BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas tahun 2013, seluruh
sampel yang didampat akan dikelompokkan menjadi penyakit menular dan
penyakit tidak menular. DM termasuk dalam kelompok yang tidak menular
dengan total sampel untuk penderita DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner,
stoke, gagal ginjal kronis/GGK, batu ginjal dan penyakit sendi/rematik yang 15
tahun adalah berjumlah 722.329. Dengan perincian laki-laki 347.823 dan
perempuan 374.506 (Gambar2.4) (Riskesdas, 2013).
Pada tabel 2.1 didapati bahwa prevalensi DM pada wanita cenderung lebih
tinggi daripada pria, dan pada perkotaan dijumpai lebih banyak kasus DM
dibanding dengan pedesaan. Prevalensi DM juga cenderung lebih tinggi pada
kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan yang
tinggi.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association / ADA (2013), DM
dikelompokkan menjadi :
1. Diabetes tipe 1 (kerusakan sel beta pankreas, umumnya kearah defisiensi
insulin absolut)
a) Immune mediated
b) Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (beragam dari predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin yang relatif sampai dengan predominan gangguan
sekresi dengan resistensi insulin)
3. Tipe spesifik lain
a) Kelainan genetik dari fungsi sel beta
MODY3 (Kromosom 12, HNF-1)
MODY1 (Kromosom 20, HNF-4)
MODY2 (Kromosom 7, glukokinase)
Bentuk MODY yang sangat jarang (Kromosom 13, Faktor
Promoter Insulin-1/IPF-1; MODY4)
Diabetes neonatus transien (umumnya pada ZAC/HYAMI pada
6q24)
Diabetes neonatus permanen ( umumnya pada gen KCNJ11)
DNA Mitochondria dan lain-lain.
b) Kelainan genetik dari fungsi insulin
Resistensi insulin tipe A
Leprechaunism
Sindroma Rabson-Mendenhall
Sindroma Stiff-man
Antibodi reseptor anti-insulin dan lain-lain.
h) Sindroma genetik lain yang kadang disertai diabetes
Sindroma Down
Sindroma Klineferter
Sindroma Turner
Sindroma Wolfram
Ataksia Friedreich
Korea Huntington
Sindroma Laurence-Moon-Biedl
Distrofi miotonik
Porfiria
Sindroma Prader-Willi dan lain-lain.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
2.2.4 Komplikasi
Menurut Fowler (2008), komplikasi DM dibagi menjadi:
1. Komplikasi makrovaskuler yaitu aterosklerosis. Ateroskelerosis
merupakan inflamasi kronis dan kerusakan endotelial arteri. Pada
komplikasi ini juga akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan
kardiovaskular, yaitu dengan tersumbatnya arteri koroner oleh plak
yang terlepas dari arteri tersebut.
2. Hipertensi
Orang dengan hipertensi sistolik akan memiliki risiko 4,6 kali
untuk menjadi diabetes.
3. Usia
Pada penelitian ini disebutkan bahwa kelompok orang usia diatas
50 tahun keatas akan memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita diabetes
dibanding dengan kelompok usia 20-30 tahun.
Orang yang memiliki usia yang tua akan mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik secara progresif, yang disebabkan oleh penurunan
elastisitas pembuluh darah, fibrosis pembuluh darah dan penurunan
pengisian dalam vaskular.
4. Rokok
Pada penelitian ini didapatkan bahwa orang yang merokok
meningkatkan risiko terkena diabetes.
5. Aktivitas Fisik
Orang yang kerja berat akan memiliki risiko 89% lebih kecil
dibanding orang yang kerja ringan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan juga
harus didukung oleh aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang.
Misalnya orang yang menggunakan waktu luang tersebut dengan pesta
makan dan dengan orang yang berolahraga.
2.3.2 Patofisiologi
Menurut Kohei (2010), patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan
karena :
Resistensi insulin
Resistensi insulin ini sering dihubungkan dengan faktor genetik dan faktor
lingkungan(hiperglikemia, free fatty acids, dan lain-lain). Faktor genetik
didalamnya tidak hanya termasuk dalam gangguan reseptor insulin dan
insulin receptor substrate (IRS)-1 gene , tetapi juga disebabkan gangguan
gen lain misalnya 3 reseptor adrenergik dan uncoupling protein (UCP).
Penurunan sekresi insulin
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa terjadi penurunan respon tubuh
terhadap sekresi insulin sebelum maupun sesudah makan. Penurunan
sekresi insulin ini umumnya progresif, jika tidak diobati akan meyebabkan
toksisitas glukosa dan toksisitas lemak. Dalam keadaan ini, sel pankreas
akan mengalami penurunan. Pada penderita akan ditemukan kadar glukosa
dalam plasma darah akan meningkat setelah makan dikarenakan oleh
resistensi insulin dan penurunan sekresi pada fase awal, sehingga dalam
waktu yang lama akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang
permanen.
2.3.3 Diagnosis
Diagnosis menurut ADA(1997), diagnosis dengan pemeriksaan Fasting
Plasma Glucose/FPG 7,0 mmol/L (126mg/dL), sedangkan WHO(2006),
diagnosis dengan Oral Glucose Tolerance Test/OGTT 2 jam setelah makan
dengan plasma glukosa 11,1 mmol/L (200mg/dL)( Olokoba et al, 2012).
2.4 Urinalisis
2.4.1 Pengertian Urin
Urin adalah suatu larutan yang terdiri dari urea dan komponen kimia
anorganik lain. Urin normalnya mengandung 95% air dan 5% pelarut, tetapi
kandungannya bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik,
metabolisme tubuh, fungsi endokrin dan bahkan posisi tubuh (Strasinger dan
Lorenzo, 2008).
Urea merupakan suatu zat sisa yang dihasilkan di hepar dari perombakan
protein dan asam amino. Hampir setengah dari urea akan dikeluarkan melalui urin
(Strasinger dan Lorenzo, 2008).
c. Asam urat
d. Asam hipurat dan lain-lain
Anorganik
a. Sodium chloride (NaCl)
b. Kalium (K+)
c. Sulfat (SO42-)
d. Fosfat (PO43-)
e. Ammonium (NH4+)
f. Magnesium (Mg2+)
g. Kalsium (Ca2+)
1. Urin sewaktu
Merupakan spesimen urin yang paling umum dan paling mudah
didapat, karena dapat diperoleh kapan saja.
2. Urin Pagi
Urin ini merupakan urin yang paling ideal sebagai spesimen uji
tapis. Cara pengambilan urin ini juga dapat mencegah false-
negative pada tes kehamilan.
Kelebihan urin pagi / 8-hour specimen dibanding urin sewaktu,
yaitu urin pagi ini akan terhindar dari pelarut yang akan
mengganggu pemeriksaan didalam spesimen urin sewaktu.
Pengambilan urin dilakukan pada saat bangun pagi dan dibawa ke
laboratorium dalam waktu <2 jam.
3. Fasting specimen
Pada pengambilan spesimen ini, pasien tidak diperbolehkan untuk
mengonsumsi makanan apapun saat dimulainya periode puasa.
Yang diharapkan dalam pemeriksaan ini adalah tidak ditemukan
adanya hasil metabolik yang merupakan hasil metabolisme
makanan.
6. Urin 24-jam
Urin ini digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi substansi yang
akan berubah dalam variasi harian dan dengan aktivitas sehari-hari,
seperti: olahraga, makanan dan metabolime tubuh.
7. Urin Midstream
Urin midstream dilakukan untuk pemeriksaan kultur bakteri,
karena sedikit terkontaminasi oleh sel epitel. Pasien diinstruksikan
untuk tidak mengonsumsi antibiotik apapun sebelum pemeriksaan
dilakukan.
8. Aspirasi Suprapubik
Pengambilan urin dengan cara menusukkan jarum suntik kebagian
suprapubik abdomen untuk memeriksa kultur bakteri.
9. Spesimen Prostatitis
Mirip dengan cara pengambilan urin midstream hanya saja
ditambah dengan pengambilan three-glass collection.
1. Urinometer
Pengukuran menggunakan urinometer dengan cara melihat berat
apung dari urin terhadap skala yang telah dikalibrasi (Gambar 2.5) .
Meskipun telah dikalibrasi, pemeriksaan dengan menggunakan urinometer
juga harus memperhatikan temperatur spesimen untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang sesuai.
2.Refraktometer
Seperti pemeriksaan urinometer, yaitu dengan menilai konsentrasi
zat terlarut dalam spesimen. Pemeriksaan ini menggunakan index refraktif.
Index refraktif merupakan perbandingan dari kecepatan cahaya di udara
dengan kecepatan cahaya dalam larutan.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL