Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020

Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks


Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
ID A-KEDOKTERAN-02
PROGRAM INTERVENSI DALAM UPAYA PREVENSI DIARE
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMBONG

Hendsun1, Amelia Sunjaya1, Yohanes Firmansyah1, Ernawati Su1


1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta
Surel: hendsunh@ymail.com ; Amelia.sunjaya95@yahoo.com ; yohanesfirmansyah28@gmail.com ;
ernawati@fk.untar.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang: Diare masih menjadi penyebab kematian keempat (9%) pada balita. Menurut data yang
dilansir World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, sekitar 1,7 miliar anak di seluruh dunia
ditemukan mengalami diare setiap tahunnya, dengan 525.000 balitanya meninggal akibat diare setiap
tahunnya. Indonesia merupakan satu dari 15 negara yang diperhitungkan sebagai indikator kegagalan Global
Action Plan of Prevention and Care of Pneumonia and Diarrhea (GAPPD). Prevalensi diare Puskesmas
Gembong tahun 2018 sebanyak 1.316 orang dengan jumlah kasus diare pada balita yang ditangani di
Puskesmas Gembong tahun 2018 sebesar 271 balita
Tujuan: Menurunkan angka kesakitan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan
Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Hasil: Nilai rata-rata pre-test responden adalah 52,8, dan nilai rata-rata post-test responden adalah 87,6. Hasil
ini telah mencapai target yang diinginkan dengan nilai rata-rata minimal posttest 80.
Kesimpulan: Intervensi berupa penyuluhan diare, pembuatan larutan garam dan gula serta cuci tangan di
bawah enam langkah air mengalir berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare pada bayi.
Intervensi tersebut dilakukan untuk mengubah perilaku dan perilaku masyarakat dalam jangka panjang untuk
mencegah terjadinya diare pada balita di suatu masyarakat.
Kata Kunci: Diare, Prevalensi, Intervensi, Pusat Kesehatan Masyarakat

Bacground: Diarrhea is still the fourth leading cause of death (9%) in children under five years. According
to data reported by WHO in 2017, around 1.7 billion children worldwide are found to experience diarrhea
each year, with 525,000 children under five in the world dying from diarrhea each year. Indonesia is one of
15 countries counted as indicators of failure of the Global Action Plan of Prevention and Care of Pneumonia
and Diarrhea (GAPPD).
Objective: Reduced diarrhea morbidity among children under five in the Gembong Community Health Center
Work Area, Balaraja District, Tangerang Regency, Banten Province
Results: The mean value of respondents in the pretest was 52.8, and in the posttest, the mean value of the
respondents was 87.6. These results have reached the desired target of an average posttest value of 80.
Conclusion: Interventions in the form of counseling with diarrhea, making saline and sugar solutions and
washing hands under the six steps of running water succeeded in increasing people's knowledge of diarrhea
in infants. The intervention was carried out to change people's behavior and behavior in the long term to
prevent diarrhea in children under five in a community.
Keywords: Diarrhea; Prevalence; Intervention; Health Center

1. Pendahuluan
Diagnosis komunitas merupakan suatu kondisi kesehatan yang diuraikan baik secara
kuantitatif dan kualitatif pada komunitas beserta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Diagnosis komunitas adalah serangkaian program yang bertujuan untuk
mengetahui adanya suatu masalah di masyarakat. Terdapat empat proses dalam diagnosis
komunitas yaitu inisiasi, pengumpulan data dan analisis, diagnosis dan
diseminasi.(Kamalam & Kamalam, 2017; Williams et al., 2017)
Salah satu penyakit yang masih menjadi fokus di dunia hingga saat ini adalah diare,
khususnya pada negara berkembang. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.(Taliwongso et al., 2017; Wololi &
Manoppo, 2016) Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih
682
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
dari 3 kali per hari, Secara umum, diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang
air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.(CaJacob & Cohen,
2016; Lo Vecchio et al., 2019; Shane et al., 2017; Spinner & Schulz, 2020; World Health
Organization, 2017)
Diare menjadi penyebab kematian nomor dua terbesar pada anak dibawah lima tahun.
Menurut data yang dilaporkan WHO pada tahun 2017 terdapat sekitar 1,7 milyar anak di
seluruh dunia didapati mengalami diare setiap tahunnya, dengan 525.000 balita di dunia
meninggal akibat diare setiap tahunnya. Dari 1,7 miliar anak yang mengalami diare, 47%
dialami pada anak-anak di Asia.(World Health Organization, 2017) Indonesia merupakan
salah satu dari 15 negara yang terhitung gagal dalam program Global Action Plan of
Prevention and Care of Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD), dengan angka kematian
akibat diare sebanyak 7449 untuk anak dibawah lima tahun pada tahun 2016. Data dari
GAPPD menyatakan bahwa terdapat 69% anak bawah lima tahun di Indonesia tidak
mendapat intervensi dengan baik terhadap diare, mulai dari pemberian ASI eksklusif,
imunisasi, pemberian antibiotik, pemberian oralit, dan pemberian zinc.(Health, 2018)
Menurut data profil kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2016, terdapat 74.418
(21,39%) penduduknya mengalami diare, dimana 42.730 balitanya menderita diare. Angka
ini menunjukkan dari seluruh penderita diare di Kabupaten Tangerang, 57,42% penderita
merupakan balita. Tahun 2017, sebanyak 48.560 balita di Kabupaten Tangerang
mengalami diare. Data tersebut tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan angka
kejadian diare pada balita dibandingkan tahun 2016 sebanyak 12%.(Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang, 2018) Prevalensi diare di Puskesmas Gembong tahun 2017 adalah
sebanyak 1.236 orang dengan jumlah kasus diare pada balita yang ditangani di Puskesmas
Gembong adalah sebesar 206 balita. Prevalensi diare Puskesmas Gembong tahun 2018
sebanyak 1.316 orang dengan jumlah kasus diare pada balita yang ditangani di Puskesmas
Gembong tahun 2018 sebesar 271 balita.
Diare pada balita dipilih sebagai topik diagnosis komunitas karena peningkatan
prevalensi kasus diare pada balita dari 206 kasus pada tahun 2017 menjadi 271 kasus pada
tahun 2018. Bebas diare 100% juga merupakan salah satu program yang sedang dijalankan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

2. Metode Pelaksanaan PKM


Penelitian merupakan one group pre post test. Intervensi bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai diare pada balita. Intervensi yang dilakukan berupa
penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, serta memperbaiki sikap dan
perilaku masyarakat. Intervensi dalam bentuk penyuluhan dengan presentasi menggunakan
poster, booklet dan leaflet. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan
dengan melakukan demonstrasi cuci tangan dan pembuatan oralit untuk memperbaiki pola
perilaku masyarat. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Sukamantri Gembong. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang hadir Posyandu Sukamantri
Desa Gembong. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara non-random consecutive
sampling dengan jumlah sampel 60 responden. Variabel dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah adanya intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
terhadap diare dan demonstrasi cuci tangan serta pembuatan oralit yang dilakukan untuk
memperbaiki perilaku masyarakat, Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
perubahan pengetahuan dari intervensi yang dilakukan. Pengukuran pengetahuan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan indikator penilaian seperti pada tabel 1.
683
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
Analisis statistik pada penelitian ini adalah berupa tabel deskriptif dari variabel-variabel
pada penelitian ini. Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara.

3. Hasil dan Pembahasan


Data mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden mengenai diare
didapatkan melalui pretest dan posttest dan digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan
responden tentang penyuluhan yang diberikan, sebelum dan sesudah diadakannya
penyuluhan melalui pretest dan posttest. Data tersebut diolah secara manual serta di
kalkulasi secara digital. Terdapat 10 soal pada masing-masing pretest dan posttest. Bobot
masing-masing soal adalah 10 poin dengan nilai maksimal 100 poin jika semua soal dapat
dijawab dengan benar. Rerata nilai (mean) responden pada pretest adalah 52.8 dan pada
posttest nilai rerata (mean) responden adalah 87.6. Hasil ini sudah mencapai target yang
diinginkan yaitu rata-rata nilai posttest 80.

Tabel 1. Karakteristik Peserta Penyuluhan.


Karakteristik Proporsi (%)
n = 60
Usia
10-20 6 orang (10)
21-30 28 orang (46,66)
31-40 22 orang (36,66)
41-50 4 orang (6,66)
Pendidikan
SD 5 orang (8,33)
SMP 17 orang (28,33)
SMA 38 orang (63,33)
Pekerjaan
IRT 56 orang (93,33)
Lain-lain 4 orang (6,66)

Tabel 2. Karakteristik Nilai Pretest dan Posttest.


Karakteristik Proporsi (%) Mean p-value
n = 50 t-Test
Nilai Pretest 52,8
Di atas rata-rata 21 orang (42)
Di bawah rata-rata 29 orang (58) <0.01
Nilai Posttest 87,6
Di atas rata-rata 30 orang (60)
Di bawah rata-rata 20 orang (40)

Tabel 3. Indikator Penilaian Pengetahuan


No Pertanyaan
1. Apa itu diare ?
a. Buang air besar lebih sering dalam sehari
b. Buang air besar kurang dari biasanya dalam sehari
c. Buang air besar cair dan lebih sering dari biasanya dalam sehari
d. Buang air besar cair dan kurang dari biasanya dalam sehari
2. Perhatikan pilihan di bawah ini :
1. Tidak mencuci tangan
2. Udara yang kotor
3. Makanan yang kotor
4. Melalui gigitan nyamuk
Manakah dari pilihan dibawah ini yang merupakan cara penularan diare ?

684
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
3. Perhatikan pilihan di bawah ini :
1. BAB cair dan sering
2. BAK sering
3. Pilek
4. Muntah
Manakah dari pilihan dibawah ini yang merupakan tanda dan gejala diare ?
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 1 dan 4
4. Hewan apakah yang dapat membantu penularan diare ?
a. Ikan
b. Lalat
c. Nyamuk
d. Kutu
5. Bagaimana penanganan awal diare ?
a. Diberi antibiotik
b. Diberi oralit/larutan gula garam
c. Istirahat di rumah
d. Makan yang banyak
6. Bagaimana cara membuat larutan gula garam ?
a. Air matang + 1 sendok teh gula + 1 sendok teh garam
b. Air matang + ¼ sendok teh gula + 1 sendok teh garam
c. Air matang + 1 sendok teh gula + ¼ sendok teh garam
d. Air matang + ¼ sendok teh gula + ¼ sendok teh garam
7. Apa diare dapat berbahaya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
8. Kapan anda harus segera bawa anak ke fasilitas kesehatan ?
a. BAB sering
b. BAK sering
c. Tunggu sampai anak muntah
d. Tunggu sampai anak dehidrasi
9. Bagaimana pencegahan diare ?
a. Minum air yang banyak
b. ASI eksklusif
c. Mandi yang sering
d. Cuci seprei
10. Ada berapa langkah cuci tangan ?
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7

Intervensi kedua merupakan demonstrasi pembuatan larutan gula dan garam.


Demonstrasi cara pembuatan gula dan garam diberikan setelah sesi penyuluhan diare pada
tanggal 15 Maret 2019 pukul 10.00 WIB. Kegiatan di mulai dengan membagikan informasi
tentang fungsi larutan larutan gula dan garam terhadap anak yang mengalami diare.
kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan larutan gula dan garam.
Keberhasilan intervensi ini dinilai berdasarkan kemampuan peserta untuk menjelaskan
kembali apa saja yang dibutuhkan, manfaat, cara pembuatan larutan gula dan garam dan
dapat mempraktikkan cara pembuatan larutan gula dan garam yang benar. Agar lebih

685
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
memahami dan mempraktikan pembuatan larutan gula dan garam untuk anak yang
mengalami diare, petugas meminta kepada seluruh warga untuk mendemonstrasikan
kembali pembuatan larutan gula dan garam. Hasil intervensi kedua adalah sebanyak 50
peserta (100%) tahu apa saja yang dibutuhkan, manfaat dan cara pembuatan larutan air dan
garam dan dapat mempratikkan pembuatan larutan gula dan garam sesuai teori.
Intervensi ketiga merupakan demonstrasi cuci tangan kepada warga Desa
Gembong. kegiatan dilakukan pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 10.30 WIB setelah
intervensi kedua selesai dilakukan. Kegiatan di mulai dengan membagikan informasi
pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air megalir, serta kapan saja harus mencuci
tangan. Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi enam langkah cuci tangan oleh petugas
dengan para peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan meminta kepada salah satu warga yang
sukarela ingin mendemonstrasikan kembali cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir, diakhiri dengan melakukan enam langkah cuci tangan dibawah air mengalir dan
sabun bersama seluruh peserta. Keberhasilan intervensi ini dinilai berdasarkan kemampuan
peserta mengerti tentang pentingnya mencuci tangan, manfaat mencuci tangan, kapan saja
mencuci tangan, langkah-langkah mencuci tangan yang benar dan dapat
mempraktikkannya. Pada intervensi ketiga, seluruh peserta sangat antusias mempraktikkan
enam langkah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Peserta mengerti
manfaat mencuci tangan, kapan saja mencuci tangan, langkah-langkah mencuci tangan dan
dapat mempraktikkan enam langkah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
Beberapa kendala seperti kurangnya tikar untuk duduk, kurangnya lembar pretest
dan posttest yang dipersiapkan. Beberapa warga tidak mendapat tempat duduk akibat
volume ruangan dan jumlah tikar yang kurang memadai sehingga terdapat beberapa
responden yang mendengarkan penyuluhan sambal berdiri. Seluruh peserta membawa
anaknya datang sehingga beberapa warga tidak dapat fokus terutama bila anaknya rewel
ketika penyuluhan berlangsung.
Indonesia merupakan salah satu dari 15 negara yang terhitung mengalami
kegagalan program Global Action Plan of Prevention and Care of Pneumonia and
Diarrhoea (GAPPD), dengan angka kematian akibat diare sebanyak 7449 anak dibawah 5
tahun pada tahun 2016. GAPPD mendapati sebanyak 69% anak bawah lima tahun di
Indonesia tidak mendapat intervensi dengan baik terhadap diare, mulai dari pemberian ASI
eksklusif, imunisasi, pemberian antibiotik, pemberian oralit, dan pemberian zinc.(Health,
2018) Menurut data profil kesehatan kabupaten Tangerang tahun 2017, terdapat 74.418
(21,39%) penduduknya mengalami diare. Data Puskesmas Gembong menunjukkan
sebanyak 1.156 penduduk merupakan penduduk Gembong dengan jumlah yang tertangani
hanya sebanyak 768 (66%). Tahun 2017, sebanyak 48.560 balita di Kabupaten Tangerang
mengalami diare. Angka ini meningkat dari data tahun 2016 yang menunjukkan balita
dengan diare sebanyak 42.730 balita.(Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2018)
Penelitian oleh Hamzah, Gobel dan Syam (2020) di Makassar menemukan bahwa
terdapat pengaruh sosial ekonomi (p = 0.022), lingkungan ( p = 0.020), pola asuh (p = 0.016)
dan pelayanan kesehatan (p = 0.047).(Hamzah et al., 2020) Hendrik L. Blum
mengungkapkan empat factor tersebut merupakan penyebab timbulnya penyakit. Diare
merupakan penyakit menular yang sering dipaparkan oleh faktor sosial ekonomi, faktor
kondisi balita, faktor lingkungan, faktor pola asuh orang tua dan faktor pelayanan
Kesehatan.(Hamzah et al., 2020; Sumampouw et al., 2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Arsurya, Rini dan Abdiana (2014) di Padang
menemukan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan terhadap kejadian diare pada
anak menggunakan uji statistik Chi-square (p = 0.042; RP = 2.087; CI = 1.021-4.267).
penelitian ini menunjukkan bahwa balita dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan
kurang memiliki tingkat risiko dua kali lebih besar untuk mengalami diare dibandingkan
686
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
yang tingkat pengetahuan baik. Pendidikan orang tua merupakan salah satu kunci
perubahan sosial budaya termasuk dalam pemeliharaan Kesehatan keluarga, khususnya
pada balita.(Arsurya et al., 2017)
Penelitian lainnya oleh Putra dan Utami (2020) menjelaskan adanya hubungan kuat
antara hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu dalam melakukan pencegahan diare
pada anak usia balita (p=0.000). Ibu dengan pengetahuan yang baik akan mengerti untuk
melakukan prevensi diare. Ibu dengan pengetahuan yang baik juga memiliki hubungan
dalam sikap mencari informasi yang baik tentang cara memenuhi kebutuhan kesehatan
dalam keluarga, termasuk pencegahan diare pada balita.(Putra & Utami, 2020)
Khasanah dan Sari (2020) pada penelitiannya menunjukkan adanya hubungan
signifikan tentang diare dengan pencegahan diare pada ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta dengan nilai korelasi Kendall Tau hitung = 0.416 dan
p = 0.000. penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan tentang diare akan
memberikan pencegahan diare ke angka positif.(Khasanah & Sari, 2016)
Hidayati (2018) di Padang menemukan bahwa responden yang memiliki Perilaku
Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang kurang baik cenderung lebih berisiko mengalami diare
(63.2%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejadian diare (36.8%). Hasil bivariat
penelitian ini mendapatkan hubungan yang signifikan (p = 0.030).(Hidayati, 2019) tatanan
PHBS seperti kebiasaan cuci tangan bersih, kebersihan jamban, ketersediaan air bersih
mampu mencegah angka kejadian diare balita.(Grafika et al., 2017; Hidayati, 2019)
Hasil penelitian oleh (2019) di Medan berdasarkan hasil surveilans dari informan
menyatakan bahwa promosi Kesehatan memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan program
diare.(Hasibuan & Ginting, 2019) Penelitian lainnya oleh Adimayanti, Haryani dan Astuti
(2017) di Semarang berhasil meningkatkan pengetahuan dan sikap setelah pendidikan
kesehatan pada kelompok yang menggunakan booklet (p=0.001) maupun poster (p=0.001).
tidak terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada kelompok yang diedukasi
menggunakan poster maupun booklet (p= 0.37). Booklet dan poster merupakann media
yang memiliki peluang baik dalam meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan
perawatan balita dengan diare daripada ibu yang tidak diberikan penyuluhan.(Adimayanti
et al., 2017)
Penelitian lainnya dilakukan oleh Fathonah (2019) di Dusun Kadekrowo yang
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu tentang
tatalaksana di rumah balita dengan diare sebelum dan setelah penyuluhan dengan media
booklet (p = 0.000). Media booklet efektif sebagai media penyuluhan Kesehatan tentang
tatalaksana di rumah balita dengan diare dan dapat digunakan dalam pelayanan
kesehatan.(Fathonah, 2019)
Menurut penelitian oleh Ejemot-Nwadiaro, et al. (2015), melakukan cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun secara mekanis menyingkirkan pathogen dan secara kimiawi
membunuh kontaminasi dan kolonisasi flora sehingga membuat cuci tangan lebih efektif.
Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir terbukti lebih efektif dibandingkan
anggota keluarga yang mencuci tangan dengan cara mencelupkan tangan pada wadah yang
sama. Hal ini dikarenakan pathogen dapat berpindah pada anggota keluarga lain yang
menggunakan wadah dan air yang sama untuk mencuci tangan.(Ejemot-Nwadiaro et al.,
2015) Perilaku mencuci tangan dengan sabun terbukti menurunkan angka kejadian diare
sebanyak 44%. Penggunaan air mengalir sendiri menurunkan angka kejadian diare
sebanyak 39%. Cuci tangan baik dilakukan pada saat setelah menggunakan toilet, setelah
membersihkan bokong bayi (atau produk ekskreta lainnya), dan sebelum kontak dengan
makanan, seperti makan, menyiapkan makanan dan memberi makan yang lainnya. Anak-
anak dan orang dewasa juga juga harus mencuci tangan mereka setelah bermain atau
bekerja diluar, menyentuh hewan dan lingkungan hewan tersebut.(Partnership, 2018)
687
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
Penelitian oleh Rosyidah (2019) di Ciputat terhadap anak sekolah dasar negeri 02
menemukan bahwa perilaku cuci tangan memiliki hubungan kuat terhadap kejadian diare
(p = 0.015). Minimnya kebiasaan cuci tangan menyebabkan besarnya resiko untuk
mengalami diare.(Rosyidah, 2019)
Rohmah dan Syahrul (2017) dengan menggunakan uji statistik Fisher’s exact
menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan yang benar memiliki hubungan signifikan
terhadap kejadian diare pada balita (p = 0.006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten
Sidoarjo. Cuci tangan dengan tujuh Langkah dan menggunakan sabun merupakan salah
satu usaha yang efektif dalam mencegah diare karena tangan merupakan anggota tubuh
yang paling sering bersentuhan dengan barang yang belum tentu bersih bahkan dapat
terkontaminasi ribuan mikroorganisme penyebab diare.(Rohmah & Syahrul, 2017)
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hartati dan Nurazila (2018) menggunakan uji
Chi square menyimpulkan bahwa perilaku cuci tangan pada balita memiliki hubungan kuat
(p = 0.000) terhadap kejadian diare pata balita di wilayah Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Perilaku cuci yangan yang kurang baik mendukung bakteri yang ada di tangan berkembang
sehingga bakteri tersebut dapat masuk ke dalam sistem pencernaan ketika makan, terutama
jika menggunakan tangan.(Hartati & Nurazila, 2018)
Zubaidah dan Insana (2020) mendapatkan adanya hubungan antara penatalaksanaan
pemberian cairan di rumah dengan tingkat dehidrasi menggunakan uji statistik
spearman rho (p = 0.000). Pemberian cairan gula dan garam merupakan salah satu terapi
modifikasi pemberian cairan elektrolit osmolaritas rendah yang adalah salah satu dari lima
langkah tuntas diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.(Zubaidah &
Insana, 2020)
Penelitian oleh Pamungkas (2015) di Magelang dalam uji statistik Kendalls Tau
menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian larutan gula garam
memiliki hubungan kuat terhadap penanganan diare pada balita (p = 0.001). penelitian ini
menyarankan agar ibu balita data terus pengupayakan peningkatan pengetahuan tentang
tatalaksana diare khususnya dalam hal pemberian larutan gula garam sebagai bentuk
profilaksis terhadap komplikasi dan gangguan tumbuh kembang akibat diare.(Pamungkas,
2015)
Penelitian oleh Rahmawati, Rahayu dan Pratama (2017) mendapatkan bahwa
manajemen diare efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua
dalam tatalaksana diare (p = 0.000), dimana salah satunya adalah pembuatan larutan gula
dan garam yang menggunakan metode demonstrasi. 70% informasi akan tersimpan bila
dilaksanakan dalam bentuk praktik nyata. Praktik nyata cara pembuatan larutan gula garam
membuat orang tua balita lebih paham dan mendapat pengalaman untuk membuat larutan
untuk rehidrasi balita yang mengalami diare.(Rahmawati et al., 2018)
Rosalia dan Wahtini (2016 di Yogyakarta mendapatkan adanya hubungan
pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan awal diare balita (p = 0.003) termasuk cuci tangan
dan pemberian cairan rehidrasi. Pengetahuan ibu merupakan jalan utama dalam
penatalaksanaan diare balita. Pengetahuan yang baik dilakukan ibu dalam mengasuh balita
dengan berperilaku tepat seperti cuci tangan sebelum memberi makan balita, mencuci
sayuran sebelum dimasak, mencuci botol susu dan penyediaan cairan rehidrasi.(Rosalia,
2016)

4. Kesimpulan
Terjadi peningkatan nilai, dari hasil rata-rata pretest 52,8 menjadi posttest 87,6 (p-value
<0.01). Ibu dengan anak balita di Desa Gembong dapat mengerti manfaat, alat dan bahan
cara pembuatan larutan gula dan garam serta mempraktikkan pembuatan larutan gula dan
688
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
garam. Ibu dengan anak balita di Desa Gembong dapat mengerti manfaat mecuci tangan,
kapan saja mencuci tangan, kapan saja mencuci tangan, mengetahui langkah-langkah
mencuci tangan dan mempraktikkan enam langkah mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.

Ucapan Terima Kasih


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepala dan seluruh jajaran tim dari Puskesmas
Gembong yang sudah mendukung program intervensi ini dari awal hingga akhir.

REFERENSI
Adimayanti, E., Haryani, S., & Astuti, A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Tatalaksana Diare Balita di Wilayah
Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Ar-Rum Salatiga, 2(1), 32–37.
Arsurya, Y., Rini, E. A., & Abdiana, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i2.720
CaJacob, N. J., & Cohen, M. B. (2016). Update on diarrhea. In Pediatrics in Review.
https://doi.org/10.1542/pir.2015-0099
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang
2017.
Ejemot-Nwadiaro, R. I., Ehiri, J. E., Arikpo, D., Meremikwu, M. M., & Critchley, J. A.
(2015). Hand washing promotion for preventing diarrhoea. In Cochrane Database of
Systematic Reviews. https://doi.org/10.1002/14651858.CD004265.pub3
Fathonah, S. (2019). Booklet Sebagai Media Promosi Tatalaksana di Rumah Balita
Dengan Diare. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 12(2), 23–31.
Grafika, D., Sabilu, Y., & Munandar, S. (2017). Faktor Risiko Kurangnya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari tahun 2017. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
Hamzah, W., Gobel, F. A., & Syam, N. (2020). Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan
Teori Hendrik L. Blum di Kota Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan,
15(1), 50–55.
Hartati, S., & Nurazila, N. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(2),
400–407. https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2962
Hasibuan, Y. P., & Ginting, R. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas
Sering Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Gizi, 2(1), 56–60.
Health, J. H. B. S. of P. (2018). Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2018.
Hidayati, R. (2019). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dalam Tatanan
Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Lubuk Buaya
Padang Tahun 2018. Journal of Social and Economics Research, 1(1), 7–15.
Kamalam, S., & Kamalam, S. (2017). Community Diagnosis. In Essentials in Community
Health Nursing Practice. https://doi.org/10.5005/jp/books/12932_11
Khasanah, U., & Sari, G. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare
Dengan Perilaku Pencegahan Diare Pada Balita. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu,
7(2), 150–160.

689
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020
Urgensi Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Konteks
Budaya Indonesia sebagai Wujud Ketangguhan Bangsa
Jakarta, 20 Oktober 2020
Lo Vecchio, A., Buccigrossi, V., Fedele, M. C., & Guarino, A. (2019). Acute Infectious
Diarrhea. In Advances in Experimental Medicine and Biology.
https://doi.org/10.1007/5584_2018_320
Pamungkas, V. C. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
Larutan Gula Garam Dengan Penanganan Diare Pada Ibu Balita Di Krajan II Secang
Magelang. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Partnership, G. H. (2018). Global Handwashing Day: Planner’s Guide.
Putra, B. A. P., & Utami, T. A. (2020). Mother ’ S Knowledge Is Connected To Diarrhea
Prevention Behavior in Children Age Preschool. Surya Muda, 2(1), 21–36.
Rahmawati, E., Rahayu, E., & Pratama, K. N. (2018). Pengaruh Manajemen Diare di
Tatanan Rumah Tangga dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Penanganan Diare Anak. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(2), 127–132.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.2.737
Rohmah, N., & Syahrul, F. (2017). Relationship Between Hand-washing Habit and Toilet
Use with Diarrhea Incidence in Children Under Five Years. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(1), 95–106. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i12017.95-106
Rosalia, L. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Penatalakanaan Awal
Diare pada Balita di Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta.
Rosyidah, A. N. (2019). Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Terhadap Kejadian Diare
Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi, 3(1), 10–15.
Shane, A. L., Mody, R. K., Crump, J. A., Tarr, P. I., Steiner, T. S., Kotloff, K., Langley, J.
M., Wanke, C., Warren, C. A., Cheng, A. C., Cantey, J., & Pickering, L. K. (2017).
2017 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guidelines for the
Diagnosis and Management of Infectious Diarrhea. In Clinical Infectious Diseases.
https://doi.org/10.1093/cid/cix669
Spinner, C. D., & Schulz, C. (2020). Infectious diarrhea. In Gastroenterologe.
https://doi.org/10.1007/s11377-020-00431-0
Sumampouw, O. J., Soemarno, Andarini, S., Sriwahyuni, E., & Nelwan, J. E. (2015).
Eksplorasi Masalah Kesehatan Masyarakat di Daerah Pesisir Kota Manado. In
Universitas Sam Ratulangi.
Taliwongso, F. C., Manoppo, J. I. C., & Umboh, A. (2017). Hubungan Stunting dengan
Angka Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado. E-
CliniC. https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18526
Williams, S. Z., Chung, G. S., & Muennig, P. A. (2017). Undiagnosed depression: A
community diagnosis. SSM - Population Health.
https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2017.07.012
Wololi, C. V., & Manoppo, J. I. C. (2016). Gambaran elektrolit serum pada anak dengan
diare akut. E-CliniC. https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.12105
World Health Organization. (2017). Diarrhoeal disease. World Health Organization.
http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease
%0A5.%09Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Pneumonia &
Diarrhea Progress Report 2018%0A
Zubaidah, Z., & Insana, M. (2020). Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan di
Rumah Dengan Tingkat Dehidrasi pada Balita yang Mengalami Diare. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan, 5(1), 121–125.

690

Anda mungkin juga menyukai