Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

ASPEK ERGONOMI DAN KESEHATAN KERJA


PT MARTINA BERTO TBK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat


Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja

Disusun Oleh Kelompok 2A:

Disusun oleh : dr Ingot Kristina


dr. Khoirul Fikri dr. Restu Rizki
dr. Nico Saputra dr. Rizki Rudwi P
dr. Novita Dian Syafitri dr Yudi Wahyudi
dr. Dimas Trend PB dr Andika Pratama
dr. Muhammad Raja Agung dr Stella Andriana
dr. Sofie Hanafiah dr. Fedhi Khairi Asadi
dr. Sugi Maulana dr. Nadine Nurani S
dr. Laili Hasanah dr Sofie Hanafiah
dr Yulia Novita dr Indah Novitasari
dr. Stanislaus Hatta dr. Tiffanny Nur Shabrina
dr. Rezka Dwi Fatanah dr Meylanie Untario
dr Cindy Alvina Hendrian dr. Banurusman
dr. Auliya Syifa dr. Lalibah Antartika

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 09 – 14 SEPTEMBER 2019
JAKARTA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Menghadapi era globalisasi, ketenagakerjaan semakin diharapkan
kontribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan
tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja, dan
produktivitas kerja. Untuk mendukung semua itu, diperlukan tenaga kerja dan
lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman, dan menjamin peningkatan
produktivitas kerja. Setiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian,
salah satu contohnya adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan dalam bekerja agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan
keselamatannya pada saat bekerja, karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut
maka karyawan dapat bekerja lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan
dapat meningkat.
Definisi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Sedangkan
kecelakaan memiliki arti semua kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan,
menghentikan proses, dan menimbulkan cedera. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja adalah segala kejadian di tempat kerja yang tidak direncanakan dan
diinginkan yang menimbulkan cedera terhadap tenaga kerja.
Pengembangan dan peningkatan K3 di sektor kesehatan perlu dilakukan
dalam rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Kondisi yang optimal untuk tenaga kerja tersebut diantaranya adalah
mengurangi beban kerja, memperbaiki sikap kerja, menyediakan sarana

2
psikosensoral pada pemakaian instrumen, mencegah informasi yang tidak
diperlukan, dan menempatkan pekerja pada pekerjaan yang sesuai. Semua upaya
menciptakan kondisi optimal tersebut merupakan penerapan dari aspek ergonomi
dan kesehatan kerja.

I.2 Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha
demi tercapainya nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa
landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
E. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
F. UU No. 32 tahun 2004, Jo. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
G. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
H. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
I. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
J. Kepmenakertrans RI No. PER-15/MEN/VIII/2008 Tentang P3K di
tempat Kerja
K. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat
kerja
L. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan
M. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan
N. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan
kerja.

3
O. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
P. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja

I.3 Profil Perusahaan


I.3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Martha Tilaar Group merupakan sebuah perusahaan kosmetika terkemuka
yang memproduksi dan menyediakan produk dan pelayanan kecantikan yang
inovatif dan berkualitas tinggi. Dengan produk-produk sub-brand berskala luas yang
berada di bawah payung Martha Tilaar, perusahaan ini menawarkan rangkaian
produk kecantikan yang dapat menjadi pilihan terbaik setiap wanita dari segala
kelompok usia dan penghasilan. Selain menciptakan produk-produk perawatan
kecantikan yang memanfaatkan bahan-bahan herbal tradisional Indonesia dan
ekstrak tanaman alami lainnya, Martha Tilaar Group juga memproduksi produk-
produk perawatan wajah, perawatan tubuh, make up dekoratif, dan produk-produk
perawatan rambut untuk wanita modern.
Berawal dari sebuah langkah sederhana di awal tahun 1970, perusahaan ini
telah tumbuh dan terus berkembang menjadi sebuah perusahaan kelas dunia yang
terintegrasi dengan baik, dengan omset tahunan sekitar Rp600 miliyar (US$75
miliyar) dan telah mengekspor produk-produknya ke banyak negara di dunia.
Beberapa brand Martha Tilaar Group pun berhasil mendapatkan penghargaan
bergengsi dan secara konsisten berhasil meraih peringkat tertinggi dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap eksistensi brand. Hal ini sekaligus
menunjukkan kesungguhan Martha Tilaar Group dalam menciptakan produk-produk
kecantikan berkualitas, khususnya bagi para wanita Timur.
Martha Tilaar Group menjadi pemimpin kosmetika warna (dekoratif dan
make up dasar) dengan 10-18% kepemilikan saham, dan menguasai sekitar 11%
pasar produk perawatan wajah. Cakupan produk-produk Martha Tilaar Group terdiri
atas produk-produk kosmetik dan perawatan diri (produk dekoratif, make up dasar,
perawatan wajah, perawatan tubuh, dan perawatan rambut), jamu, dan spa. Produk
utama Martha Tilaar Group antara lain: Sariayu, yang merupakan produk kecantikan

4
yang telah ada di pasar Indonesia sejak lama dan telah memiliki konter terbanyak
(produk dekoratif, make up dasar, perawatan wajah, perawatan tubuh, perawatan
rambut, dan jamu), Biokos (produk perawatan wajah anti aging), Caring Colours
(produk dekoratif, make up dasar), Belia (splash cologne untuk remaja), Berto Tea,
Dewi Sri Spa (produk spa holistik), Professional Artist Makeup (PAC) (produk
dekoratif dan make up dasar), Jamu Garden (produk jamu, perawatan wajah,
perawatan tubuh, dan kesehatan), Mirabella (produk dekoratif), dan Rudy
Hadisuwarno Cosmetics (produk perawatan rambut) yang berada di bawah lisensi
Organisasi Rudy Hadisuwarno.
Selain itu, Eastern Garden Spa, Martha Tilaar Salon and Day Spa, dan Dewi
Sri Spa adalah beberapa produk pelayanan Martha Tilaar Group yang merupakan
rantai waralaba perawatan kecantikan dan spa dengan konsep tradisional Indonesia
yaitu Rupasampat Wahyabiantara, yang mendapat pengaruh dari ritual kecantikan
dan kesehatan kuno bangsa China dan India. Melalui pendekatan ini, Martha Tilaar
Group berupaya mengarahkan tren dunia kecantikan menuju kecantikan berbasis
alam (back to nature) dan kebudayaan Timur. Martha Tilaar Group juga memiliki
pusat pelatihan kecantikan profesional, yaitu Puspita Martha Beauty School, Bali
Sari Spa Training Center, dan Cipta Busana Martha yang memasarkan pakaian
tradisional Indonesia.

5
I.3.2 Visi
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan
kecantikan dan industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui
teknologi modern, penelitian dan pengembangan untuk mengoptimalkan
nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya.

I.3.3 Misi
1. Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk
perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar
kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai
segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat
tiga besar di setiap segmen di Indonesia.

6
2. Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua
pelanggan dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan
perdagangan.
3. Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang
berkelanjutan.
4. Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang
kompeten dan produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan.
5. Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem,
dan teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis.
6. Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk
kepentingan semua stakeholder.
7. Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk pemegang
saham.
8. Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal
dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus
jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek.
Saat ini PT. Martina Berto Tbk. merupakan perusahaan kosmetik yang menguasai
pangsa pasar 95% di Indonesia dan 4-5% pangsa pasar luar negeri.

I.3.4 Nilai Utama


1. DISIPLIN, yaitu patuh terhadap peraturan dan standard kerja perusahaan;
2. JUJUR, yaitu tidak berbohong dalam menyampaikan informasi untuk
kepentingan perusahaan sesuai dengan fakta, dan tidak menyalahgunakan
wewenang/ jabatan/ pekerjaan dalam mengelola hak milik perusahaan
untuk kepentingan pribadi;
3. INOVATIF, yaitu proaktif untuk menciptakan/ mengembangkan dan
melakukan perbaikan yang berkesinambungan pada proses dan hasil
kerja;
4. TEKUN, yaitu bekerja dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh untuk
menyelesaikan pekerjaan secara tuntas;
5. ULET, yaitu bekerja keras dan pantang menyerah dalam menghadapi
tantangan pekerjaan.

7
I.3.5 Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha utama Perseroan, yaitu:
1) Memproduksi barang-barang kosmetika dan obat tradisional (jamu);
2) Pemasaran dan perdagangan barang-barang kosmetika, perawatan
kecantikan dan obat tradisional.
Kegiatan usaha penunjang (dilakukan oleh anak perusahaan), yaitu:
1) PT. Cedefindo, yaitu jasa produksi atau makloon dalam produk
kosmetika kering, semi padat, cair dan aerosol, termasuk jasa
formulasi, registrasi, pengadaan bahan baku/kemas, proses produksi,
pengemasan sampai logistik secara one stop service bagi internal
Martha Tilaar Group maupun ekstenal dari perusahaan-perusahaan
lainnya. Cedefindo berdomisili di Bekasi dan berkedudukan di Graha
Cedefindo, Jl, Raya Narogong km.4, Bekasi Timur 17116.
2) Eastern Beautypelago Pte Limited (“EB”), yaitu anak perusahaan
yang berkedudukan di Singapore yang dibentuk untuk
mengembangkan pasar ekspor Perseroan, serta mengelola dan
mengembangkan Martha Tilaar Shop (MTS), yaitu unit retail milik
Perseroan di luar negeri. EB berdomisili di Singapore dan beralamat
di 1 RafflesPlace #44-02, Singapore 048616.

I.3.6 Hasil Usaha


1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar
Solutions, Jamu Garden Martha Tilaar.
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar.
3. Segment B
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha
Tilaar.
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona Martina.

8
I.3.7 Jenis Produksi Kosmetik
Perseroan dan anak perusahaan memiliki fasilitas produksi yang
terbagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1) Kosmetika cair, termasuk di dalamnya cairan pembersih muka,
pelembab, toner, alas bedak, body splash cologne, hair spray, dan
produk cair lainnya;
2) Kosmetika kering, termasuk di dalamnya eye shadow, blush on, loose
powder dan compact powder dan produk kering lainnya;
3) Kosmetika semi padat, termasuk didalamnya lipstik, creamy
foundation, dan lain-lain;
4) Obat Tradisional, termasuk di dalamnya masker, mangir, lulur, dan
teh herbal.
Selain pembagian kategori produk berdasarkan proses produksi,
Perseroan membagi produk-produk yang dimilikinya berdasarkan kategori
produk, yaitu: colour cosmetic, skin care, body care, hair care, jamu (obat
tradisional), dan lain-lain. Brand produk PT. Martina Berto Tbk antara lain:
1) PAC (Professional Artist Cosmetics) Martha Tilaar
2) Dewi Sri Spa Martha Tilaar
3) Sariayu Martha Tilaar
4) Caring Colours Martha Tilaar
5) Belia Martha Tilaar
6) Rudy Hadisuwarno Cosmetics
7) Biokos Martha Tilaar
8) Mirabella
9) Cempaka
10) Solusi

I.3.8 Jumlah Tenaga Kerja


 Jumlah tenaga pekerja saat ini diestimasi sebanyak ± 700 orang.
 Jam kerja pegawai :
o 07.30 – 16.30 ( 1x Istirahat saat makan siang)

9
I.3.9 Jaminan Asuransi Kesehatan
 Karyawan tetap : BPJS Kesehatan
 Karyawan kontrak : BPJS Kesehatan.
 Rumah sakit rujukan PT. Martindo adalah Rumah Sakit Jayakarta dan RS
Antam bila terjadi kecelakaan kerja yang tidak dapat ditangani di klinik
perusahaan

I.3.10 P2K3 di PT. Martina Berto Tbk.


 Implementasi P2K3:
1) No accidents/ tidak ada kecelakaan
2) No harm to people/ tidak ada yang membahayakan orang
3) No damage to the environment/ tidak ada kerusakan lingkungan

I.3.11 Alur Produksi

10
I.4 Landasan Teori
I.4.1 ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja ( ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah
seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional. Pendekatan
ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan lingkungan yang
bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat dan
nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa hal
yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban
kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja.
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
Menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan


akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.

11
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take
dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

12
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya.

2. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan


pekerjaannya danmendeteksibila ada kelainan.

3. Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada


wanita muda danyang sudah berumur.

I.4.2 KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23).Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan.Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan

13
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian
gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang
setinggi – tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal.Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

14
1.4.3. P3K
1.4.3.1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan
perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan
yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut
bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa
pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang
awam) yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat
dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau
penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan
P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan
menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus
tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih
lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

1.4.3.2. Pelaksanaan P3K


Sebelum melaksanakan Tindakan P3K maka perlu dilakukan tahapan awal
sebelum P3K yaitu:
1. Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman dari
bahaya)
2. Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih
aman dan
3. nyaman.
4. Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban
baru.
5. Usahakan Menghubungi Tim Medis
6. Tindakan P3K

1.4.3.3. Teknik Dalam P3K


A. Prioritas dalam P3K
Urutan tindakan secara umum:

15
1. Cari keterangan penyebab kecelakaan
2. Amankan korban dari tempat berbahaya
3. Perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan
kesadaran.
4. Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5. Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita melakukan
tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru
kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam keadaan terancam
jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa
terselamatkan.

1.4.3.4. Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan
yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat
serta infeksi.
Kegunaan pembalutan adalah:
1. Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
2. Melakukan tekanan
3. Mengurangi atau mencegah pembengkakan
4. Membatasi pergerakan
5. Mengikatkan bidai.
Macam-macam pembalutan:
1. Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori),
kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong
lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-
masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.

2. Pembalut Plester

16
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi
paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit),
Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
3. Pembalut Pita Gulung.
4. Pembalut Cepat.
5. Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.

1.4.3.5. Indikasi Pembalutan:


Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang
rasa nyeri.

1.4.3.6. Bentuk dan Anggota Tubuh yang Dibalut:


1. Bundar, pada kepala.
2. Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada
lengan bawah dan betis
3. Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan,
lengan atas, jari tangan.
4. Tidak karuan bentuknya, pada persendian

1.4.3.7. Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi)
tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang
yang patah. Syarat pemasangan bidai:
1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3. Bidai dibungkus agar empuk.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.

1.4.3.8. Alat-alat bidai:


1. Papan, bamboo, dahan
2. Anggota badan sendiri
3. Karton, majalah, kain

17
4. Bantal, guling, selimut

1.4.3.9. Pernafasan Buatan


Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) intinya
adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan:
1. Tersedak,
2. Tenggelam
3. Sengatan Listrik,
4. Penderita tak sadar,
5. Menghirup gas dan atau kurang oksigen,
6. serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.

1.4.3.10. Fase RJP:


A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)
C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi)
Untuk teknik RJP dapat dilihat pada lampiran gambar.

1.4.3.11. Evakuasi dan Transportasi


Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah –
daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus
melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.

1.4.3.12. Cara pengangkutan korban:


1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban
cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang.
2. Pengangkutan dengan alat (tandu)
Rangkaian pemindahan korban:
1. Persiapan,
2. Pengangkatan korban ke atas tandu,
3. Pemberian selimut pada korban

18
4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.

Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:


1. pengangkatan korban
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat
tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh
korban.
2. Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
3. Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki,
kecuali;
 Menaik, bila tungkai tidak cedera,
 Menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
 Mengangkut ke samping,
 Memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
 Kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

19
BAB II
PELAKSANAAN

II.1 Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kegiatan kunjungan identifikasi tempat kerja dalam hal ini PT. Martina
Berto Martha Tilaar Group dilakukan pada hari Rabu, tanggal 11 September 2019
mulai pukul 13.30 hingga pukul 16.30 WIB.

II.2 Lokasi Pengamatan


PT. Martina Berto Martha Tilaar Group yang merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang Kecantikan ini berlokasi di Jl. Pulokambing II No. 1, Jakarta
Industrial Estate Pulo Gadung, Jakarta Timur.

II.3 Dokumen Pengamatan

20
BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara kami dengan pihak HSE


(health safety environment) diketahui bahwa PT. Martina Berto Tbk. memiliki
fasilitas pelayanan kesehatan berupa poliklinik yang beroperasi khusus untuk
karyawan setiap Senin – Jumat dengan jam operasional poliklinik adalah siang pukul
08.00 – 12.00 WIB dan sore pukul 14.00 – 16.00 WIB. Dokter perusahaan terbagi
atas 3 jadwal kerja bergantian. Poliklinik juga dilengkapi dengan ruang laktasi dan
pelayanan KB. Untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan, perusahaan bekerja sama
dengan apotek/tempat pelayanan obat yang beroperasi setiap hari kerja. Apabila
terdapat kasus yang tidak dapat ditangani oleh dokter di poliklinik maka akan
dirujuk ke rumah sakit terdekat yang bekerja sama dengan perusahaan seperti RS
Antam dan Pemeriksaan Kesehatan bekerja sama dengan Laboratorium Prodia
(untuk pegawai tetap) dan Puskesmas Capung (Kontrak).

III.2 Program Kesehatan


 Promotif
Pada saat kunjungan dijelaskan bahwa sebagai tindakan promotif dalam
program kesehatan, PT. Martina Berto Tbk rutin melakukan penyuluhan,
pelatihan, serta seminar beberapa kali dalam setahun berkaitan dengan
penyakit yang dapat ditimbulkan pada saat kerja. Selain itu perusahaan
juga tidak jarang memberikan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit
secara umum yang lain seperti kanker servix dan manfaat program KB
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan para pekerja mengenai
kesehatan. Mengenai poster kesehatan, terdapat beberapa poster
mengenai pola hidup bersih dan sehat seperti cara mencuci tangan yang
baik.
 Preventif
PT. Matrina Berto Tbk mengatakan bahwa perusahaan nya telah
melakukan kegiatan preventif sesuai dengan kewajiban dokter untuk

21
mencegah penyakit pada Permenaker no.3 tahun 1982. PT. Martina
Berto Tbk. mengharuskan dilakukannya pemeriksaan kesehatan awal
untuk mengetahui status kesehatan bagi calon tenaga kerja baik yang
baru, serta dilakukannya pemeriksaan berkala setiap 6 bulan sekali.
 Kuratif
Perusahaan menyediakan poliklinik bagi karyawan yang ingin
memeriksakan kesehatan serta kerja sama apotik untuk penyediaan obat
bagi karyawan. Selain itu untuk karyawan kontrak digunakan jaminan
kesehatan berupa BPJS kesehatan.
 Rehabilitatif
Apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka
karyawan tesebutakan diberikan kompensasi oleh perusahaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

III.3 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba


Dari hasil kunjungan perusahaan di PT. Martina Berto Tbk Pemeriksaan
HIV AIDS dan narkoba selalu dilakukan pada saat penerimaan karyawan baru
dan dilakukan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan noverber – desember.

III.4 Pemeriksaan kesehatan kerja (awal, berkala, dan khusus)


a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment)
- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan awal pada
setiap calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan ke perusahaan
tersebut.
- Pemeriksaan kesehatan ini juga dilakukan pada pekerja yang hendak
dipindahkan ke lokasi kerja yang lain dengan risiko yang berbeda.
- Pada pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan pemeriksaan berupa
wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan status mental, rontgen toraks, laboratorium rutin, dan
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

22
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan berkala setiap
1 tahun sekali pada bulan November. Prinsip pemeriksaan kesehatan
berkala sama dengan pemeriksaan kesehatan awal, ditambah dengan
pemeriksaan audiometri, spirometri dan EKG yang disesuaikan dengan
jenis pekerjaan.
- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para pekerja,
pihak manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
PT. Martina Berto Tbk. akan melakukan pemeriksaan kesehatan khusus
terhadap tenaga kerja tertentu apabila dinilai membawa pengaruh dari
pekerjaan tertentu.

III.5 Kesesuaian pekerja dengan alat


 Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan
sebagian sudah sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan adanya:
 Pada karyawan di bidang laboratorium, didapatkan adanya kursi
yang dapat dinaik-turunkan.
 Namun tidak semua kursi memiliki sandaran yang adekuat, sehingga
pekerja terlihat membungkuk ketika mengamati pekerjaannya.
 Tidak ditemukan tenaga kerja yang mengangkat beban berat saat
kunjungan.
 Bagian produksi, ditemukan mesin yang sesuai dengan ukuran
tubuh rata - rata karyawan dan masih dalam jangkauan karyawan.
 Cara Kerja
Hasil pengamatan mengenai cara kerja, tenaga kerja lebih banyak duduk,
berdiri, berjalan, membungkuk saat memindahkan bahan-bahan setengah
jadi dan packing. Cara kerja diamati dari 2 sisi, yaitu:
 Posisi kerja di bagian laboratorium, sudah sesuai namun masih
sedikit ditemukan adanya karyawan yang duduk kurang tegak dan
rileks.

23
 Beberapa bagian produksi bekerja dengan posisi berdiri karena tidak
disediakan kursi. Pada bagian lain yang terdapat kursi, kursi tersebut
tidak memiliki fungsi untuk dinaik-turunkan sehingga tidak dapat
disesuaikan dengan struktur tubuh petugas.
 Proses kerja didapatkan adanya tangga pijakan untuk meletakkan
bahan dasar di mesin pengaduk. Akan tetapi, untuk beberapa
petugas, tangga tersebut tidak cukup tinggi untuk membantu petugas
sehingga posisi siku terdapat diatas bahu ketika menuangkan bahan
dasar.
 Beban Kerja
Hasil pengamatan didapatkan, karyawan pabrik bekerja dari hari Senin
sampai Jumat dengan jam kerja: bagian office 08.00-16.30 dan bagian
factory dibagi 2, shift 1 07.30-14.30 WIB dan shift 2 15.30 – 22.00 WIB,
break selama ±15 menit pada pagi dan sore, serta istirahat makan siang
selama 45 menit. Pada karyawan dengan shift malam, juga disediakan
waktu istirahat untuk makan malam selama 45 menit. Aktivitas ini
termasuk sedang karena aktivitas dilakukan 60% duduk dan 40% berdiri.
 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja karyawan cukup luas sehingga karyawan dapat
bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk juga sudah
diatur dan sudah disediakan pendingin ruangan.

III.6 Program pemenuhan gizi pekerja, kantin atau ruang makan


Hasil penemuan kami di lapangan menunjukkan bahwa pemenuhan
gizi pekerja dilakukan oleh perusahaan, dimana perusahaan menyediakan
makanan, minimarket dan ruang makan di dalam gedung yaitu di lantai
dasar. Penyelenggaraan gizi kerja di PT. Martina Berto Tbk., meliputi:
 Pekerja sehari-hari mendapatkan makanan dari 2 supplier catering yang
sudah tersertifikasi Halal, HIPERKES dan DEPNAKER, dengan menu
utama dan extra fooding minimal 1400 kkal. Pekerja juga diberikan extra
puding, susu, dan teh manis.
 Disediakan tempat makan yaitu ruang makan karyawan PT. Martina
Berto Tbk. yang terletak di lantai dasar.

24
 Pekerja diberikan air minum dalam bentuk galon yang terletak di ruangan
kerja yang dapat diambil secara bebas.
 Tempat cuci tangan bagi pekerja disediakan di setiap lantai.

III.7 Sepuluh besar penyakit pada pelayanan kesehatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, didapatkan bahwa
penyakit terbanyak yang diderita oleh tenaga kerja di perusahaan PT.
Martina Berto Tbk., yaitu:

No Penyakit

1. ISPA
2. Gastroenteritis Akut
3. Dyspepsia
4. Myalgia
5. Hipertensi
6. Diabetes Melitus
7. Konjungtivitis
8. Cephalgia
9. Hemmoroid
10. Dermatitis

Apabila karyawan tersebut mengalami penyakit umum atau penyakit


akibat kerja maka karyawan dianjurkan untuk ke poliklinik di perusahaan.
Dari hasil wawancara dengan narasumber juga didapatkan bahwa penyakit
yang ditemukan setiap bulannya terkadang tidak sama dan hal itu didapatkan
menurut catatan asuransi yang bekerja sama dengan perusahaan.

25
III.8 Penyakit akibat kerja yang terjadi
Pada hasil kunjungan perusahaan PT. Martina Berto Tbk. Didapatkan
bahwa tidak ada kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang terjadi. Hal ini
dinyatakan oleh pihak perusahaan dan dokter perusahaan bahwa selama ini
belum ada kejadian PAK pada seluruh karyawan perusahaan. Kebanyakan
penyakit yang sering terjadi adalah penyakit umum seperti ISPA, diare,
demam, dsb. Pada beberapa kasus terjadi penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan, yang paling sering terjadi adalah alergi. Namum menurut
pernyataan perusahaan apabila didapatkan penyakit-penyakit yang dicurigai
akibat pekerjaan pihak perusahaan akan melakukan pemeriksaan khusus
yang hingga saat ini menunjukkan bahwa tidak adanya PAK. Pihak
perusahaan tetap menerapkan pemeriksaan rutin/berkala setiap 1 tahun untuk
mendeteksi adanya kejadian-kejadian PAK.

5. Sarana P3K
Pada hasil kunjungan perusahaan PT. Martina Berto Tbk., terdapat
sarana P3K yang berupa lemari kotak kaca di dalam setiap ruang produksi.
Lemari tersebut terpasang pada dinding setiap ruang dengan posisi yang
mudah terjangkau. Sarana P3K diberikan tanda palang merah agar dapat
dikenali setiap tenaga kerja di ruang tersebut dengan mudah.

6. Personil Kesehatan
Adapun penanggulangan apabila terjadi kecelakaan dalam kerja, PT.
Martina Berto memiliki sekitar total 3 orang tenaga medis dan paramedis
yang bersertifikasi P3K. Jumlah tenaga kesehatan tersebut terdiri dari satu
orang dokter perusahan, satu perawat dan satu apoteker. Petugas K3 berupa
petugas PMI dan petugas ahli K3. Petugas tersebut telah dilatih khusus untuk
menangani kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja. Semua dokter
perusahaan sudah mendapatkan sertifikasi Hiperkes.

26
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Penanganan Saran


1 Cara Kerja 1. Pekerja duduk Pekerja diberi
1.Dilakukan pergantian
dikursi tanpa sandaran waktu untuk kursi dengan kursi yang
sehingga punggung melakukan memiliki sandaran,
membungkuk. stretching sehingga pekerja bisa
2. Pekerja di bagian untuk meluruskan
press compact terlihat mengobati punggungnya dan tidak
berdiri selama jam kelelahan otot
membungkuk.
kerja. saat 2 jam 2. Pekerja diberikan kursi
3. Pekerja di bagian sekali, selama
yang dapat disesuaikan
produksi awal yang 5 menit. dengan tinggi pekerja
memiliki tugas untuk sehingga bisa duduk
menuangkan bahan selama bekerja.
dasar kedalam mesin 3.Dilakukan rolling
tidak memiliki sehingga pekerja dengan
ketinggian yang cukup tinggi yang cukup dapat
sehingga posisi siku berikan tugas penuangan
tidak membentuk 90o. bahan dasar.
Dapat diberikan tangga
pijat yang tingginya
dapat disesuaikan.
2 Klinik Tidak memiliki data Membuat Dibuatkan keeping
yang valid mengenai data atau record dan pelaporan
penyakit tersering keeping setiap tahun (yearly
ataupun penyakit akibat record dari report).
kerja yang didata oleh pekerja yang
perusahaan sendiri. berobat
3 Penyuluhan Belum terlaksananya Dokter Dapat dilakukan
HIV dan upaya screening perusahaan pemberian informasi dan
Narkoba maupun pencegahan terlibat aktif pendidikan terhadap
terhadap seluruh untuk tenaga kerja, seperti
tenaga kerja. melaksanakan penyuluhan/pemasangan
upaya poster untuk dibagikan
Penyuluhan ini belum pencegahan ke semua tenaga kerja.
mempunyai jadwal terhadap
rutin. HIV/AIDS Melakukan screening
dan Narkoba. pemeriksaan awal dengan
mendapatkan informed
consent dari setiap calon
pekerja terlebih dahulu.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan mengenai aspek ergonomis dan kesehatan kerja di PT Martina


Berto Martha Tilaar Group adalah:
1. Aspek ergonomi dalam sikap kerja rata rata cukup baik, hanya beberapa ada
yang tidak disiplin.
2. Aspek ergonomi dalam cara kerja rata rata cukup baik, hanya beberapa
pekerja ada yang salah dalam posisi kerja sementara proses pembuatan
produk karena dukungan alat kurang memadai (Kursi yang tidak memiliki
sandaran yang panjang dan lurus, kursi yang tidak memiliki fungsi untuk
dinaik-turunkan, serta tangga yang tidak memiliki fungsi untuk dinaik-
turunkan sesuai tinggi badan pekerja).
3. Penyakit akibat kerja yang terjadi perlu didatakan dengan lebih baik.
4. Program Kesehatan, Pemeriksaan kesehatan kerja (awal, berkala, dan
khusus), Program pemenuhan gizi pekerja, dan pendataan sepuluh besar
penyakit pada pelayanan kesehatan sudah cukup baik terlaksanakan.
5. Personil Kesehatan dan penyediaan Sarana P3K sudah cukup baik untuk
menangani masalah kesehatan pada perusahaan.

Saran
1. Pengadaan Edukasi ulang kepada para pekerja atau training ulang tentang
sikap kerja dan cara kerja yang ergonomis.
2. Pemberian sanksi kepada para pekerja yang melanggar aturan atau tidak
disiplin.
3. Pengawasan ketat pada para pekerja agar tidak terjadi kesalahan.
4. Pembenahan sistem admisitratif dalam distribusi pekerja dan shift.
5. Pembenahan fasilitas yang memadai seperti kursi untuk menunjang
kenyamanan pekerja dalam bekerja.
6. Demikian saran yang dapat kami berikan, semoga dapat berkenan dan
memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja PT Martina
Berto Martha Tilaar Group. Kami sadar banyak kekurangan dalam

28
penyusunan laporan ini. Kami mohon maaf kepada semua pihak jika ada
yang tidak berkenan. Terima kasih.

29
BAB VI
PENUTUP

Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman


pembelajaraan dalam menambah wawasan mengenai Hiperkes bagi para Dokter
Perusahaan atau Instansi, dalam melaksanakan tugasnya. Semoga apa yang kami
sampaikan diatas mengenai aspek Ergonomi di lingkungan kerja PT Martina Berto
Martha Tilaar Group dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika suatu saat kita
menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di lingkungan kerja, baik itu dalam
suatu perusahaan atau Instansi, maka kita sudah dapat mengambil langkah-langkah
antisipasi bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut.

30

Anda mungkin juga menyukai