Anda di halaman 1dari 72

PENGENDALIAN

ASMA DEWASA
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT TIDAK MENULAR
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan pengendalian Asma
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Diagnosis Asma pada pasien Dewasa
2. Melakukan pemeriksaan penunjang pada pasien
Asma Dewasa
3. Melakukan tatalaksana asma di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Tatalaksana Rujukan
4. Melakukan terapi inhalasi
5. Melakukan rujukan asma
POKOK BAHASAN & SUB POKOK BAHASAN
1. Diagnosis Asma pada pasien Dewasa :
a. Epidemiologi
b. Patofisiologi
c. Gejala klinis
d. Faktor pencetus
e. Klasifikasi
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Asthma Control Test
b. Peak Flow Meter
c. Spirometri
d. Pemeriksaan penunjang lain
3. Tatalaksana Asma di FKTP
a. Promosi
b. Pencegahan
c. Tatalaksana pada keadaan akut
d. Tatalaksana pada keadaan stabil
4. Terapi inhalasi
5. Rujukan asma :
a. Rujukan klinis
b. Rujukan balik
PENGERTIAN ASMA
Asma adalah
gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya
yang berhubungan dengan hiperreaktivitas
bronkus sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada
dan batuk yang timbul terutama pada malam atau
dini hari yang bersifat reversible (dapat membaik)
dengan atau tanpa pengobatan.
PENGERTIAN ASMA

Episodic perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya


peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas
yang bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan
Normal Asma
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO ASMA
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap

Alergen di dalam dan di luar ruangan


Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
2. UPAYA PROMOTIF DAN
PREVENTIF
UPAYA PROMOTIF PADA ASMA

1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


TUJUAN:
Meningkatkan penyebar luasan informasi , meningkatkan
pengetahuan,kemampuan dan keterampilan petugas,
serta mengubah perilaku masyarakat
UPAYA PROMOTIF PADA ASMA
Informasi dan edukasi yang disampaikan ke masyarakat:
• Riwayat perjalanan penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit
(apakah membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja
obat-obatan serta. mengetahui kapan harus meminta pertolongan
dokter
• Pentingnya melakukan kontrol secara teratur : untuk menilai dan
memantau kondisi asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
• Pola hidup sehat, seperti tidak merokok, konsumsi makanan yang
tidak memicu timbulnya asma, aktifitas fisik yang teratur, istirahat
cukup, kelola stres dan tidak mengonsumsi alkohol.
• Menghindari setiap pemicu
• Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan
olah raga/exercise untuk mencegah exercise induced asthma
UPAYA PROMOTIF PADA ASMA
SASARAN
• Tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
• Masyarakat termasuk pasien asma, kelompok risiko
asma, dan tokoh masyarakat
KEGIATAN
• Menyusun materi KIE bagi kelompok sasaran
• Melaksanakan penyuluhan atau KIE tentang asma
melalui berbagai media KIE
• Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan KIE
media sosial, surat kabar, majalah, koran lokal, tablig
akbar, khotbah Jumat, khotbah Minggu, lembar fakta
(fact sheet), selebaran (leaflet), poster, baliho, spanduk.
• Pemberdayaan Masyarakat
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah
sensitisasi pada bayi dengan orang tua pasien asma
dengan cara yaitu :
• Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama
kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak.
• Diet hipoalergienik ibu hamil, asalkan/dengan syarat
diet tersebut tidak mengganggu asupan janin
• Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan
• Diet hipoalergenik ibu menyusui
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
Pencegahan sekunder ditujukan untuk
mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersensitisasi dengan cara menghindar pajanan
asap rokok, serta alergen dalam ruangan
terutama tungau debu rumah

Pencegahan tersier
ditujukan untuk mencegah manifestasi asma
pada anak yang telah menunjukkan manifestasi
penyakit alergi
DETEKSI DINI PADA ASMA

1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini


Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak
dengan orang tua asma, dermatitisatopi perlu
dicurigai untuk menderita asma dikemudian hari
DETEKSI DINI PADA ASMA
2. Penemuan kasus asma
Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian)
dilaksanakan secara rutin dan berjenjang dimulai
dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
diseluruh wilayah Indonesia yang diintegrasi dengan
pelayanan penyakit tidak menular (PTM) lainnya.
Dan juga bisa dilakukan penemuan kasus asma pada
kegiatan yang berbasis masyarakat seperti
POSBINDU PTM
Uji Fungsi Paru dengan Peak Flow Meter
1. FITUR
a. Sensor
Mengukur arus puncak ekspirasi
Unit sensor dapat dipisahkan dari mesin dan dicuci dengan tangan jika kotor
Tiriskan dan diamkan sehingga kering, sebelum memasukkannya kembali
b. Bagian utama
Menampilkan dan menyimpan hasil pengukuran
Jangan mencucinya
c. Tombol kontrol
M/F: Ukur / fungsi
<: Teruskan ke kiri
>: Teruskan ke kanan
Save/Enter: Simpan / masuk
d. Baterai/kompartemen
e. Menggunakan 3 buah baterai AAA (1,5 Volt).
2. PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT
Untuk pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE)
a.Untuk mendapatkan nilai terbaik, dilakukan pengukuran APE 3x berturut-turut
b.Pasang mouth piece di bagian input dari Peak Flow Meter
c.Tekan tombol M/F
d.Tanda “L/MIN” di samping kanan angka 000 akan berkedip
e.Setelah mengambil napas dalam, tahan napas selama 2 - 5 detik
f.Tempatkan mulut pada mouth piece
g.Kemudian tiup dengan mulut sekeras dan secepat mungkin (± 2 detik)
h.Unit akan berbunyi dalam 2 detik dan hasil pengukuran akan muncul di layar
(misalnya 536 liter/menit)
i.Ulangi langkah b-g untuk pengukuran kedua dan atau ketiga
j.Peak flow meter tidak akan mencatat hasil pengukuran bila meniupnya pelan atau
lebih dari 4 detik
k.Alat akan mengeluarkan bunyi beep 3x sebagai peringatan
l.Tekan tombol Save/Enter selama 2 detik, alat akan mengeluarkan bunyi beep 3x,
dan menyimpan secara otomatis nilai hasil pengukuran
2. PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT
Untuk mencari data yang disimpan
a.Tekan < untuk data lama, tekan > untuk data berikutnya
b.Jika sudah tidak ada data berikutnya, maka akan muncul “FFF” di layar
c. c. Fungsi tombol
d.Kembali ke fungsi pengukuran :
e.Tekan M/F selama 2 detik
a. Lalu tekan Save/Enter untuk kembalike fungsi pengukuran
f.Menghapus rekaman data
g.Tekan M/F selama ± 2 detik, “Clr” akan muncul di layar
h.Tekan Save/Enter untuk konfirmasi manghapus semua rekaman data
i. d. Pengukuran APE pada responden atau subjek yang diperiksa, dilakukan
sebanyak 3x dan diambil nilai tertinggi diantara ketiganya.
j. e. Nilai tertinggi tersebut dibandingkan dengan tabel atau grafik nilai APE
normal.
Pengukuran fungsi paru sederhana dengan cara mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE)
dengan menilai forced expiration volume pada detik pertama (FEV1)
Nilai APE:
1.Nilai APE normal
Nilai APE ≥ Nilai Prediksi normal
2. Nilai APE tidak normal:
nilai APE < Nilai Prediksi normal
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(ASMA)
Bagan. Gejala gangguan pernapasan
MENDIAGNOSIS SUATU PENYAKIT BERDASARKAN SESAK NAPAS DAN BATUK

BUAT DUGAAN BERDASARKAN


HAL-HAL BERIKUT:

Terdapat Tanyakan: Beratnya sesak napas (saat berjalan, naik tangga, berbicara atau
saat istirahat), bercak/batuk berdarah, nyeri dada, riwayat TB/Asma/PPOK,
beberapa gagal jantung, merokok (ya/tidak)

penyakit pada Curiga TB atau kanker


Jika sesak napas ringan Jika sesak napas berat (sesak
paru-paru, jika:
paru yang dan sedang dengan:

 Mengi atau dada rasa


saat beristirahat atau saat
berjalan) dengan:
 Batuk > 2 minggu
atau sering atau
menimbulkan berat, dahak banyak

 Frekuensi napas 20-


 Frekuensi napas > 30 kali
per menit
 Gelisah
 Ada riwayat TB atau
 Penurunan berat
badan tanpa alasan
gejala yang sama, 30 kali per menit

 Riwayat kekambuhan
 Menggunaan otot bantu
pernapasan (otot leher, otot
perut)
yang jelas
 Menderita HIV atau
 Nyeri dada saat
 APE < 50%
seperti sesak dan  Gejala kronis  Saturasi O2 (oximetry < 90%)
bernapas
 Batuk darah

batuk, sehingga
membutuhkan APE >80%
Asma/PPOK
APE 50- 80%
Asma /PPOK
 Mengi
ada/
tidak
 Suhu >38 ºC
 Dengan/tanpa
Edema
kedua
Pemeriksaan
lanjutan untuk TB

pemeriksaan eksaserbasi
ringan
eksaserbasi
sedang
sama
sekali
(silent
nyeri
 Dahak
berwarna
tungkai
(pitting
oedema)
atau kanker paru

lebih lanjut chest)

 Ronki Foto toraks dan


kering sputum BTA

Asma/
Alur Tatalaksana PPOK Infeksi saluran Kemungkina
napas bagian n gagal Jika TB, sesuai
Asma/PPOK berat
bawah sesuai jantung tatalaksanaTB
alur infeksi sesuai alur
saluran napas gagal jantung
Diagnosis Asma

Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting,


sehingga penyakit ini dapat ditangani dengan
baik dan benar.

Diagnosis klinis berdasarkan gejala, riwayat,


medis, dan pemeriksaan fisis sangat berarti
dalam menegakkan diagnosis asma.
Anamnesis
Gejala asma bervariasi yaitu batuk berulang,
sesak napas, rasa berat di dada, napas berbunyi
(mengi).

Berbagai gejala tersebut diatas juga dapat


ditemukan pada kondisi gangguan/penyakit
pernapasan lainnya seperti bronkhitis,
bronkiolitis (croup)pada anak, PPOK pada orang
tua dan lain-lain.
Gejala tipikal asma
a. Episodisitas adalah serangan yang berulang (hilang
timbul), yang diantaranya terdapat periode bebas serangan.
b. Variabilitas adalah bervariasinya kondisi asma pada waktu-
waktu tertentu bahkan dalam satu hari terjadi variabilitas
dengan perburukan pada malam atau dini hari.
c. Reversibilitas adalah meredanya gejala asma dengan atau
tanpa obat bronkodilator agonis β2 kerja singkat / SABA,
terjadi karena mekanisme obstruksi jalan napas pada asma
terutama didominasi oleh kontraksi otot polos bronkus.
d. Faktor Pencetus seperti perubahan cuaca, akibat provokasi
pencetus seperti alergen, iritan, dll
e. Riwayat Alergi pada pasien atau keluarganya seperti rinitis
alergik, dermatitis atopi dan ada riwayat asma.
Pemeriksaan Fisis
Temuan pemeriksaan fisis pada asma
bervariasi dari normal pada saat stabil (tidak
eksaserbasi), sampai didapatkan gambaran
klinis yang berat yaitu pada eksaserbasi akut
berat.
Kelainan pemeriksaan fisis yang paling sering
ditemukan adalah mengi pada auskultasi, yang
merupakan tanda terdapatnya obstruksi jalan
napas. Wheezing pada umumnya bilateral,
polifonik dan lebih terdengar pada fase
ekspirasi.
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang standar Penunjang tambahan

• Pemeriksaan faal • Pemeriksaan penunjang


paru standar tambahan yang
dengan spirometri dibutuhkan sesuai
(Jika tersedia) kondisi pasien adalah uji
• Pemeriksaan dan provokasi
penilaian faal paru • Uji alergi untuk menilai
secara sederhana status alergi (uji tusuk
dengan alat peak kulit dan pemeriksaan
flow meter serum IgE Atopi
Diagnosis Banding
Dewasa Anak
1) Rinosinusitis
1) Penyakit Paru Obstruksi Kronik 2) Refluks gastroeosofageal
(PPOK) 3) Bronkitis akut berulang
2) Gagal jantung kongestif 4) Displasia bronkopulmonal
3) Batuk kronik akibat keadaan 5) Tuberkulosis
yang lain 6) Malformasi kongenital yang
4) Disfungsi larings
menyebabkan penyempitan saluran
5) Obstruksi mekanis
intratorakal dan trakeomalasia
6) Emboli paru
7) Aspirasi benda asing
7) Disfungsi pita suara
8) Sindroma diskinesia silier primer
9) Defisiensi imun
10) Penyakit jantung bawaan
Tujuan Pengobatan Asma

Tujuan pengobatan asma adalah mencapai


asma terkendali/terkontrol.

Dibuat klasifikasi berdasar kondisi terkendalinya


asma untuk memudahkan penilaian asma
didalam keadaan tidak serangan menggunakan
Asma Control (ACT).
Contoh Nilai ACT

2 9

2
Nilai ACT & Level Kontrol, sebagai berikut :
•Tidak Terkontrol = < 19
•Terkontrol = 20-24
•Terkontrol Penuh = 25

Nilai/ Artinya Apa yang harus Strategi pelaksanaan


Skor dilakukan

<19 Tidak terkon- Tingkatkan tahapan Cari faktor penyebab tidak terkontrol:
trol pengobatan sampai mencapai - Pengobatan yang digunakan
terkontrol - Cara menggunakan obat inhalasi
- Kepatuhan menggunakan obat pengontrol
- Kendala bila ada penyakit penyerta
- Upayakan mencapai terkontrol dengan mengatasi masalah diatas
- Tingkatkan tahapan pengobatan

20-24 Terko-ntrol Upayakan mencapai - Sama dengan strategi diatas


sebagian terkontrol total atau paling - Teruskan penggunaan pelega dan evaluasi setelah 3 bulan
tidak pertahankan tetap
terkontrol
25 Terkontrol Pertahankan kondisi ini agar - Pertahankan pengobatan sampai kondisi stabil
total tetap stabil - Kemudian turunkan pengobatan secara bertahap dengan tetap
mempertahankan kondisi terkontrol
Penilaian
Kendali /
Kontrol Asma
untuk Dewasa,
Remaja dan
Anak usia 6-11
tahun
KOMPLIKASI ASMA
• Pneumotoraks,
• pneumomediastinum dan emfisema subkutis,
• asma resisten terhadap steroid,
• atelektasis,
• gagal napas
Tata Laksana Asma

Tujuan Tatalaksana adalah


Mencapai asma terkendali /terkontrol,
sehingga pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Kriteria asma terkendali anak dan dewasa

1. Tidak ada gejala atau gejala minimal.


2. Tidak ada serangan asma malam hari.
3. Tidak ada pemakaian obat-obat pelega atau
minimal.
4. Nilai APE normal atau mendekati normal.
5. Tidak ada keterbatasan aktivitas.
6. Tidak ada kunjungan keunit gawat darurat.
4 Komponen Penatalaksaan Asma

Penata laksanaan meliputi 4 komponen:


1. KIE dan hubungan dokter-pasien.
2. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap
faktor risiko.
3. Penilaian, pengobatan dan monitor asma.
4. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.
Prinsip Tata Laksana Asma

Pada prinsipnya Tatalaksana asma dibagi


menjadi 2, yaitu:
- Tatalaksana asma jangka panjang
- Tatalaksana asma akut /saat serangan
1. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi,
obat asma (pengendali / pengontrol dan pelega) dan
menjaga kebugaran.

a. Edukasi:

Edukasi yang diberikan mencakup :


1) Kapan pasien berobat / mencari pertolongan.
2) Mengenali gejala serangan asma secara dini.
3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara
dan waktu penggunaannya.
4) Mengenali dan menghindari factor pencetus.
5) Kontrol (kunjungan ulang) teratur.
MENGHINDARI FAKTOR

PENCETUS
Pencetus Serangan ASMA
Sangat bervariasi
Bersifat individual
 Alergen
 Perubahan cuaca
 Makanan
 Aktivitas berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran napas
 Emosi yg berlebihan
 Zat kimia/obat-obatan
TUNGAU (House dust mite)
Polusi Udara & Asap Rokok
Bulu binatang Jamur

Kecoa Debu
Tepung sari

Bau zat kimia


Asthma medication
Controller Reliever
drug to control asthma drug to relieve
Therefore attack or asthma attack or
symptom not easily symptoms
emerge

• -agonist
• Inhaled steroid
• Xanthine
• LABA
• anticholinergic
Obat mana yang jadi pilihan:

INHALASI atau ORAL?


Obat Inhalasi vs Obat Oral
Obat minum Obat inhalasi
(tablet, sirup) (hirupan)

Dosis obat besar kecil


Contoh : salbutamol 2 mg 0,1 mg
Mula kerja obat > 30 menit ≤ 5 menit

Kepraktisan kurang praktis lebih praktis

Efek samping lebih sering minimal

Lebih mahal pada Lebih murah pada


Harga pemakaian jangka pemakaian jangka
panjang panjang
Perbedaan obat
pengontrol dengan pelega

Gejala akut asma: Penyebab dasar asma:


sesak napas, mengi, batuk peradangan

Obat Pelega Obat Pengontrol


 dipakai hanya pada saat • dipakai rutin setiap hari
serangan • berfungsi mengatasi
 berfungsi melebarkan peradangan
saluran napas (mengendalikan asma),
 pemakaian yang sering  mencegah/ mengurangi
asma tidak terkontrol frekuensi dan berat
serangan
Tatalaksana Asma Akut Pada Anak
dan Dewasa.
a. Tujuan tatalaksana serangan asma akut :
• Mengatasi gejala serangan asma.
• Mengembalikan fungsi paru kekeadaan sebelum
serangan.
• Mencegah terjadinya kekambuhan.
• Mencegah kematian karena serangan asma.
Tatalaksana Serangan Asma pada Dewasa
(RINGKAS)
a. Lakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda-tanda vital
(frekuensi pernapasan, frekuensi denyut nadi dan
temperatur), ukur satu rasi oksigen dengan pulse oxy
meter kemudian ukur arus puncak ekspirasi (APE) dengan
peak flow rate meter. Tentukan klasifikasi berat serangan.
Bila satu rasi 90-95% berikan oksigen dengan kanula
hidung 1-2 ltr/menit. Bila <90% berikan oksigen 4-6
ltr/menit dengan face mask, sehingga satu rasi oksigen
>95%.
b. Beri Bronkodilator Salbutamol inhalasi 1 kali nebul 2,5 mg
/ 2,5 ml untuk sedia anventolin nebul) atau injeksi
adrenalin 0,1-0,2 ml subkutan atau inhalasi Salbutamol
dan Ipratropium Bromida setiap 20 menit selama 1 jam.
Tatalaksana Serangan Asma pada Dewasa
(RINGKAS)
c. Bila serangan berat atau pasien telah memakai obat
steroid sehari-hari beri kortikosteroid sistemik (berikan
prednisone 1 tablet atau bila tidak bias minum, suntikkan
deksametason 1-2 ampul Intra Vena).
d. Setelah pemberian obat 1 jam, nilai kembali gejala dan
saturasi oksigen. Bila tidak membaik rujuk ke Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut. Pemberian oksigen
disesuaikan dengan respons pengobatan.
Asma dan Kehamilan (DIRINGKAS)
• Meskipun selama kehamilan pemberian obat-obat
harus hati-hati, tetapi asma yang tidak terkontrol
biasanya menimbulkan masalah pada bayi berupa
peningkatan kematian perinatal, pertumbuhan janin
terhambat, lahir prematur, peningkatan insidensi
operasi caesar, berat badan lahir rendah dan
perdarahan post partum. Oleh sebab itu mengontrol
asma selama kehamilan sangat penting untuk
mencegah keadaan yang tidak diinginkan baik pada ibu
maupun janinnya. Pada umumnya semua obat asma
dapat dipakai saat kehamilan kecuali komponen α
adrenergic, bromfeniramin dan epinefrin,
Kortikosteroid inhalasi sangat bermanfaat untuk
mengontrol asma dan mencegah serangan akut
terutama saat kehamilan.
Asma dan Kehamilan (DIRINGKAS)
Bila terjadi serangan harus segera ditanggulangi
dengan pemberian inhalasi agonis beta-2, oksigen
dan kortikosteroid sistemik. Untuk pemilihan obat
pada penderita asma yang hamil dianjurkan
dalam bentuk obat inhalasi atau memakai obat-
obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan
sebelumnya yang sudah terdokumentasi dan
terbukti aman.
RUJUKAN ASMA
Sistem pelayanan rujukan pada prinsipnya adalah
manajemen pelayanan kesehatan yang
memungkinkan penyerahan otoritas/ tanggung
jawab dan bersifat timbal balik mengenai masalah
kesehatan masyarakat atau kasus penyakit baik
secara vertikal pada pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi atau horizontal kepada yang berkompeten.
Sistem rujukan dalam pengendalian asma adalah
sistem rujukan vertikal, dimana fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) merujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan (FKTL).
RUJUKAN ASMA
1. Tujuan Rujukan
a. Menilai fungsi faal paru dan derajat asma.
b. Mencegah perburukan asma persisten sedang
dan berat serta asma kehamilan
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
d. Memberikan kemudahan pelayanan
berkelanjutan yang komprehensif dalam jangka
panjang serta mencegah fragmentasi pelayanan
kesehatan bagi pasien asma melalui rujuk balik.
RUJUKAN ASMA
2. Kriteria rujukan
Kriteria pasien asma yang dirujuk adalah:
• Pada serangan akut yang mengancam jiwa.
• Tidak respons dengan pengobatan.
• Tanda dan gejala tidak jelas dalam diagnosis banding, atau
adanya komplikasi atau penyakit penyerta (komorbid):
seperti sinusitis, polip hidung, aspergilosis (ABPA), rhinitis
berat, disfungsi pita suara, penyakit refluks gastroes ofagus
(PRGE) dan PPOK.
• Dibutuhkan pemeriksaan / uji lainnya diluar pemeriksaan
standar seperti uji kulit (uji alergi), pemeriksaan faal paru
lengkap, uji provokasi bronkus, uji latih (Cardiopulmonary
Exercise Test), broncos kopi dan sebagainya.
RUJUK BALIK ASMA
Kriteria Asma yang di rujuk balik dari FKRTL ke FKTP
• Hasil Spirometri dan ACT baik
• Hasil pemeriksaan penunjang tidak ada kelainan
• Asma persisten sedang dan berat sudah terkontrol dengan ciri:
– Gejala harian <2 kali /minggu
– Tidak ada keterbatasan aktifitas
– Tidak ada gejala malam/ terbangun
– Pemakaian inhaler < 2 kali /minggu
– APE/ KVP1 normal
• Asma persisten dengan komorbid sudah terkontrol
Asma persisten dengan komorbid sudah terkontrol sesuai pedoman pengelolaan
asma yang di keluarkan organisasi profesi terkait
• Asma akut berat dan mengancam nyawa dengan ciri:
– Kondisi klinis stabil
– APE (PEF) > 75% nilai Sprediksi atau variasi di jurnal APE < 25%
– Spirometri VEP1/KVP (FEV1/FVC)>70%
KASUS ASMA 1
• Pasien perempuan umur 20 tahun datang ke
Puskesmas dengan keluhan sesak napas dengan
suara napas berbunyi ngik ngik yang semakin
memberat satu hari ini, diobati dengan napacin tapi
tidak membaik. Riwayat asma sejak kecil dan sejak
remaja tidak pernah kambuh. Jika cuaca dingin sering
batuk dan pilek. Suami merokok di rumah
KASUS ASMA 1
• Pemeriksaan Fisik:
RR= 25x/mnt
Nadi= 110 x/mnt
Suhu= 37 C
TD= 120/80 mmHg
Paru: vesikuler dike2 lapangan paru,ronki +/+, mengi +/+
dike2 lapangan paru
Pertanyaan:
1. Apa diagnosis pada pasien ini?
2. Apa tindakan saudara terhadap pasien ini ?
3. Apa yang dianjurkan pada pasien ini ?
4. Kapan di rujuk ?
JAWABAN
1. Asma eksaserbasi sedang (halaman 20)
2. Tatalaksana hal 35
3. Edukasi hal 34
4. Rujuk hal 35
KASUS ASMA 2
• Pasien datang ke poliklinik Puskesmas dengan
untuk kontrol penyakit asma. Sebelum pasien di
Rujuk Balik dr RSUD dengan obat-obatan
symbicort 2x sehari.
Pertanyaan:
• Penilaian yang harus dilakukan pada pasien ini ?
• Alat yang digunakan untuk menilai pasien
tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai