1
BAB I
PENDAHULUAN
2
psikosensoral pada pemakaian instrumen, mencegah informasi yang tidak
diperlukan, dan menempatkan pekerja pada pekerjaan yang sesuai. Semua upaya
menciptakan kondisi optimal tersebut merupakan penerapan dari aspek ergonomi
dan kesehatan kerja.
3
O. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
P. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja
4
yang telah ada di pasar Indonesia sejak lama dan telah memiliki konter terbanyak
(produk dekoratif, make up dasar, perawatan wajah, perawatan tubuh, perawatan
rambut, dan jamu), Biokos (produk perawatan wajah anti aging), Caring Colours
(produk dekoratif, make up dasar), Belia (splash cologne untuk remaja), Berto Tea,
Dewi Sri Spa (produk spa holistik), Professional Artist Makeup (PAC) (produk
dekoratif dan make up dasar), Jamu Garden (produk jamu, perawatan wajah,
perawatan tubuh, dan kesehatan), Mirabella (produk dekoratif), dan Rudy
Hadisuwarno Cosmetics (produk perawatan rambut) yang berada di bawah lisensi
Organisasi Rudy Hadisuwarno.
Selain itu, Eastern Garden Spa, Martha Tilaar Salon and Day Spa, dan Dewi
Sri Spa adalah beberapa produk pelayanan Martha Tilaar Group yang merupakan
rantai waralaba perawatan kecantikan dan spa dengan konsep tradisional Indonesia
yaitu Rupasampat Wahyabiantara, yang mendapat pengaruh dari ritual kecantikan
dan kesehatan kuno bangsa China dan India. Melalui pendekatan ini, Martha Tilaar
Group berupaya mengarahkan tren dunia kecantikan menuju kecantikan berbasis
alam (back to nature) dan kebudayaan Timur. Martha Tilaar Group juga memiliki
pusat pelatihan kecantikan profesional, yaitu Puspita Martha Beauty School, Bali
Sari Spa Training Center, dan Cipta Busana Martha yang memasarkan pakaian
tradisional Indonesia.
5
I.3.2 Visi
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan
kecantikan dan industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui
teknologi modern, penelitian dan pengembangan untuk mengoptimalkan
nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya.
I.3.3 Misi
1. Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk
perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar
kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai
segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat
tiga besar di setiap segmen di Indonesia.
6
2. Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua
pelanggan dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan
perdagangan.
3. Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang
berkelanjutan.
4. Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang
kompeten dan produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan.
5. Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem,
dan teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis.
6. Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk
kepentingan semua stakeholder.
7. Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk pemegang
saham.
8. Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal
dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus
jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek.
Saat ini PT. Martina Berto Tbk. merupakan perusahaan kosmetik yang menguasai
pangsa pasar 95% di Indonesia dan 4-5% pangsa pasar luar negeri.
7
I.3.5 Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha utama Perseroan, yaitu:
1) Memproduksi barang-barang kosmetika dan obat tradisional (jamu);
2) Pemasaran dan perdagangan barang-barang kosmetika, perawatan
kecantikan dan obat tradisional.
Kegiatan usaha penunjang (dilakukan oleh anak perusahaan), yaitu:
1) PT. Cedefindo, yaitu jasa produksi atau makloon dalam produk
kosmetika kering, semi padat, cair dan aerosol, termasuk jasa
formulasi, registrasi, pengadaan bahan baku/kemas, proses produksi,
pengemasan sampai logistik secara one stop service bagi internal
Martha Tilaar Group maupun ekstenal dari perusahaan-perusahaan
lainnya. Cedefindo berdomisili di Bekasi dan berkedudukan di Graha
Cedefindo, Jl, Raya Narogong km.4, Bekasi Timur 17116.
2) Eastern Beautypelago Pte Limited (“EB”), yaitu anak perusahaan
yang berkedudukan di Singapore yang dibentuk untuk
mengembangkan pasar ekspor Perseroan, serta mengelola dan
mengembangkan Martha Tilaar Shop (MTS), yaitu unit retail milik
Perseroan di luar negeri. EB berdomisili di Singapore dan beralamat
di 1 RafflesPlace #44-02, Singapore 048616.
8
I.3.7 Jenis Produksi Kosmetik
Perseroan dan anak perusahaan memiliki fasilitas produksi yang
terbagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1) Kosmetika cair, termasuk di dalamnya cairan pembersih muka,
pelembab, toner, alas bedak, body splash cologne, hair spray, dan
produk cair lainnya;
2) Kosmetika kering, termasuk di dalamnya eye shadow, blush on, loose
powder dan compact powder dan produk kering lainnya;
3) Kosmetika semi padat, termasuk didalamnya lipstik, creamy
foundation, dan lain-lain;
4) Obat Tradisional, termasuk di dalamnya masker, mangir, lulur, dan
teh herbal.
Selain pembagian kategori produk berdasarkan proses produksi,
Perseroan membagi produk-produk yang dimilikinya berdasarkan kategori
produk, yaitu: colour cosmetic, skin care, body care, hair care, jamu (obat
tradisional), dan lain-lain. Brand produk PT. Martina Berto Tbk antara lain:
1) PAC (Professional Artist Cosmetics) Martha Tilaar
2) Dewi Sri Spa Martha Tilaar
3) Sariayu Martha Tilaar
4) Caring Colours Martha Tilaar
5) Belia Martha Tilaar
6) Rudy Hadisuwarno Cosmetics
7) Biokos Martha Tilaar
8) Mirabella
9) Cempaka
10) Solusi
9
I.3.9 Jaminan Asuransi Kesehatan
Karyawan tetap : BPJS Kesehatan
Karyawan kontrak : BPJS Kesehatan.
Rumah sakit rujukan PT. Martindo adalah Rumah Sakit Jayakarta dan RS
Antam bila terjadi kecelakaan kerja yang tidak dapat ditangani di klinik
perusahaan
10
I.4 Landasan Teori
I.4.1 ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja ( ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah
seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional. Pendekatan
ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan lingkungan yang
bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat dan
nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa hal
yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban
kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja.
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
Menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
11
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take
dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
12
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya.
13
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian
gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang
setinggi – tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal.Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
14
1.4.3. P3K
1.4.3.1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan
perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan
yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut
bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa
pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang
awam) yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat
dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau
penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan
P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan
menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus
tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih
lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
15
1. Cari keterangan penyebab kecelakaan
2. Amankan korban dari tempat berbahaya
3. Perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan
kesadaran.
4. Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5. Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita melakukan
tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru
kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam keadaan terancam
jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa
terselamatkan.
1.4.3.4. Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan
yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat
serta infeksi.
Kegunaan pembalutan adalah:
1. Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
2. Melakukan tekanan
3. Mengurangi atau mencegah pembengkakan
4. Membatasi pergerakan
5. Mengikatkan bidai.
Macam-macam pembalutan:
1. Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori),
kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong
lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-
masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.
2. Pembalut Plester
16
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi
paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit),
Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
3. Pembalut Pita Gulung.
4. Pembalut Cepat.
5. Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.
1.4.3.7. Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi)
tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang
yang patah. Syarat pemasangan bidai:
1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3. Bidai dibungkus agar empuk.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
17
4. Bantal, guling, selimut
18
4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
19
BAB II
PELAKSANAAN
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN
21
mencegah penyakit pada Permenaker no.3 tahun 1982. PT. Martina
Berto Tbk. mengharuskan dilakukannya pemeriksaan kesehatan awal
untuk mengetahui status kesehatan bagi calon tenaga kerja baik yang
baru, serta dilakukannya pemeriksaan berkala setiap 6 bulan sekali.
Kuratif
Perusahaan menyediakan poliklinik bagi karyawan yang ingin
memeriksakan kesehatan serta kerja sama apotik untuk penyediaan obat
bagi karyawan. Selain itu untuk karyawan kontrak digunakan jaminan
kesehatan berupa BPJS kesehatan.
Rehabilitatif
Apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka
karyawan tesebutakan diberikan kompensasi oleh perusahaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
22
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan berkala setiap
1 tahun sekali pada bulan November. Prinsip pemeriksaan kesehatan
berkala sama dengan pemeriksaan kesehatan awal, ditambah dengan
pemeriksaan audiometri, spirometri dan EKG yang disesuaikan dengan
jenis pekerjaan.
- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para pekerja,
pihak manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
PT. Martina Berto Tbk. akan melakukan pemeriksaan kesehatan khusus
terhadap tenaga kerja tertentu apabila dinilai membawa pengaruh dari
pekerjaan tertentu.
23
Beberapa bagian produksi bekerja dengan posisi berdiri karena tidak
disediakan kursi. Pada bagian lain yang terdapat kursi, kursi tersebut
tidak memiliki fungsi untuk dinaik-turunkan sehingga tidak dapat
disesuaikan dengan struktur tubuh petugas.
Proses kerja didapatkan adanya tangga pijakan untuk meletakkan
bahan dasar di mesin pengaduk. Akan tetapi, untuk beberapa
petugas, tangga tersebut tidak cukup tinggi untuk membantu petugas
sehingga posisi siku terdapat diatas bahu ketika menuangkan bahan
dasar.
Beban Kerja
Hasil pengamatan didapatkan, karyawan pabrik bekerja dari hari Senin
sampai Jumat dengan jam kerja: bagian office 08.00-16.30 dan bagian
factory dibagi 2, shift 1 07.30-14.30 WIB dan shift 2 15.30 – 22.00 WIB,
break selama ±15 menit pada pagi dan sore, serta istirahat makan siang
selama 45 menit. Pada karyawan dengan shift malam, juga disediakan
waktu istirahat untuk makan malam selama 45 menit. Aktivitas ini
termasuk sedang karena aktivitas dilakukan 60% duduk dan 40% berdiri.
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja karyawan cukup luas sehingga karyawan dapat
bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk juga sudah
diatur dan sudah disediakan pendingin ruangan.
24
Pekerja diberikan air minum dalam bentuk galon yang terletak di ruangan
kerja yang dapat diambil secara bebas.
Tempat cuci tangan bagi pekerja disediakan di setiap lantai.
No Penyakit
1. ISPA
2. Gastroenteritis Akut
3. Dyspepsia
4. Myalgia
5. Hipertensi
6. Diabetes Melitus
7. Konjungtivitis
8. Cephalgia
9. Hemmoroid
10. Dermatitis
25
III.8 Penyakit akibat kerja yang terjadi
Pada hasil kunjungan perusahaan PT. Martina Berto Tbk. Didapatkan
bahwa tidak ada kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang terjadi. Hal ini
dinyatakan oleh pihak perusahaan dan dokter perusahaan bahwa selama ini
belum ada kejadian PAK pada seluruh karyawan perusahaan. Kebanyakan
penyakit yang sering terjadi adalah penyakit umum seperti ISPA, diare,
demam, dsb. Pada beberapa kasus terjadi penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan, yang paling sering terjadi adalah alergi. Namum menurut
pernyataan perusahaan apabila didapatkan penyakit-penyakit yang dicurigai
akibat pekerjaan pihak perusahaan akan melakukan pemeriksaan khusus
yang hingga saat ini menunjukkan bahwa tidak adanya PAK. Pihak
perusahaan tetap menerapkan pemeriksaan rutin/berkala setiap 1 tahun untuk
mendeteksi adanya kejadian-kejadian PAK.
5. Sarana P3K
Pada hasil kunjungan perusahaan PT. Martina Berto Tbk., terdapat
sarana P3K yang berupa lemari kotak kaca di dalam setiap ruang produksi.
Lemari tersebut terpasang pada dinding setiap ruang dengan posisi yang
mudah terjangkau. Sarana P3K diberikan tanda palang merah agar dapat
dikenali setiap tenaga kerja di ruang tersebut dengan mudah.
6. Personil Kesehatan
Adapun penanggulangan apabila terjadi kecelakaan dalam kerja, PT.
Martina Berto memiliki sekitar total 3 orang tenaga medis dan paramedis
yang bersertifikasi P3K. Jumlah tenaga kesehatan tersebut terdiri dari satu
orang dokter perusahan, satu perawat dan satu apoteker. Petugas K3 berupa
petugas PMI dan petugas ahli K3. Petugas tersebut telah dilatih khusus untuk
menangani kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja. Semua dokter
perusahaan sudah mendapatkan sertifikasi Hiperkes.
26
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
1. Pengadaan Edukasi ulang kepada para pekerja atau training ulang tentang
sikap kerja dan cara kerja yang ergonomis.
2. Pemberian sanksi kepada para pekerja yang melanggar aturan atau tidak
disiplin.
3. Pengawasan ketat pada para pekerja agar tidak terjadi kesalahan.
4. Pembenahan sistem admisitratif dalam distribusi pekerja dan shift.
5. Pembenahan fasilitas yang memadai seperti kursi untuk menunjang
kenyamanan pekerja dalam bekerja.
6. Demikian saran yang dapat kami berikan, semoga dapat berkenan dan
memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja PT Martina
Berto Martha Tilaar Group. Kami sadar banyak kekurangan dalam
28
penyusunan laporan ini. Kami mohon maaf kepada semua pihak jika ada
yang tidak berkenan. Terima kasih.
29
BAB VI
PENUTUP
30