Anda di halaman 1dari 40

MINI PROJECT

PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA


DI PUSKESMAS ARUT SELATAN
KOTAWARINGIN BARAT

DISUSUN OLEH:
dr. Yumindra Pratama

PENDAMPING:
dr. Hj. Asmawati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


2016


PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA
DI PUSKESMAS ARUT SELATAN
KOTAWARINGIN BARAT

Laporan mini project ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia

DISUSUN OLEH:
dr. Yumindra Pratama

PENDAMPING:
dr. Hj. Asmawati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan mini
project ini tepat pada waktunya. Laporan mini project ini berjudul Pengembangan
Program Kesehatan Lansia di Puskesmas Arut Selatan, Kotawaringin Barat dan
dilakukan pada bulan Oktober 2016.
Keberhasilan dalam penulisan laporan mini project ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak khususnya dr. Hj. Asmawati selaku dokter pendamping,
dan teman-teman yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini, serta setiap
pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Peneliti berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Peneliti juga berharap untuk mendapatkan saran ataupun kritik yang membangun
dari para pembaca untuk kemajuan bersama.

Pangkalan Bun, Oktober 2016

Penulis


DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1.............................................................................................................. Lat
ar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2.............................................................................................................. Ru
musan Masalah................................................................................................ 2
1.3.............................................................................................................. Tuj
uan Penelitian .................................................................................................. 3
1.4.............................................................................................................. Ma
nfaat Penelitian................................................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1. Landasan Teori............................................................................................... 4

2.1.1. Definisi Lansia ...................................................................................... 4


2.1.2. Batasan Umur Lansia ............................................................................ 4
2.1.3. Klasifikasi Lansia.................................................................................. 5
2.1.4. Proses Penuaan...................................................................................... 5
2.1.5. Teori Teori Proses Penuaan ................................................................ 5

2.2. Penyakit Tidak Menular ................................................................................. 6

2.2.1. Definisi Penyakit Tidak Menular............................................................6


2.2.2. Diabetes Mellitus....................................................................................7
2.2.3. Hipertensi................................................................................................7
2.2.4. Gagal Jantung..........................................................................................9
2.2.5. PPOK......................................................................................................11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 12

3.1. Metode Kegiatan ............................................................................................ 12


3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 12
3.3. Cara Pengumpulan Data ................................................................................ 12

BAB IV. ANALISIS SITUASI ............................................................................ 13


4.1. Profil Puskesmas ............................................................................................ 13
4.2. Visi dan Misi Puskesmas................................................................................ 18

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 20


4


5.1. Hasil Penelitian ............................................................................................. 20
5.1.1.Data Rekam Medik........................................................................... 20
5.1.2.Karakteristik Responden .................................................................. 21
5.1.3. Pengetahuan Responden ................................................................. 22
5.2. Pembahasan.................................................................................................... 23

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 24


6.1. Kesimpulan .................................................................................................... 24
6.2. Saran .............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 26


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, contohnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
proporsional.
WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam
kematian.
Teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain:
teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan
genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia dengan persentase 59,5% pada tahun 2007, hal ini
berdasarkan data Menteri Kesehatan. Menurut World Health Organization
(WHO), pada tahun 2005 penyakit tidak menular merupakan penyebab
utama 58 juta kematian di dunia, meliputi penyakit jantung dan pembuluh
darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya
(16%), kanker (13%), cedera (9%) dan diabetes melitus (2%).


Berdasarkan data WHO (2011), kasus kematian akibat penyakit
tidak menular tertinggi, salah satunya berada di kawasan Asia Tenggara.
Selain dibebani dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit tidak menular, negara-negara tersebut juga masih dibebani dengan
kasus penyakit menular. Salah satu negara yang mengalami beban ganda
tersebut adalah Indonesia. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama
ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5). Selain itu, hipertensi menduduki peringkat kedua
penyakit tidak menular yang banyak diderita di Indonesia.
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi berada di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Depkes
RI (2008) dalam Riskesdas 2007 melaporkan bahwa provinsi di Indonesia
yang mempunyai hipertensi lebih tinggi dari prevalensi nasional (31,7%)
adalah Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Riau, Sulawesi Barat,
Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Data dari Puskesmas Arut Selatan pada Januari sampai Desember
tahun 2015, jumlah kunjungan lansia sebanyak 2568 orang dengan penyakit
hipertensi sebanyak 1086, diabetes melitus sebanyak 405 orang, obesitas
sebanyak 15 orang. Angka tersebut menunjukkan bahwa angka kunjungan
dan penyakit tidak menular di Puskesmas Arsel cukup tinggi.
Atas uraian tersebut penulis bermaksud melaksanakan mini project
untuk menentukan apa saja yang melatarbelakangi program pengembangan
kesehatan lansia di Puskesmas Arut Selatan.

1.2. Rumusan Masalah


Faktor apa saja yang melatarbelakangi pengembangan program kesehatan
Lansia di Puskesmas Arut Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui latar belakang pengembangan program kesehatan
Lansia di Puskesmas Arut Selatan
1.3.2. Tujuan Khusus


Mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan lansia di
wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan
Mengetahui jumlah kunjungan dan penyakit tidak menular pada
lansia di Puskesma Arut Selatan
Mengetahui peran serta lansia dalam pengembangan program
kesehatan lansia di Puskesmas Arut Selatan

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi penelitian selanjutnya
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk
penelitian program kesehatan tersebut di masa yang akan datang.
1.4.2. Bagi masyarakat
Masyarakat mendapatkan informasi tentang pengembangan
program kesehatan lansia yang diberikan oleh Puskesmas Arut
Selatan.
1.4.3. Bagi PKM Arut Selatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan
lansia, terutama dalam usaha promotif dan preventif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Definisi Lansia
Berdasarkan defInisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual.

2.1.2. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): >
65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi


menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),
dan very old ( > 80 tahun).

2.1.3. Klasifikasi Lansia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia
70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

2.1.4. Proses Penuaan


Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang
kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-
sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan
(Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.

2.1.5. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual.
Teori biologi. Mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

10


Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-
sel tubuh lelah terpakai.
Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat melakukan regenerasi.
Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2.2. Penyakit Tidak Menular


2.2.1. Definisi Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan
oleh proses infeksi. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2)
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6)
hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal
kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/rematik. Data penyakit
asma/mengi/bengek dan kanker diambil dari responden semua umur, PPOK dari
umur 30 tahun, DM, hipertiroid, hipertensi/tekanan darah tinggi, penyakit jantung
koroner, penyakit gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit sendi/rematik/encok dan
stroke ditanyakan pada responden umur 15 tahun.

2.2.2. Diabetes Melitus


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

11


disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin.
Gejala nya berupa sering merasa haus, sering merasa lapar, sering buang air
kecil, gatal-gatal di kulit, cepat lelah, berat badan menurun, infeksi sulit sembuh.
Penyebabnya adalah genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat,
kurang aktivitas fisik. Pencegahan agar tidak terkena diabetes melitus adalah
dengan menjaga pola makan, aktivitas fisik dengan olah raga, dan rutin melakukan
pemeriksaan kadar gula darah.

2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah
yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau


tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. Berbagai
macam klasifikasi hipertensi digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi
menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika
Serikat.
Tabel 2.1 | Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol Dan/atau Diastol


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 160 Atau 100

Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui


secara pasti namun bersifat multifaktorial dengan faktor predisposisi genetik, usia,
asupan garam berlebih, faktor adrenergik, dan obesitas. Hipertensi esensial terjadi
pada sekitar 90% penderita hipertensi.

12


Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu.
Faktor resiko hipertensi :
Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis
dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap stres psikososial
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
Asupan natrium berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitric oxide (NO), dan
peptida natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang
mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
Berubahnya transpor ion dalam sel
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.

2.2.4. Gagal Jantung


13


Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien. Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif
yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :


Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit degeneratif.
Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak
afterload.
Faktor sistemik
14


Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia
dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali dan edema perifer.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.

2.2.5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon
inflamasi yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya.
Faktor-faktor risiko yang ada adalah genetik, paparan partikel, pertumbuhan
dan perkembangan paru, stres oksidatif, jenis kelamin, umur, infeksi saluran nafas,
status sosioekonomi, nutrisi dan komorbiditas.

15


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang kami lakukan yaitu mengumpulkan data primer


(kuesioner) dan data sekunder (profil lansia dari TU).

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2016 di PKM Arut Selatan


yang terletak di Kelurahan Raja, Kotawaringin Barat.

3.3. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan
mengambil data profil dari TU. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari: data
demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat pernyataan mengenai perilaku lansia tentang
pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Arut Selatan.

16


BAB IV

ANALISIS SITUASI

1. KEADAAN GEOGRAFI

Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan dengan batas-batas :

Utara : Kec. Arut Utara dan Kec. Kolam


Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Natai Palingkau
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Mendawai
Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Madurejo
Kecamatan Arut Selatan memiliki 4 (empat) buah puskesmas :

1. Puskesmas Arut Selatan


2. Puskesmas Mendawai
3. Puskesmas Madurejo
4. Puskesmas Natai palingkau
Luas Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 km yang terdiri dari 25% daratan
dan 75% merupakan daratan terjal dan tanah rawa-rawa.

Kecamatan Arut Selatan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2.300 mm/thn,
dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,9 33 celcius dan suhu minimum
berkisar 21,9 Celcius dengan kelembaban udara sekitar 84,92%.

2. KEPENDUDUKAN

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 Km yang terdiri dari 2 ( dua )
Kelurahan dan 2 ( dua ) desa terdiri dari Kelurahan Raja dengan luas 1,50 Km,
Kelurahan Raja Seberang 115 Km,.

a. Penyebaran Penduduk

17


Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan pada tahun 2015 berjumlah
8702 jiwa, tersebar dalam 2 (dua) Kelurahan. Kelurahan Raja 6.883 jiwa dan
Kelurahan Raja Seberang 1.819 jiwa

Grafik 1. Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Di Wilayah

Puskesmas Arut Selatan Tahun 2015

Raja Seberang;
1819

Raja; 6883

c. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan akhir tahun 2015 per km
sekitar 75 jiwa. Kelurahan yang terpadat penduduknya adalah kelurahan Raja sebesar
4.589 jiwa, disusul berturut-turut kelurahan Raja Seberang 16 jiwa.

Grafik 2. Kepadatan Penduduk per KM Menurut Desa/Kelurahan Di Wilayah Puskesmas


Arut Selatan Tahun 2015

18


d. Penduduk Menurut Golongan Umur

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO UMUR
(TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN

1 2 3 4 5

1 04 443 408 851

2 59 368 365 733

3 10 14 391 360 751

4 15 19 434 431 865

5 20 24 460 374 834

6 25 29 436 406 842

7 30 34 418 390 808

8 35 39 384 339 723

9 40 44 383 370 753

10 45 49 275 259 534

11 50 54 163 157 320

12 55 59 154 130 284

13 60 64 94 75 169

19


14 65 69 62 55 117

15 70 74 45 34 79

16 75+ 17 22 39

PUSKESMAS 4,527 4,175 8,702

3. SOSIAL EKONOMI

a. Mata pencaharian penduduk diperhitungkan dengan prosentase:


Petani, nelayan : 50%
Pedagang / Jasa : 40%
Pegawai/ buruh : 10%

Grafik 3. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Di Wilayah

Puskesmas Arut Selatan Tahun 2015

10%

50%
40%

Petani/Nelayan Pedagang / Jasa

4. DATA SARANA

TTU : 99 buah
TPM : 120 buah
TP3 : 2 buah

5. SARANA PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan dalam menyerap informasi
termasuk informasi kesehatan dan lebih pandai dalam menyelesaikan masalah.
Pendidikan dapat diklasifikasikan bahwa semua penduduk di wilayah Puskesmas Arut
20


Selatan sudah melek huruf serendah-rendahnya pernah mengenyam bangku
sekolah.Pada wanita diharapkan angka melek huruf mempengaruhi dalam alternatif
kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menurun.

PAUD : 2 buah
TK : 6 buah
SD/MI : 12 buah
SLTP : 3 buah
SLTA : 2 buah

6. SARANA KESEHATAN

Puskesmas Induk : 1 buah


Pustu / Poskesdes / Polindes : 1 buah
Posyandu : 5 buah
Pos Yandu Lansia : 4 buah
Poliklinik TNI-AD : 1 buah
Poli klinik ( swasta ) : 2 buah
Dokter Praktek Swasta : 1 buah
Dokter Praktek bersama : 1 buah
Dokter Gigi Praktek swasta : 1 buah
Apotek : 2 buah
Toko Obat : 2 buah

7. FASILITAS PENUNJANG

Mobil (Pusling) : 1 buah


Sepeda Motor : 8 buah
PLN : 16 A
Telephon : 1 buah
PDAM : 1 buah
Komputer : 10 unit
Laptop : 2 unit
Genset / generator : 1 buah

VISI DAN MISI PUSKESMAS


21


Dengan mengacu pada Visi Puskesmas Arut Selatan TURWUJUDNYA
KEMANDIRIAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI WILAYAH PUSKESMAS ARUT
SELATAN YANG SEJAHTERA , BERKEADILAN DAN JAYA

Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui
misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dengan semua


pihak untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat di wilayah puskesmas
Arut Selatan
2. Memberikan palayanan kesehatan dasar paripurna yang bermutu dan
profesional
3. Memberdayakan sumber daya kesehatan sesuai dengan kompetensinya
Tujuan :
1. Meningkatnya prilaku masyarakat untuk hidup sehat dan tinggal di lingkungan
wilayah puskesmas Arut Selatan yang memenuhi syarat kesehatan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar paripurna, bermutu ,
professional dan terjangkau.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar
4. Untuk masyarakat kelompok rentan agar status kesehatannya terpelihara.

Dalam upaya mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Arut Selatan harus dapat
melakukan kebijakan-kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang
terukur dan terus menerus . Penetapan Visi Puskesmas Arut Selatan akan menuntut
jajaran di puskesmas Arut Selatan melakukan kerjasama lintas program maupun lintas
sektor terkait. Karena kesehatan tanggung jawab bersama, maka jajaran kesehatan harus
juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sektor-sektor terkait dan sektor swasta dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Untuk menunjang pencapaian program maka yang tidak kalah penting adalah
bagaimana pelayanan itu diberikan, dengan mutu pelayanan yang baik pasti akan
berdampak pada peningkatan cakupan program. Di puskesmas Arut Selatan untuk
menjaga mutu pelayanan antara lain melalui survey kepuasan pelanggan kepada pasien
setahun dua kali yaitu pada bulan April dan Oktober, untuk tahun 2013 pada bulan Mei
juga dilakukan survey Indek Kepuasan Masyarakat oleh Tim Kabupaten Kotawaringin
Barat dan Syukur Alhamdulillah puskesmas Arut Selatan mendapat hasil yang cukup
memuaskan yaitu 80,08 dan masuk dalam kriteria baik.

Untuk mewujudkan visi dan misi ditetapkan motto Puskesmas Arut Selatan :
22


ARSEL

Aman

Ramah

Sehat

Ekonomis

Langsung

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Data Puskesmas Arsel

UPAYA KESEHATAN LANSIA


Jml usila yg ada di wilayah pusk
a. Lansia (45-59) 897
b. Lansia (60-69) 319
c. Lansia (>70) 99
Jml usila yg dilayani di pusk
a. Pra usila 45-59 thn 849
b. Usila 60-69 thn 1073
c. Usila > 70 thn 646
d. Usila yg dirujuk ke RS 470
e. Jml usila yg mendapat konseling baru 970
f. Jml usila yg mendapat konseling lama 1559
Jml Klp/ posyandu yg ada di wil pusk 4
Jml Klp/ posyandu yg dibina 4
Jlh usila dengan kelainan
a. Kemandirian 0
b. Mental emosi 0
c. Berat badan lebih 15
d. Berat badan kurang 0
e. Tekanan darah tinggi 1086

23


f. Anemia (kurang darah) 0
g. Diabetes melitus 405
h. Gangguan ginjal 0
i. Jml usila yg diobati 2372
j. Jml usila yg dirujuk 423
k. Jml usila yg mendapat yankes seluruhnya 2753
Jml Panti Werdha yg ada 0
Jml panti yang dibina 0
Jml usila di panti yg diperiksa 0
Jml usila di panti yg diobati 0
Jml usila di panti yg dirujuk 0

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program

Kesehatan Lansia di Puskesmas Arsel, didapatkan data bahwa Puskesmas Arsel

memiliki 4 Posyandu Lansia antara lain Kencana, Aster, Kenangan, dan Tunas

Muda. Selain itu, Puskesmas Arsel telah melaksanakan kegiatan Senam Lansia

sejak 11 April 2013. Pada segi pelayanan, Puskesmas Arsel telah melakukan

inovasi dengan Pelayanan Kesehatan Ramah Lanjut Usia yang berupa penyediaan

jalur khusus bagi lansia, pelayanan didahulukan/tanpa antrian (usia 60 th),

pelayanan kesehatan gratis, dan penyediaan kursi roda.

5.1.2. Karakteristik Responden

Adapun responden yang digunakan pada penelitian ini memiliki


karakteristik sebagai berikut:
Tabel 5.1.2 | Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah %
< 45 tahun 4 13
Usia 45-59 tahun 14 47
60 tahun 12 40
SD 17 57
Pendidikan SMP 8 27
SMA 4 13

24


Perguruan Tinggi 1 3
Underweight 0 0
Normal 23 77
Status Gizi
Overweight 6 20
Obesitas 1 3

Berdasarkan usia, sebagian besar responden berada di usia 45-59


tahun sebanyak 14 responden (47%), responden usia 60 tahun yaitu
sebanyak 12 responden (40%). Dan hanya 4 responden (13%) yang berusia
di bawah 45 tahun
Berdasarkan tabel di atas, 17 responden (57%) menempuh
pendidikan terakhir di bangku SD, 8 responden (27%) menempuh
pendidikan terakhir di bangku SMP, 4 responden (13%) menempuh
pendidikan terakhir di bangku SMA, dan 1 responden (3%) menempuh
pendidikan di perguruan tinggi.
Dan sebanyak 23 responden (77%) memiliki berat massa indeks
yang normal, 6 responden (20%) memiliki berat massa indeks overweight,
dan 1 responden (3%) memliki berat massa indeks obesitas.

5.1.3. Pengetahuan Responden


Tabel 5.1.3. Pernyataan Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang
Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pertanyaan Baik Buruk
1. Apa yang dimaksud dengan posyandu 90% 10%
lansia?
2. Apakah manfaat dari posyandu lansia? 90% 10%

25


3. Apakah jenis kegiatan yang ada di 85% 15%
posyandu lansia ?
4. Untuk apa dilakukan penimbangan berat 90% 10%
badan dan tinggi badan pada saat
menghadiri posyandu lansia ?
5. Untuk apa dilakukan pengukuran tekanan 90% 10%
darah pada saat kegiatan posyandu lansia ?
6. Pemberian makanan tambahan yang 80% 20%
bagaimana yang sesuai untuk dikonsumsi
lansia?
7. Apakah manfaat dari jenis kegiatan dalam 90% 10%
bentuk olahraga yang pernah dilakukan di
posyandu lansia?
8. Untuk apa dilakukan penyuluhan 85% 15%
kesehatan pada saat pelaksanaan posyandu
lansia?
9. Untuk apa peran serta keluarga dalam 85%
pelakasanaan posyandu lansia?
10. Pendapat dalam hal menghadiri posyandu 85% 15%
lansia ?

11. Bagaimana pendapat apabila posyandu 90% 10%


lansia diadakan dan bermanfaat bagi
bapak/ibu ?

12. Bagaimana jika posyandu lansia berupa 95% 5%


penyuluhan lansia?
13. Bagaimana apabila adanya keikutsertaan 90% 10%
keluarga pada setiap kegiatan posyandu
lansia ?

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data rekam medik Januari Desember 2015,


jumlah lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan pada
usia 45-59 sebanyak 897 orang, lansia usia 60-69 sebanyak 319 orang,
lansia usia >70 tahun sebanyak 99 orang. Dari data kunjungan yang didapat,

26


kunjungan lansia usia 45-59 sebanyak 849 orang, lansia usia 60-69
sebanyak 1073 orang, dan lansia usia >70 tahun sebanyak 646 orang. Dari
data penyakit, sebanyak 1086 orang didiagnosa hipertensi, diabetes melitus
sebanyak 405 orang, dan obesitas sebanyak 15 orang. Hal ini menunjukkan
tingginya angka kunjungan pasien lansia di Puskesmas Arsel.

Pengetahuan yang ingin diketahui oleh peneliti dibandingkan


dengan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan kuesioner, sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang baik secara umum, sedangkan
pada tingkat pendidikan terakhir yang didapatkan paling banyak adalah SD
sebesar 57%.

Berdasarkan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap responden


terhadap pemanfaatan posyandu lansia , sebagian besar responden ( 85%)
menjawab dengan baik tentang pengetahuan terhadap kesehatan lansia.
Sebanyak 85% responden menyatakan peran serta keluarga cukup besar
dalam keikutsertaan responden dalam kegiatan posyandu lansia, sebanyak
85% responden menyatakan setuju untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu lansia, sebanyak 90% responden menjawab bahwa posyandu
lansia bermanfaat bagi lansia, dan sebanyak 95% responden setuju dengan
kegiatan penyuluhan pada saat kegiatan posyandu lansia.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Sebagian besar responden lansia memiliki pengetahuan yang baik
terhadap kesehatan lansia, walaupun sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
Jumlah kunjungan pasien lansia di Puskesmas Arut Selatan cukup
tinggi, sehingga memang diperlukan suatu inovasi dalam pelayanan
pasien lansia yang mana telah dilakukan oleh Puskesmas Arut Selatan
berupa pengobatan gratis, mendahulukan pasien lansia (tanpa antrian),

27


penyediaan jalur khusus bagi pasien lansia, dan penyediaan alat bantu
bagi lansia (seperti kursi roda).
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa masyarakat
yang termasuk lansia di wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan setuju
dengan adanya program kesehatan lansia dan menyatakan bahwa
program kesehatan lansia di Puskesmas Arut selatan bermanfaat bagi
mereka.

6.2. Saran
Puskesmas Arsel diharapkan dapat menyediakan Poli Lansia, di mana
pelayanan khusus lansia dapat lebih optimal tanpa mengganggu
kenyamanan pasien non lansia.
Sosialisasi posyandu lansia ke masyarakat dan pendekatan ke keluarga
lansia.
Adanya sosialisasi ini tentunya sangat mendukung dalam memberikan
pengertian ke masyarakat mengenai pentingnya pos pelayanan terpadu
lansia ini. Serta pendekatan dalam keluarga lansia juga berpengaruh
agar keluarga juga memberikan dukungan untuk lansia supaya
mengikuti kegiatan dalam posyandu ini. Selain dukungan tentunya ada
usaha dari si anak untuk mau mengantarkan lansia ke tempat
pelayanan.
Jemput lansia atau tangani di tempat.
Apabila jarak rumah dengan tempat posyandu jauh dan tidak
memungkinkan lansia untuk pergi sendiri serta tidak ada kerabat yang
mengantar, maka lansia tersebut akan dijemput oleh petugas pelayanan
secara gratis. Dengan begitu tidak ada lagi yang dikhawatirkan lansia
bagaimana caranya untuk ke tempat posyandu. Sedangkan tangani di
tempat maksudnya adalah petugas mengadakan pelayanan posyandu di
rumah lansia karena tidak mampunya si lansia untuk berjalan dalam
artian si lansia itu sudah tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan
apa apa. Dengan ini diharapkan semua lansia di wilayah kerja
Puskesmas dapat terdeteksi dan mendapat pelayanan yang merata dari
Puskesmas Arsel.

28


Pembagian KMS Lansia pada peserta Posyandu Lansia, agar dapat
lebih mudah mengontrol kesehatan lansia.
Pembagian leaflet pada saat kegiatan Posyandu lansia sebagai bagian
dari penyuluhan, untuk memberikan informasi kesehatan bagi lansia
yang tidak dapat hadir dalam kegiatan penyuluhan di puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sugondo, Sidartawan. Hipertensi Esensial. Di dalam: Sudoyo, Aru W, et.al,


editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009; 169:1079-1085.
2. Tanto, Chris, et al. Hipertensi. Di dalam: Chris Tanto, Ni Made Hustrini.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014; 233:635-639.

3. American Diabetes Assosiation ,2007, Nutrition http://www.diabetes.org/food-


nutrition-lifestyle/nutrition.jsp
Accessed 23 September 2016

29


4. Alvin .C, 2008. Diabetes Melitus, Harrison internal Medicine 17th Edition,
2052- 2063
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit paru Obstruktif
Kronik), pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2011.
6. Gheorghiade M et, AHA, 2005. Acute Heart Failure Syndromes; Current state
and framework for future research. Diunduh dari:
http://circ.ahajournals.org/content/112/25/3958.full.pdf+html Accessed 23
September 2016
7. Heart Foundation, 2006. Penyakit Jantung Koroner. D. Diunduh dari :
http://www.heartfoundation.org.au/Yourheart/pages/default.aspx. Accessed 23
September 2016
8. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2017,Penyakit Tidak Menukar, Kementrian
Kesehatan; 9-11 Acessed 23 September 2016
9. Maryam, R. Siti, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:
Salamba Medika

Kuesioner

PERILAKU LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA

DI PUSKESMAS ARUT SELATAN PANGKALAN BUN TAHUN 2016

I. DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN.

1. NAMA :

30


2. UMUR : tahun

3. Jenis Kelamin :.

4. Berat Badan (BB) : kg

5. Pendidikan terakhir yang berijazah :

a. SD

b. SMP

c. SMU

d. Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan Responden :

a. Pegawai Swasta

b. Wiraswasta

c. Pensiunan

d. Lain-lain (.)

7. Penghasilan responden setiap bulan :

a. > Rp. 1.000.000/ bulan

b. Rp. 500.000- Rp 900.000/ bulan

c. < Rp. 500.000/ bulan

31


II. PENGETAHUAN

1. Menurut Bapak/ Ibu, apa yang dimaksud dengan posyandu lansia ?

a. Pembinaan kesehatan lansia dalam meningkatkan kesehatan,

kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif yang

dilakukan setiap bulannya. (skor 3)

b. Tempat pengobatan untuk lansia. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor1)

2. Menurut bapak/ Ibu, apakah manfaat dari posyandu lansia ?

a. Untuk meningkatkan kesehatan, kemampuan untuk mandiri,

produktif dan berperan aktif. (skor 3)

b. Untuk mendapatkan pengobatan secara gratis. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

3. Menurut Bapak/ Ibu, apakah jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia ?

a. Pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, pemberian

makanan tambahan, olah raga. (skor 3)

b. Pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

32


4. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan pada saat Bapak/ Ibu menghadiri kegiatan

posyandu lansia ?

a. Untuk pemeriksaan status gizi. (skor 3)

b. Untuk pencatatan petugas puskesmas. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

5. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan pengukuran tekanan darah pada saat

kegiatan posyadu lansia berlangsung ?

a. Untuk mengetahui status kesehatan lansia. (skor 3)

b. Untuk data pelengkap bagi petugas kesehatan. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

6. Menurut Bapak/ Ibu, pemberian makanan tambahan yang bagaimana yang

sesuai untuk dikonsumsi oleh lansia ?

a. Jenis makanan yang memperhatikan aspek kesehatan dan gizi

untuk lansia. (skor 3)

b. Jenis makanan yang enak dan murah. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

33


7. Menurut Bapak/ Ibu, apa manfaat dari jenis kegiatan dalam bentuk olah

raga yang pernah dilakukan di posyandu lansia ?

a. Untuk meningkatkan kebugaran. (skor 3)

b. Untuk kekompakkan antar lansia lainnya. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

8. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan penyuluhan kesehatan pada saat

pelaksanaan posyandu lansia ?

a. Untuk memberikan komunikasi, informasi, dan edukatif pada

lansia. (skor 3)

b. Untuk mendengarkan petugas kesehatan dalam menyampaikan

program kerja puskesmas. (skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

9. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa peran serta keluarga dalam pelaksanaan

posyandu lansia ?

a. Sebagai motivator untuk mengantar dan mengingatkan lansia jika

lupa jadwal posyandu lansia. (skor 3)

b. Sebagai pedamping saja sewaktu berada di posyandu lansia(skor 2)

c. Tidak tahu. (skor 1)

II. SIKAP

1. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu, dalam hal untuk menghadiri posyandu

lansia setiap bulannya?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

34


2. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila posyandu lansia diadakan dan

bermanfaat bagi Bapak/ Ibu ?

a. Setuju (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

3. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan di posyandu lansia

berupa penyuluhan kesehatan?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

35


4. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan penimbangan berat badan

pada saat Bapak/ Ibu menghadiri kegiatan posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

5. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan pengukuran tekanan darah

pada saat kegiatan posyadu lansia berlangsung ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

6. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila diadakan olah raga ringan pada

saat posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

6. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila adanya keikut sertaan keluarga

pada setiap kegiatan posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

III. TINDAKAN

1. Apakah Bapak/ Ibu pernah mengunjungi posyandu lansia ?

a. Ya. (jika ya, lanjut ke pertanyaan no.2) (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

36


2. Apakah setiap bulannya Bapak/ Ibu menghadiri posyandu lansia ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

37


3. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu

mengikuti kegiatan berupa penimbangan berat badan ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

4. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu

mengikuti kegiatan berupa pengukuran tekanan darah ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

5. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu

mengikuti kegiatan berupa olah raga ringan ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

6. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu

mengikuti kegiatan berupa penyuluhan kesehatan ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

38


9. Pada saat menghadiri posyandu, apakah Bapak/ Ibu didampingi oleh

keluarga?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

10. Apakah Bapak/ Ibu mengkonsumsi susu setiap harinya ?

a. Ya (skor 1)

b. Tidak (skor 0)

39

Anda mungkin juga menyukai