Anda di halaman 1dari 8

Al-Tamimi Kesmas

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences)


https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/kesmas
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
p-ISSN: 2338-2147
e-ISSN: 2654-6485

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD) DI PUSKESMAS SUNGAI RAYA KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Ikhtiyaruddin*(1), Agus Alamsyah (2), Muhamadiah (3), Yuyun Priwahyuni (4)


Christine Vita Gloria Purba (5)
(1,2,3,4,5)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana, Jl Mustafasari No.05
Tangkerang Selatan Pekanbaru
Email korespodensi*: om.udin@htp.ac.id

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2
sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purapura).
Puskesmas Sungai Raya setiap tahun terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2018 terjadi 42 kasus
(Incidence Rate 42,7 per 100.000 penduduk). Meningkat lagi pada tahun 2019 menjadi 59 kasus
(Incidence Rate 52,8 per 100.000 penduduk). Batas endemisitas untuk angka kesakitan DBD
tahun 2016 sebesar ≤ 28 per 100.000 penduduk. Salah satu perogram penanggulangan penyakit
DBD dengan dilaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi. Tujuan penelitian ini diketahuinya
pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) di Puskesmas
Sungai Raya Tahun 2020. Jenis penelitian ini bersifat kualitatf dengan pendekatan Study Kasus
yang bertujuan untuk mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Sungai Raya Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2020. Teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling dengan
informan kunci Kepala Puskesmas, informan utama pemegang program DBD dan penanggung
jawab surveilans. Analisis data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini adalah
pengolahan dan Analisa data memiliki nilai cukup, ketepatan diagnosa dan kelengkapan data
memiliki penilaian cukup, ketepatan pengiriman data dan akses masyarakat memiliki nilai baik.
Kesimpulan penelitian yaitu belum optimalnya pelaksanaan sistem survailans DBD di Puskesmas
Sungai Raya. Disarankan kepada Puskesmas Sungai Raya untuk dapat mengupayakan pemegang
program DBD dapat mengikuti pelatihan terkait surveilans sebagai upaya peningkatan
kompetensi atau keahlian khususnya terkait pelaksanaan survailans DBD di Puskesmas.

Kata Kunci : Surveilans, DBD, Sungai Raya

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus and transmitted by
the Aedes aegypti mosquito, which has a sudden fever of 2 to 7 days without a clear cause,
weakness / lethargy, restlessness, hearDBDurn, signs of bleeding on the skin in the form of
bleeding spots (petechiae, bruises (echymosis) or rash (purapura). Puskesmas sungai raya
happen each year increasing cases.In 2018 occurring 42 cases per 42,7 100.000 rate insiden (
the ).Rose again in 2019 to 59 cases per 52,8 100.000 rate insiden ( the ).The endemisitas dbd
2016 pain for a year of smaller or equal to the 28 per 100.000.One perogram disease tackling
dbd by implemented epidemiology surveillance activities. The purpose of this study was to

Page | 79
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

determine the implementation of epidemiological surveillance of Dengue Hemorrhagic Fever


(DHF) at Sungai Raya Public Health Center in 2020. This type of research is qualitative with a
case study approach aimed at monitoring activities surveillance at the Sungai Raya Community
Health Center, Indragiri Hilir Regency in 2020. The informant selection technique is purposive
sampling with the key informant of the Head of the Community Health Center, the main informant
of the DHF program holder and the person in charge of surveillance. Data analysis uses
triangulation of sources. sufficient, the accuracy of the diag assessment value is ba ik, the
completeness and accuracy of data delivery has good value, good public access. The conclusion
of this research is that the implementation of DHF surveillance system is not optimal yet in Sungai
Raya Health Center. It is recommended that Sungai Raya Puskesmas be able to make efforts for
DHF program holders to take part in surveillance-related training as an effort to increase
competence or expertise related to the implementation of DHF training at the Puskesmas.

Keywords: Surveilllance,DHF, Sungai Raya

PENDAHULUAN tahun 2013 dilaporkan sebanyak 1.415


Penyakit Demam Berdarah Dengue orang (Incidence Rate = 23,45 per
(DBD) adalah penyakit menular yang 100.000 penduduk) dan angka kematian
disebabkan oleh virus dengue dan sebanyak 11 orang (CFR = 0,8%).
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, Sedangkan pada tahun 2014, penderita
yang ditandai dengan demam mendadak demam berdarah sebanyak 2.342 kasus
2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab dan meninggal sebanyak 31 orang (IR
yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu 36,83 per 100.000 penduduk, CFR =
hati, disertai tanda perdarahan di kulit 1,32%) (Kemenkes RI, 2017).
berupa bintik perdarahan (petechiae, Pada tahun 2019, di Kabupaten
lebam (echymosis) atau ruam (purapura). Indragiri Hilir terdapat 397 kasus DBD,
Kadang- kadang mimisan, berak darah, terjadi peningkatan dibandingkan tahun
muntah darah, kesadaran menurun atau 2018 yang berjumlah 326 kasus. Pada
renjatan (Shock) (Kemenkes RI, 2011). tahun 2019 terdapat 5 kasus meninggal
Di Indonesia pada tahun 2014 jumlah akibat DBD dengan Case Fatality Rate
penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 2,4% dengan Incidence Rate25,9 per
100.347 kasus dengan jumlah kematian 100.000 penduduk (Profil Kesehatan
sebanyak 907orang (Incidence Kabupaten Indragiri Hiir, 2019).
Rate/Angka kesakitan= 39,8per 100.000 Berdasarkan data Dinkes Kabupaten
penduduk dan CFR/angka kematian= Indragiri Hilir dan Puskesmas Sungai
0,9%). Dibandingkan tahun 2013 dengan Raya, yang terdiri dari 4 (empat) desa dan
kasus sebanyak 112.511 serta Incidence seluruh desa merupakan endemis DBD
Rate/ 45,85 terjadi penurunan kasus pada serta setiap tahun terjadi peningkatan
tahun 2014 (Kemenkes RI, 2015). kasus. Pada tahun 2018 terjadi 42 kasus
Penyakit demam berdarah dengue (Incidence Rate 42,7 per 100.000
(DBD) sampai saat ini masih merupakan penduduk). Meningkat lagi pada tahun
masalah kesehatan di Provinsi Riau yang 2019 menjadi 59 kasus (Incidence Rate
memerlukan perhatian serius dari semua 52,8 per 100.000 penduduk). Batas
pihak, mengingat penyakit ini sangat endemisitas untuk angka kesakitan DBD
potensial untuk terjadi Kejadian Luar tahun 2016 sebesar ≤ 28 per 100.000
Biasa (KLB) dan merupakan ancaman penduduk. Dengan demikian pada tahun
bagi masyarakat luas. Di Provinsi Riau, 2019 Puskesmas Sungai Raya melebihi
jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada batas endemisitas (Profil Dinkes

Page | 80
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

Kab.Inhil, 2019). Kepala puskesmas, pemegang program


Menurut Kemenkes RI tahun 2016 DBD dan Surveilans dan Triangulasi
Surveilens DBD merupakan upaya metode dengan pengumpulan data
pengumpulan, analisis dan interpretasi melalui wawancara mendalam,
data outcome khusus tentang penyakit obeservasi melalui telaah dokumen.
DBD yang terus menerus untuk
digunakan dalam perencanaan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan dan penilaian program Hasil
penanggulangan DBD. Tujuan surveilans Pengolahan dan Analisa
DBD yaitu untuk mengetahui gambaran Berdasarkan hasil wawancara
epidemiologi DBD, mengetahui mendalam kepada Pemegang program
kewaspadaan dini, memantau DBD di Puskesmas Sungai Raya terkait
kecenderungan penyakit, analisis faktor terkait pengolahan dan analisis data
risiko, memantau program kesehatan dan penyakit DBD , diketahui data kasus
menentukan prioritas pemberantasan DBD diolah dalam bentuk tabel maupun
penyakit. Untuk mencapai tujuan grafik dan dimasukan ke dalam aplikasi
surveilens tersebut perlu dilaksanakan SKDR.
dengan baik sehingga diperlukan analisis
terhadap pelaksanaan kegiatan sistem Ketepatan Diagnosa
surveilens di Puskesmas Sungai Raya Berdasarkan hasil wawancara
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2020. mendalam kepada Kepala Puskesmas,
Pemegang Program DBD dan PJ
METODE Surveilans, diketahui pelaksanaan
Jenis penelitian ini bersifat kualitatf diagnosis DBD sudah dilaksanakan
dengan pendekatan Study Kasus yang sesuai SOP, dimana pemeriksaan
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dilakukan secara uji klinis di puskesmas
kegiatan sistem surveilans epidemiologi dengan melihat tanda dan gejala serta uji
di Puskesmas Sungai Raya Kabupaten Torniquet jika ditemukan bercak merah
Indragiri Hilir Tahun 2020. Penelitian ini pasien akan dirujuk ke RSUD
dilakukan di Puskesmas Sungai Raya
Kabupaten Indragiri Hilir dan Kelengkapan Data
dilaksanakan pada bulan Agustus 2020. Berdasarkan hasil wawancara
Populasi yang juga sampel adalah mendalam kepada Pemegang Program
tenaga kesehatan yang berkaitan sistem DBD, diketahui tidak semua fasilitas
surveilens DBD itu sendiri, yakni Kesehatan yang berada di wilayah kerja
sebagai informen utamanya adalah Puskesmas melaporkan kasus DBD,
pemegang program DBD dan Surveilans hanya fasilitas Kesehatan yang bekerja
informan pendukungnya adalah sama dengan Puskesmas Sungai Raya.
Penanggung Jawab Program P2P dan Mekanisme kelengkapan data diketahui
Kepala Puskesmas Sungai Raya dilaksanakan oleh tim dari Puskesmas
Data yang dikumpulkan adalah data Sungai Raya selain menunggu laporan
primer dan data sekunder. Data primer kasus juga melakukan kunjungan ke
yang diambil langsung melalui fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
wawancara dengan informan dengan dengan Puskesmas Sungai Raya
pedoman wawancara dan data sekunder
diambil melalui observasi dokumen Ketepatan Data
dengan lembar ceklist. Analisis data Berdasarkan hasil wawancara
menggunakan triangulasi sumber yakni mendalam kepada Pemegang Program

Page | 81
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

DBD, diketahui pelaporan data dikirim data penanggulangan fokus dan data
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri PJB. Dinas kesehatan menetapkan
Hilir paling lambat setiap tanggal 10, jumlah rumah yang dihitung dalam
namun selama pelaksanaan surveilans ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah
DBD, terdapat beberapa kali sebanyak 100 rumah. Puskesmas
keterlambatan dalam pengiriman data diberi waktu untuk memenuhi target
tapi di antisipasi menggunakan WA tersebut selama 3 bulan. Untuk
Group. mempermudah pelaporan data,
puskesmas biasanya melakukan
Akses ke Pelayanan Kesehatan pemeriksaan jentik dan melaporkan
Berdasarkan hasil wawancara hasilnya ke dinas kesehatan setiap
mendalam kepada Pemegang Program bulan. Petugas puskesmas merasa
DBD, diketahui terdapat beberapa Pustu lebih mudah jika melakukan
di wilayah kerja Puskesmas Sungai pemeriksaan jentik dan melaporkan
Raya, sehingga masyarakat tidak hanya ke dinas kesehatan setiap bulan.
dapat mengakses pelayanan Kesehatan Frekuensi pengumpulan data DBD
di Puskesmas Sungai Raya, namun juga dari rumah sakit bersifat insidental
dapat mengaksesnya di beberapa jika ada kasus. Apabila dalam sebulan
Puskesmas Pembantu (Pustu) di wilayah terdapat banyak kasus maka intensitas
kerja Puskesmas Sungai Raya. pelaporan juga semakin sering. Dinas
kesehatan menetapkan batas waktu
Pembahasan pengumpulan form KDRS selambat-
a. Pengolahan dan Analisa lambatnya 24 jam setelah diagnosa
Berdasarkan hasil wawancara DBD ditetapkan. Dinas kesehatan
yang dilakukan kepada informan, menghimbau kepada seluruh rumah
data kasus DBD diolah dalam bentuk sakit untuk melaporkan data DBD
tabel maupun grafik dan dimasukan secepat mungkin (< 24 jam) setelah
ke dalam aplikasi SKDR. Sehingga hasil diagnosa pasien menunjukkan
pengolahan di Puskesmas Sungai positif DBD.
Raya sebesar 100% dan analisa data Menurut Lapau (2017),
kasus DBD belum dilaksanakan pengolahan dan Analisa data harus
secara sistematis jadi hasilnya relevan dalam arti agar data yang ada
termasuk kategori cukup. dan pengolahan serta analisisnya
Hasil penelitian ini sejalan dapat mencapai tujuan sistem
dengan hasil penelitian Yahya (2017) surveilans yang telah terlihat pada
tentang Fungsi Manajemen Untuk hasil penilaian. Melakukan analisis
Sistem Surveilans di Puskesmas data epidemiologi merupakan
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar langkah penting dalam surveilans dan
Tahun 2017, diketahui hasil penilaian analisis dilakukan terutama terhadap
pengolahan dan analisis data variable epidemilogi waktu, tempat
surveilans memiliki kategori kurang. dan orang. Untuk membantu
Menurut Mahfudhoh tahun 2015, melakukan analisis maka dalam
Frekuensi pengumpulan data DBD mengolah dan presentasi data harus
dari puskesmas dilakukan setiap dibuat tabulasi, grafik, atau peta yang
bulan dan tribulan. Batas waktu standar agar mudah dipahami. Terkait
pengumpulan setiap tanggal 10 awal pengolahan data Surveilans DBD di
bulan. Data yang dikumpulkan Puskesmas Sungai Raya, berdasarkan
meliputi data penemuan penderita, hasil observasi peneliti, di Puskesmas

Page | 82
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

Sungai Raya telah mengolah data sakit yang artinya dinilai cukup
dalam bentuk tabel maupun grafik, disebabkan karena adanya berbagai
namun dalam melakukan analisis dan keterbatasan seperti sarana prasarana
interpretasi masih terbilang laboratorium di Puskesmas Sungai
sederhana. Raya dan terbatasanya SDM laboran
Menurut Weraman (2010), yang mumpuni dalam uji Trombosit
interpretasi data disajikan dalam dan hematokrit. Selain itu juga
bentuk yang lebih jelas dan sederhana disebabkan minimnya dana untuk
berdasarkan waktu, tempat dan orang. operasional program pengendalian
Menurut peneliti, dalam DBD.
mengolah data, penanggung jawab
sudah melaksanakan dengan cukup c. Kelengkapan Data
dan data sudah dientri kedalam Berdasarkan hasil wawancara
SKDR untuk dapat dianalisis lebih yang dilakukan kepada informan,
lanjut. diketahui tidak semua fasilitas
Kesehatan yang berada di wilayah
b. Ketepatan Diagnosis kerja Puskesmas melaporkan hasil
Berdasarkan hasil wawancara penjaringan kasus DBD, hanya
yang dilakukan kepada informan, fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
diketahui pelaksanaan diagnosis dengan Puskesmas Sungai Raya.
DBD sudah dilaksanakan sesuai SOP, Mekanisme kelengkapan data
dimana pemeriksaan dilakukan secara diketahui dilaksanakan oleh tim dari
klinis dipuskesmas dan komfirmasi Puskesmas Sungai Raya selain
positif di RS untuk diagnosis lebih menunggu laporan kasus juga
lanjut termasuk kategori cukup. melakukan kunjungan ke fasilitas
Hasil penelitian ini tidak sejalan Kesehatan yang bekerja sama dengan
dengan hasil penelitian Alamsyah Puskesmas, sehingga kelengkapan
(2013), didapatkan informasi tidak data dinilai cukup.
diketahui nilai error rate tidak Hasil penelitian ini tidak sejalan
dilakukan cross check terhadap hasil dengan hasil penelitian Yahya (2017)
pemeriksaan sampel darah sehingga tentang Fungsi Manajemen Untuk
ketepatan diagnosis tidak dapat Sistem Surveilans di Puskesmas
diketahui. Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
Menurut Lapau (2017), cara Tahun 2017, diketahui penilaian
diagnosis dapat dilakukan dengan surveilans kelengkapan data memiliki
cara mungkin (possible) yaitu klinis nilai bagus.
berdasarkan gejala dan tanda Menurut hasil penelitian Saputra
penyakit, cara probabilitas et al. (2011), ketidaklengkapan
(probability) yaitu berdasarkan laporan surveilans dapat
frekuensi gejala terbanyak dan gejala mempengaruhi upaya kewaspadaan
patognomonis, cara pemeriksaan dini penyakit. Data surveilans yang
laboratoris. Cara laboratoris lebih seharusnya digunakan sebagai
valid daripada cara probabilitas, dan landasan pengambilan keputusan
cara probabilitas lebih benar dari cara akan diragukan kebenarannya apabila
mungkin. tidak lengkap oleh karena itu,
Menurut asumsi peneliti, penyediaan data DBD secara lengkap
ketepatan diagnosis dengan klinis dan penting untuk dilaksanakan. Salah
dilanjutkan laboratorium di rumah satu cara untuk meningkatkan

Page | 83
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

ketepatan dan kelengkapan data hanya 2 kali selama tahun 2020 maka
surveilans DBD dari puskesmas persentase keterlambatan masih
adalah dengan melakukan pelaporan dalam kategori baik.
melalui telepon kemudian Hasil penelitian ini sejalan
mengirimkan ke dinas melalui jasa dengan hasil penelitian Yahya (2017)
kurir. Berdasarkan penelitian Siyam tentang Fungsi Manajemen Untuk
(2013), metode pelaporan data DBD Sistem Surveilans di Puskesmas
via telepon kemudian dilanjutkan via Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
jasa kurir menunjukkan adanya Tahun 2017, diketahui penilaian
peningkatan persentase ketepatan dan surveilans terhadap ketepatan data
kelengkapan secara bermakna. dinilai baik.
Menurut Lapau (2017), Standar minimal kelengkapan
kelengkapan data dipengaruhi oleh dan ketepatan pengumpulan dalam
banyaknya pihak atau organisasi yang Kepmenkes RI Nomor:
terlibat dalam sistem surveilans. Pada 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tingkat Puskesmas dapat meliputi tentang Pedoman Penyelenggaraan
Puskesmas Pembantu, Klinik Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan, Polindes. Adapun Kesehatan masing-masing adalah ≥
kelengkapan data DBD di Puskesmas 80%. Berdasarkan Modul
Sungai Raya dikategorikan cukup, Pengendalian Demam Berdarah
karena selama observasi dan Dengue (Kemenkes, 2011) indikator
penelusuruan dokumen, peneliti tidak kinerja kabupaten/kota dianggap baik
dapat menemukan beberapa buku jika persentase kelengkapan
Register DBD. pengumpulan data di dinkes kota
Menurut asumsi peneliti, minimal 80%, persentase ketepatan
kelengkapan data surveilans DBD pengumpulan data di Dinkes kota
sangat dipengaruhi partisipasi seluruh minimal 80% dan persentase laporan
elemen Kesehatan yang ada di KDRS yang diterima dinkes kota
wilayah kerja Puskesmas Sungai tidak lebih dari 24 jam sejak diagnosis
Raya. Maka perlu adanya komunikasi pertama ditegakkan adalah 100%.
dan koordinasi dari Puskesmas ke Menurut Lapau (2017),
Pustu atau Fasilitas Kesehatan Ketepatan data berarti apakah data
lainnya. yang bersangkutan sampai di Dinas
Kesehatan Kota sesuai dengan waktu
d. Ketepatan Data yang ditentukan, sehingga dapat
Berdasarkan hasil wawancara diolah dan dianalisis dapat
yang dilakukan kepada informan, menghasilkan informasi setepat
diketahui pelaporan data dikirim ke mungkin sehingga masalah yang
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bersangkutan dapat ditangani sedini
paling lambat setiap tanggal 10, mungkin. Ketepatan waktu
namun selama pelaksanaan surveilan penerimaan laporan sangat
DBD, terdapat 2 kali keterlambatan diperlukan untuk melihat gambaran
dalam pengiriman data. penyakit, khususnya pemantauan atau
Keterlambatan ini disebabkan kewaspadaan dini kemungkinan
petugas surveilans memerlukan terjadinya KLB. Laporan Puskesmas
waktu lebih lama dalam harus telah diterima Dinkes Kota
mensinkronkan data kasus DBD. Pekanbaru paling lambat tanggal 10
Karena keterlambatan yang terjadi bulan berikutnya. Ketepatan waktu

Page | 84
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

laporan dikatakan bagus bila dinilai baik karena sudah banyak


keterlambatan dari tanggal yang pelayanan kesehatan yang sudah
ditentukan kurang dari 20% sampai hingga tingkat kelurahan/desa
kemudian penilaiannya cukup apabila dan masyarakat dapat mengakses
keterlambatan dari tanggal yang pelayanan kesehatan tersebut.
ditentukan 20-80% dan kurang Menurut asumsi peneliti, akses
apabila keterlambatan lebih dari 80%. pelayanan Kesehatan yang cukup
Menurut asumsi peneliti, mudah diakses oleh masyarakat
ketepatan data surveilans DBD sangat memperlihatkan cukup meratanya
dipengaruhi oleh manajemen fasilitas Kesehatan di tingkat
pelaksanaan surveilans DBD yang desa/kelurahan seperti Puskesmas
baik dalam hal ini kualifikasi dan Pembantu (Pustu), Polindes, dan
kompetensi petugas surveilans. klinik Kesehatan swasta.
Sehingga petugas surveilans perlu
mendapatkan pelatihan sebagai upaya SIMPULAN
peningkatan kompetensi. Pengolahan dan Analisa Data dalam
Sistem Surveilans DBD di Puskesmas
e. Akses Pelayanan Kesehatan Sungai Raya tahun 2020 telah memuat 3
Berdasarkan hasil wawancara dari 4 tujuan dari surveilans penyakit
yang dilakukan kepada informan, DBD, sehingga memiliki penilaian
diketahui terdapat beberapa Pustu di cukup. Ketepatan Diagnosis Sistem
wilayah kerja Puskesmas Sungai Surveilans DBD di Puskesmas Sungai
Raya, sehingga masyarakat tidak Raya tahun 2020 berdasarkan kasus
hanya dapat mengakses pelayanan suspek dan menggunakan laboratorium
Kesehatan di Puskesmas Sungai RS dengan pemeriksaan trombosit dan
Raya, namun juga dapat hematokrit, sehingga memiliki penilaian
mengaksesnya di beberapa cukup. Kelengkapan Data Sistem
Puskesmas Pembantu (Pustu) di Surveilans DBD di Puskesmas Sungai
wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya tahun 2020 hanya memuat buku
Raya. sehingga kelengkapan data register DBD, sehingga memiliki
dinilai Baik. penilaian cukup. Ketepatan Pengiriman
Hasil penelitian ini sejalan Data Sistem Surveilans DBD di
dengan hasil penelitian Yahya (2017) Puskesmas Sungai Raya tahun 2020 ke
tentang Fungsi Manajemen Untuk Dinas Kesehatan sesuai jadwal, sehingga
Sistem Surveilans di Puskesmas memiliki penilaian baik. Akses
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Masyarakat dalam Sistem Surveilans
Tahun 2017, diketahui penilaian DBDdi Puskesmas Sungai Raya tahun
surveilans terhadap akses pelayanan 2019 memiliki penilaian baik.
Kesehatan yang dinilai baik. Diharapkan berdasarkan penelitian
Menurut Lapau (2017), apabila ini Puskesmas Sungai Raya dapat
masyarakat mempunyai akses yang mengupayakan pemegang program
cukup terhadap pelayanan kesehatan DBD untuk dapat mengikuti pelatihan
misalnya puskesmas atau rumah terkait surveilans sebagai upaya
sakit, maka dapat diharapkan dapat peningkatan kompetensi atau keahlian
diketahui seberapa populasi yang khususnya terkait pelaksanaan survelans
dapat dipantau oleh sistem surveilens. di Puskesmas dapat perjalan secara
Penilaian terhadap akses pelayanan sistematis di semua fasilitas kesehatan di
Kesehatan di Puskesmas Sungai Raya wilayah Puskesmas Sungai Raya.

Page | 85
Al-Tamimi Kesmas / Vol. 9, No. 2, Tahun 2020

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik


Alamsyah, A., Gustina, T. (2013). Indonesia. (2017). Profil
Pelaksanaan Sisistem Surveilans Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
dan gambaran Epidemiologi Jakarta.
Malaria di Dinas Kesehatan
Kabupaten Indragiri Hulu Tahun Lapau, B., Alibbirwin. (2017). Prinsip
2008-2010. dan Metode Surveilans
Epidemiologi. Jakarta : Yayasan
Chin, J. (2009). Manual Pemberantasan Pustaka Obor Indonesia.
Penyakit Menular. Jakarta : CV
Infomedika. Lapau, B. (2013). Prinsip dan Metode
Epidemiologi. Jakarta : Badan
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Penerbit FK UI..
Hilir. (2019). Profil Dinas
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Mahfudhoh, Binti. 2015. Komponen
2018 dan 2019. Tembilahan: Sistem Surveilans Demam
Dinas Kesehatan Kabupaten Berdarah Dengue (DBD) di Dinas
Indragiri Hilir. Kesehatan Kota Kediri. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol.3,No.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2019). 1https://e-
Profil Kesehatan Provinsi Riau journal.unair.ac.id/index.php
Tahun 2018. Pekanbaru : Dinas
Muninjaya, G. (2012). Manajemen
Kesehatan Provinsi Riau.
Kesehatan. Jakarta : Kedokteran
Farahiyah, M, Nurjazuli.,& Setiani, O. EGC.
(2014). Analisis Spasial Faktor Saputra, Ragil dan Ahmad Ashari. 2011.
Lingkungan dan Kejadian DBD di Integrasi Laporan Demam
Kabupaten Demak. Buletin Berdarah Dengue (DBD)
Penelitian Kesehatan. Vol. 42. No. Menggunakan Teknologi Web
1. Hal 25- 36. Service. Jurnal Masyarakat
Kemenkes RI. (2009). Pedoman Informatika. 2: 3.
Penanggulangan Nasional Demam Siyam, nur. 2013. Fasilitasi Pelaporan
Berdarah Dangue. Jakarta KDRS dan W2 DBD untuk
Meningkatkan Pelaporan
Kementerian Kesehatan Republik
Surveilans DBD. Jurnal Kesehatan
Indonesia. 2003. Keputusan
Masyarakat. 8: 2.
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: Weraman, pius. 2010. Dasar Surveilans
1116/MENKES/SK/VIII/2003 Kesehatan Masyarakat. Depok:
Tentang Pedoman Gramata Publishing.
Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Yahya, E., Lapau, B., Dewi, O. (2017).
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Fungsi Manajemen Untuk Sistem
Kesehatan Republik Indonesia Surveilans Demam Berdarah
Kementrian Kesehatan Republik Dengue (DBD) di Puskesmas
Indonesia, (2015). Profil Bangkinang Kota Kabupaten
Kesehatan Indonesia Tahun 2015: Kampar tahun 2017.
Jakarta

Page | 86

Anda mungkin juga menyukai