DISUSUN OLEH:
NAMA: I WAYAN SUARDITA
NIM: 113063J116025
I. KONSEP TEORI
a. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin dan Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai
oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, pada dasarnya hal ini karena tubuh
kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas
(Karyadi, 2009).
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemi karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin
ataupun insulin yang tidak dapat digunakan oleh tubuh. Hiperglikemi kronik
pada pasien DM dapat menyebabkan disfungsi, kegagalan bahkan kerusakan
organ terutama mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf (American Diabetes
Association, 2011).
Klasifikasi Disbetes Melitus yaitu:
1) DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
penyebab : akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau
kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur
hidup
2) DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insuli. (NIDDM)
Penyebab : insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi
fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya
glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75%
dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan
dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun
3) DM Dalam Kehamilan, DM dan kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan
peningkatan insulin resistan (ibu hamil gagal mempertahankan
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post prandial
2. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
7. Foto sinar-x dada
3.
4.
5.
6.
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pengaturan pola makan dan
latihan jasmani selama dua sampai empat minggu. Namun apabila kadar
a) J I
Kurus (underweight)
Normal (ideal)
Gemuk (overweight)
Obesitas, apabila
Obesitas ringan
Obesitas sedang
Obesitas berat
Morbid
: BBR < 90 %
: BBR 90 110 %
: BBR > 110 %
: BBR > 120 %
: BBR 120 130 %
: BBR 130 140 %
: BBR 140 200 %
: BBR > 200 %
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
: BB X 40 60 kalori sehari
: BB X 30 kalori sehari
: BB X 20 kalori sehari
: BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila
dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b)
c)
d)
e)
Kesehatan
Masyarakat
Rumah
Sakit
(PKMRS)
Medis
1. Obat : Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
1) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
2) kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Biguanida pada tingkat prereseptor, Ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
2. Insulin
hipertiroid
(peningkatan
kebutuhan
metabolik
dengan
peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).
6. Neurosensori
Gejala: Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi: mengantuk, letargi, stupor/ koma, gangguan memori
(baru, masa lalu),kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas
kejang.
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
8. Pernafasan
Gejala: Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/ tidak).
Tanda: batuk, dengan/ sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.
9. Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurun kekuatan
umum/ rentang gerak, parastesia/ paralisis otot termasuk otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala: raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
11. Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid): dilantin
dan
fenobarbital
(dapat
meningkatkan
kadar
glukosa
darah),
tanda-tanda
infeksi
(rubor,
dolor,
calor,
tumor,
fungsiolaesa).
R/: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nasokomial.
b) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif.
R/: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
c) Observasi hasil laboratorium (leukosit).
R/: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian caairan
dan terapi insulin terkontrol.
d) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/: penanganan awal dapat membantu mencegah terjadinnya sepsis.
e) Diagnosa 4
a) Pantau dan tanda-tanda vital dan status mental.
R/: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti
suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
b) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali
sesuai
kebutuhannya.
R/: menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
c) Bantu pasien ambulasi dalam perubahan posisi.
R/:
meningkatkan
keamanan
pasien
terutama
ketika
rasa
keseimbangan dipengaruhi.
d) Diagnosa 5
a) Observasi TTV.
R/: mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.
b) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
R/: meningkatkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi klien.
c) Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas.
R/: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
meskipun tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
d) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/
tanpa diganggu.
R/: mencegah kelelahan yang berlebihan.
e) Diagnosa 6
a) Anjurkan pasien/ keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
tentang
perawatan
dirumah
sakit
dan
penyakitnya
secara
keperawatan
dengan
tujuan
yang
diharapkan
dalam
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), 2011.Diagnosis and Classification of
Diabetes
Mellitus.
Diakses
pada
31
oktober
2016
dari:
www.care.diabetesjournals.org/content/34/Supplement_1/S62.full
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan keperawatan. Ed. 3. Jakarta: EGC
Herdman heather.T. 2012. Diagnosis Keperawatan.NANDA.2012-2014. Jakarta:
EGC
Karyadi, KS Sri Hartini. 2009. Diabetes Siapa Takut!!, Panduan Lengkap untuk
Diabetasi, Keluarganya, dan Professional medis,Bandung: Qanita.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1 & 2 .Alih Bahasa : Yasmin Asih,
dkk. Jakarta : EGC.