Anda di halaman 1dari 11

KONJUNGTIVITIS GONORE

Oleh :
Hukama Rosyada U. H. G1A015046
Ichda Qudsiy W. G1A015048
Talitha Apta N. G1A015049

Pembimbing :
dr. Wahid Heru Widodo, Sp.M
PENDAHULUAN
• Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis,
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebrae) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
• Rentan terjadi infeksi konjungtiva peradangan konjungtivitis
(Hurwitz, 2011).
• Konjungtivitis merupakan penyakit yang masuk ke dalam 10 besar
penyakit yang dialami oleh pasien rawat jalan pada tahun 2009
(Kemenkes RI, 2010).
• Salah satu etiologi konjungtivitis : Neisseria gonorrhoeae 
Konjungtivitis gonore.
• Konjungtivitis gonore dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu
yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa.
• Penularan konjungtivitis sangat mudah terjadi, sehingga edukasi
kepada pasien dan keluarga sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan (Hurwitz, 2011).
85%

WHAT MAKES US
DIFFERENT?

We have many PowerPoint templates that


has been specifically designed to help
anyone that is stepping into the world of
PowerPoint for the very first time. We
have many PowerPoint templates that has
been specifically designed to help anyone
that is stepping into the world of
PowerPoint for the very first time.

Anatomi Konjungtiva
DEFINISI DAN ETIOLOGI
“ Peradangan akibat infeksi pada
konjungtiva yang ditandai dengan
dilatasi vaskular, infiltrasi seluler,
dan eksudasi yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. “
(Vaughan, 2010)

Neisseria gonorrhoeae merupakan diplokokus


gram negatif yang memiliki protein pili sehinga
mampu penetrasi pada sel epitel dan
menghasilkan berbagai macam produk
ekstraseluler yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel (McCourt, 2017)
PATOMEKANISME (Vaughan, 2010)

Protein pili membantu perlekatan bakteri ke sel epitel mukosa  bakteri


(memiliki komponen lipooligosakarida) menginvasi epitel menginduksi protein
endotoksin  kematian sel mukosa dan peptidoglikan  mobilisasi leukosit dan
sel-sel radang  respon inflamasi (rubor, calor, tumor, dolor, fungsiolesa), sel
radang bergabung dengan fibrin dan mukus sel goblet eksudasi, mikroabses
subepiteial

Perjalanan konjungtivitis dibedakan menjadi 3 stadium;


• Stadium infiltratif (1-3 hari)
• Stadium supuratif atau purulen (2-3 minggu)
• Stadium konvalesen (2-3 minggu)
Pewarnaan methylen
Konjungtiva hiperemis, blue sel bakteri
sekret purulen atau diplokokus di dalam
mukopurulen, dapat sel leukosit
disertai membran atau (Ilyas & Yulianti, 2015)

pseudomembran di
konjungtiva tarsal
(Kemenkes RI, 2014) PEMERIKSAAN
PENUNJANG

ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK PENEGAKAN DIAGNOSIS
Konjungtivitis et causa bakteri
lain; P. aeruginosa, S. aureus,
TATALAKSANA & EDUKASI
1. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
S. Pneumoniae, Haemophilus
menangani mata yang sakit.
2. Sekret mata dibersihkan.
3. Kloramfenikol tetes mata 0,5- 1%sebanyak 1 tetes tiap jam
Konjungtivitis et causa dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari
HSV sampai tidak ditemukan kuman GO pada sediaan apus
selama 3 hari berturut-turut.
Konjungtivitis • (Kemenkes RI, 2014)
et causa toksik Memberi informasi pada keluarga dan pasien mengenai (Kemenkes RI,
kimiawi 2014):
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
DIAGNOSIS 2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
BANDING penghuni rumah lainnya.
(Ilyas & Yuliani, 2015) 3. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar
4. Pada bayi dengan konjungtivitis gonore jika terjadi komplikasi pada
kornea dilakukan rujukan ke spesialis mata.
KOMPLIKASI

Dewasa :
Anak-anak: Perforasi
keratitis, tukak
Keratitis, kornea 
kornea
tukak kornea endoftalmitis
marginal,
 perforasi dan
sepsis, arthritis,
kornea panoftalmitis
dakrioadenitis
kebutaan total

PROGNOSIS
Pada umumnya baik bila diberikan penanganan yang tepat
RINGKASAN
• Konjungtivitis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat
dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhaea.
• Terdiri atas stadium infiltratif, supuratif atau purulen dan konvalesen
(penyembuhan).
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
• Penatalaksanaan dimulai bila terlihat pada pewarnaan methylen blue sel
bakteri diplococcus di dalam sel leukosit. Selain penggunaan obat mata
topikal kloramfenikol, edukasi pasien dan keluarga juga penting dalam
menunjang kesembuhan pasien serta mencegah terjadinya penularan.
• Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain seperti keratitis, tukak
kornea, arthritis, dan dakrioadenitis.
• Pada umumnya apabila penyakit ini diberikan penanganan yang tepat
maka prognosisnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta; Yulianti, Sri Rahayu. 2014. Ilmu Penyakit Mata edisi kelima. Jakarta :
BadanPenerbit FK UI
Ilyas, Sidarta; Yulianti, Sri Rahayu. 2015. Ilmu Penyakit Mata edisi kelima. Jakarta :
BadanPenerbit FK UI
Hurwitz, S.A., Antibiotics Versus Placebo for Acute Bacterial Conjunctivitis. The
Cochrane Collaboration. Available at:
http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file//CD001211.pdf [Accessed 2
Desember 2018]
Kemenkes RI, 2010. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2009. Available at: http://www.depkes.go.id [2 Desember 2018].
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
McCourt, Emiliy; Dahl, Andrew. 2017. Neonatal Conjunctivitis (Ophthalmia
Neonatorum). Diakses di: http://emedicine.medscape.com/article/
Vaugahn, Daniel G, Asbury Taylor, Riordan Eva, Paul. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai