Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERTOLONGAN PERTAMA CIDERA OLAHRAGA (PPCO)

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Terapi Latihan
semester 115
Disusun Oleh :
1. Anggrahini Friska Ayu Wijayanti – 1604620104

2. Ahmad Nabil

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA


PROGRAM STUDI KEPELATIHAN KECABANGAN
OLAHRAGA
UNIVERSIATAS NEGERI JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga memiliki tujuan utama untuk menyehatkan tubuh. Aktivitas fisik

membuat tubuh secara umum menjadi lebih kuat dan resisten terhadap berbagai jenis

penyakit. Meskipun kita telah melakukan peregangan, pemanasan bahkan melengkapi

diri dengan alat protektor namun tetap saja cedera tidak dapat dihindarkan, peluang

adanya cedera tersebut tetap saja bisa terjadi misalnya kram, dislokasi bahkan fraktur.

Cedera tersebut bisa saja terjadi pada masyarakat umum yang gemar berolahraga dan

tidak spesifik harus dialami oleh atlet saja.

Cedera olahraga merupakan segala bentuk kegiatan yang melampaui batas

ambang kemampuan tubuh akibat berolahraga. Secara fisiologis cedera olahraga

terjadi akibat ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan jaringan

tubuh yang melakukan aktivitas olahraga. Pada umumnya penyebab terjadi cedera

olahraga antara lain kurang pemanasan, memaksakan kodisi tubuh melampaui batas

ambang kemampuan tubuh sebelum berolahraga. terutama pada jelang pertandingan

yang menuntut banyak gerakan yang eksplosif.

Cedera olahraga memerlukan pengelolaan yang baik khususnya pelaku dalam

bidang olahraga agar dapat kembali melakukan latihan-latihan dan prestasi. Untuk

mencapai tujuan tersebut pengelolaan cedera olahraga harus didukung oleh berbagai

1
disiplin ilmu atau profesi. Banyak macam dan ragam cedera olahraga sehingga

diperlukan pendekatan terapi yang bersifat umum maupun spesifik. Oleh karenanya,

diperlukan referensi dari para ahli, tidak hanya dalam proses penyembuhan, namun

dalam pencegahannya juga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dilakukan pada saat pertolongan pertama cidera olahraga

2. Bagimana pencegahan agar terhindar dari cidera

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu para pembaca baik

mahasiswa, atlet, pelatih, juga masyarakat umum yang gemar berolahraga agar

mengetahui resiko cidera yang mungkin dialami ketika berolahraga juga

mendapatkan informasi cara pencegahagan dan perawatan dini ketika

mengalami cidera.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertolongan Pertama Cidera Olahraga

Pertolongan pertama adalah penanganan atau perawatan awal dari terjadinya

suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang bukan ahli

dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sambil menunggu pengobatan definitif

yang dapat diakses. Cedera yang ringan/minor tidak perlu memerlukan perawatan

medis yang lebih lanjut, setelah dilakukan pertolongan pertama. Biasanya terdiri dari

beberapa kasus yang sederhana, dimana teknik pertolongan pertama dapat diberikan

kepada individu untuk melakukan hal tersebut dengan peralatan yang minimal. Dan

yang lebih penting lagi adalah diperlukan tindakan cepat dan efektif dalam

mempertahankan hidup dan dapat meminimalkan terjadinya kecacatan.

Menurut Andun Sudijandoko dalam Rismayanthi, penyebab terjadinya cedera

antara lain:

 Faktor Individu yaitu umur, kematangan seorang, pengalaman, tingkat

latihan, teknik, pemanasan, istirahat, kondisi tubuh, gizi,

 Faktor lainnya yaitu peralatan, fasilitas, cuaca, karakter pada olahraga

dan materi pelajaran,

3
Cidera dalam olahraga disebabkan oleh beberapa tingkatan traumatis seperti

trauma berat, sindrom berlebihan, dan trauma kecil yang berulang.

1. Cidera Traumatis (ACUTE)

a. Setiap cideratraumatis umum di dunia atletik dan menarik pemberitaan dan

penelitian. Ini karena penyebabnya bisa diarahlkan, membuatnya lebih

mudahuntuk dicarikan perawatannya.

b. Frekuensi cidera traumatis berbeda–beda tergantung olahraganya.

Olahragakontak, seperti bolabasket, sepakbola, es hoki, gulat, sepakbola

Amerika, danrugbi, trauma cedera lebih tinggi intensitasnya.

c. Penyebab dan tingkat keparahan cedera traumatis biasanya terlihat dengan

jelas.Sang atlet biasanya mengalami sakit di tempat kejadian dan terjadi

pembengkakan, oleh karena itu sebaiknya dilakukan perawatan sebelum

terjadi pembengkakan agar atlet bisa menoleransi rasa sakitnya.

d. Kontrol awal dari pembengkakan berpengaruh besar pada masa kembalinya

atlet berolahraga, kemudian selanjutnya harus meminta nasihat dokter

sebelummelakukan tindakan selanjutnya

2. Sindrom Pemakaian Berlebihan (OVERUSE)

a. Sindrom pemakaian berlebihan biasanya sulit didiagnosis dan dirawat.

Cedera inimakin meningkat tiap tahunnya yang dikarenakan intensitas dan

durasi latihanyang meningkat.

b. Cedera ini umumnya disebabkan oleh beban yang berulang dalam latihan.

Ototdapat menahan beban yang berat tapi batasnya berbeda–beda untuk

4
setiap orang,sebagian besar cedera otot terjadi setelah dua tahun latihan

harian dan biasanyaterjadi pada bagian tubuh bawah seperti lutut, engkel,

tumit dan kaki.

3. Peradangan

Peradangan adalah respon tubuh terhadap cedera otot yang diakibatkan

tekanan, benturan, beban berat dan trauma fisik. Ini biasanya berhubungan

dengan pendarahan yangmengakibatkan pembengkakan. Peradangan juga bisa

terjadi karena infeksi bakteri, pembengkakan karena akumulasi cairan,

kemerahan karena aliran darah meningkat, dankebiasaan menyentuh area yang

terinfeksi. Peradangan biasanya menghilang setelah pemanasan,tapi sakitnya

akan kembali setelah aktifitas dilanjutkan kembali.

4. Sakit

Sakit adalah mekanisme tubuh yang memperingatkan kita akan cedera

sehingga kita dapat melakukan tindakan perawatan yang tepat. Ada beberapa

tipe sakit yang umum dalam olahraga seperti sakit akut yang disebabkan oleh

keretakan, sakit yang disebabkan peradangan kronis dan kram saat beraktifitas

malam hari karena peradangan kronis.

Sakit biasanya dapat diobati tapi akan timbul kembali bila penyebabnya

belum dirawat dengan tepat. Sakit harus diartikan sebagai peringatan dari

cedera otot sehingga harus mengubahaktifitas atau mengistirahatkan jaringan

tubuh yang cedera.

5
Cedera olahraga yang dapat terjadi pada atlet maupun masyarakat olahraga saat

mengikuti atau melakukan aktifitas olahraga antara lain:

 Strain, merupakan kerusakan yang terjadi pada saat otot dan tendon karena

penggunaan atau peregangan yang berlebihan.

 Sprain, merupakan kerusakan yang terjadi pada ligamen karena peregangan

yang berlebihan. Sprain derajat ringan biasa disebut keseleo.

 Contusio (benturan), merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan lunak

karena benturan langsung pada otot atau ligamen. Bila disertai dengan

perdarahan disebut hematom (memar).

 Frakture / patah tulang. Merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan atau

tulang rawan baik komplit maupun tidak komplit.

 Muscle Cramp (kram otot). Kelainan pada otot akibat gangguan sirkulasi

darah.

 Luka merupakan hilangnya atau diskontinuitas jaringan yang menyebabkan

terpaparnya jaringan dengan dunia luar, misalnya laserasi, maserasi,

ekskoriasi (lecet).

B. PENANGANAN

Berbagai keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama perlu dimiliki

oleh mahasiswa, atlet, pelatih, dan juga masyarakat olahraga, antara lain keterampilan

dalam merawat luka sehingga tidak menimbulkan infeksi yang dapat memperpanjang

masa penyembuhan luka tersebut, keterampilan melakukan metode RICE (Rest, Ice,

6
Compresion, Elevation) dalam memberikan pertolongan pertama pada cedera

olahraga. pertolongan pertama yang dibahas tersebut antara lain luka, patah tulang,

kesleo, memar. Berbagai kasus cedera tersebut membutuhkan keterampilan untuk

melakukan pertolongan pertama.

Pada kasus luka, untuk membersihkan luka dengan tepat (satu arah) sehingga

tidak menimbulkan infeksi serta memberikan desinfektan dengan betadin pada luka

yang telah dibersihkan. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan

secara tiba-tiba karena kekerasan atau injury. Luka harus dibersihkan dengan baik

sehingga tidak ada lagi benda asing dalam luka yang dapat menimbulkan infeksi

ataupun memperpanjang proses penyembuhan.

Adapun langkah-langkah membersihkan luka sebagai berikut:

 Cuci tangan menggunakan sabun dan air atau pembersih tangan

 Terapkan tekanan lembut (langkah ini hanya berlaku jika luka berdarah.

Luka kecil dan goresan mungkin tidak memerlukan tekanan)

 Bilas dengan air (setelah dicuci jika lukanya tidak bisa dibersihkan, hubungi

dokter)

 Gunakan salep antibiotic untuk membantu menjaga kelembaban kulit dan

mengurangi kemungkina infeksi

7
 Perban luka (jika anda memiliki goresan kecil atau potongan, bersihkan dan

biarkan saja. Jika tidak letakka perban yang steril pada luka setelah

membersihkannya)

Pada kasus cidera patah tulang disarankan untuk memasang bidai untuk

imobilisasi patah tulang sehingga saat pemindahan penderita untuk dirujuk, cidera

tidak bertambah berat. Pembidaian adalah penanganan pertama dalam menghadapi

kasus patah tulang. Adapun tujuan pembidaian adalah sebagai berikut :

 Mencegah terjadi pergeseran pada bagian ujung tulang yang patah

 Mengurangi akan terjadinya cedera pada bagian tulang yang patah

 Memberikan istirahat pada bagian tulang yang patah, sehingga mengurangi

rasa nyeri pada tulang

Pada kasus keseleo dan memar dilaksanakan metode RICE (Rest, Ice,

Compresion, Elevation). Penanganan cidera metode RICE akan sangat berguna dalam

memberikan pertolongan pertama, dimana dengan penanganan tersebut akan dapat

mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri :

 Rest (istirahat)

8
Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena gerakan aktif

akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi sehingga nyeri

akan berlanjut. Bagian yang terluka segera diistirahatkan untuk meminimalkan

perdarahan dalam dan pembengkakan serta untuk mencegah bertambah

parahnya cedera.

 Ice (es)

Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin/es, untuk mengurangi terjadinya

perdarahan dan pembengkakan, mengurangi rasa nyeri, mengurangi reaksi

inflamasi (peradangan) dan spasme otot. Mula-mula kompres dingin/es

dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian frekwensi diturunkan

secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya cedera

 Compression (balut tekan)

9
Penggunaan bandage untuk balut tekan pada daerah yang mengalami cedera

akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya pembengkakan.

Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan

mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi

pembengkakan.

 Elevation (meninggikan)

Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih tinggi sehingga

aliran arah ke bagian yang cedera berkurang.

RICE dilakukan selama 24-48 jam pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu

dapat dilakukan kombinasi kompres dingin dan hangat untuk memperbaiki

vaskularisasi (sirkulasi) jaringan yang cedera. Pertolongan pertama sangatlah penting

agar tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertolongan pertama sangat bermanfaat dan penting utnuk pengetahuan dan

keterampilan mahasiwa, atlet, pelatih, dan juga masyarakat olahraga dalam

melaksanakan pertolongan pertama serta menambah wawasan yang belum diketahui

atau di pahami.

Langkah pencegahan agar cedera bisa diatasi bila mencurigai ada patah tulang

maka atlet atau pelatih harus:

 Menutup luka terbuka denganperban atau kain yang steril.

 Meluruskan atau menekuk tangan atau kaki yang patah.

 Mengangkat ke atas bagian yang cedera.

 Mengatur transportasi ke rumah sakit untuk perawatan dan pemerikasaan X–

raysecepatnya.

Bila terjadi fraktur stres atlet harus:

 Istirahatkan area cedera antara 2 sampai 8 minggu, baru kemudian pulih atau

tidaknya diperiksa di x–ray jika sudah tidak merasa sakit.

 Menjaga proses pengkondisian di kolam renang atau bersepeda.

11
 Kembali melakukan aktifitas sehari-hari jika itu sudah tidak menimbulkan

rasa sakit

12

Anda mungkin juga menyukai