Awwalia Tunnisa
1934142014
HALAMAN JUDUL i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Kajian Pustaka 7
B. Kerangka Pikir 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19
A. Jenis Penelitian 19
B. Waktu dan Tempat Penelitian 19
C. Desain Penelitian 19
D. Populasi dan Sampel 20
E. Definisi Operasional Variabel 20
F. Instrumen Penelitian 21
G. Teknik Pengumpulan Data 22
H. Teknik Analisis Data 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis
desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas,
klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit
atau kematian.
kesehatan dinyatakan dalam, "setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keadaan sehat banyak hal yang
finding), dan konfirmasi laporan kasus indek. Kelebihan surveilans aktif yaitu
lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang
oleh sistem yang handal, yakni suatu sistem yang dapat menyediakan data dan
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak
dan orang lanjut usia, terutama di negara dengan pendapatan perkapita rendah
dan menengah. ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan dan
Dalam masyarakat agar lebih aktif dalam segala hal kegiatan demi
tentunya harus di dukung dengan fisik dan fikiran sehat. Dengan terciptanya
aktifitasnya agar mendapatkan hidup yang sehat dan lebih produktif. (lestari,
2022).
Dalam kegiatan pengendalian ISPA, pelatihan bagi petugas kesehatan
Perilaku hidup bersih dan sehat penduduk merupakan salah satu upaya
kejadian penyakit ISPA dan digunakan untuk rencana tindak lanjut dalam
Argodadi dan Argorejo yaitu adanya anggota keluarga yang merokok (58,3%),
jendela pada pagi hari dan menutup mulut waktu batuk begitu mempengaruhi.
Hasil analisis pasial penyakit ISPA di Provinsi Sulawesi Tenggara ditemukan bahwa
penderita penyakit ISPA lebih tinggi pada kelompok perempuan dari pada laki-laki.
Puncak Kejadian terjadi pada bulan Juli (216). Sebaran Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) di kabupaten Konawe, terdapat delapan kabupaten dalam kategori
tinggi, terdiri dari: Abuki(,Uepai, Lambuya, Meluhu, Wawotobi, Konawe,
Amonggedo, dan Soropia. (Ramadhan Tosepu, 2019)
Berdasarkan hasil survey nasional kesehatan diperoleh Prevalensi ARI
Tenggara, terdapat (4,49%) penderita ISPA dan pada tahun 2016 terdapat
pada tahun 2016, pada tahun 2017 terdapat (53,15%), pada tahun 2018
sebanyak (70,57%), sedangkan pada tahun 2019 Bulan Januari sampai dengan
kenaikan pada tahun 2010 hingga 2015 sebanyak 112.882 kasus. Kemudian
Tahun 2019 yaitu 12.563 kasus ISPA di Kota kendari menjadi 403.181
penderita ISPA dalam waktu kurang lebih sepuluh tahun tahun terakhir. Ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan kenaikan dan penurunan kasus
minggu dan setiap bulan dilaporkan oleh Petugas Surveilans bidan desa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui tingkat pelayanan surveilans epidemologi penyakit
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi Mahasiswa
penyakit serta level faktor resiko dengan kata lain kegiatan surveilans
penyakit. Oleh sebab itu surveilans dianggap sebagai salah satu alat terbaik
sur dan vieller yang di definisikan sebagai pengamatan dari dekat dan terus
tidak berfungsi dengan baik ada aturan nyata. Informasi dari data
pengumpukan data. membuat fungsi dan mafaat menjadi lemah bahkan tidak
pengetahuan tentang jumlah kasus yang terjadi setiap tahun tanpa ada
kebijakan.
Observasi di puskesmas setiap informan memiliki pemahaman yang
jumlah kejadian kasus penyakit selalu meningkat setiap tahunnya. Ini karena
sumber daya yang tidak mencukupi sumber daya manusia yang tersedia,
puskesmas
kasus penyakit menular dan tidak menular sehingga kegiatan surveilans harus
2. Jenis-jenis surveilans
1. surveilans individu
2. Surveilans penyakit
3. surveilans individu
4. Surveilans penyakit
5. Surveilans sindromik
data yang dimaksud adalah data gejala dan data klinis. menganalisis dan
baik pada penyakit menular dan penyakit tidak menular, ataupun factor-faktor
Sumber data sistem surveilans yang dirancang oleh WHO terdiri dari 10
1. Pencatatan kematian
diketahui
8. Survey
Metode ini tidak terbatas pada bidang kesehatan, tetapi juga pada bidang
atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status kesehatan dan
besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat. (Ridho
Muktiadi1, 2019)
penyakit menular, tetapi penggunaannya saat ini juga penting untuk memantau
disengaja dan penyakit yang disebabkan oleh bencana alam seperti : banjir,
tanah longsor, gempa bumi, dll. Selain itu pemantauan untuk memantau
Menkes/SK/VIII/2003 Tentang.
a. Surveilans epidemiologi kesehatan meliputi surveilans epidemiologi
6. Pengertian Epidemiologi
1.Tujuan epidemiologi
hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan
terjadi.
kesehatan masyarakat.
suatu wilayah.
maupun populasi.
kesehatan.
f. Menentukan penyebab dan sumber penyakit dari temuan
dan pemusnahan.
ngara berkembang 0,29 episode per anak/tahun dan di negara maju 0.05
episode per anak/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode
baru di dunia per tahun dimana 151 juta kasus (96,7%) terjadi di negara
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
tinggi, di New York jumlah penderita ISPA sebesar 48.325 balita dan
dibandingkan negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara
berkembang gagal usia lima tahun dan 26-30% dari kematian balita disebabkan
oleh ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah sebagai penyakit saluran
pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
atau beberapa hari. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari aluran
pernafasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (sauran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga, telinga tengah dan pleura.
ISPA suatu penyakit saluran pernafasan akut yang berlangsung selama 14 hari
yang dapat ditularkan melalui air liur, darah, bersin, maupun udara yang
terhirup
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri ,virus ,maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.
Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dipengaruhi oleh tiga hal
yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia),
keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan
pada bagian atas maupun bawah, dimulai dari hidung sampai ke alveoli, dapat
menular, dan juga bisa menyebabkan spektrum penyakit dimulai dari tidak ada
gejala maupun infeksi yang ringan hingga infeksi berat yang menimbulkan
yang akut merupakan satu diantara penyakit yang tinggi terjadi di Indonesia.
pekerja di bidang industri yang terdapat risiko dan bahaya yang bersumber dari
dengan kasus 34%, kecelakaan 25%, peyakit pada saluran pernapasan 21%,
penyakit kardiovaskular 15%, dan beberapa faktor lainnya 5%.5 Pekerja yang
akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia.
Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari. ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang berlangsung
selama 14 hari yang dapat ditularkan melalui air liur, darah, bersin, maupun
diupayakan imunisasi lengkap terutama DPT dan Campak. Bayi dan balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan
infeksi di seluruh dunia (WHO, 2014). Angka kejadian sebesar 18,8 milar kasus
dengan jumlah kematian sebesar 4 juta orang/tahun (WHO, 2015). Penyakit ini
terjadi diseluruh wilayah mulai dari negara miskin, negara berkembang, sampai
dengan negara maju seperti; di wilayah Afrika, China dan Australia dimana
yaitu 25,8% (Riskesdas, 2013). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah
penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas
eklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan, BBLR, kepadatan penduduk serta
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
8. Klasifikasi ISPA
a. Klasifikasi ISPA berdasarkan anatomis Secara anatomis ISPA dibagi
Respiratory Infections)
struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai alveoli.
jaringan paru tapi juga pada Bronchioli. ISPA berdasarkan golongan umur 2
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak
b) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat untuk usia lebih dari bulan
sampai 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih, untu usia 1-4 tahun
c) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. “Tanda Bahaya” untuk golongan umur 2 bulan -5 tahun yaitu:
dengan kejadian ISPA pada balita maka didapatkan hasil uji chi suare
berarti tidak ada hubungan antara BBLR dengan kejadian ISPA pada
dengan kejadian ISPA pada balita maka didapatkan hasil Berdasarkan uji
ditolak berarti tidak ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian
Untuk faktor yang kedua adalah faktor status gizi pada balita, pada
baik, (40,0%) sejumlah 36 balita mengalami gizi kurang. Gizi baik adalah
dengan kejadian ISPA pada balita maka didapatkan hasil berdasarkan hasil
uji chi square diperoleh nilai ρ value 0,0 3 (ρ- value>0,05) maka H0
Kodeoha. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,208 yang
diupayakan imunisasi lengkap terutama DPT dan Campak. Bayi dan balita
berulang tahun. Makin cukup usia seseorang, maka seseorang akan lebih
matang pada saat berpikir dan bekerja bekerja.14 Usia merupakan salah
Semakin usia bertambah maka akan semakin berkembang pula pola pikir
didapatkan hubungan antara usia dengan kejadian ISPA pada pekerja yang
ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal
paru lain akan menurun sesuai pertambahan umur sehingga makin lanjut
pada Balita
hasil uji chi squarediperoleh nilai ρ value 0,038 (ρ- value<0,05). 05 maka
(57,8%) sejumlah 52 rumah yang memiliki penghuni tidak padat. Hal ini
penelitian Hidayat19 kejadian ISPA lebih banyak terjadi pada laki-laki dan
kejadian ISPA
Surveilans epidemiologi
penyakit menular dan tidak
menular
Kajian dan
-karakteristik diseminasi informasi
balita Kejadian ISPA pada kesehatan
-sumber polutan balita lingkungan,
-kondisi kesehatan ,matra, dan
lungkungan rumah pengendalian
penyakit
11. Hipotesis Penelitian
surveilans
pelaksanaan penelitian.
dam situasi yang ada di puskesmas Kodeoha. dari objek yang diteliti.
yang terdiri atas: objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2.Sampel
berhubungan dengan sistem surveilans, baik input: data SDM, data sarana
dan prasarana.
manajemen surveilans.
Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, variable terikat dalam
dokumentasi.
a. Pedoman observasi
dibuat dan di isi oleh peneliti aspek yang dilihat adalah menganalisis
b. Pedoman wawancara
c. Pedoman dokumentasi
penelitian ini dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel kalau
bulanan.
meliputi:
a. Data primer
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang
berupa data KLB, SOP, dan data lain yang mendukung penelitian.
utama. Data yang dikumpulkan ialah data epidemiologi yang jelas, tepat,
dan pekerjaan),
karakteristiknya,
1. Uji Reliabilitas
2. Uji Validitas
3. Uji Nomalitas
4. Uji Homogenitas
DAFTAR PUSTAKA
budiono, a. r. (2021). jurnal administrasi kesehatan. analisis kualitas pelayanan rawat
delfi mardiana, n. u. (2021). jurnal respon publik. evaluasi program JKN dalam
CENDEKIA MANDIRI
KOTA 194-203
rovendra,amd.,FT.,S.KM.,MKM.
rawat inap38-47
2019badan pembinaan hukum nasional dapartemen kehakiman dan hak asasi
manusia RI
CENDEKIA MANDIRI
KOTA 194-203
rovendra,amd.,FT.,S.KM.,MKM.
rawat inap38-47
Cimahi213-216
2019badan pembinaan hukum nasional dapartemen kehakiman dan hak asasi
manusia RI
Perencanaan Wilayah1-5
CENDEKIA MANDIRI
KOTA 194-203
rovendra,amd.,FT.,S.KM.,MKM.
rawat inap38-47
Cimahi213-216
manusia RI
Perencanaan Wilayah1-5
CELEBES14-22
SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT SUATU PENGANTAR2020INSAN
CENDEKIA MANDIRI
KOTA 194-203
rovendra,amd.,FT.,S.KM.,MKM.
MAKASSAR2022JURNAL JURRIKES38-48
rawat inap38-47