ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2
sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purapura).
Puskesmas Sungai Raya setiap tahun terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2018 terjadi 42 kasus
(Incidence Rate 42,7 per 100.000 penduduk). Meningkat lagi pada tahun 2019 menjadi 59 kasus
(Incidence Rate 52,8 per 100.000 penduduk). Batas endemisitas untuk angka kesakitan DBD
tahun 2016 sebesar ≤ 28 per 100.000 penduduk. Salah satu perogram penanggulangan penyakit
DBD dengan dilaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi. Tujuan penelitian ini diketahuinya
pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) di Puskesmas
Sungai Raya Tahun 2020. Jenis penelitian ini bersifat kualitatf dengan pendekatan Study Kasus
yang bertujuan untuk mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Sungai Raya Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2020. Teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling dengan
informan kunci Kepala Puskesmas, informan utama pemegang program DBD dan penanggung
jawab surveilans. Analisis data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini adalah
pengolahan dan Analisa data memiliki nilai cukup, ketepatan diagnosa dan kelengkapan data
memiliki penilaian cukup, ketepatan pengiriman data dan akses masyarakat memiliki nilai baik.
Kesimpulan penelitian yaitu belum optimalnya pelaksanaan sistem survailans DBD di Puskesmas
Sungai Raya. Disarankan kepada Puskesmas Sungai Raya untuk dapat mengupayakan pemegang
program DBD dapat mengikuti pelatihan terkait surveilans sebagai upaya peningkatan
kompetensi atau keahlian khususnya terkait pelaksanaan survailans DBD di Puskesmas.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus and transmitted by
the Aedes aegypti mosquito, which has a sudden fever of 2 to 7 days without a clear cause,
weakness / lethargy, restlessness, hearDBDurn, signs of bleeding on the skin in the form of
bleeding spots (petechiae, bruises (echymosis) or rash (purapura). Puskesmas sungai raya
happen each year increasing cases.In 2018 occurring 42 cases per 42,7 100.000 rate insiden (
the ).Rose again in 2019 to 59 cases per 52,8 100.000 rate insiden ( the ).The endemisitas dbd
2016 pain for a year of smaller or equal to the 28 per 100.000.One perogram disease tackling
dbd by implemented epidemiology surveillance activities. The purpose of this study was to
Page | 79
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
Page | 80
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
Page | 81
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
DBD, diketahui pelaporan data dikirim data penanggulangan fokus dan data
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri PJB. Dinas kesehatan menetapkan
Hilir paling lambat setiap tanggal 10, jumlah rumah yang dihitung dalam
namun selama pelaksanaan surveilans ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah
DBD, terdapat beberapa kali sebanyak 100 rumah. Puskesmas
keterlambatan dalam pengiriman data diberi waktu untuk memenuhi target
tapi di antisipasi menggunakan WA tersebut selama 3 bulan. Untuk
Group. mempermudah pelaporan data,
puskesmas biasanya melakukan
Akses ke Pelayanan Kesehatan pemeriksaan jentik dan melaporkan
Berdasarkan hasil wawancara hasilnya ke dinas kesehatan setiap
mendalam kepada Pemegang Program bulan. Petugas puskesmas merasa
DBD, diketahui terdapat beberapa Pustu lebih mudah jika melakukan
di wilayah kerja Puskesmas Sungai pemeriksaan jentik dan melaporkan
Raya, sehingga masyarakat tidak hanya ke dinas kesehatan setiap bulan.
dapat mengakses pelayanan Kesehatan Frekuensi pengumpulan data DBD
di Puskesmas Sungai Raya, namun juga dari rumah sakit bersifat insidental
dapat mengaksesnya di beberapa jika ada kasus. Apabila dalam sebulan
Puskesmas Pembantu (Pustu) di wilayah terdapat banyak kasus maka intensitas
kerja Puskesmas Sungai Raya. pelaporan juga semakin sering. Dinas
kesehatan menetapkan batas waktu
Pembahasan pengumpulan form KDRS selambat-
a. Pengolahan dan Analisa lambatnya 24 jam setelah diagnosa
Berdasarkan hasil wawancara DBD ditetapkan. Dinas kesehatan
yang dilakukan kepada informan, menghimbau kepada seluruh rumah
data kasus DBD diolah dalam bentuk sakit untuk melaporkan data DBD
tabel maupun grafik dan dimasukan secepat mungkin (< 24 jam) setelah
ke dalam aplikasi SKDR. Sehingga hasil diagnosa pasien menunjukkan
pengolahan di Puskesmas Sungai positif DBD.
Raya sebesar 100% dan analisa data Menurut Lapau (2017),
kasus DBD belum dilaksanakan pengolahan dan Analisa data harus
secara sistematis jadi hasilnya relevan dalam arti agar data yang ada
termasuk kategori cukup. dan pengolahan serta analisisnya
Hasil penelitian ini sejalan dapat mencapai tujuan sistem
dengan hasil penelitian Yahya (2017) surveilans yang telah terlihat pada
tentang Fungsi Manajemen Untuk hasil penilaian. Melakukan analisis
Sistem Surveilans di Puskesmas data epidemiologi merupakan
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar langkah penting dalam surveilans dan
Tahun 2017, diketahui hasil penilaian analisis dilakukan terutama terhadap
pengolahan dan analisis data variable epidemilogi waktu, tempat
surveilans memiliki kategori kurang. dan orang. Untuk membantu
Menurut Mahfudhoh tahun 2015, melakukan analisis maka dalam
Frekuensi pengumpulan data DBD mengolah dan presentasi data harus
dari puskesmas dilakukan setiap dibuat tabulasi, grafik, atau peta yang
bulan dan tribulan. Batas waktu standar agar mudah dipahami. Terkait
pengumpulan setiap tanggal 10 awal pengolahan data Surveilans DBD di
bulan. Data yang dikumpulkan Puskesmas Sungai Raya, berdasarkan
meliputi data penemuan penderita, hasil observasi peneliti, di Puskesmas
Page | 82
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
Sungai Raya telah mengolah data sakit yang artinya dinilai cukup
dalam bentuk tabel maupun grafik, disebabkan karena adanya berbagai
namun dalam melakukan analisis dan keterbatasan seperti sarana prasarana
interpretasi masih terbilang laboratorium di Puskesmas Sungai
sederhana. Raya dan terbatasanya SDM laboran
Menurut Weraman (2010), yang mumpuni dalam uji Trombosit
interpretasi data disajikan dalam dan hematokrit. Selain itu juga
bentuk yang lebih jelas dan sederhana disebabkan minimnya dana untuk
berdasarkan waktu, tempat dan orang. operasional program pengendalian
Menurut peneliti, dalam DBD.
mengolah data, penanggung jawab
sudah melaksanakan dengan cukup c. Kelengkapan Data
dan data sudah dientri kedalam Berdasarkan hasil wawancara
SKDR untuk dapat dianalisis lebih yang dilakukan kepada informan,
lanjut. diketahui tidak semua fasilitas
Kesehatan yang berada di wilayah
b. Ketepatan Diagnosis kerja Puskesmas melaporkan hasil
Berdasarkan hasil wawancara penjaringan kasus DBD, hanya
yang dilakukan kepada informan, fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
diketahui pelaksanaan diagnosis dengan Puskesmas Sungai Raya.
DBD sudah dilaksanakan sesuai SOP, Mekanisme kelengkapan data
dimana pemeriksaan dilakukan secara diketahui dilaksanakan oleh tim dari
klinis dipuskesmas dan komfirmasi Puskesmas Sungai Raya selain
positif di RS untuk diagnosis lebih menunggu laporan kasus juga
lanjut termasuk kategori cukup. melakukan kunjungan ke fasilitas
Hasil penelitian ini tidak sejalan Kesehatan yang bekerja sama dengan
dengan hasil penelitian Alamsyah Puskesmas, sehingga kelengkapan
(2013), didapatkan informasi tidak data dinilai cukup.
diketahui nilai error rate tidak Hasil penelitian ini tidak sejalan
dilakukan cross check terhadap hasil dengan hasil penelitian Yahya (2017)
pemeriksaan sampel darah sehingga tentang Fungsi Manajemen Untuk
ketepatan diagnosis tidak dapat Sistem Surveilans di Puskesmas
diketahui. Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
Menurut Lapau (2017), cara Tahun 2017, diketahui penilaian
diagnosis dapat dilakukan dengan surveilans kelengkapan data memiliki
cara mungkin (possible) yaitu klinis nilai bagus.
berdasarkan gejala dan tanda Menurut hasil penelitian Saputra
penyakit, cara probabilitas et al. (2011), ketidaklengkapan
(probability) yaitu berdasarkan laporan surveilans dapat
frekuensi gejala terbanyak dan gejala mempengaruhi upaya kewaspadaan
patognomonis, cara pemeriksaan dini penyakit. Data surveilans yang
laboratoris. Cara laboratoris lebih seharusnya digunakan sebagai
valid daripada cara probabilitas, dan landasan pengambilan keputusan
cara probabilitas lebih benar dari cara akan diragukan kebenarannya apabila
mungkin. tidak lengkap oleh karena itu,
Menurut asumsi peneliti, penyediaan data DBD secara lengkap
ketepatan diagnosis dengan klinis dan penting untuk dilaksanakan. Salah
dilanjutkan laboratorium di rumah satu cara untuk meningkatkan
Page | 83
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
ketepatan dan kelengkapan data hanya 2 kali selama tahun 2020 maka
surveilans DBD dari puskesmas persentase keterlambatan masih
adalah dengan melakukan pelaporan dalam kategori baik.
melalui telepon kemudian Hasil penelitian ini sejalan
mengirimkan ke dinas melalui jasa dengan hasil penelitian Yahya (2017)
kurir. Berdasarkan penelitian Siyam tentang Fungsi Manajemen Untuk
(2013), metode pelaporan data DBD Sistem Surveilans di Puskesmas
via telepon kemudian dilanjutkan via Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
jasa kurir menunjukkan adanya Tahun 2017, diketahui penilaian
peningkatan persentase ketepatan dan surveilans terhadap ketepatan data
kelengkapan secara bermakna. dinilai baik.
Menurut Lapau (2017), Standar minimal kelengkapan
kelengkapan data dipengaruhi oleh dan ketepatan pengumpulan dalam
banyaknya pihak atau organisasi yang Kepmenkes RI Nomor:
terlibat dalam sistem surveilans. Pada 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tingkat Puskesmas dapat meliputi tentang Pedoman Penyelenggaraan
Puskesmas Pembantu, Klinik Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan, Polindes. Adapun Kesehatan masing-masing adalah ≥
kelengkapan data DBD di Puskesmas 80%. Berdasarkan Modul
Sungai Raya dikategorikan cukup, Pengendalian Demam Berdarah
karena selama observasi dan Dengue (Kemenkes, 2011) indikator
penelusuruan dokumen, peneliti tidak kinerja kabupaten/kota dianggap baik
dapat menemukan beberapa buku jika persentase kelengkapan
Register DBD. pengumpulan data di dinkes kota
Menurut asumsi peneliti, minimal 80%, persentase ketepatan
kelengkapan data surveilans DBD pengumpulan data di Dinkes kota
sangat dipengaruhi partisipasi seluruh minimal 80% dan persentase laporan
elemen Kesehatan yang ada di KDRS yang diterima dinkes kota
wilayah kerja Puskesmas Sungai tidak lebih dari 24 jam sejak diagnosis
Raya. Maka perlu adanya komunikasi pertama ditegakkan adalah 100%.
dan koordinasi dari Puskesmas ke Menurut Lapau (2017),
Pustu atau Fasilitas Kesehatan Ketepatan data berarti apakah data
lainnya. yang bersangkutan sampai di Dinas
Kesehatan Kota sesuai dengan waktu
d. Ketepatan Data yang ditentukan, sehingga dapat
Berdasarkan hasil wawancara diolah dan dianalisis dapat
yang dilakukan kepada informan, menghasilkan informasi setepat
diketahui pelaporan data dikirim ke mungkin sehingga masalah yang
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bersangkutan dapat ditangani sedini
paling lambat setiap tanggal 10, mungkin. Ketepatan waktu
namun selama pelaksanaan surveilan penerimaan laporan sangat
DBD, terdapat 2 kali keterlambatan diperlukan untuk melihat gambaran
dalam pengiriman data. penyakit, khususnya pemantauan atau
Keterlambatan ini disebabkan kewaspadaan dini kemungkinan
petugas surveilans memerlukan terjadinya KLB. Laporan Puskesmas
waktu lebih lama dalam harus telah diterima Dinkes Kota
mensinkronkan data kasus DBD. Pekanbaru paling lambat tanggal 10
Karena keterlambatan yang terjadi bulan berikutnya. Ketepatan waktu
Page | 84
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
Page | 85
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020
Page | 86