meletakkan barang dengan posisi setengah
membungkuk.
Saran Pemecahan Masalah Dasar Hukum
• Pekerja dengan posisi berdiri yang lama dibatasi Perpres No. 7 tahun 2019, :
jam kerjanya atau diberikan kursi agar sewaktu-
waktu pekerja bisa duduk untuk istirahat sebentar
• Pekerja yang duduk diberikan kursi yang
ergonomis
• Menimalisir pekerjaan yang membuat pekerja
melakukan awkward position baik dengan
eliminasi atau dibantu dengan alat
• Mengedukasi pekerja tentang postur kerja yang
baik dan ergonomis
Hasil Pengamatan & Saran Untuk
Sarana P3K

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG
Hasil Pengamatan PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA
• Perusahaan ini sudah menyediakan Fasilitas P3K yang N FASILITAS STANDAR
O P3K
memadai dan sesuai dengan standar (Kotak P3K
beserta isinya, alat evakuasi dan penyelamat (tandu dll) 1 Kotak P3K Jenis, jumlah dan Isi kotak P3K sesuai dgn jumlah pekerja/buruh
.
• Tersedia ruangan dan petugas khusus P3K yang sudah
dilatih 2 Ruang P3K Wajib ada ruang P3K dalam hal mempekerjakan pekerja/buruh
. 100 orang atau lebih; kurang dari 100 orang dengan potensi
Saran bahaya tinggi
• Sarana P3K yang sudah ada perlu dimonitoring dan
3 Alat Terdapat tandu/alat lain untuk memindahkan korban dan
dipertahankan dalam kondisi siap pakai . Evakuasi & ambulance /kendaraan untuk transportasi
• Perlu adanya simulasi pertolongan pertama pada kasus Transporta
kecelakaan kerja untuk merespon kesiapan dan si
kesigapan petugas serta pekerja
4 Petugas Terdapat jumlah Petugas P3K sesuai klasifikasi tempat kerja &
. P3K jumlah pekerja/buruh yang telah terlatih
PERSONIL KESEHATAN
HASIL DAMPAK
PENGAM YANG DASAR PEMBA
ATAN TERJADI HUKUM HASAN
Perusahaan sudah

Adanya fasilitas
● Perusahaan terus

menyediakan personil ●
Peraturan Menteri Tenaga Kerja mempertahankan menyediakan
pelayanan kesehatan no. Per 03/Men/1982 tentang
Kesehatan yang cukup yang memadai → sarana dan prasarana pelayanan
Pelayan Kesehatan Kerja
dan memberikan kesehatan, termasuk dokter dan
pelayanan promosi, penanganan keluhan ●
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
paramedis di perusahaan yang
lebih cepat  no. Per 02/Men/1992 tentang
preventif, kuratid dan tata cara penunjukan ahli sesuai dengan standar dan
rehabilitasi bagi produktivitas pekerja kesehatan dan keselamatan kerja peraturan Menteri Tenaga
karyawannya tidak terganggu Kerja
Kesimpulan Saran
• Fasilitas pelayanan Kesehatan, program • Memberikan penyuluhan secara berkala
Kesehatan, pemeriksaan Kesehatan, program tentang prinsip kerja yang ergonomi
pemenuhan gizi pekerja, kantin atau ruang
makan, sarana P3K dan personil Kesehatan • Meningkatkan kesesuaian alat dengan
pada PT INTi Persero sudah berjalan dengan pekerja untuk menghindari awkward
cukup baik position
• Masih kurangnya informasi tentang pencegahan • Perusahaan menggiatkan promosi
HIV AIDS dan Narkoba di PT INTI Persero pencegahan HIV AIDS dan narkoba di
• Adanya potensi penyakit akibat kerja yang lingkungan kerja
terjadi pada pekerja di PT INTI Persero yang • Membatasi jam kerja pada pekerja yang
diakibatkan ketidaksesuaian pekerja dengan
tetap harus bekerja dengan awkward
alat dan tidak ergonomisnya pekerja dalam
bekerja position

Anda mungkin juga menyukai