Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET RENDAH PURIN TERHADAP

PENINGKATAN INSIDENSI PENYAKIT ARTERITIS GOUT DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KOTA SIGLI PERIODE BULAN DESEMBER 2021 - JANUARI 2022

MINI PROJECT
LATAR BELAKANG

Gout berupa penyakit progresif akibat deposisi Kristal MSU di


persendian, ginjal, dan jaringan ikat lain sebagai akibat
hiperurisemia kronik.

Gout mengenai 1-2% populasi dewasa, terbanyak pada pria.

Prevalensi gout diperkirakan antara 13,6/1000 pria dan


6,4/1000 wanita.

Prevalensi gout meningkat sesuai umur dengan rerata 7%


pada pria >75 tahun dan 3% pada wanita >85 tahun.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan gout


masih belum optimal yang ditunjukkan adanya angka
ketidaktepatan dalam penegakan diagnosis sebesar 57% di
Inggris.
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang ini maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah adakah hubungan pengetahuan masyarakat tentang diet
purin dengan peningkatan insidensi arthritis gout di Puskesmas Kota
Sigli, Pidie pada periode Desember 2021– Januari 2022?
TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang diet


rendah purin dalam peningkatan insidensi penyakit Artritis Gout di
Wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli, Pidie pada periode Desember 2021
– Januari 2022
MANFAAT

1. Bagi Peneliti

• Sebagai pengalaman dan penambahan wawasan tentang insidensi penyakit arthritis gout yang terjadi di Puskesmas Kota
Sigli.

• Mengaplikasikan ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam sebuah penelitian yang berguna bagi masyarakat.

2. Bagi Wahana

• Sebagai bahan acuan dalam peningkatan penanganan penyakit arthritis gout di Pukesmas Kota Sigli.

• Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berupa pemberian informasi dan motivasi kepada penderita penyakit arthritis
gout di Puskesmas Kota Sigli.

• Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas Kota Sigli sesuai hasil penelitian.
AKAN DIBAHAS:

1 Definisi

2 Epidemiologi

3 Etiologi, Patofisiologi

4 Manifestasi Klinis

5 Diagnosis

6 Diagnosis Banding

7 Tatalaksana, Komplikasi
DEFINISI

Gout merupakan penyakit progresif akibat deposisi Kristal MSU di


persendian, ginjal dan jaringan ikat lain sebagai akibat hiperurisemia
yang telah berlangsung kronik.
EPIDEMIOLOGI
Pria>wanita - Usia >75 taun: 37,97%

Pada wanita kadar asam urat meningkat setelah menopause.

Prevalensi gout di Aceh:

- Usia 15-24 tahun: 2,81%

- Usia 25-34 tahun: 6,22%

- Usia 35-44 tahun: 13,4%

- Usia 45-54 tahun: 23,14%

- Usia 55-64 tahun: 59,02%

- Usia 65-74 tahun: 36,77%


ETIOLOGI
Merupakan kelainan metabolik

Disebabkan oleh reaksi inflamasi pada


jaringan akibat pembentukan Kristal
monosodium urat.
PATOFISIOLOGI Ketidakseimbangan
produksi dan sekresi
asam urat serum

Terutama di
MTP-1 Hiperurisemia

Merangsang timbunan asam


urat dalam bentuk garam MSU Hipersaturasi
di berbagai jaringan asam urat
MANIFESTASI KLINIS
1. Hiperurisemia tanpa gejala klinis. Pada px fisik dapat dijumpai deformitas sendi dan tofus pada
jaringan.
Serum UA>6,8mg/dl
3. Artritis gout kronis.
Dapat berlangsung cukup lama dan sebagian dapat menjadi artritis
gout. Berkembang dalam 5 tahun pada sekitar 30% pasien yang tidak
diobati dengan baik.
2. Artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala klinis.

Paling sering mengenai sendi MTP1 (Podogra), tiba-tiba, sendi yang


terkena eritema, hangat, bengkak dan nyeri.

Serangan akut kedua dialami dalam 6 bulan sampai 2 tahun.

Mengenai lebih dari satu sendi.


DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
1. Osteoartritis

2. Rheumatoid Artritis
OSTEOARTHRITIS
RHEUMATOID ARTHRITIS
TATALAKSANA

1. Hiperurisemia tanpa gejala klinis.

- Modifikasi gaya hidup.

- Pemberian obat penurun asam urat


tidak dianjurkan secara rutin dengan
pertimbangan risiko dan efektifitas
obat penurun asam urat.
TATALAKSANA

2. Serangan Gout akut.

- Onset <12 jam: Kolkisin 1mg diikuti 0,5mg


pada 1 jam kemudian.

- Pilihan lain: OAINS, Kortikosteroid oral


dan/atau bila dibutuhkan aspirasi sendi
diikuti injeksi kortikosteroid.

- Kolkisin dan OAINS, KI: gangguan ginjal


berat dan pasien yang mendapat terapi
penghambat P-glikoprotein dan atau
CYP3A4 (Siklosporin atau Klaritomisin).

- Allopurinol tidak disarankan pada serangan


akut.

- Obat penurun asam urat dianjurkan dimulai


2 minggu setelah serangan akut reda.
TATALAKSANA

3. Fase interkritikal dan Gout Kronis.

- Memerlukan terapi penurun asam urat dan profilaksis


untuk mencegah serangan akut.

- Terapi: golongan xantin oksidase inhibitor (Allopurinol


dan febuxostat) dan kelompok urikosurik (Probenecid).

- Pilihan 1: Allopurinol 100mg/hari. Jika terjadi toksisitas:


Probenecid 1-2gr/hari atau Febuxostat 80-120mg/hari.

- Kombinasi xantin oksidase inhibitor dengan obat


urikosurik atau peptidoglikase dapat diberi pada pasien
kronis dengan tofi yang banyak atau kualitas hidup buruk
yang tidak dapat mencapai target UA serum dengan
pemberian dosis maksimal obat penurun asam urat
tunggal.

- Profilaksis: Kolkisin 0,5-1mg/hari, dosis harus dikurangi


pada gangguan fungsi ginjal.
KOMPLIKASI
1. Deposit asam urat dapat menjadi
batu dan menyebabkan nefrolitiasis
urat.

2. Dapat pula terjadi gagal ginjal akut


setelah terjadinya pelepasan massif
asam urat yang berlangsung pada
pasien yang telah mengalami
pengobatan karena kelainan mielo-
atau limfoproliferatif.
KERANGKA TEORI

- Peradangan sendi ( nyeri,


merah, kaku)
- Tampak tofus atau kelainan
pada MTP-1

KERANGKA TEORI
Faktor resiko :
Pengetahuan diet
GOUT Usia
rendah purin
(AU > 6mg/dL) Jenis kelamin
Pola makan
 

Kuesioner Pola Makan

Pengetahuan :
 Kurang Perilaku konsumsi diet purin:
 Sedang  Rendah
 Baik  Sedang
   tinggi
METODELOGI PENELITIAN
METODELOGI PENELITIAN

- Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif analisis.

- Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi
tentang ciri-ciri variabel dalam penelitian meliputi gambaran jumlah penderita penyakit arthritis gout
di wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli.

- Penelitian analisis merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menganalisis variabel dalam
penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan insidensi
penderita arthritis gout di wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli.
METODELOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu: Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Sigli, dilakukan pengamatan dari
bulan Desember – Januari 2022 di wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli.

Jenis Data:

Data Primer diperoleh Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan data hasil wawancara
atau anamnesa dan pengamatan pada saat Poli Dokter dan Poli Umum di wilayah kerja Puskesmas
Kota Sigli selama periode bulan Desember 2021 – Januari 2022.

Data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumen, data statistik, dan naskah-naskah yang
tersedia dalam lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian.
METODELOGI PENELITIAN

• Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Penyakit Rematik periode Desember 2021 –
Januari 2022 di wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli.

• Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penderita Artritis Gout periode Desember 2021 –
Januari 2022 di wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli.

• Data yang diperoleh baik itu berupa rekam medis maupun hasil wawancara terhadap penderita
dianalisa berdasar tinjauan pustaka dan dideskripsikan secara naratif.

• Bentuk intervensi yang dilakukan dalam mini project ini berupa penyuluhan/edukasi langsung kepada
pasien. Hal penting yang harus disampaikan dalam penyuluhan yaitu definisi dari penyakit arteritis
gout, faktor apa saja yang mempengaruhi penyakit arteritis gout, dan gaya hidup rendah purin yang
berpengaruh pada insidensi penyakit arteritis gout.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
• Penilaian pengetahuan responden tentang asam urat dilakukan dengan memberikan 10 pertanyaan beserta 4 pilihan untuk tiap
pertanyaan.

• Seluruh skor pertanyaan dijumlahkan sehingga didapatkan skor total yang kemudian diklasifikasikan menjadi pengetahuan baik,
sedang dan kurang.

• Pada penelitian ini didapatkan hasil 5 responden memiliki pengetahuan kurang, 5 responden memilki pengetahuan sedang, dan
tidak ada responden yang memilki pengetahuan baik akan penyakit artritis gout.

• Penilaian perilaku makan secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan tabel kuesioner frekuensi konsumsi bahan makanan dan
minuman yang beresiko terhadap asam urat dalam seminggu.

• Setiap bahan makanan diberi skor sesuai dengan frekuensi konsumsi perminggu (daging, seafood, sayuran, buah, kopi, teh dan
alkohol) dan diklasifikasikan menjadi resiko rendah, sedang, dan tinggi.

• Batasan frekuensi yang digunakan untuk penilaian terhadap perilaku makan dan minum adalah tidak pernah, jarang
(mengkonsumsi makanan/minuman kurang dari 1 kali perminggu), sering (mengkonsumsi makanan/minuman lebih dari 1 kali
perminggu), dan setiap hari.
HASIL PENELITIAN

• Setelah melakukan wawancara untuk mengisi kuesioner, didapatkan responden yang memiliki resiko
tinggi 0 orang, resiko sedang 9 orang, dan 1 orang memiliki resiko rendah untuk insidensi terjadinya
penyakit artritis gout karena makanan yang responden konsumsi.

• Secara umum sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan perilaku yang berisiko
sedang terkena arthritis gout. Meskipun tidak diuji statistik, tampak bahwa responden yang
berpengetahuan kurang memiliki perilaku yang berisiko sedang pula.
DISKUSI
DISKUSI

• Berdasarkan data diatas, didapatkan adanya hubungan pengetahuan diet purin terhadap insidensi penyakit arthritis
gout.

• Makanan merupakan salah satu faktor resiko meningkatnya kadar purin dalam darah. Kenyataan yang ditemukan
masih banyak masayarakat yang mengkonsumsi makanan tinggi purin, hal ini disebabkan pengetahuan yang kurang
tentang jenis makanan tinggi purin.

• Dari faktor pelayanan kesehatan ditemukan bahwa belum adanya penyuluhan terhadap penyakit arthritis gout
dimana pengetahuan masyarakat tentang arthritis gout sangat penting dalam menurunkan faktor resiko terjadinya
arthritis gout.

• Oleh karena itu diadakan penyuluhan perseorangan mengenai arthritis gout dan makanan yang mengandung purin.
Namun dalam penelitian ini kami tidak meninjau kembali hasil dari penyuluhan dimana diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan diet purin sehingga menurunkan insidensi arthritis gout.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:

Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang diet rendah purin dalam peningkatan insidensi penyakit Artritis
Gout di Wilayah kerja Puskesmas Kota Sigli pada periode Desember 2021 – Januari 2022.

Saran

• Puskesmas

Perlu diadakan penyuluhan mengenai arthritis gout bagi masyarakat yang masih minim pengetahuan.

• Masyarakat

Saling mengupayakan diet rendah purin dengan diadakannya sosialisasi makanan sehat di posyandu

• Peneliti

Memperbaiki penelitian dengan cara menindak lanjuti hasil dari penyuluhan sebelumnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai