Anda di halaman 1dari 46

CURRICULUM VITAE

Nama : dr Okto Prihermes, SpKJ


Tempat tanggal lahir : Jakarta, 23 Oktober 1977
Alamat : Desa Pangebatan RT 4 RW 2, Karanglewas, Banyumas
Status : Menikah, anak 2
Istri : dr Purwa Riana Isnaya, SpKJ, MKes
Pendidikan : S1 Kedokteran di Universitas Trisakti, Jakarta
PPDS Kedokteran Jiwa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Praktek : RSUD Ajibarang, Banyumas
RSU Emanuel, Klampok, Banjarnegara
RSI Purwokerto, Banyumas
TATALAKSANA GANGGUAN JIWA
CEMAS, DEPRESI DAN PSIKOTIK
DI PUSKESMAS

dr. Okto Prihermes, SpKJ


Mengapa kita perlu membahas gangguan jiwa ?

Menimbulkan dampak/beban yang besar bagi individu, keluarga


dan masyarakat

Sering diabaikan/kurang mendapat perhatian

Dapat dipulihkan dengan penanganan yang tepat dan terpadu

Keluarga dan masyarakat memiliki peran yang besar terhadap


proses pemulihan
Ciri-ciri orang yang sehat jiwanya
1. Merasa sehat dan bahagia

2. Dapat menghadapi tantangan kehidupan

3. Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya

4. Bersikap positif kepada diri sendiri dan orang lain


GANGGUAN
CEMAS
Menetap dalam waktu lama, tidak mereda, atau intensitas
yang kuat, berulang dan mengganggu fungsi sehari-hari

Disertai dengan gejala-gejala otonom seperti sakit kepala,


palpitasi, rasa tidak enak perut, atau kegelisahan motorik.

Cemas The National Comorbidity Study melaporkan bahwa 1 di


antara 4 orang memenuhi kriteria

Wanita lebih sering mengalami kecemasan

Riskesdas tahun 2013, gejala depresi dan cemas, usia ≥15


tahun atau lebih, dialami oleh 6% penduduk atau lebih dari
14 juta jiwa pada Rikesdas 2018 naik menjadi 9,8 %
Internal
Faktor biologis
Genetik, hiperaktivitas sistem noradrenergik, penyakit
medis (contoh: hipertiroid, stroke, tumor intrakranial)
Faktor psikologis dan sosial
Etiologi Kepribadian (dependen, anankastik, cemas menghindar)
Pengalaman buruk masa lalu

Eksternal
Faktor biologis
Penggunaan obat terlarang/alkohol.
Faktor psikologis dan sosial
Pengalaman buruk masa lalu
Kriteria Diagnosis Beberapa Gangguan Cemas
Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa khawatir, sulit
berkonsentrasi

Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah, gemetar, tidak


dapat relaks, ketegangan otot, sakit kepala

Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringat, sesak nafas, kepala


GAD terasa ringan, keluhan epigastrik, mulut kering, pusing

Berlangsung hampir setiap hari untuk minimal beberapa minggu,


tidak terbatas pada kondisi tertentu

Seringkali berkaitan dengan adanya stres lingkungan yang kronis


Serangan cemas berat atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan,
berulang, timbul mendadak, menghebat dengan cepat dan sering hanya
berlangsung beberapa menit saja.

Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau nyeri dada, nafas
Gangguan
pendek, berkeringat, perasaan seperti tercekik, pusing, perasaan tidak
Panik nyata, takut hilang kendali, takut akan mati atau menjadi gila.

Harus ditemukan adanya beberapa kali serangan cemas berat dalam


waktu kira-kira 1 bulan; pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya, tidak terbatas pada situasi tertentu, dengan
keadaan yang relatif bebas dari gejala cemas dalam periode antara
serangan-serangan panik.
Adanya gejala-gejala cemas dan depresi bersama-sama

Gangguan Campuran
Cemas dan Depresi

Masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkaian


gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya
suatu diagnosis tersendiri
Banyak keluhan fisik yang bermacam-macam, berulang, tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik (tidak ditemukan adanya
kelainan fisik), dan telah berlangsung sedikitnya selama 2 tahun

Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter


Gangguan bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
Somatisasi keluhannya

Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga,


yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya
PENATALAKSANAAN GANGGUAN CEMAS
Lakukan konseling dalam komunikasi terapeutik, dorong
pasien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, tentang
gejala dan riwayat gejala

Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan


Intervensi psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik
Psikososial dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik
yang mempunyai dasar fisiologik.

Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan


tindak lanjut, bagaimana menghadapi gejala, dan
dorong untuk kembali ke aktivitas normal.
Intervensi Farmakologis
Golongan antidepresan yang memiliki sifat antiansietas

Golongan antiansietas yaitu benzodiazepin

Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak ada perubahan yang
signifikan setelah 2-3 minggu: fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-50
mg/hari atau amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari

Obat-obatan antiansietas jenis benzodiazepin antara lain: diazepam 1-2 x 2-5 mg


atau lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 1-2 x 5-10 mg.
Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat mulai ditappering-
off perlahan (kurang dari 25% dosis sebelumnya tiap 2 minggu),
sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum di
tappering-off

Efek samping benzodiazepine : sedasi, efek pada kognitif dan


psikomotor. Pada penggunaan jangka panjang, dapat berhubungan
dengan masalah ketergantungan dan lepas obat. Hati-hati potensi
penyalahgunaan pada benzodiazepin
RUJUKAN KASUS GANGGUAN CEMAS

• Gejala menetap, tidak ada perbaikan yang signifikan dalam 2 bulan terapi

• Gejala progresif dan makin bertambah berat

• Diperlukan tambahan psikoterapi kognitif dan perilaku sehubungan dengan


gangguan yang sudah berlangsung lama (kronis), adanya kepribadian
premorbid tertentu, atau adanya komorbiditas gangguan psikiatrik lain

• Konfirmasi diagnosis atau meminta second opinion

• Keterbatasan ketersediaan obat


GANGGUAN
DEPRESI
Faktor internal

Disposisi keluarga (genetik), penyakit medis,


kepribadian, pengalaman buruk masa lalu

Etiologi
Faktor eksternal

Stresor kehidupan dan penggunaan obat


terlarang/alkohol.
Mortalitas
 Depresi adalah faktor utama untuk kematian
akibat bunuh diri
 Kecelakaan fatal akibat konsentrasi dan
perhatian terganggu
 Kematian akibat penyakit yang terkait atau
yang diakibatkan (misalnya penyalahgunaan
Dampak alkohol)
Gangguan Morbiditas
Depresi Percobaan bunuh diri, kecelakaan, menyebabkan
penyakit/somatisasi, kehilangan pekerjaan, gagal di
sekolah/karir dan penyalahgunaan alkohol/zat
Biaya Sosial
Disfungsi keluarga, mangkir kerja/sekolah, produktivitas
berkurang, cedera terkait pekerjaan, kualitas pekerjaan buruk
PENGENALAN GEJALA DAN PENEGAKAN DIAGNOSIS
GANGGUAN DEPRESI

Pasien yang menderita gangguan mental lazimnya datang dengan keluhan:


- kelelahan
- insomnia
- nyeri
- gejala gastrointestinal atau
- gejala somatik lain

 Bukan mengatakan:
- “saya depresi” atau
- “ada yang tidak beres dengan mental saya”
DEPRESI Sedih sepanjang waktu

Kehilangan minat

Mudah lelah

Rasa bersalah, merasa tidak


berguna, pandangan masa depan
suram, harga diri dan percaya diri
berkurang, gangguan tidur,
gagasan/perbuatan yang
membahayakan diri, gangguan
pola makan
Intervensi Farmakologis
Jenis-jenis Antidepresan

Antidepresan Trisiklik (TCA)


Amitriptilin, Klomipramin, Imipramin.
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
Fluoksetin, Sertralin, Citalopram, Fluvoksamin.
SNRI (Serotonin-Norepinefrin Reuptake Inhibitors) dan NaSSA
(Noradrenergic and Specific Serotonergic Antidepressants)
Venlafaksin, Duloksetin, Mirtazapin.
FLUOKSETIN
Efek samping yang berat (ini jarang terjadi)
» ditandai akathisia (kegelisahan atau ketidakmampuan untuk duduk diam);
pendarahan yang tidak normal pada mereka yang secara rutin mengkonsumsi
aspirin dan obat-obatan non-steroid anti inflamasi lainnya

Efek samping yang umum (kebanyakan efek samping menghilang setelah


beberapa hari; tidak ada yang permanen)
» gelisah, gugup, insomnia, anoreksia dan gangguan-Gangguan
gastrointestinal, sakit kepala, disfungsi seksual (reversibel).
Dosis fluoksetin pada orang dewasa

» Mulai pengobatan dengan 20 mg per hari (untuk mengurangi risiko efek


samping yang dapat mengurangi kepatuhan, seseorang bisa mulai dengan 10
mg (sekali sehari dan ditingkatkan menjadi 20 mg jika pengobatan dapat
ditoleransi oleh penderita).

» Jika tidak ada respon selama 4 – 6 minggu atau respon parsial dalam 6
minggu, naikkan dosis sebanyak 20 mg (dosis maksimal adalah 60 mg)
sesuai dengan tingkat toleransi penderita dan gejala respons.
Dosis fluoksetin pada remaja
» Mulai pengobatan dengan 10 mg sekali sehari dan tingkatkan menjadi 20 mg
setelah 1 – 2 minggu (dosis maksimal adalah 20 mg).
» Jika tidak ada respon dalam 6 – 12 minggu atau respon parsial dalam 12 minggu,
konsultasikan dengan spesialis.

Dosis fluoksetin pada orang berusia lanjut atau sakit secara medis
» Mulai pengobatan dengan tablet 10 mg sekali sehari atau 20 mg selang sehari
sekali selama 1 – 2 minggu dan kemudian naikkan menjadi 20 mg jika bisa
ditoleransi.
» Sebaiknya obat diminum setelah makan.
» Jika tidak ada respon selama 6 – 12 minggu atau respon parsial dalam 12 minggu,
naikkan dosis secara bertahap (dosis maksimal 60 mg).
» Naikkan dosis secara lebih pelan dan bertahap daripada pada orang dewasa yang
sehat.
AMITRIPTILIN
Efek samping (ini jarang terjadi)
Aritmia jantung

Efek samping yang berat (kebanyakan efek samping menghilang setelah


beberapa hari; tidak ada yang permanen

» hipotensi ortostatik (berisiko jatuh), mulut kering, konstipasi, sulit BAK,


pusing, pandangan kabur dan efeksedasi.
Dosis amitriptilin kepada orang dewasa yang sehat

» Mulai pengobatan dengan memberikan 25 mg pada jam tidur.


» Naikkan sebanyak 25 mg setiap 1 – 2 minggu, dengan tujuan
mencapai 75 - 100 mg dalam 4 – 6 minggu, tergantung respon
dan tingkat toleransi.
» Jika tidak ada respon dalam 4 – 6 minggu atau hanya respon
parsial dalam 6 minggu, naikkan dosis secara bertahap (dosis
maksimal adalah 200 mg) dalam dosis yang terpisah (atau dosis
tunggal sendiri pada malam hari).
Dosis amitriptilin kepada orang berusia lanjut atau sakit
secara medis

» Mulai dengan 12,5 mg pada waktu tidur.


» Naikkan sebanyak12,5 - 25 mg per minggu, bertujuan untuk
mencapai target dosis 50 – 75 mg dalam waktu 4 – 6 minggu.
» Jika tidak ada respon dalam 6 – 12 minggu atau hanya respon
parsial dalam 12 minggu, naikkan dosis secara bertahap (dosis
maksimal 100 mg) dalam dosis yang terpisah.
» Pantau hipotensi ortostatik
RUJUKAN KASUS GANGGUAN DEPRESI

 Jika pasien menunjukkan gejala-gejala psikosis, mania atau pikiran bunuh


diri yang kuat (telah memiliki rencana, kurang dapat mengendalikan pikiran
bunuh diri tersebut, faktor protektif minimal – misalnya keluarga kurang
suportif, faktor risiko besar – misalnya riwayat tindakan bunuh diri
sebelumnya)
 Jika tidak berespons terhadap satu atau dua pengobatan yang adekuat; atau
gejala memburuk
 Konsultasi diagnosis
 Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, misalnya penyalahgunaan zat
 Jika perlu tindakan spesialistik: psikoterapi,ECT dan rawat inap
GANGGUAN
PSIKOTIK
Penderita psikotik mengalami

Kesulitan menilai realita

Tilikan diri yang jelek

Penurunan fungsi peran dan sosial


Gejala psikotik bisa terjadi pada
Gangguan mental organik (termasuk demensia)
Gangguan penggunaan zat
Skizofrenia
Gangguan mood
Gangguan perkembangan, dll.

Halusinasi

Waham
Gejala Psikotik/Skizofrenia
Pembicaraan kacau
Perilaku kacau
WAHAM ??
Keyakinan yang salah, menetap, tidak sesuai kenyataan,
egosentris, pasien berperilaku sesuai waham

HALUSINASI ??
ILUSI ??
Halusinasi yi gangguan pencerapan (penerimaan rangsangan
sensorik) tanpa adanya objek nyata
Ilusi yi gangguan pencerapan (penerimaan rangsang sensorik)
dengan rangsang objek nyata
Psikiatri Komprehensif, 2010
Gejala Negatif

 Emosi yang mendatar


 Tidak adanya motivasi dan energi
 Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas
 Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada fase


yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam mempertahankan


Pembicaraan percakapan dan/atau tetap fokus
terdisorganisasi pada suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan aneh


Perilaku serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan menyelesaikan
aktivitas
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal (mg) 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg

Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl Oral Oral, Intramuskular


untuk psikosis akut; dekanoat
untuk rumatan)

Efek samping bermakna

Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas terhadap
menurun, penyakit Parkinson menurun, penyakit risperidon
Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, injeksi Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada kasus (maintenance) pada kasus
mengendalikan gejala yang sulit untuk obat oral yang sulit untuk obat oral
psikotik

Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan


digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval Pemberian 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu

Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml


Kenali peningkatan gejala
1. Sulit tidur
2. Penarikan sosial, isolasi, ketakutan, curiga
3. Sulit konsentrasi
4. Kebersihan diri menurun
5. Mondar-mandir tanpa sebab
6. Sensitif dan mudah marah
7. Perilaku aneh
8. Terobsesi dengan hal-hal spiritual atau religius
9. Pembicaraan tidak nyambung dan tidak masuk akal.
Indikasi untuk merujuk kasus

1. Kegawatdaruratan: perilaku kekerasan dan agitasi yang tidak


teratasi, efek samping yang berat
2. Resistensi pengobatan: tidak berespon adekuat terhadap percobaan
dua jenis antipsikotik dalam dosis dan lama pemberian yang tepat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai