Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SEKSUALITAS DALAM KEHAMILAN


PADA IBU HAMIL DI POLI KANDUNGAN
RSDU Dr. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Pokok Bahasan : Seksualitas Dalam Kehamilan


Hari/Tanggal : Rabu, 1 Maret 2017
Pukul : Pukul 09:00-09:30 (selama 30 menit)
Sasaran : Ny. H (Pengunjung Poli Kandungan RSDU Dr. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin)
Tempat : Poli Kandungan RSDU Dr. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin

A. Tujuan
1 Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan,
peserta
penyuluhan (terutama Ibu Hamil) mengetahui dan
memahami hubungan sex yang aman dalam
kehamilan
2 Tujuan Khusus : Diharapkan peserta penyuluhan
mampu:
a. Mengetahui kapan hubungan sex yang aman
dalam kehamilan dilakukan dan frekuensi
yang boleh dilakukan.
b. Mengetahui dan menyebutkan munculnya
bahaya yang terjadi akibat berhubungan terlalu
sering

B. Garis Besar Materi


Seksualitas dalam kehamilan
C. Pelaksanaan Kegiatan :

No Waktu Kegiatan Kegiatan Penyaji


. Penyuluhan
1 09.00 WITA Pembukaan 1. Membuka acara dengan
mengucapkan salam dan
perkenalan
2. Menyampaikan topik dan
tujuan penyuluhan kepada
sasaran
3. Kontrak waktu untuk
kesepakatan penyuluhan
dengan sasaran
2 09.05 - 09.20 Penyuluhan 1. Mengkaji ulang tingkat
WITA pengetahuan sasaran
2. Memberikan reinforcement
positif
3. Menjelaskan tentang hubu-
ngan sex yang aman dalam
kehamilan
4. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
5. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
bertanya
6. Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami
sasaran
3 09.20 09.25 Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan
WITA kepada sasaran tentang
materi yang telah
disampaikan oleh penyuluh.

4 09.25 09.30 Terminasi 1. Memberikan reinforcement


WITA positif
2. Menyimpulkan materi.
3. Menutup acara dengan
mengucapkan salam

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet

F. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian : dari awal persiapan penyuluhan kemudian penyajian
materi dilakukan oleh I Wayan Suardita, S.Kep. sebagai penyaji hanya
sendiri jadi observasi selama jalannya penyuluhan, sampai pada evaluasi
tentang pemahaman pasien dilakukan sendiri.s

b. Undangan :Preceptor Akademik dan Klinik Poli Kandungan Stase


Keperawatan Maternitas Profesi Ners STIKES Suaka Insan
Banjarmasin.

G. Settting Tempat Penyuluhan

Meja Pendaftaran

Ny. h
peserta Penyaji

CI CI
Akademik Klinik

H. Analisis Lingkungan
1. Kondisi Lingkungan : Ramai karena seluruh Poli berada dalam satu
ruangan.
2. Peserta : Ny. H Pengunjung di Poli kandungan RSDU Dr.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin dan keluarga yang mendampingi.
3. Media : Leaflet
I. Rencana Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan Media : kegiatan telah dipersiapkan sejak tanggal
28 Februari 2017 dan persiapan media leaflet sejak tanggal 27
Februari 2017.
b. Persiapan Alat : peralatan yang digunakan berupa leaflet

c. Persiapan Materi : materi yang disampaikan dipersiapkan


bersama dengan persiapan media dan diambil berdasarkan telaah
pustaka dari media tulis.
d. Peserta : peserta adalah 1 orang ibu yang telah
mengalami abortus kehamilan 3 bulan yang hadir berkunjung di Poli
kandungan RSDU Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

2. Proses Penyuluhan : penyuluh sudah melakukan penyuluhan


dengan maksimal. Waktu dalam pemberian penyuluhan sudah efektif
karena tidak terlalu lama atau sebentar. Penyuluhan dilaksanakan di Poli
Kandungan RSDU Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

3. Evaluasi Hasil : Materi yang disajikan merupakan hal penting bagi


peserta untuk selalu diperhatikan dalam dirinya untuk mencegah terjadinya
masalah dalam kehamilan, sehingga ke depannya diharapkan tidak
ditemukan lagi abortus karena kurangnnya pengetahuan ibu terhadap apa
saja yang boleh dilakukan selama kehamilan termasuk dalam berhubungan
seks.

J. Materi Penyuluhan

SEKSUALITAS DALAM KEHAMILAN

1. Pengertian
Aktivitas seksual atau perilaku seksual sebagai perilaku muncul
karena adanya dorongan seksual dan bentuk yang bermacam-macam,
mulai dari pergerakan tangan, berpelukan, bercumbu, sampai dengan
hubungan seks (Happy & Herisanto, 2008). Ada yang berpendapat lain
bahwa hubungan seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama (Sarwono,
2007). Hubungan seksual dapat menyesuaikan diri, bukan dari tuntutan
masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai
kebahagiaan, perwujudan diri sediri atau peningkatan kemampuan
individu untuk mengembangkan kepribadian yang lebih baik.
Hubungan seksual ini dapat menyesuaikan diri, bukan saja tuntutan
masyarakat, tetapi juga kebutuhan individu mengenai kebahagiaan,
perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk
mengembangkan kepribadian yang lebih baik (Marasmis, 2009).

2. Macam-Macam Aktivitas Seksual


Aktivitas seksual secara umum dapat dibedakan menjadi 8 macam yaitu:
1) Berfantasi
Adalah perilaku membayangkan mengimajinasikan aktivitas seksual
yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme dampaknya
adalah aktivitas seksual ini dapat berlanjut ke kegiatan lainya seperti
berciuman atau pun seksual lainya.
2) Masturbasi atau onani
Adalah perilaku atau kegiatan yang biasa merangsang organ kelamin
untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3) Cium kening
Aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir. Aktivitas ini
menyebabkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang.
4) Cium basah
Aktivitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir. Ciuman seperti
ini dapat mengembangkan dorongan seksual hingga tak terkendali.
Orang akan mudah melakukan aktivitas seksual selanjutnya tanpa
disadari.
5) Meraba
Kegiatan meraba bagian-bagiab sensitif rangsang seksual, seperti
payudara, leher, paha atas, vagina, penis, pantat dan lain-lain.
Sehingga melemahkan diri dan akal sehat yang dapat melanjutkan ke
aktivitas seksual lainnya.
6) Petting
Keseluruhan aktivitas ke non intercourse (sehingga menempel alat
kelamin). Akibatnya bisa ketagihan.
7) Oral sex
Adalah memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenisnya
sehingga dapat menimbulkan kepuasan seksual yang sama pada saat
intercourse.
8) Intercourse atau senggama
Aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat
kelamin wanita. Kegiatan ini dapat merobek selaput dara pada wanita.
(Munajat, 2008).

3. Hubungan Seksual Dalam Kehamilan


Perubahan lain yang dapat terjadi pada aktivitas seks adalah pada
masa hamil. Keinginan seks pada waktu hamil sebagian besar tidak
berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan
denganmeningkatnya hormon estrogen. Oleh karena itu hubungan
seksual waktu hamil, bukan merupakan halangan. Pada kehamilan makin
tua teknik pelaksanaannya agak sulit, karena perut makin membesar.
Pada saat itu dapat dilakukan posisi siku lutut wanita. Dikemukakan
bahwa menjelang 2 minggu persalinan persalinan diharapkan jangan
melakukan hubungan seks, karena dapat terjadi ketuban pecah dan
memulai persalinan (Manuaba, 2005).
Frekuensi, intensitas, posisi untuk kegiatan seksual memerlukan
penyesuaian bagi wanita hamil karena perubahan kontur tubunya
(Hamilton, 2007).
Pada kehamilan normal tanpa komplikasi apapun boleh dilakukan
hubungan seksual seperti semasa belum hamil (Fadjari, 2009). Ada yang
menambahkan bahwa hubungan seksual dalam kehamilan tidak boleh
dilakukan apabila ibu mengalami penyakit jantung, hipertensi, riwayat
abortus yang berulang-ulang maupun alasan dokter yang tidak boleh
dianjurkan untuk melakukannya (Indiarti, 2004), hamil dengan
perdarahan, hamil dengan tanda infeksi, kehamilan dengan ketuban yang
telah pecah atau hamil dengan luka disekitar alat kelamin luar (Manuaba,
2004). Padahal perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada wanita bisa
merangsang pelepasan oksitosin. Dimana pelepasan oksitosinmembuat
perasaan lebih baik, rileks dan nyaman. Sedangakn pada pria hubungan
seksual dapat menyebabkan aliran darah dari testosteron adekuat yang
berguna untukmemperkuat tulang dan otot (Indarti, 2004).
Di lain pihak, beberapa pasangan sangat khawatir bila melakukan
hubungan seks selama kehamilankarena akan membahayakan bayinya.
Menurut Solihah (2010) hal ini tidak benar pada kehamilan normal,
karena alat kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak langsung
terhadap fetus (calon bayi) karena keberadaannya dilindungi oleh dinding
otot uterin dan cairan amniotik. Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan
seks selama kehamilan aman dilakukan karena ada lendir penyumbat
disekitar leher rahim (cervix) yang akan mencegah air mani dan bakteri
masuk ke dalam uterus. Andik (2009) juga menyebutkan bahwa kontak
seksual tidak akan menggangu janin karena cairan ketuban akan menjadi
shock absorben yang amat baik, sehingga gerakan saat melakukan
senggama maupun kontraksi rahim atau orgasme akan teredam oleh
cairan tersebut dan tidak akan menggangu janin. Menurut Solihah (2010)
kadang kala kontraksi atau orgasme dimasa kehamilan trimester pertama
mengakibatkan detak jantung fetus menjadi pelan, tapi hal ini belum
pernah menyebabkan dampak yang membahayakan bagi fetus.
Selain itu kebaikan yang didapat jika melakukan aktivitas seksual
selama kehamilan adalah:

1. Kebebasan untuk melakukan hubungan seks tanpa perasaan risau


tentang cara pencegahan kehamilan yang sering dirasakan oleh
pasangan sebelum istri hamil.
2. Setengah wanita akan merasa lebih seksi dan percaya diri.
Pembesaran payudara memberikan kesan yang lebih sensual dan
bergairah pada suami.

3. Pertambahan pengaliran darah ke vulva menjadikan wanita hamil


lebih mudah dirangsang dan mencapai orgasme berkali-kali
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

4. Payudara wanita hamil lebih sensitif kepada rangsangan.

Hubungan kelamin tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6


minggu sebelum dan 6 minggu setelah persalinan. Apabila melakukan
koitus/hubungan seksual pada trimester I di khawatirkan janin masih
belum kuat untuk berimplantasi. Sedangkan pada trimester II janin
sudah kuat berimplantasi, meskipun pada saat trimester II
diperbolehkan pada saat melakukan hubungan seksual diusahakan
sperma dikeluarkan di luar karena sperma mengeluakan prostate gladin
yaitu suatu hormon yang dapat meningkatkan kontraksi uterus,
sehingga apabila sperma masuk maka perut ibu akan tegang. Pada
riwayat abortus habitualis dan primi tua sebaiknya tidak dianjurkan
untuk melakukan hubungan kelamin dalam kehamilan muda.
Perdarahan, walaupun sedikit merupakan kontra indikasi koitus. Ada
yang bisa dianjurkan jalan keluar yang lainnya yaitu apabilasuami
tidak dapat mengendalikan hawa nafsu birahinya, yaitu dengan
memanipulasi ekstragenetal dengan tangan sangan istri (seperti masa
mastrubasi), atau penis digosok-gosokkan di antara kedua payudara
atau diantara kedua paha (Sarwono, 2007)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas seksualitas yaitu:

1. Aspek bio-psiko-sosial dari seksualitas yaitu:

1) Aspek biologis berhubungan dengan anatomi, organ seks,


hormon, pusat otak dan saraf.
2) Aspek psikologis dan social
Reaksi wanita
Reaksi wanita hamil bervariasi tergantung pada usia kehamilan
(berkisarantara bahagia, ungkapan rasa benci, marah, sedih dan
tekanan).
Trimester I
a. Kehadiran bayi tidak dipahami dan ibu sangat introvert
b. Bersikap menyelidiki untuk meyakinkan kehamilanya.
Trimester II
a. Ibu bahagia dan memfokuskan perhatian pada janin
b. Aktivitas seksual yang optimal.
Trimester III
a. Perlidungan bayi meningkat
b. Mudah merasa takut atau tersinggung, terisolir dan
meminta perhatian
c. Perubahan body image akan mempengaruhi sikap
kehamilan dan seksualitas.
Reaksi pria
a. Kehamilan dapat menimbulkan konflik
b. Tidak mengetahui bahwa intercourse diperoleh selama
kehamilan
c. Merasa bahwa cinta dan perhatian dari istri berkurang
d. Sebagai suami akan menerima tubu istri, akan tetapi
sebagian lagi akan mempunyai perasaan negatif
e. Ada suami cemburu takut kehilangan perhatian dan cinta
istri setelah bayinya lahir.

3) Usia ibu

4) Kesiapan ibu

4. Posisi Seks Selama Kehamilan


Posisi ataupun variasi seks yang dapat dilakukan selama kehamilan antara
lain:
a) Pasangan berbaring pada satu sisi dimana pria ada di depan wanita
dengan posisi menyamping berhadapan dengan wanita. Posisi ini
bisa mengurangi sebagian berat badannya sehingga tidak menekan
rahim yang semakin besar, manfaatnya ranjang sebagai penopang
hubungan intim.
b) Wanita berbaring dipingir atau dengan kedua kaki ditekuk dan
bokong berada di pinggir kasur. Kemudian pria berlutut dan berdiri
di hadapan wanita, lakukan penetrasi dangkal agar tidak
menggangu janin.
c) Berbaring saling menyamping satu arah atau biasa dikenal dengan
posisi sedok. Ini adalah posisi yang tepat untuk melakukan
penetrasi dangkal.
d) The woman on top position, istri duduk diatas suami sementara
suami duduk di kursi. Posisi ini tidak membebani perutdan
membuat pasangan tidak memberikan beban kepada rahim. Dapat
juga posisi pria tidur terlentang dan wanita mengambil posisi di
atas pria. (Surinah, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Fadjari. (2009). Kumpulan masalah kesehatan berintim-intim saat hamil. Jakarta:


Samindra Utama.

Hamilton, Persis Marry. (2007). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta:


EGC.

Happy, M.L. & Herisanto, R.L. (2008). Tanya jawab seputar seksual remaja.
Jakarta: PKBI.

Manuaba I.B.G. (2005). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: Arcan.

Maramis. (2009). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlanga University


Press.

Munajat, N. (2008). Perkembangan seksualitas remaja. Jakarta: PKBI

Sarwono, S.W. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: raja Grafindo Persada.

Solihah, Lutfiatus. (2010). Rahasia hamil sehat. Yogyakarta: Diva Press.

Surrinah. (2008). Posisi hubungan seks yang terbaik selama kehamilan. Retrieved
Maret 2017, From www.ifoibu.com
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan acara penyuluhan tentang seksualitas dalm kehamilan ini telah


diperiksa dan disetujui pada tanggal Maret 2017.

Menyetujui,
Preceptor Akademik Preceptor Poli Kandungan

Theresia Labetubun, A. Per.Pen Ermadayanti, S. Kep., Ners

Mengetahui,
Ketua PSIK STIKES Suaka Insan PJ Poli Kandungan

Chrisnawati, BSN., MSN

Anda mungkin juga menyukai