Anda di halaman 1dari 15

7/27/2020 Hubungan asupan garam berlebih dengan tekanan darah pada kelompok usia produktif dikota Medan pada

edan pada bulan Agustus 2014 / Yohan…

Hubungan asupan garam berlebih dengan tekanan darah pada kelompok usia produktif dikota
Medan pada bulan Agustus 2014 / Yohanes Firmansyah (405120051)
Firmansyah, Yohanes (2015) Hubungan asupan garam berlebih dengan tekanan darah pada kelompok usia produktif dikota Medan
pada bulan Agustus 2014 / Yohanes Firmansyah (405120051). Skripsi thesis, UNIVERSITAS TARUMANEGARA.

Full text not available from this repository.

Abstract
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup banyak di kota medan. ironisnya, hipertensi kebanyakan di derita
oleh golongan usia produktif dikarenakan konsumsi makanan yang berkualitas buruk. makanan kualitas buruk disini salah satunya
adalah penggunaan garam yang berlebihan dan tidak sesuai dengan takaran yang ditentukan. karenanya, ingin diketahui apakah ada
hubungan antara konsumsi garam berlebih dengan hipertensi pada usia produktif di beberapa kantor dan pabrik dikota medan.
penelitian ini bersifat analitik cross-sectional ini dilakukan tehadap 352 responden berusia minimal 20 tahun dan maksimal 56 tahun
yang datang ke tempat pemeriksaan umum. pengumpulan data menggunakan metode non-random consecutive sampling, wawancara
dari kuesioner dietary recall, dan pengukuran tekanan darah. data yang diperoleh berasal dari uji chi square yang disignifikan dan
perhitungan risiko dengan prevalence ratio (PR). dari 175 responden yang mengkonsumsi garam berlebih terdapat 112 orang (64,0%)
yang menderita hipertensi tidak terkendali, sedangkan dari 177 responden yang mengkonsumsi garam secara moderat (tidak berlebih)
hanya 6 orang (3,4%) yang menderita hipertensi. dari penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi
garam berlebih dengan hipertensi pada pasien berusia minimal 20 tahun dan maksimal 56 tahun di beberapa kantor dan pabrik di kota
medan. (p<0,001). responden yang mengkonsumsi garam berlebih memiliki risiko 18,88 kali lebih besar (PR=18,88) menderita
hipertensi dibandingkan responden yang mengkonsumsi garam secara moderat. penelitian ini dikatakan bermakna karena p-value
<0,001. disarankan untuk responden untuk mengurangi konsumsi garam.

Item Type: Thesis (Skripsi)


Subjects: Skripsi/Tugas Akhir > Fakultas Kedokteran
Divisions: Fakultas Kedokteran > Kedokteran
Depositing User: Puskom untar untar
Date Deposited: 09 Jul 2018 02:54
Last Modified: 09 Jul 2018 02:54
URI: http://repository.untar.ac.id/id/eprint/3561

Actions (login required)

View Item

repository.untar.ac.id/3561/ 1/1
HUBUNGAN ASUPAN GARAM BERLEBIH DENGAN
TEKANAN DARAH PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI
KOTA MEDAN PADA BULAN AGUSTUS 2014
Oleh:
Yohanes Firmansyah

ABSTRACT
Association of High Salt Intake with Blood Pressure in Productive Age Group in Medan on
August 2014
Hypertension is one of the primary disease in Medan. Ironically, hypertension mostly suffered by
the productive age group due to the consumption of poor quality foods. Poor quality of food here
one of which is the use of excessive salt and do not fit the prescribed dose. Therefore, we want to
know whether there is an association between high salt intake with hypertension in the productive
age in several offices and factories in the city of Medan. This research is an analytic cross-sectional
was conducted on 352 respondents aged at least 20 years and a maximum of 56 years who come
to public inspection. Data collection using a non-random consecutive sampling, interviews of
dietary recall questionnaire, and blood pressure measurement. Data obtained came from a
significant chi square test and the calculation of risk with prevalence ratio (PR). Of the 175
respondents who consume excess salt contained 112 persons (64.0%) who suffered from
uncontrolled hypertension, whereas of the 177 respondents who consume moderate salt (not
excessive) only 6 (3.4%) who suffered from hypertension. From this study found a significant
association between high salt intake to hypertension in patients aged at least 20 years and
maximum 56 years in some offices and factories in Medan. (P <0.001). Respondents who consume
too much salt has a 18.88 times greater risk (PR = 18.88) suffer from hypertension compared to
respondents who consume moderate salt. This research is said to be significant because the p-value
<0.001. It is recommended for the respondent to reduce salt consumption.

Key words : blood pressure, salt, hypertension

ABSTRAK
Hubungan Asupan Garam Berlebih dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Usia Produktif
di Kota Medan Pada Bulan Agustus 2014
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup banyak di kota Medan.
Ironisnya, hipertensi kebanyakan di derita oleh golongan usia produktif dikarenakan konsumsi
makanan yang berkualitas buruk. Makanan kualitas buruk disini salah satunya adalah penggunaan
garam yang berlebihan dan tidak sesuai takaran yang ditentukan. Karenanya, ingin diketahui
apakah ada hubungan antara konsumsi garam berlebih dengan hipertensi pada usia produktif di
beberapa kantor dan pabrik di kota Medan. Penelitian ini bersifat analitik cross-sectional ini
dilakukan terhadap 352 responden berusia minimal 20 tahun dan maksimal 56 tahun yang datang
ke tempat pemeriksaan umum. Pengumpulan data menggunakan metode non-random consecutive
sampling, wawancara dari kuesioner dietary recall, dan pengukuran tekanan darah. Data yang
diperoleh berasal dari uji Chi square yang signifikan dan perhitungan risiko dengan Prevalence
Ratio (PR). Dari 175 responden yang mengonsumsi garam berlebih terdapat 112 orang (64,0 %)
yang menderita hipertensi tidak terkendali, sedangkan dari 177 responden yang mengkonsumsi
garam secara moderat (tidak berlebih) hanya 6 orang (3,4 %) yang menderita hipertensi. Dari
penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi garam berlebih dengan
hipertensi pada pasien berusia minimal 20 tahun dan maksimal 56 tahun di beberapa kantor dan
pabrik di kota Medan. ( p < 0,001). Responden yang mengkonsumsi garam berlebih memiliki
risiko 18,88 kali lebih besar (PR = 18,88) menderita hipertensi dibandingkan responden yang
mengonsumsi garam secara moderat. Penelitian ini dikatakan bermakna karena p-value < 0,001.
Disarankan untuk responden untuk mengurangi konsumsi garam.

Kata-kata kunci : tekanan darah, garam, hipertensi

PENDAHULUAN kewaspadaan dan kepedulian masyarakat


Menurut WHO (World Health mengenai hipertensi meningkat dari 51%
Organization), hipertensi diderita oleh lebih menjadi 84%. Hal ini tercermin dari
dari 972 juta orang di seluruh dunia dan 50% peningkatan persentase pasien hipertensi
diantaranya tidak menyadarinya. yang mendapat pengobatan dari 36% menjadi
Diperkirakan pada tahun 2025 kejadian kasus 73%, dan persentase pasien hipertensi yang
hipertensi akan mencapai 1,56 milyar bila tekanan darahnya terkendali dari 16%
dibandingkan pada tahun 2008. Dari data menjadi 55%. Di Asia sendiri, hipertensi
tersebut, diketahui sebaran penderita menyerang 15-35% penduduk di Asia. 3.4
hipertensi tidak lagi hanya diderita oleh Hasil Riset Kesehatan Dasar
kalangan usia lanjut, tetapi sudah menyerang (Riskesda) Badan Penelitian dan
kalangan usia produktif dengan usia 20 Pengembangan Kesehatan tahun 2013
hingga 56 tahun. Hal ini sangat menunjukkan prevalensi penderita hipertensi
mengkhawatirkan, dikarenakan hipertensi di Indonesia secara nasional mencapai
sendiri dapat mempengaruhi kualitas serta 25,8%. Berdasarkan data dari profil masing-
harapan hidup penderitanya.1,2 Seperti yang masing provinsi dan kabupaten kota
dilansir oleh laporan National Health Survey didapatkan bahwa prevalensi di pulau
II, dalam dua dekade terakhir ini Sumatera lebih dari 21%, dalam rentang
masing-masing provinsi 20,9% hingga Tekanan darah merujuk kepada
30,9%. Prevalensi penderita hipertensi di tekanan yang dialami darah pada pembuluh
Sumatera sendiri mencapai 24,7%. 5 arteri darah ketika darah di pompa oleh
Kota Medan yang merupakan bagian jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.8
dari kota di Sumatera menjadi subyek Peningkatan tekanan darah disebut sebagai
penelitian penulis untuk mengetahui hipertensi. Hipertensi sendiri didefinisikan
prevalensi penderita hipertensi di kota sebagai peningkatan tekanan arterial, baik
tersebut dikarenakan sebelumnya belum sistolik maupun diastolik atau keduanya dan
adanya penelitian mengenai prevalensi merupakan kejadian umum yang sering
hipertensi di kota Medan. Selain itu dari terjadi di klinik, dimana banyak orang yang
berbagai faktor risiko pencetus hipertensi, mengalami peningkatan tekanan sistolik dan
seperti asupan garam dan mineral, demografi, tekanan diastolik. Umumnya nilai yang dapat
genetik dan riwayat keluarga, pola hidup, diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis
indeks massa tubuh, kontrasepsi hormonal, kelamin. Namun umumnya, sistolik berkisar
konsumsi obat lainnya, keadaan psikologi, antara 140-160 mmHg sedangkan diastolik
lingkungan, status sosial dan ekonomi, dan antara 90-95 mmHg.9,10
penyakit. Peneliti memilih untuk meneliti
Patogenesis dari peningkatan
hubungan asupan garam berlebih dengan
tekananan darah adalah melalui jantung
hipertensi yang menurut penelitian Zita
memompa lebih kuat 12 , ekskresi natrium dan
Atzmardina, Agnestina, Ajeng Probowati
air oleh ginjal 8, kepekaan baroreseptor dan
(2012), responden dengan asupan garam
penyusunan kembali baroreseptor11, respons
berlebih memiliki resiko 1,71 kali lebih besar
vaskuler9,11, kerentanan pembuluh-pembuluh
6
terkena hipertensi dan menurut penelitian
darah renal, sekresi renin9,11, dan lain-lain.
Agnesia Nuarima Kartikasari (2012),
Faktor pemicu hipertensi sendiri dapat dibagi
responden dengan asupan garam berlebih
menjadi tidak dapat di modifikasi, seperti
memiliki resiko 1,94 kali lebih besar terkena
demografi, genetik, dan riwayat keluarga,
hipertensi.7 Disisi lain, peneliti ingin
lalu dapat di modifikasi seperti asupan
mengetahui pula prevalensi penderita
garam, pola hidup, indeks massa tubuh, dan
hipertensi dan konsumsi garam berlebih di
lain-lain.
Kota Medan.
Seseorang dikatakan mengkonsumsi kematian terbesar di dunia dan timbul akibat
garam berlebih apabila asupan garamnya mengkonsumsi garam dengan kadar yang
diatas 6 gram per hari (WHO) atau memiliki sangat tinggi. Tekanan darah akan semakin
kadar natrium lebih dari 200 mg di dalam tidak terkendali dan kaitannya bertambah erat
plasma darah. Garam yang dikonsumsi jika ditambah dan didukung oleh faktor-
sehari-hari terdiri dari ion natrium dan faktor lain seperti riwayat keluarga hipertensi
klorida. Natrium sendiri merupakan kation dan orang dengan riwayat penyakit hipertensi
yang terdapat banyak di cairan ekstraseluler, sebelumnya.13 Garam dalam kondisi yang
air, dan substansi rongga luar sel. berlebih mempunyai dampak dalam fisiologi
Konsentrasi normal dalam serum adalah 136- tubuh. Garam-garam yang berlebihan ini
145 mEq/L. Fungsi dari natrium ini adalah akan meningkatkan volume plasma dalam
sebagai ion utama di cairan ekstraseluler dan tubuh. Peningkatan volume plasma dalam
volume plasma tubuh. Natrium juga tubuh yang disebabkan oleh natrium yang
membantu dalam penghantaran rangsang berlebihan menyebabkan konsentrasi
saraf dan kontraksi otot. 14 natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya, maka
Penyebab yang membuat asupan
fisiologi tubuh akan menarik cairan
garam berlebih terdiri dari sosial budaya,
intraseluler yang pada proses selanjutnya
sosial ekonomi, dan gaya hidup. 14 Dari hasil
akan menyebabkan meningkatnya volume
beberapa penelitian sebelumnya, Asupan
cairan ekstraseluler. Dalam proses ekskresi
garam berlebih ternyata merupakan faktor
pun, garam-garam natrium ini akan
independen dalam peranannya meningkatkan
menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh
tekanan darah pada manusia. Faktor
manusia sehingga terjadi penimbunan cairan
independen berarti studi epidemiologi telah
di dalam tubuh. Mekanisme peningkatan
menunjukkan bahwa garam merupakan salah
volume darah yang menyebabkan terjadinya
satu faktor penting dalam mekanisme
retensi air di dalam tubuh akan
hipertensi (fase lanjut setelah peningkatan
mengakibatkan volume plasma dalam tubuh
tekanan darah) dan dengan analogi yang
pun meningkat. Kombinasi dari peningkatan
sama, orang yang mengkonsumsi garam
volume dalam tubuh manusia dengan
sangat sedikit atau minimal memiliki tekanan
konstriksi dari pembuluh vena, maka akan
darah yang stabil dengan resiko hipertensi
berdampak pada peningkatan preload yang
yang kecil. Hipertensi merupakan penyebab
akhirnya jika berinteraksi dengan faktor lain SAMPEL
akan menuntut jantung untuk meningkatkan
Besar sampel yang dibutuhkan dalam uji
pompa dan curah jantung. Hal ini akan
hipotesis antara 2 proporsi dengan asumsi P1
tampak dampak klinisnya yaitu berupa
= 0,5 (mengkonsumsi garam tidak berlebih
peningkatan tekanan darah pada orang
tetapi mengalami hipertensi) dengan effect
tersebut. 20
size 10 %, α = 5% dan β = 20% adalah 776
Penatalaksanaan yang paling mudah dan
responden dengan masing-masing kelompok
tepat adalah dengan membatasi konsumsi
berjumlah 388. Subyek yang dteliti
garam melalui pola makanan (6 gram garam
berjumlah 352 responden dan merupakan
atau 2400 mg Na sehari-hari) seperti: 19
gabungan antara kelompok penderita
1. Mengurangi konsumsi dan hipertensi dan tidak.
pemakaian garam dalam pengolahan
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
makanan.
2. Menghindari makanan dengan kadar Berupa kuesioner, food frequency question
garam tinggi. (FFQ), tensimeter air raksa dan stetoskop.
3. Mengkonsumsi makanan alami.
TEKNIK PENGUKURAN TEKANAN
4. Diet rendah garam.
DARAH
5. Meningkatkan konsumsi bahan
makanan yang mengandung tinggi Metode atau cara dalam pengukuran tekanan
kalium, magnesium, dan serat. darah dapat dilakukan dengan cara-cara: 15,16
6. Jika tekanan darah sudah sangat
A. Cara palpasi
tinggi, dapat diberikan obat-obatan
- Sambil meraba arteri brakialis
anti-hipertensi.
atau arteri radialis,
METODE PENELITIAN sfigmomanometer dipompa
sampai denyut nadi tidak teraba
Penelitian ini bersifat analitik dengan
lagi.
menggunakan desain studi Cross Sectional
- Kemudian dinaikkan lebih tinggi
dimana variable tergantung (dependent)
30 mmHg.
penelitian ini adalah tekanan darah dan
- Turunkan perlahan sampai denyut
variable bebas (independent) dari penelitian
nadi pertama teraba kembali,
ini adalah asupan garam berlebih,
maka ini merupakan tekanan menapak pada lantai dan lengan
sistolik dan saat denyut nadi penderita atau pasien diletakkan
menghilang untuk yang pertama secara santai pada lengan kursi
kali, maka ini merupakan tekanan setinggi jantung.
diastolik.
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH

B. Cara auskultasi Klasifikasi hipertensi didasarkan pada


- Dengan menggunakan stetoskop, kriteria yang diterbitkan oleh JNC VII (Joint
dengarkan bunyi denyut nadi National Comittee on Prevention, Detection,
arteri brakialis, kemudian Evaluation, and Treatment of High Blood
sfigmomanometer dipompa Pressure) 15,16,17
sampai bunyi denyut nadi tidak
Tabel 2.1.4.1 Klasifikasi tekanan darah
terdengar lagi
menurut JNC 7
- Turunkan perlahan-lahan, maka
saat terdengar bunyi denyut nadi Sistolik/Diastolik Kategori
pertama merupakan tekanan <120/80 Normal
sistolik, dan saat bunyi denyut
120-139/80-89 Pre-Hipertensi
nadi menghilang merupakan
>=140/90 Hipertensi
tekanan diastolik.
140-159/90-99 Hipertensi
Syarat pengukuran tekanan darah tingkat 1

berdasarkan panduan dari Joint National Hipertensi


>=160/100 tingkat 2
Comittee (JNC VII) tahun 2003: 17
Catatan tambahan mengenai
1. Penderita tidak boleh mengkonsumsi
penggunaan klasifikasi menurut JNC VII ini:
kafein dan tidak merokok 30 menit
sebelum pengukuran tekanan darah. - Jika tekanan sistolik dan

2. Penderita tidak mengkonsumsi atau diastolik berbeda kategorinya,

menggunakan obat-obat adrenergik maka tekanan darah yang

3. Lima menit sebelum pengukuran, tertinggi yang dipakai untuk

penderita diminta duduk dengan menentukan klasifikasinya.

tenang. Kaki penderita atau pasien


- Disebut hipertensi sistolik konsumsi garam berlebih dengan kejadian
terisolasi (HST) jika tekanan hipertensi (p-value = < 0,001) dimana secara
darah sistolik (TDS) epidemiologi didapatkan bahwa responden
≥140mmHg dan tekanan yang mengkonsumsi garam berlebihan
darah diastolik (TDD) ≤90 memiliki risiko 18,89 kali (PR = 18,89) lebih
mmHg dengan tingkatan yang tinggi untuk mengalami hipertensi daripada
sesuai (170/85 disebut HST responden dengan konsumsi garam rendah
stadium 2) 18 atau cukup.

ANALISIS DATA Berdasarkan uji statistik Pearson Chi


Square untuk berbagai faktor resiko
Analisis data dari penelitian ini
hipertensi, didapatkan hubungan bermakna
menggunakan analisis asosiasi statistik dan
antara: Indeks Massa Tubuh dengan kejadian
analisis asosiasi epidemiologi. Analisis
hipertensi (p-value = < 0,001) dimana secara
asosiasi statistik menggunakan uji statistik
epidemiologi didapatkan bahwa responden
chi square, karena variabel bebas bersifat
yang memiliki IMT berlebih (>25) memiliki
kategorik dan variabel tergantung bersifat
risiko 1,98 kali (PR = 1,98) lebih tinggi untuk
kategorik. Asosiasi statistik dikatakan
mengalami hipertensi daripada responden
bermakna apabila p-value < 0,05 dan
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) normal,
dikatakan tidak bermakna apabila p-value ≥
konsumsi junk food dengan kejadian
0,05. Kemaknaan menunjukkan adanya
hipertensi (p-value = < 0,001) dimana secara
hubungan hubungan secara statistik antara
epidemiologi didapatkan bahwa responden
kedua variabel yang diteliti. Analisis asosiasi
yang mengkonsumsi junk food berlebih
epidemiologi didapatkan dengan menghitung
memiliki risiko 4,68 kali (PR = 4,68) lebih
Prevalence Ratio (PR) dikarenakan desain
tinggi untuk mengalami hipertensi daripada
penelitian yang digunakan adalah potong
responden yang konsumsi junk food dalam
lintang dan sifat kedua variabel yang diteliti
batas normal atau rendah, rokok dengan
adalah kategorik.
kejadian hipertensi (p-value = < 0,001)
HASIL PENELITIAN dimana secara epidemiologi didapatkan
bahwa responden yang merokok memiliki
Berdasarkan uji statistik Pearson Chi Square,
risiko 1,96 kali (PR = 1,96) lebih tinggi untuk
didapatkan hubungan bermakna antara
mengalami hipertensi daripada responden
yang tidak merokok, konsumsi rendah penyakit kronik menahun dengan kejadian
sayuran dengan kejadian hipertensi (p-value hipertensi (p-value = < 0,001) dimana secara
= < 0,001) dimana secara epidemiologi epidemiologi didapatkan bahwa responden
didapatkan bahwa responden yang tidak yang memiliki penyakit kronik menahun
mengkonsumsi sayur-sayuran memiliki memiliki risiko 2,10 kali (PR = 2,097) lebih
risiko 2,31 kali (PR = 2,31) lebih tinggi untuk tinggi untuk mengalami hipertensi daripada
mengalami hipertensi daripada responden responden yang tidak memiliki penyakit
yang mengkonsumsi sayur-sayuran, dan kronik menahun.

Tabel 1. Hubungan antara Berbagai Faktor Resiko dengan Hipertensi di Beberapa Pabrik
dan Kantor di Kota Medan

Parameter Hipertensi Tidak PR IK 95% P


Hipertensi

N % N % Min Maks

Jenis Laki-laki 48 42,5% 65 57,5% 1,450 1,084 1,941 0,014


Kelamin
Wanita 70 29,3% 169 70,7%

IMT Obesitas 75 45,5% 90 54,5% 1,977 1,448 2,698 <0,001

Normal 43 23,0% 144 77,0%

Konsumsi Berlebih 112 64,0% 63 36,0% 18,88 8,532 41,779 <0,001


Garam*
Cukup/rendah 6 3,4% 171 96,6%

Konsumsi Berlebih 95 57,6% 70 42,4% 4,681 3,124 7,015 <0,001


Junk Food
Cukup/rendah 23 12,3% 164 87,7%

Olahraga Tidak 111 35,9% 198 64,1% 2,2 1,102 4,417 0,011

Ya 7 36,3% 36 83,7%

Riwayat Ya 66 36,3% 116 63,7% 1,186 0,881 1,596 0,260


keluarga
Tidak 52 30,6% 118 69,4%

Rokok Ya 40 54,8% 33 45,2% 1,96 0,881 1,596 <0,001

Tidak 78 28,0% 201 72,0%

Alkohol Ya 24 80,0% 6 20,0% 2,74 2,141 3,508 <0,001

Tidak 94 29,2% 228 70,8%


Parameter Hipertensi Tidak PR IK 95% P
Hipertensi

N % N % Min Maks

Penghasila < UMR 12 20,7% 46 79,3% 0,574 0,339 0,971 0,023


n
≥ UMR 106 36,1% 188 63,1%

Jumlah > 2 anak 35 25,4% 103 74,6% 0,654 0,469 0,911 0,009
Anak
≤ 2 anak 83 38,8% 131 61,2%

Lama < 6 jam 49 56,3% 38 43,7% 2,163 1,644 2,847 <0,001


Tidur
≥ 6 jam 69 26,0% 196 74,0%

Psikologi Stress 35 26,3% 98 73,7% 0,694 0,499 0,967 0,026


136
Baik 83 37,9% 62,1%

Konsumsi Berlebih 82 38,0% 134 62,0% 1,434 1,033 1,991 0,026


Lemak
Rendah/cukup 36 26,5% 100 73,5%

Sayur Rendah sayur 31 66,0% 16 34,0% 2,312 1,762 3,034 <0,001

Cukup/baik 87 28,5% 218 71,5%

Buah- Rendah buah 43 49,4% 44 50,6% 1,746 1,312 2,325 <0,001


buahan
Cukup/baik 75 28,3% 190 71,7%

Kacang Rendah 61 34,9% 114 65,1% 1,08 0,806 1,453 0,598

Tinggi 57 32,2% 120 67,8%

Kopi, Teh, Tinggi 76 30,8% 171 69,2% 0,769 0,570 1,038 0,093
Soda
Cukup/rendah 42 40,0% 63 60,0%

Penyakit Ya 25 62,5% 15 37,5% 2,097 1,562 2,814 <0,001


kronik
Tidak 93 29,8% 219 70,2%

PEMBAHASAN memiliki risiko 18,89 kali lebih tinggi


menderita hipertensi dibanding responden
Temuan Utama
yang konsumsi garamnya rendah atau
Dari uji statistik dan analisis asosiasi normal. Temuan ini secara statistik dikatakan
epidemiologi, didapatkan responden usia 20- bermakna dengan p-value < 0,001. Sesuai
56 tahun yang konsumsi garamnya berlebih dengan penelitian Zita,dkk, hanya saja
terdapat perbedaan dari besarnya resiko. Ini (IMT), konsumsi garam, konsumsi junk food,
sesuai dengan teori bahwa garam yang olahraga, rokok, alkohol, lama tidur,
berlebihan ini akan meningkatkan volume konsumsi makanan berlemak, konsumsi
plasma dalam tubuh peningkatan volume sayur dan buah, dan penyakit kronik yang
darah yang menyebabkan terjadinya retensi menahun. Secara epidemiologi, laki-laki
air di dalam tubuh akan mengakibatkan memiliki resiko 1,5 kali lebih tinggi untuk
volume plasma dalam tubuh pun meningkat. terkena hipertensi, indeks massa tubuh lebih
Kombinasi dari peningkatan volume dalam dari 25 kg/m2 memiliki resiko 2 kali untuk
tubuh manusia dengan konstriksi dari terkena hipertensi, konsumsi junk food
pembuluh vena, maka akan berdampak pada berlebih memiliki resiko 5 kali untuk terkena
peningkatan preload yang akhirnya jika hipertensi, tidak berolahraga memiliki resiko
berinteraksi dengan faktor lain akan 2,2 kali lebih tinggi untuk terkena hipertensi,
menuntut jantung untuk meningkatkan perokok atau setidaknya pernah merokok
pompa dan curah jantung. Hal ini akan memiliki resiko 2 kali untuk terkena
tampak dampak klinisnya yaitu berupa hipertensi, konsumsi alkohol memiliki resiko
peningkatan tekanan darah pada orang 3 kali untuk terkena hipertensi, lama tidur
tersebut. 20 kurang dari 6 jam per-hari memiliki resiko 2
kali untuk terkena hipertensi, konsumsi
Temuan Tambahan
banyak makanan berlemak memiliki resiko
Banyak faktor yang sebenarnya dapat
1,4 kali lebih tinggi untuk terkena hipertensi,
mempengaruhi kejadian hipertensi. Faktor-
konsumsi rendah sayuran memiliki resiko 2
faktor tersebut dapat berasal dari faktor yang
kali untuk terkena hipertensi, konsumsi
tidak dapat dikendalikan, seperti jenis
rendah buah-buahan memiliki resiko 2 kali
kelamin, umur, ras, dan lain-lain, maupun
untuk terkena hipertensi, dan responden
faktor yang dapat dikendalikan seperti
dengan penyakit kronik menahun memiliki
konsumsi garam, konsumsi junk food,
resiko 2 kali untuk terkena hipertensi.
sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan
Keseluruhan hasil ini sesuai dengan tinjauan
lain-lain.
pustaka yang telah peneliti lakukan.
Dari hasil analisis, ditemukan
Disisi lain, ditemukan juga beberapa
hubungan yang bermakna secara statistik dari
temuan lain dari hasil analisa responden,
berbagai faktor risiko pencetus hipertensi,
ditemukan hubungan faktor resiko yang tidak
misalnya jenis kelamin, indeks massa tubuh
bermakna secara statistik dengan kejadian dikarenakan pengukuran tekanan darah dan
hipertensi tetapi sesuai dengan tinjauan wawancara mengenai kuesioner yang harus
pustaka, misalnya riwayat keluarga dan dijawab oleh responden dilakukan oleh dua
konsumsi rendah kacang-kacangan. Secara orang peneliti yang berbeda, tetapi bias
epidemiologi, riwayat keluarga hipertensi responden (recall bias) tidak dapat dihindari,
memiliki resiko 1,2 kali lebih tinggi untuk dikarenakan tidak ada tolok ukur mengenai
terkena hipertensi, dan konsumsi rendah kebenaran dari jawaban pasien terhadap
kacang-kacangan memiliki resiko 1,1 kali pertanyaan yang ada di kuesioner. Hal ini
lebih tinggi untuk terkena hipertensi. mungkin disebabkan oleh pasien lupa akan
Ditemukan juga beberapa temuan makanan yang dikonsumsi, emosi, tekanan,
yang bertentangan dengan tinjauan pustaka kebosanan, dan lain sebagainya.
tetapi bermakna dari segi statistik, misalnya
Bias perancu tidak dapat dihindari.
temuan penghasilan dibawah UMR, jumlah
Faktor perancu potensial meliputi jenis
anak diatas 2 orang, dan stress mempunyai
kelamin, umur, pekerjaan, ras, Indeks Massa
efek proteksi terhadap hipertensi. Hal ini
Tubuh (IMT), konsumsi garam, konsumsi
mungkin disebabkan karena kurangnya
junk food, olahraga, penghasilan, riwayat
distribusi sampel secara merata terhadap 3
keluarga hipertensi, rokok, alkohol, jumlah
faktor resiko diatas
anak, lama tidur per-hari, keadaan psikologi,
Ditemukan juga temuan yang konsumsi makanan berlemak, konsumsi
bertentangan dengan tinjauan pustaka dan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan,
hasil temuan dinyatakan tidak bermakna dari penyakit kronik menahun dan konsumsi obat-
segi statistik, misalnya konsumsi kopi, teh, obatan tertentu. Dari hasil analisa bivariat,
atau soda mempunyai efek proteksi terhadap menyatakan faktor perancu yang paling besar
hipertensi. berkontribusi adalah jenis kelamin, Indeks
Massa Tubuh (IMT), konsumsi junk food,
Keterbatasan Penelitian
konsumsi makanan berlemak, olahraga,
Dalam penelitian ini, bias seleksi dapat rokok, alkohol, lama tidur per-hari, konsumsi
disingkirkan dikarenakan metode sayur dan buah, serta penyakit kronik
pengambilan sampel menggunakan cara non- menahun. Chance atau besarnya peluang
random consecutive sampling. Bias untuk diperolehnya hasil penelitian ini secara
informasi dari peneliti dapat dihindari kebetulan dapat disingkirkan, berdasarkan
hasil perhitungan α (kesalahan tipe I) dan β Menganjurkan untuk mengurangi konsumsi
(kesalahan tipe II). Didapatkan nilai α garam dan MSG berlebihan pada ikan asin,
sebesar < 1,00% (pada β = 20%), nilai β bakso, dan jajanan pinggir jalan untuk
sebesar < 1,00% (pada α = 5%), dan power mengurangi kejadian hipertensi
sebesar > 99%. - Kepada perusahaan (pabrik dan kantor):
Memberikan sosialisasi kepada para
KESIMPULAN
karyawan dan buruh pabrik mengenai faktor
Dari hasil penelitian ini, didapatkan beberapa resiko hipertensi dan bahaya hipertensi
kesimpulan sebagai berikut: - Kepada peneliti selanjutnya:
Lebih sederhana tetapi spesifik dan akurat
- Prevalensi penderita hipertensi di Kota
dalam membuat pertanyaan kuesioner agar
Medan sebesar 33,5% (118 responden dari
tidak menimbulkan jawaban rancu atau
352 responden)
kemalasan untuk menjawabdari responden.
- Jumlah responden yang mengkonsumsi
garam berlebihan sebanyak 175 orang DAFTAR PUSTAKA
(49,7%)
1. Chockalingam A, Campbell NR,
- Jumlah responden yang konsumsi garamnya Fodor JG. Worldwide epidemic of
berlebih dan menderita hipertensi sebanyak hypertension, The Canadian Journal
of Cardiology; 2006, 22(7): 553-5.
112 orang (64,0%) (Accessed on September 1 2013).
- Adanya hubungan yang bermakna (p-value < Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
0,001) antara konsumsi garam berlebihan d/16755308.
memiliki resiko 18,89 (PR = 18,89) lebih
2. Chockalingam A. World
tinggi untuk mengalami hipertensi dibanding hypertension day and global
responden yang konsumsi garamnya rendah. awareness. The Canadian Journal of
Cardiology; 2008, 24(6): 441-4.
(Accessed on September 1 2013).
SARAN
Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat icles/PMC2643187.
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
3. Singh RB, Suh IL, Sing VP,
untuk dilaksanakan, yaitu: Chaithiraphan S, Laothavorn P, Sy
RG, et al. Hypertension and stroke in
- Kepada responden: Asia: prevalence, control and
strategies in developing countried for
prevention. Journal of Human
Hypertension; 2000, 14(10-11): 749- 7. Agnesia N, Faktor Risiko Hipertensi
63. (accessed on September 1 2013). Pada Masyarakat di Desa Kabongan
Available at: Kidul, Kabupaten Rembang; 2012:
http://ukpmc.ac.uk/abstract/MED/11 halaman 78. Semarang: Universitas
095165/reload=0;jsessionid=wPQXh Diponegoro, 2012. (Accessed on
fn7a53x14sWnx1F.134 September 1 2013). Available at:
http://eprints.undip.ac.id/37291/1/A
4. Edwards NL. The role of GNESIA_NUARIMA_G2A008009_
hypeuricemia in vaskular disorders. LAP_KTI.pdf
Currrent Opinion in Rheumatology;
2009, 21(2):132-7. (Accessed on 8. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari
September 1 2013). Available at: Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC;
http://journals.lww.com/corheumatol 2012. Hal 297 – 341.
ogy/Fulltext/2009/03000/The_role_o
f_hyperuricemia_in_vascular_disord 9. Price S, Wilson L. Patofisiologi
er.8.aspx. Volume 2 Edisi 6. Terjemahan oleh
brahm Pendit, Huriawati Hartanto,
5. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Pita Wulansari, dan Dewi Mahanani.
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Dasar, 2013. Jakarta : Bakti Husada, EGC. 2005. Halaman: 933-88.
2013. (accessed on September 10
2013) Available at : 10. Kumar. Dasar-dasar patofisiologi
https://www.google.co.id/url?sa=t&r penyakit. Dalam: patofisiologi
ct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
hipertensi. Jakarta: Binarupa Aksara;
1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFj
AA&url=http%3A%2F%2Fwww.lit 2003. Hal 235-43
bang.depkes.go.id%2Fsites%2Fdow
nload%2Fmateri_pertemuan%2Flaun 11. Sodeman WA, Sodeman TM.
ch_riskesdas%2FRiskesdas%2520La Patofisiologi Sodeman’s : mekanisme
unching.pdf&ei=5QIQVKuaC4W- penyakit. Edisi 7. Jilid 1. Surya
uAS- Sagani editor. Dalam: Tekanan Arteri
0oH4Dw&usg=AFQjCNFxMhrKLf
Sistemik. Jakarta: Perpustakaan
LvcXv98IrA6O4cMLf03w&sig2=Oi
aI1z5r-RUKZLwnWb4p5Q Nasional; 1991. P.282-94

6. Atzmardina Z, Agnestina, Probowati 12. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial.


A. Hubungan antara konsumsi garam Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
berlebih dengan hipertensi tidak Dalam, Jilid 1, Edisi IV. Jakarta: FK
terkendali pada pasien hipertensi
UI, 2006:hal 610-614
berusia minimal 20 tahun. Ebers
Papyrus Universitas Tarumanagara.
2012 Desember; Vol 18 (2). Hal: 90 – 13. Krummel DA. Medical nutrition
100 therapy in hypertension. In: Mahan
LK, Stump SE. Krause’s food,
nutrition, and diet therapy, 11th ed. blood pressure (JNC 7). NHLBI
Philadelpia: Saunders; p.900-10 Journal. (Update 2003, accessed on
September 1 2013). Available at:
14. Astawan M. Cegah hipertensi dengan http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/
pola makan. (accessed on September hypertension/phycard.pdf
1 2013). Available at:
www.depkes.go.id/ 18. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial.
Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
15. Swartz, Mark H. Pemeriksaan fisik Alwi I, Simadibrata M, Setiati S
jantung. Dalam: Effendi H, Hartanto (penyunting). Buku Ajar Ilmu
H (penyunting). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; Publishing; 2009. Hal 1079-85
1995. Hal 194-5
19. Nelms M, Sucher K, Long S.
16. Bickley LS. Memulai pemeriksaan Nutrition therapy and
fisik: keadaan umum dan tanda-tanda pathophysiology. Belmont :
vital. Dalam: Dwijayanthi L. Thompson Brooks/Cole; 2007. P-
Novianti A, Caroline S (penyunting). 380-1.
Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan, edisi 8. Jakarta: 20. Susalit E. Hipertensi primer dan
EGC;2003. Hal.78-80. hipertensi sekunder. Dalam:
Waspadji L, Lesmana L, Alwi I,
17. U.S of Health and Human Services. Setiati S, Sundaru H, Djojoningrat D,
Seventh report of the Joint National et al (eds). Buku ajar ilmu penyakit
Committee on prevention, detection, dalam, jilid II, edisi 3. Jakarta: Balai
evaluation, and treatment of high Penerbit FKUI, 2001: 453-82

Anda mungkin juga menyukai