Anda di halaman 1dari 22

Muh Akmal Arifin

1931041110
PJKR C 19
Pengertian Cedera olahraga
Cedera olahraga memiliki arti yang luas, mengacu pada
jenis cedera yang terjadi selama olahraga atau latihan.
Cedera olahraga adalah segala bentuk ruda paksa/trauma
sebagai akibat berolahraga.
Cedera olahraga terjadi karena ketidakmampuan jaringan
(otot, persendian, tendon, kulit) dan organ tubuh lainnya
dalam menerima beban latihan pada saat berolahraga, baik
beban berulang yang terjadi secara terus menerus atau
beban langsung akibat trauma.
Cedera Olahraga terjadi pada sistem otot dan rangka tubuh selama
berolahraga.
Anak-anak sangat berisiko untuk jenis cedera ini, tetapi orang dewasa
juga bisa mengalaminya.
Seseorang akan berisiko lebih besar mengalami cedera olahraga jika:
•Jarang olahraga sebelumnya
•Tidak melakukan pemanasan dengan benar sebelum berolahraga
•Bermain olahraga kontak
•Melakukan intensitas latihan yang terlalu berat
Jenis cedera olahraga
Berikut ini beberapa jenis cedera olahraga yang paling umum
terjadi:
1. Cedera pengikat sendi atau ligamen (sprain)
2. Cedera otot (strain)
3. Cedera lutut
4. Otot bengkak
5. Tendon achilles pecah
6. Fraktur
7. Dislokasi
8. Cedera rotator cuff pain (RCP)
Penanganan cedera yang tepat adalah diawali dengan
melakukan metode “RICE” yaitu Rest, Ice, Compression, and
Elevation untuk membantu menghilangkan rasa sakit,
mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan.

Berikut poin-poin yang dapat dilakukan


1. Rest
2. Ice
3. Compressing
4. Elevation
apabila kondisi cedera ini tidak kunjung membaik
setelah melakukan metode RICE, tenaga ahli biasanya
akan melakukan beberapa tindakan lain sesuai dengan
cedera yang dialami, termasuk terapi atau pijat. Berkut
ini beberapa tindakan lain yang bisa dilakukan:
1. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAIDs)
2. Imobilisasi
3. Operasi
4. Terapi
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
-Otot Perut (Abdominal)
-Otot Betis(Gastrocnenius)
-Otot Paha Belakang (Hamstring)
-Otot Telapak Kaki
Cedera yang terjadi pada olahraga permainan sepak bola antara
lain disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kondisi alam
atau lingkungan yang kurang kondusif, bodycontac antar
pemain atau dengan objek lain, taktik atau teknik dasar yang
salah, salah jatuh, beban latihan yang berlebihan (overload),
kelelahan (overtraining), kurang pemanasan-penguluran-
pendinginan, atau penggunaan perlengkapan  olahraga
(equipment) yang salah.
     
Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu :
a.    Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius,
namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet,
memar, sprain yang ringan.
b.    Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh
pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak,
gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot,
straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c.    Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif,
istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat
robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade
III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.
Cedera Berat adalah cedera yang dimana si pemain tidak dapat
melanjutkan permainnnanya. Contohnya :
•Cedera pada kepala : gegar otak atau cedera yang menimbulkan pingsan
dan tidak sadar, pendarahan yang sukar dihentikan, patah tulang hidung.
•Cedera pada lutut : kontusio,robekan ligamen, robekan otot, dislokasi
patella, robekan meniskus.
•Cedera pada pergelangan kaki : patah tulang malleolus medialis tibia ,
dislokasi talokruralis , haermarthrose.
Selain ketiga cedera diatas, ada satu cedera lagi yang sering
sekali diabaikan oleh sebagian kalangan masyarakat yaitu
cedera lainnya. Cedera lainnya adalah cedera yang sering kali
dianggap remeh oleh sebagian orang, padahal cedera ini bisa
memberikan dampak yang serius apabila tidak diberikan
penangan yang cepat dan tepat.
Contohnya :
•Kejang → Syock → Pingsan → Koma → Mati.
•Dehidrasi, adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di mana sel-sel tubuh
kekurangan cairan. Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga; ringan, sedang
dan berat. Dehidrasi akan mengakibatkan banyak masalah dan gangguan
bagi tubuh, seperti gangguan dalam pembuangan toksin (racun), pengiriman
nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, produksi energi, dan pelumasan sendi.
Dehidrasi berat akan mempengaruhi sistem tubuh, dan juga dapat
mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Dehidrasi berat bisa berkomplikasi
serius dan mengancam jiwa, seperti syok, koma bahkan kematian.
BENTUK CEDERA OLAHRAGA
Bentuk cedera olahraga dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. STRAIN
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi
atas 3 tingkat, yaitu :
a)    Tingkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi
ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi
tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot
paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau
pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan
atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya
tahannya).
b)    Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon,
sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c)    Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai
komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi
dan rehabilitasi.
2.    Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi
4 tingkat, yaitu :
 A. Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang
terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.
b)    Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih
baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan
untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10
minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan.
Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu
pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.

c)    Tingkat 3 (berat)


Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament
dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat
penting untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d)    Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat
lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.
Gejala cedera akut meliputi:
•Terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas, ditandai timbulnya rasa 
nyeri yang hebat di area yang terkena
•Timbul pembengkakan, inflamasi (peradangan) dan nyeri
tekan pada area cedera
•Ketidakmampuan untuk menempatkan berat badan pada
ekstremitas bawah
•Ketidakmampuan menggerakkan anggota badan yang
mengalami cedera dan timbul nyeri saat digerakkan
•Kelemahan anggota gerak yang cedera secara ekstrem
•Tampak adanya perubahan bentuk pada cedera yang berat
seperti dislokasi atau fraktur
•Keterbatasan ROM (range of movement/ruang lingkup
gerak sendi) pada sisi yang cedera
•Perubahan warna kulit akibat memar atau perdarahan pada
sendi, sesuai dengan lokasi cedera
•Spasme otot sekitar area cedera.
Penyebab cedera tersering
-Terlalu sering digunakan
-Gerakan berhenti dan memutar
-Baru mulai olahraga atau
meningkatkan porsi latihan
dengan cepat
-Kelelahan
-Pemanasan yang tidak memadai
-Benturan
-Teknik atau postur yang salah
ANALISIS DAN REHABILITASI BIOMEKANIK PADA ATLET

Cedera utama pada atlet disebabkan oleh trauma yang bersifat


akumulatif (karena penggunaan berlebihan) akibat berat badan
berlebihan secara fungsional, yang menyebabkan kondisi seperti 
runner’s knee, jumper’s knee, nyeri lutut depan, sindrom
iliotibial band, shin splint, tendonitis Achilles, fraktur stess, daerah
pangkal paha dan otot yang tertarik, metatarsalgia, nyeri punggung.
Bagi atlet, evaluasi postural penting untuk mengoreksi postur yang salah dengan
bantuan latihan terapeutik dan proprioseptif, yang melibatkan
penggunaan insoles ortopedi, untuk mencegah cedera.
Setelah trauma, rehabilitasi adalah langkah yang sangat penting untuk kembali ke
aktivitas olahraga dalam waktu yang singkat.
Proses rehabilitasi dibagi menjadi tiga fase: fase akut, fase post akut, dan fase
“kembali bermain”.
Pada fase pertama, tujuan utama adalah mengurangi nyeri dan peradangan melalui
istirahat dan penggunaan terapi medis seperti criotherapy, terapi laser, tecar dan
FANS.
Pada fase ini, menurut orthopedi, fisioterapis dapat memulai latihan terapeutik yang
aman dan efektif, seperti latihan isometrik dan terapi hidrokinesia.
Pada fase kedua, perhatian khusus harus diberikan pada penyembuhan massa otot
dan kisaran gerak melalui latihan peregangan dan proprioseptif dan latihan isotonik
melawan tahanan bertahap. Pada tahap ini, terapi fisik tetap diperlukan untuk
mengontrol nyeri dan peradangan.
 
Tujuan dari fase “kembali bermain” adalah untuk
memulihkan keterampilan atletik melalui latihan
peregangan dan proprioseptif, meningkatkan kekuatan
dan kembali ke latihan khusus. Terapis dapat
menggunakan teknik taping pada tahap ini.
Waktu penyembuhan bergantung pada keparahan
cedera, usia, penyakit sebelumnya dan motivasi pasien.
Pada akhirnya, tujuan dari pencegahan dan rehabilitasi
adalah untuk menemukan dan menyingkirkan stress dan
agen patologis, untuk mengurangi terbatasnya kisaran
gerak, mengontrol nyeri dan kembali berolahraga
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai