DISUSUN OLEH:
dr. Yumindra Pratama
PENDAMPING:
dr. Hj. Asmawati
PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA
DI PUSKESMAS ARUT SELATAN
KOTAWARINGIN BARAT
DISUSUN OLEH:
dr. Yumindra Pratama
PENDAMPING:
dr. Hj. Asmawati
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan mini
project ini tepat pada waktunya. Laporan mini project ini berjudul Pengembangan
Program Kesehatan Lansia di Puskesmas Arut Selatan, Kotawaringin Barat dan
dilakukan pada bulan Oktober 2016.
Keberhasilan dalam penulisan laporan mini project ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak khususnya dr. Hj. Asmawati selaku dokter pendamping,
dan teman-teman yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini, serta setiap
pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Peneliti berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Peneliti juga berharap untuk mendapatkan saran ataupun kritik yang membangun
dari para pembaca untuk kemajuan bersama.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
1.1.............................................................................................................. Lat
ar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2.............................................................................................................. Ru
musan Masalah................................................................................................ 2
1.3.............................................................................................................. Tuj
uan Penelitian .................................................................................................. 3
1.4.............................................................................................................. Ma
nfaat Penelitian................................................................................................ 3
5.1. Hasil Penelitian ............................................................................................. 20
5.1.1.Data Rekam Medik........................................................................... 20
5.1.2.Karakteristik Responden .................................................................. 21
5.1.3. Pengetahuan Responden ................................................................. 22
5.2. Pembahasan.................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data WHO (2011), kasus kematian akibat penyakit
tidak menular tertinggi, salah satunya berada di kawasan Asia Tenggara.
Selain dibebani dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit tidak menular, negara-negara tersebut juga masih dibebani dengan
kasus penyakit menular. Salah satu negara yang mengalami beban ganda
tersebut adalah Indonesia. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama
ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5). Selain itu, hipertensi menduduki peringkat kedua
penyakit tidak menular yang banyak diderita di Indonesia.
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi berada di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Depkes
RI (2008) dalam Riskesdas 2007 melaporkan bahwa provinsi di Indonesia
yang mempunyai hipertensi lebih tinggi dari prevalensi nasional (31,7%)
adalah Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Riau, Sulawesi Barat,
Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Data dari Puskesmas Arut Selatan pada Januari sampai Desember
tahun 2015, jumlah kunjungan lansia sebanyak 2568 orang dengan penyakit
hipertensi sebanyak 1086, diabetes melitus sebanyak 405 orang, obesitas
sebanyak 15 orang. Angka tersebut menunjukkan bahwa angka kunjungan
dan penyakit tidak menular di Puskesmas Arsel cukup tinggi.
Atas uraian tersebut penulis bermaksud melaksanakan mini project
untuk menentukan apa saja yang melatarbelakangi program pengembangan
kesehatan lansia di Puskesmas Arut Selatan.
Mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan lansia di
wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan
Mengetahui jumlah kunjungan dan penyakit tidak menular pada
lansia di Puskesma Arut Selatan
Mengetahui peran serta lansia dalam pengembangan program
kesehatan lansia di Puskesmas Arut Selatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),
dan very old ( > 80 tahun).
10
Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-
sel tubuh lelah terpakai.
Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat melakukan regenerasi.
Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
11
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin.
Gejala nya berupa sering merasa haus, sering merasa lapar, sering buang air
kecil, gatal-gatal di kulit, cepat lelah, berat badan menurun, infeksi sulit sembuh.
Penyebabnya adalah genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat,
kurang aktivitas fisik. Pencegahan agar tidak terkena diabetes melitus adalah
dengan menjaga pola makan, aktivitas fisik dengan olah raga, dan rutin melakukan
pemeriksaan kadar gula darah.
2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah
yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
12
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu.
Faktor resiko hipertensi :
Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis
dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap stres psikososial
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
Asupan natrium berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitric oxide (NO), dan
peptida natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang
mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
Berubahnya transpor ion dalam sel
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien. Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif
yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia
dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali dan edema perifer.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
BAB IV
ANALISIS SITUASI
1. KEADAAN GEOGRAFI
Kecamatan Arut Selatan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2.300 mm/thn,
dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,9 33 celcius dan suhu minimum
berkisar 21,9 Celcius dengan kelembaban udara sekitar 84,92%.
2. KEPENDUDUKAN
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 Km yang terdiri dari 2 ( dua )
Kelurahan dan 2 ( dua ) desa terdiri dari Kelurahan Raja dengan luas 1,50 Km,
Kelurahan Raja Seberang 115 Km,.
a. Penyebaran Penduduk
17
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan pada tahun 2015 berjumlah
8702 jiwa, tersebar dalam 2 (dua) Kelurahan. Kelurahan Raja 6.883 jiwa dan
Kelurahan Raja Seberang 1.819 jiwa
Raja Seberang;
1819
Raja; 6883
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan akhir tahun 2015 per km
sekitar 75 jiwa. Kelurahan yang terpadat penduduknya adalah kelurahan Raja sebesar
4.589 jiwa, disusul berturut-turut kelurahan Raja Seberang 16 jiwa.
18
d. Penduduk Menurut Golongan Umur
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO UMUR
(TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5
13 60 64 94 75 169
19
14 65 69 62 55 117
15 70 74 45 34 79
16 75+ 17 22 39
3. SOSIAL EKONOMI
10%
50%
40%
4. DATA SARANA
TTU : 99 buah
TPM : 120 buah
TP3 : 2 buah
5. SARANA PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan dalam menyerap informasi
termasuk informasi kesehatan dan lebih pandai dalam menyelesaikan masalah.
Pendidikan dapat diklasifikasikan bahwa semua penduduk di wilayah Puskesmas Arut
20
Selatan sudah melek huruf serendah-rendahnya pernah mengenyam bangku
sekolah.Pada wanita diharapkan angka melek huruf mempengaruhi dalam alternatif
kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menurun.
PAUD : 2 buah
TK : 6 buah
SD/MI : 12 buah
SLTP : 3 buah
SLTA : 2 buah
6. SARANA KESEHATAN
7. FASILITAS PENUNJANG
Dengan mengacu pada Visi Puskesmas Arut Selatan TURWUJUDNYA
KEMANDIRIAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI WILAYAH PUSKESMAS ARUT
SELATAN YANG SEJAHTERA , BERKEADILAN DAN JAYA
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui
misi sebagai berikut :
Dalam upaya mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Arut Selatan harus dapat
melakukan kebijakan-kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang
terukur dan terus menerus . Penetapan Visi Puskesmas Arut Selatan akan menuntut
jajaran di puskesmas Arut Selatan melakukan kerjasama lintas program maupun lintas
sektor terkait. Karena kesehatan tanggung jawab bersama, maka jajaran kesehatan harus
juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sektor-sektor terkait dan sektor swasta dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Untuk menunjang pencapaian program maka yang tidak kalah penting adalah
bagaimana pelayanan itu diberikan, dengan mutu pelayanan yang baik pasti akan
berdampak pada peningkatan cakupan program. Di puskesmas Arut Selatan untuk
menjaga mutu pelayanan antara lain melalui survey kepuasan pelanggan kepada pasien
setahun dua kali yaitu pada bulan April dan Oktober, untuk tahun 2013 pada bulan Mei
juga dilakukan survey Indek Kepuasan Masyarakat oleh Tim Kabupaten Kotawaringin
Barat dan Syukur Alhamdulillah puskesmas Arut Selatan mendapat hasil yang cukup
memuaskan yaitu 80,08 dan masuk dalam kriteria baik.
Untuk mewujudkan visi dan misi ditetapkan motto Puskesmas Arut Selatan :
22
ARSEL
Aman
Ramah
Sehat
Ekonomis
Langsung
BAB V
HASIL PENELITIAN
23
f. Anemia (kurang darah) 0
g. Diabetes melitus 405
h. Gangguan ginjal 0
i. Jml usila yg diobati 2372
j. Jml usila yg dirujuk 423
k. Jml usila yg mendapat yankes seluruhnya 2753
Jml Panti Werdha yg ada 0
Jml panti yang dibina 0
Jml usila di panti yg diperiksa 0
Jml usila di panti yg diobati 0
Jml usila di panti yg dirujuk 0
memiliki 4 Posyandu Lansia antara lain Kencana, Aster, Kenangan, dan Tunas
Muda. Selain itu, Puskesmas Arsel telah melaksanakan kegiatan Senam Lansia
sejak 11 April 2013. Pada segi pelayanan, Puskesmas Arsel telah melakukan
inovasi dengan Pelayanan Kesehatan Ramah Lanjut Usia yang berupa penyediaan
Karakteristik Jumlah %
< 45 tahun 4 13
Usia 45-59 tahun 14 47
60 tahun 12 40
SD 17 57
Pendidikan SMP 8 27
SMA 4 13
24
Perguruan Tinggi 1 3
Underweight 0 0
Normal 23 77
Status Gizi
Overweight 6 20
Obesitas 1 3
25
3. Apakah jenis kegiatan yang ada di 85% 15%
posyandu lansia ?
4. Untuk apa dilakukan penimbangan berat 90% 10%
badan dan tinggi badan pada saat
menghadiri posyandu lansia ?
5. Untuk apa dilakukan pengukuran tekanan 90% 10%
darah pada saat kegiatan posyandu lansia ?
6. Pemberian makanan tambahan yang 80% 20%
bagaimana yang sesuai untuk dikonsumsi
lansia?
7. Apakah manfaat dari jenis kegiatan dalam 90% 10%
bentuk olahraga yang pernah dilakukan di
posyandu lansia?
8. Untuk apa dilakukan penyuluhan 85% 15%
kesehatan pada saat pelaksanaan posyandu
lansia?
9. Untuk apa peran serta keluarga dalam 85%
pelakasanaan posyandu lansia?
10. Pendapat dalam hal menghadiri posyandu 85% 15%
lansia ?
5.2. Pembahasan
26
kunjungan lansia usia 45-59 sebanyak 849 orang, lansia usia 60-69
sebanyak 1073 orang, dan lansia usia >70 tahun sebanyak 646 orang. Dari
data penyakit, sebanyak 1086 orang didiagnosa hipertensi, diabetes melitus
sebanyak 405 orang, dan obesitas sebanyak 15 orang. Hal ini menunjukkan
tingginya angka kunjungan pasien lansia di Puskesmas Arsel.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Sebagian besar responden lansia memiliki pengetahuan yang baik
terhadap kesehatan lansia, walaupun sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
Jumlah kunjungan pasien lansia di Puskesmas Arut Selatan cukup
tinggi, sehingga memang diperlukan suatu inovasi dalam pelayanan
pasien lansia yang mana telah dilakukan oleh Puskesmas Arut Selatan
berupa pengobatan gratis, mendahulukan pasien lansia (tanpa antrian),
27
penyediaan jalur khusus bagi pasien lansia, dan penyediaan alat bantu
bagi lansia (seperti kursi roda).
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa masyarakat
yang termasuk lansia di wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan setuju
dengan adanya program kesehatan lansia dan menyatakan bahwa
program kesehatan lansia di Puskesmas Arut selatan bermanfaat bagi
mereka.
6.2. Saran
Puskesmas Arsel diharapkan dapat menyediakan Poli Lansia, di mana
pelayanan khusus lansia dapat lebih optimal tanpa mengganggu
kenyamanan pasien non lansia.
Sosialisasi posyandu lansia ke masyarakat dan pendekatan ke keluarga
lansia.
Adanya sosialisasi ini tentunya sangat mendukung dalam memberikan
pengertian ke masyarakat mengenai pentingnya pos pelayanan terpadu
lansia ini. Serta pendekatan dalam keluarga lansia juga berpengaruh
agar keluarga juga memberikan dukungan untuk lansia supaya
mengikuti kegiatan dalam posyandu ini. Selain dukungan tentunya ada
usaha dari si anak untuk mau mengantarkan lansia ke tempat
pelayanan.
Jemput lansia atau tangani di tempat.
Apabila jarak rumah dengan tempat posyandu jauh dan tidak
memungkinkan lansia untuk pergi sendiri serta tidak ada kerabat yang
mengantar, maka lansia tersebut akan dijemput oleh petugas pelayanan
secara gratis. Dengan begitu tidak ada lagi yang dikhawatirkan lansia
bagaimana caranya untuk ke tempat posyandu. Sedangkan tangani di
tempat maksudnya adalah petugas mengadakan pelayanan posyandu di
rumah lansia karena tidak mampunya si lansia untuk berjalan dalam
artian si lansia itu sudah tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan
apa apa. Dengan ini diharapkan semua lansia di wilayah kerja
Puskesmas dapat terdeteksi dan mendapat pelayanan yang merata dari
Puskesmas Arsel.
28
Pembagian KMS Lansia pada peserta Posyandu Lansia, agar dapat
lebih mudah mengontrol kesehatan lansia.
Pembagian leaflet pada saat kegiatan Posyandu lansia sebagai bagian
dari penyuluhan, untuk memberikan informasi kesehatan bagi lansia
yang tidak dapat hadir dalam kegiatan penyuluhan di puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
29
4. Alvin .C, 2008. Diabetes Melitus, Harrison internal Medicine 17th Edition,
2052- 2063
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit paru Obstruktif
Kronik), pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2011.
6. Gheorghiade M et, AHA, 2005. Acute Heart Failure Syndromes; Current state
and framework for future research. Diunduh dari:
http://circ.ahajournals.org/content/112/25/3958.full.pdf+html Accessed 23
September 2016
7. Heart Foundation, 2006. Penyakit Jantung Koroner. D. Diunduh dari :
http://www.heartfoundation.org.au/Yourheart/pages/default.aspx. Accessed 23
September 2016
8. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2017,Penyakit Tidak Menukar, Kementrian
Kesehatan; 9-11 Acessed 23 September 2016
9. Maryam, R. Siti, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:
Salamba Medika
Kuesioner
1. NAMA :
30
2. UMUR : tahun
3. Jenis Kelamin :.
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan Responden :
a. Pegawai Swasta
b. Wiraswasta
c. Pensiunan
d. Lain-lain (.)
31
II. PENGETAHUAN
3. Menurut Bapak/ Ibu, apakah jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia ?
32
4. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan penimbangan berat badan dan
posyandu lansia ?
5. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan pengukuran tekanan darah pada saat
33
7. Menurut Bapak/ Ibu, apa manfaat dari jenis kegiatan dalam bentuk olah
8. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan penyuluhan kesehatan pada saat
lansia. (skor 3)
9. Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa peran serta keluarga dalam pelaksanaan
posyandu lansia ?
II. SIKAP
a. Setuju. (skor 2)
34
2. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila posyandu lansia diadakan dan
a. Setuju (skor 2)
a. Setuju. (skor 2)
35
4. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan penimbangan berat badan
a. Setuju. (skor 2)
a. Setuju. (skor 2)
6. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila diadakan olah raga ringan pada
a. Setuju. (skor 2)
a. Setuju. (skor 2)
III. TINDAKAN
b. Tidak. (skor 0)
36
2. Apakah setiap bulannya Bapak/ Ibu menghadiri posyandu lansia ?
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
37
3. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
4. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
5. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
6. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
38
9. Pada saat menghadiri posyandu, apakah Bapak/ Ibu didampingi oleh
keluarga?
a. Ya. (skor 1)
b. Tidak. (skor 0)
a. Ya (skor 1)
b. Tidak (skor 0)
39