Anda di halaman 1dari 8

ISSN.

2338-7475
E-ISSN. 2620-7869

HEARTY Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.8 No.1, 2020


Agustus- February, hlm. 1 - 8 Jurnal Kesehatan Masyarakat
Beriman, Tulus, Sepenuh Hati, Berbesar Hati,
Jujur, Sehat dan Kuat

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DAN INDEKS MASSA TUBUH BERLEBIH


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

(Relationship Between Central Obesity And Excess Body Mass Index With The Incidence
Of Hypertension)

Yohanes Firmansyah1, Alexander Halim Santoso2


1
Yohanes Firmansyah, Dokter Internsip RSUD Kalideres Periode 2019-2020
Email : yohanesfirmansyah28@gmail.com (Alamat Korespondensi)
2
Alexander Halim Santoso, Departemen Ilmu Gizi, Universitas Tarumanagara
Email : alexanders@fk.untar.ac.id

Abstrak
Penyakit tidak menular (PTM) khususnya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler telah menjadi
penyebab kematian tertinggi di dunia dengan angka mortalitas 9 juta kematian (44% dari semua
kematian penyakit tidak menular dan 31% dari semua penyebab kematian global). Tujuan penelitian
untuk mengetahui keterkaitan antara obesitas dan hipertensi serta keeratan mereka berdua terhadap
tingginya angka mortalitas di Indonesia yang sebenarnya dapat dicegah dan ditanggulangi. Metode
yang digunakan dengan Potong lintang pada masyarakat RW 05 Kelurahan Kedaung Kaliangke, serta
data penelitian di uji dengan uji Chi-square, Independent T-Test, dan Mann Whitney. Hasil Penelitian
menunjukan 40 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat hubungan yang bermakna antara
kejadian Indeks Massa Tubuh berlebih (obesitas) dengan kejadian hipertensi dan peningkatan tekanan
darah (CI 95%: 2,286 (1,210 – 4,318) kali dan 17,9 (6,54) (4,67 – 31,13) mmHg untuk sistolik serta
8,8 (3,95) (0,80 – 16,8) mmHg untuk diastolik). Disisi lain ditemukan tidak terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara lingkar perut yang berlebih dengan kejadian hipertensi dan
peningkatan tekanan darah, walaupun secara resiko didapatkan kejadian hipertensi dan peningkatan
tekanan darah lebih tinggi pada kelompok dengan lingkar perut yang besar. (CI 95% : 2,222 (0,834-
5,921) kali dan 15,33 (7,87) (-0,61 – 31,27) mmHg untuk sistolik serta 4,87 (4,79) (-4,83 – 14,56)
mmHg untuk diastolik). Kesimpulan bahwa Obesitas merupakan salah satu faktor pencetus kejadian
hipertensi dikemudian hari.

Kata kunci : hipertensi; obesitas; penyakit tidak menular

Pendahuluan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(4)


Obesitas didefinisikan secara sederhana World Health Organization (WHO) dalam
sebagai kelebihan 20% atau lebih dari berat laporan terakhirnya di Non Communicable
badan ideal. Konsensus terbaru untuk obesitas Disease tahun 2018 menyatakan bahwa
menyatakan bahwa penegakan diagnosis obesitas berkaitan erat dengan peningkatan
obesitas haruslah menggunakan Indeks Massa risiko hipertensi dan penyakit menular lainnya
Tubuh (IMT) yang diukur dengan membagi seperti diabetes, penyakit jantung koroner,
berat badan dalam kilogram dengan tinggi stroke, dan kanker) serta kondisi seperti sleep
badan dalam meter sebanyak dua kali.(1–3) apneu dan osteroarthritis. Prevalensi obesitas
Seseorang dikatakan obesitas bilamana IMT dari tahu 1975 hingga 2016 meningkat hingga
lebih dari 30 menurut acuan WHO dan lebih 3 kali lipat yang umumnya di dominasi oleh
dari 25 menurut acuan Asia Pasifik dan negara berpenghasilan menengah dan rendah

1
serta tidak menutup kemungkinan di derita tertinggi nomor 2 setelah kebiasaan merokok
oleh negara berpenghasilan tinggi. Laporan maka WHO melaporkan pula hipertensi
WHO menyatakan bahwa lebih banyak orang diderita oleh lebih dari 972 juta orang di
meninggal dunia disebabkan oleh obesitas atau seluruh dunia dan 50% diantaranya tidak
kegemukan dibandingkan kurang gizi. menyadarinya. Diperkirakan pada tahun 2025
Penyebab obesitas sendiri beragam dimulai kejadian kasus hipertensi akan mencapai 1,56
dari pola makan tinggi energi, lemak serta gula milyar bila dibandingkan pada tahun 2008.
dan kurangnya aktivitas fisik serta pola hidup Dari data tersebut, diketahui sebaran penderita
sedentari yang berdampak obesitas merupakan hipertensi tidak lagi hanya diderita oleh
kontribusi terbesar dari penyakit tidak kalangan usia lanjut, tetapi sudah menyerang
menular. (3,5–8) kalangan usia produktif dengan usia 20 hingga
Overweight atau kelebihan berat pada 56 tahun. (9) Hal ini sangat mengkhawatirkan,
tahun 2016 telah menyerang lebih dari 1,9 dikarenakan hipertensi sendiri dapat
miliar penduduk berusia 18 tahun dan lebih mempengaruhi kualitas serta harapan hidup
dengan lebih dari 650 juta penduduk menderita penderitanya. (10) Seperti yang dilansir oleh
obesitas. Ironisnya obesitas ini tidak hanya laporan National Health Survey II, dalam dua
diderita oleh kelompok dewasa tetapi dekade terakhir ini kewaspadaan dan
menyerang pula kelompok anak dan remaja kepedulian masyarakat mengenai hipertensi
yang berasosiasi erat dengan kejadian diabetes meningkat dari 51% menjadi 84%. Hal ini
tipe 2 serta berkurangnya kualitas serta angka tercermin dari peningkatan persentase pasien
harapan hidup penyandangnya. Penderita hipertensi yang mendapat pengobatan dari
obesitas tertinggi di dunia berada pada Benua 36% menjadi 73%, dan persentase pasien
Amerika dengan 29% penduduknya menderita hipertensi yang tekanan darahnya terkendali
obesitas, disusul oleh Benua Eropa dengan dari 16% menjadi 55%. Di Asia sendiri,
23% penduduknya menderita obesitas. Survei hipertensi menyerang 15-35% penduduk di
pada tahun yang sama di Indonesia Asia.(11) Hasil Riset Kesehatan Dasar
menyatakan total populasi penduduk Indonesia (Riskesda) Badan Penelitian dan
pada tahun 2016 sebesar 261,1 juta penduduk Pengembangan Kesehatan tahun 2013
dengan total kematian pada tahun 2016 sebesar menunjukkan prevalensi penderita hipertensi
1.863.000 kematian. Penyebab kematian di Indonesia secara nasional mencapai 25,8%.
(4)
terbesar penduduk Indonesia adalah 35%
disebabkan penyakit kardiovaskular, 12% Keterkaitan antara obesitas dan hipertensi
penyakit kanker, 6% penyakit pernafasan, 6% serta keeratan mereka berdua terhadap
penyakit diabetes mellitus, serta 21% berkaitan tingginya angka mortalitas di Indonesia yang
dengan kematian sekitar maternal dan masalah sebenarnya dapat dicegah dan ditanggulangi,
gizi. Survei faktor risiko penyebab utama maka dinilai penting untuk dicari adanya
kematian tersebut yang berkaitan dengan hubungan antara penyakit obesitas dengan
penyakit dasar adalah kebiasaan merokok hipertensi dan sebaliknya harapan dapat dicari
(laki-laki 76%, wanita 3% dan total 39%), solusi untuk menurunkan angka morbiditas
kurangnya aktivitas fisik (laki-laki 22%, dan mortalitas di kemudian hari.
wanita 21% dan total 22%), tingginya tekanan
darah (laki-laki 23%, wanita 21% dan total Metode
22%), serta obesitas (laki-laki 11%, wanita Penelitian ini merupakan penelitian
13% dan total 12%). (3,5–8) observasional dengan desain penelitian potong
Menyoroti salah satu penyebab kematian lintang yang dilaksanakan di RW 005
tertinggi adalah penyakit kardiovaskular Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kecamatan
dengan hipertensi sebagai faktor risiko Cengkareng pada periode 26 November 2019.

2
Sampel penelitian ini adalah masyarakat mulai hipertensi pada kelompok dengan Indeks
usia 15 tahun, penduduk RW 005, Kelurahan Massa Tubuh (IMT) normal hanyak 7 (35%)
Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng. responden. Hasil uji sebab akibat antar
Perkiraan besar sampel pada penelitian ini obesitas dengan kejadian hipertensi diketahui
yaitu sebesar 90 responden dengan metode bahwa obesitas menyebabkan peningkatan
pengambilan sampel berupa total sampling, risiko sebesar 2,286 kali untuk terjadinya
mengacu pada jumlah responden yang hadir kejadian hipertensi. Hasil uji statistik Chi
rutin ke Posbindu RW 005. Kriteria inklusi Square with Yates’s Correction didapatkan
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat terdapat perbedaan bermakna kejadian
mulai usia 15 tahun, tanpa memandang jenis hipertensi pada kelompok obesitas dan
kelamin, pekerjaan, ras, Indeks Massa Tubuh kelompok dengan IMT normal (p-value :
(IMT), gaya hidup, menderita riwayat penyakit 0,011). (tabel 1)
kronik, dan konsumsi obat-obatan rutin. Hasil yang tidak jauh berbeda didapatkan
Analisis statistik menggunakan uji statistik Chi pada pengukuran lingkar perut dengan
square with Yates Correction dengan Uji kejadian hipertensi. Hipertensi pada kelompok
alternatif Fisher Exact untuk uji komparatif dengan obesitas sentral berjumlah 20 (66,7%)
skala data nominal-nominal, serta uji statistik responden sedangkan angka kejadian
Independent T-Test dengan uji alternatif hipertensi pada kelompok dengan lingkar perut
Mann-Whitney untuk uji komparatif skala data normal berjumlah 3 (30%). Hasil uji sebab
nominal-numerik. Adanya perbedaan antar 2 akibat antar obesitas dengan kejadian
kelompok disimpulkan jika nilai p-value < hipertensi diketahui bahwa obesitas sentral
0,05 dan tidak adanya perbedaan antar 2 menyebabkan peningkatan risiko sebesar
kelompok disimpulkan jika nilai p-value ≥ 2,222 kali untuk terjadinya kejadian hipertensi.
0,05. Hasil uji statistik Chi Square with Yates’s
Correction didapatkan tidak terdapat
Hasil perbedaan bermakna kejadian hipertensi pada
Penelitian berlangsung dengan kelompok obesitas sentral dan kelompok
mengikutsertakan 40 responden berdomisili di dengan lingkar perut normal (p-value : 0,097)
RW 005 Kelurahan Kedaung Kaliangke. (tabel 1). Ketidakbermaknaan ini mungkin
Hipertensi pada kelompok obesitas berjumlah disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel dan
16 (80%) responden sedangkan angka kejadian keberagaman demografi penduduk yang ada.

Tabel 1. Distribusi Perbandingan Kejadian Hipertensi dan Obesitas di RW 05, Kelurahan Kedaung
Kaliangke
Parameter Tekanan Darah PR P*
Hipertensi Normal (IK 95%)
N % N %
Indeks Massa Obesitas 16 80 4 20 2,286 0,011
Tubuh Normal 7 35 13 65 (1,210 – 4,318)
Lingkar Perut Obesitas Sentral 20 66,7 10 33,3 2,222 0,097
Normal 3 30 7 70 (0,834-5,921)

Analisis data numerik Tekanan Darah Secara uji statistik Independent T-test
Sistolik (TDS) didapatkan bahwa rata-rata didapatkan perbedaan rerata tekanan darah
tekanan darah sistolik kelompok Indeks Massa sistolik yang bermakna antara kelompok
Tubuh (IMT) berlebih atau obesitas sebesar obesitas dan tidak (p-value : 0,009) dengan
150,35 (21,55) mmHg dan rata-rata tekanan perbedaan rerata tekanan darah sistolik antar 2
darah sistolik kelompok Indeks Massa Tubuh kelompok adalah 17,9 (6,54) mmHg. Analisis
(IMT) normal sebesar 132,45 (19,74) mmHg. TDS pada kelompok obesitas sentral dan tidak

3
didapatkan nilai sebesar 145,23 (21,89) vs kg/m2 dan rata-rata IMT kelompok tekanan
129,9 (20,49). Secara uji statistik Independent darah normal sebesar 23,04 (3,92) kg/m2.
T-test didapatkan perbedaan rerata tekanan Secara uji statistik Independent T-test
darah sistolik yang tidak bermakna antara didapatkan perbedaan rerata IMT yang
kelompok obesitas sentral dan tidak (p-value : bermakna antara kelompok hipertensi dan
0,059) tetapi terdapat perbedaan rerata tekanan tidak (p-value : 0,001) dengan perbedaan IMT
darah sistolik antar 2 kelompok adalah 15,33 antar 2 kelompok adalah 5,38 (1,45) kg/m2.
(7,87) mmHg. (Tabel 2) Analisa lingkar perut pada kelompok
Analisis data numerik Tekanan Darah hipertensi dan tidak didapatkan nilai sebesar
Diastolik (TDD) didapatkan bahwa rata-rata 90,48 (9,56) vs 84,35 (9,82). Secara uji
tekanan darah diastolik kelompok Indeks statistik Independent T-test tidak didapatkan
Massa Tubuh (IMT) berlebih atau obesitas perbedaan rerata lingkar perut yang bermakna
sebesar 89,95 (14,45) mmHg dan rata-rata antara kelompok hipertensi dan tidak (p-value
tekanan darah diastolik kelompok Indeks : 0,055) tetapi terdapat perbedaan lingkar perut
Massa Tubuh (IMT) normal sebesar 81,15 antar 2 kelompok adalah 6,13 (3,09) kg/m2.
(10,18) mmHg. Secara uji statistik (Tabel 2)
Independent T-test didapatkan perbedaan Analisa data numerik-numerik antara
rerata tekanan darah diastolik yang bermakna Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut
antara kelompok obesitas dan tidak (p-value : (LP) dengan Tekanan Darah Sistolik (TDS)
0,032) dengan perbedaan rerata tekanan darah dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
diastolik antar 2 kelompok adalah 8,8 (3,95) tergambar dalam gambar 1. Grafik Scatter Plot
mmHg. Analisa TDD pada kelompok obesitas menyatakan bahwa terdapat korelasi positif
sentral dan tidak didapatkan nilai sebesar antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar
86,77 (14,0) vs 81,9 (9,69). Secara uji statistik Perut (LP) dengan Tekanan Darah Sistolik
Independent T-test didapatkan perbedaan (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD).
rerata tekanan darah diastolik yang tidak Indeks Massa Tubuh (IMT) menyumbang
bermakna antara kelompok obesitas sentral korelasi terbesar terhadap Tekanan Darah
dan tidak (p-value : 0,316) tetapi terdapat Diastolik (TDD) dengan R2 sebesar 0,227 dan
perbedaan rerata tekanan darah diastolik antar Tekanan Darah Sistolik (TDS) dengan R2
2 kelompok adalah 4,87 (4,79) mmHg. (Tabel sebesar 0,197. (Gambar 1)
2)
Analisis data numerik Indeks Massa
Tubuh (IMT) didapatkan bahwa rata-rata IMT
kelompok hipertensi sebesar 28,42 (4,94)

4
Tabel 2. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks Massa
Tubuh, dan Lingkat Pinggang Antar 2 Kelompok Masyarakat di RW 05, Kelurahan Kedaung Kaliangke

Med MD (SE)
Parameter Normalitas Mean (SD) p-value
(Min-Max) (CI 95%)
150,35 153,5
Tekanan IMT (obesitas) 0,104
(21,55) (103 – 179) 17,9 (6,54)
Darah 0,009
132,45 132 (4,67 – 31,13)
Sistolik IMT (normal) 0,915
(19,74) (99-178)
89,95 86,5
Tekanan IMT (obesitas) 0,123
(14,45) (64 – 132) 8,8 (3,95)
Darah 0,032
81,15 80 (0,80 – 16,8)
Diastolik IMT (normal) 0,515
(10,18) (58 – 100)
145,23 148
Tekanan Obesitas Sentral 0,379
(21,89) (103 – 179) 15,33 (7,87)
Darah 0,059
Lingkar Perut 129,9 135 (-0,61 – 31,27)
Sistolik 0,691
Normal (20,49) (99 – 166)
85
Tekanan Obesitas Sentral 0,117 86,77 (14,0)
(58 – 132) 4,87 (4,79)
Darah 0,316
Lingkar Perut 81,9 80 (-4,83 – 14,56)
Diastolik 0,070
Normal (9,69) (68 - 105)
28,15
Indeks Hipertensi 0,322 28,42 (4,94)
(20,43 – 37,22) 5,38 (1,45)
Massa 0,001
Tekanan Darah 22,48 (2,45 – 8,32)
Tubuh 0,918 23,04 (3,92)
Normal (15,63 – 32,07)
Hipertensi 0,548 90,48 (9,56) 92 (67 – 113)
Lingkar 6,13 (3,09)
Tekanan Darah 0,055
Perut 0,300 84,35 (9,82) 88 (64 – 97) (-0,13 – 12,39)
Normal

Gambar 1. Sebaran Lingkar Perut dan IMT terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik

5
Pembahasan dipengaruhi oleh faktor lainnya. Mekanisme
Penelitian dari “The second Nurses” yang obesitas dalam meningkatkan tekanan darah
merupakan studi kohort prospektif yang berhubungan dengan diet, hemodinamika,
diikuti oleh 83.882 wanita berusia 27 hingga resistensi insulin atau hiperinsulinemia,
44 tahun dengan tekanan darah normal yang endokrin, dan neurohormonal. Selain
diikuti perkembangan tekanan darahnya mekanisme tersebut, mekanisme lain juga ikut
selama 14 tahun pada tahun 2005 untuk berperan adalah peningkatan sistem saraf
insidensi hipertensi didapatkan kesimpulan simpatik, peningkatan aktivitas renin-
bahwa faktor risiko terkuat untuk terjadinya angiostensin,aldosteron (RAAS), peningkatan
hipertensi adalah peningkatan indeks massa leptin, insulin, endotelin I dan asam lemak
tubuh dengan wanita obesitas memiliki insiden bebas, gangguan pada aktivitas natriuretic
hipertensi 4,7 kali lebih tinggi daripada wanita peptide (NP) serta menurunnya nitric oxide
dengan indeks massa tubuh kurang dari 23,0 (NO). (1–3)
kg / m2. Penelitian ini juga mengungkapkan Diet tinggi lemak akan menyebabkan
bahwa, 40% kasus hipertensi baru dikaitkan kegemukan dan pada prosesnya terjadi
dengan kelebihan berat badan atau obesitas, hiperinsulinemia, peningkatan free fatty acid
dan 50% kasus hipertensi baru disebabkan (FFA), serta renin angiostensin aldosteron
oleh indeks massa tubuh 23 kg/m2 atau lebih (RAA). Hal ini akan menyebabkan reabsobsi
tinggi.(12) Na sehingga terjadilah retensi cairan dan
Analisis data dari 4 studi prospektif pada garam di dalam glomeruli ginjal yang akan
6.328 orang yang mengukur indeks massa mengakibatkan perubahan hemodinamika
tubuh masa kanak-kanak dan dewasa dengan berupa peningkatan tahanan perifer, volume
diikuti perkembangannya hingga 23 tahun darah, curah jantung, dan tekanan darah. (1–3)
menunjukkan bahwa anak-anak yang Perangsangan saraf simpatis akibat
kelebihan berat badan atau obesitas serta obesitas akan menstimulasi pengeluaran
mengalami obesitas saat dewasa meningkatkan katelokamin yang berdampak pada
risiko hipertensi sebesar 2,7 kali. Menjadi peningkatan tekanan darah. Perubahan
berat badan normal mengurangi risiko terkena neurohormonal yang terjadi pada penderita
hipertensi ke tingkat yang serupa dengan orang obesitas berhubungan dengan leptin. Leptin
yang tidak pernah mengalami obesitas.(13) merupakan asam amino yang diproduksi oleh
Risiko Kardiovaskular pada “Young Finns jaringan adiposa tubuh dan sintesanya dikode
Study” yang melibatkan 2.625 orang yang ob/ob. Leptin ini berfungsi dalam pengaturan
ditindaklanjuti selama 21 hingga 27 tahun nafsu makan dan pengeluaran energi melalui
untuk pengembangan hipertensi dewasa. Studi mekanisme pengaturan sistem saraf pusat.
ini menunjukkan bahwa anak yang kelebihan Leptin juga berperan dalam natriuresis,
berat badan atau obesitas meningkatkan risiko diuresis, peningkatan sensitifitas insulin, dan
hipertensi dewasa 1,65 kali. (14,15) Hubungan perangsangan saraf simpatis yang selanjutnya
antara kelebihan berat badan atau obesitas menstimulasi pengeluaran katelokamin, dan
dengan hipertensi bahkan lebih kuat untuk angiogenesis. Leptin sendiri terdapat di darah
rasio pinggang-ke-pinggul dan pengukuran dalam kadar rendah pada orang normal, tetapi
tomografi terkomputasi dari distribusi lemak pada individu yang mengalami kegemukan,
sentral daripada pengukuran indeks massa kadar leptin meningkat dan menyebabkan
tubuh. (16,17) hiperleptinemia. Hiperleptinemia ini
Dalam hubungannya dengan berhubungan erat dengan resistensi atau
peningkatan tekanan darah, obesitas peningkatan kadar leptin di dalam darah. Efek
merupakan faktor independen yang tidak dari resistensi ini bergantung pada organ yang

6
meresponnya. Jika resistensi terjadi di ginjal sistolik 4,44 mmHg dan tekanan darah
maka akan menyebabkan gangguan diuresis diastolik 3,57 mmHg. (22)
dan natriuresis sehingga terjadi perubahan
mekanisme hemodinamik. Mekanisme Kesimpulan
hemodinamik seperti inilah yang selanjutnya Terdapat hubungan yang bermakna antara
akan memicu peningkatan tekanan darah. (18–20) kejadian Indeks Massa Tubuh berlebih
Penurunan berat badan pada (obesitas) dengan kejadian hipertensi dan
responden yang kelebihan berat badan peningkatan tekanan darah (CI 95%: 2,286
berdampak pada penurunan tekanan darah (1,210 – 4,318) kali dan 17,9 (6,54) (4,67 –
dikemudian hari. Sebuah meta-analisis dari 18 31,13) mmHg untuk sistolik serta 8,8 (3,95)
studi menunjukkan bahwa penurunan berat (0,80 – 16,8) mmHg untuk diastolik)
badan sebesar 3% hingga 9% dari berat badan Tidak terdapat hubungan yang bermakna
awal akan mengurangi tekanan darah sistolik secara statistik antara lingkar perut yang
dan tekanan darah diastolik masing-masing 3 berlebih dengan kejadian hipertensi dan
mmHg.(21) Penelitian dari “Trial of peningkatan tekanan darah, walaupun secara
Nonpharmacological Interventions in the resiko didapatkan kejadian hipertensi dan
Elderly (TONE) study” mengungkapkan peningkatan tekanan darah lebih tinggi pada
bahwa diet dengan mengurangi berat badan kelompok dengan lingkar perut yang besar.
sebanyak 3,5 kg pada orang berusia 60 hingga (CI 95% : 2,222 (0,834-5,921) kali dan 15,33
80 tahun dengan hipertensi mengurangi (7,87) (-0,61 – 31,27) mmHg untuk sistolik
tekanan darah hingga 4.0 / 1.1 mmHg. (22) serta 4,87 (4,79) (-4,83 – 14,56) mmHg untuk
Penelitian dari “Trials of Hypertension diastolik).
Prevention, phase 1 study” yang melibatkan
181 pria dan wanita berusia 30 hingga 54 Referensi
tahun serta dipilih acak untuk dilakukan 1 dari [1] Levesque RJR. Obesity and Overweight. In:
2 intervensi gaya hidup selama18 bulan Encyclopedia of Adolescence. 2018.
penurunan berat badan atau dilakukannya [2] González-Muniesa P, Mártinez-González
pembatasan natrium makanan atau kelompok MA, Hu FB, Després JP, Matsuzawa Y,
kontrol. Penelitian berjalan selama 7 tahun Loos RJF, et al. Obesity. Nat Rev Dis Prim.
dengan hasil berupa kejadian hipertensi adalah 2017;
18,9% pada kelompok penurunan berat badan [3] Smith KB, Smith MS. Obesity Statistics.
Primary Care - Clinics in Office Practice.
dibandingkan 40,5% pada kelompok kontrol
2016.
dan 22,4% pada kelompok reduksi natrium
[4] Riskesdas 2018. Riskesdas 2018.
dibandingkan 32,9% pada kelompok kontrol. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Analisa regresi logistik dilakukan dengan 2018.
kesimpulan bahwa peluang hipertensi [5] Hruby A, Hu FB. The Epidemiology of
berkurang sebesar 77% pada kelompok Obesity: A Big Picture.
penurunan berat badan dan 35% pada PharmacoEconomics. 2015.
kelompok reduksi natrium dibandingkan [6] Haua-Navarro K. Overweight and obesity.
dengan kelompok kontrol. (22) Gac Med Mex. 2016;
Sebuah meta-analisis pada 25 penelitian [7] Finkelstein EA, Khavjou OA, Thompson H,
Trogdon JG, Pan L, Sherry B, et al. Obesity
terkontrol acak dengan 34 tingkatan serta
and severe obesity forecasts through 2030.
melibatkan 4.874 orang, berusia rata-rata 37
Am J Prev Med. 2012;
hingga 66 tahun, guna menyelidiki efek [8] WHO. Non-Communicable Diseases Fact
penurunan berat badan pada tekanan darah, Sheet. Public Heal An action Guid to
disimpulkan penurunan 5,1 kg berat badan Improv Heal. 2018;
dikaitkan dengan penurunan tekanan darah

7
[9] Chockalingam A, Campbell NR, Fodor JG. Mechanisms and clinical implications.
Worldwide epidemic of hypertension. Can J Hypertension Research. 2012.
Cardiol. 2006; [21] Mulrow CD, Chiquette E, Angel L, Grimm
[10] Chockalingam A. World Hypertension Day R, Cornell J, Summerbell CD, et al.
and global awareness. Can J Cardiol. 2008; WITHDRAWN: Dieting to reduce body
[11] Singh RB, Suh IL, Singh VP, Chaithiraphan weight for controlling hypertension in
S, Laothavorn P, Sy RG, et al. Hypertension adults. Cochrane Database Syst Rev. 2008;
and stroke in Asia: Prevalence, control and [22] Aronow WS. Association of obesity with
strategies in developing countries for hypertension. Ann Transl Med. 2017;
prevention. Journal of Human Hypertension.
2000.
[12] Forman JP, Stampfer MJ, Curhan GC. Diet
and lifestyle risk factors associated with
incident hypertension in women. JAMA - J
Am Med Assoc. 2009;
[13] Juonala M, Magnussen CG, Berenson GS,
Venn A, Burns TL, Sabin MA, et al.
Childhood adiposity, adult adiposity, and
cardiovascular risk factors. Obstetrical and
Gynecological Survey. 2012.
[14] Suomela E, Oikonen M, Pitkänen N, Ahola-
Olli A, Virtanen J, Parkkola R, et al.
Childhood predictors of adult fatty liver.
The Cardiovascular Risk in Young Finns
Study. J Hepatol. 2016;
[15] Juonala M, Juhola J, Magnussen CG, Würtz
P, Viikari JSA, Thomson R, et al. Childhood
environmental and genetic predictors of
adulthood obesity: The cardiovascular risk
in young finns study. J Clin Endocrinol
Metab. 2011;
[16] Flodgren G, Gonçalves-Bradley DC,
Summerbell CD. Interventions to change the
behaviour of health professionals and the
organisation of care to promote weight
reduction in children and adults with
overweight or obesity. Cochrane Database
of Systematic Reviews. 2017.
[17] Mertens IL, Van Gaal LF. Overweight,
obesity, and blood pressure: the effects of
modest weight reduction. Obesity research.
2000.
[18] Hall JE, Do Carmo JM, Da Silva AA, Wang
Z, Hall ME. Obesity-Induced Hypertension:
Interaction of Neurohumoral and Renal
Mechanisms. Circ Res. 2015;
[19] Da Silva AA, Do Carmo JM, Wang Z, Hall
JE. Leptin, the autonomic nervous system,
and hypertension. In: Leptin: Regulation and
Clinical Applications. 2015.
[20] Kalil GZ, Haynes WG. Sympathetic nervous
system in obesity-related hypertension:

Anda mungkin juga menyukai