Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENERAPAN METODE REWARD AND PUNISHMENT

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS


DI SMA ANGKASA ADISUTJIPTO
Amelia Putri Adistya¹, Siti Perdi Rahayu²
12
Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakara
¹email: ameliaputri.2020@student.uny.ac.id
²email: siti_perdirahayu@uny.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
proses pembelajaran bahasa Prancis melalui penerapan metode reward and
punishment pada siswa. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan metode observasi, angket dan dokumentasi. Lokasi penelitian dilaksanakan
di SMA Angkasa Adisutjipto dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 11 IPS
yang berjumlah 36 orang. Data diperoleh melalui teknik observasi, tes dan
dokumentasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan metode
reward and punishment, siswa menerima secara antusias dan hasil yang diperoleh
penerapan metode ini dapat meningkatkan giat dan semangat belajar siswa dalam
belajar bahasa Prancis di kelas apabila penerapannya dilakukan dengan tepat dan
sesuai.
Kata kunci : Reward and punishment, morivasi belajar siswa

ABSTRACT
The aim of this research is to determine the effect of applying the French
language learning process method through the application of the reward and
punishment method to students. Researchers used a qualitative descriptive approach
with observation, questionnaire and documentation methods. The research location
was carried out at Angkasa Adisutjipto High School and research subjects are 36
students from 11th grade social major. Data was obtained through observation, test
and documentation techniques. The conclusion in this research is that by applying
the reward and punishment method, students receive it enthusiastically and the
results obtained by applying this method can increase students' enthusiasm and
enthusiasm for learning French in class if the application is carried out appropriately
and appropriately.
Keywords: Reward and punishment, student learning motivation
PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan seseorang, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun negara, tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang
merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Kunci untuk menilai
kemajuan suatu negara adalah tingkat keberhasilan pendidikannya. Jhon Dewey
(2003: 69) mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam
dan sesama manusia. Jika upaya untuk mencapai keberhasilan akademik dilakukan,
maka mutu pendidikan suatu negara dapat meningkat. Pengembangan potensi
sumber daya manusia dapat dikembangkan dari upaya sadar di bidang pendidikan
yang serta dapat meningkatkan kebudayaan.
Membentuk warga negara yang baik dan berakhlak mulia sesuai dengan
gagasan dan nilai-nilai kemasyarakatan merupakan salah satu tujuan pendidikan,
Pendidikam juga memiliki tujuan untuk mencerdaskan seluruh bangsa. Pendidikan
berpotensi mendukung seseorang dalam menggapai cita-cita yang diinginkan.
Seseorang dipandang baik, memperoleh kecerdasan, memiliki profesi yang sukses,
dan memperoleh keterampilan yang dapat menjadikan dirinya berharga dalam
masyarakat, misalnya menjadi guru, melalui pendidikan.
Proses pembelajaran yang dikelola guru merupakan suatu kegiatan yang
bernilai edukatif. Selama proses pembelajaran itu berlangsung nilai edukatif akan
selalu mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, interaksi edukatif itu
terjadi karena proses pembelajaran dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum proses pembelajaran itu berlangsung.
Dalam suatu lembaga pendidikan khususnya sekolah, agar tercapai tujuan harus ada
kerja sama yang baik antar anggotanya. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar,
antara siswa dan guru haruslah bekerja sama supaya tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan hasilnya memuaskan.
Guru bertanggung jawab mengelola proses pembelajaran, yaitu suatu
kegiatan yang mempunyai nilai edukatif. Selama pembelajaran berlangsung,
interaksi antara guru dan siswa akan diwarnai oleh nilai pendidikan. Tujuan
interakksi dalam pendidikan adalah terlaksananya proses pembelajaran secara
terarah dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum proses
pembelajaran dimulai.
Agar suatu lembaga pendidikan khususnya sekolah dapat berhasil, maka para
anggotanya harus bekerja sama dengan baik. Siswa dan guru harus berkolaborasi
dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dan memberikan hasil yang memuaskan.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman
yang benar mengenai belajar itu sendiri dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.
Menurut Baharuddin dan Esa (2009: 11) merupakan proses manusia untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai
sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Setiap level dan jenjang pendidikan
memerlukan unsur mendasar dalam pembelajaran, yaitu kegiatan proses. Artinya,
pengalaman belajar anak, baik di sekolah, di rumah, atau di lingkungan keluarganya,
sangat menentukan berhasil tidaknya ia mencapai tujuan pendidikan. Guru
khususnya perlu memiliki pemahaman menyeluruh tentang pembelajaran dalam
segala aspek, ekspresi, dan bentuknya. Hasil belajar siswa bisa jadi lebih rendah
kualitasnya jika mereka melakukan kesalahan atau mempunyai persepsi yang kurang
lengkap terhadap proses pembelajaran dan hal-hal terkait.
Guru memiliki peran yang penting dalam proses belajar di sekolah. Guru
memiliki peranan ganda dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan materi
pelajaran dan sebagai manager dalam pengelolaan kelas. Sehingga sebagai seorang
guru tidaklah hanya mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik, tetapi ia
harus mampu memotivasi siswanya, sebab motivasi ini merupakan salah satu faktor
yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar. Maka di
sinilah pentingnya penggunaan metode yang tepat dalam mengajar agar siswa bisa
mengikuti pembelajaran dengan senang dan antusias. Sehingga, tujuan dari
pembelajaran yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik. Guru memainkan
peran penting dalam cara siswa belajar di kelas. Menyampaikan bahan pelajaran dan
bertindak sebagai manager dalam pengelolaan kelas merupakan tanggung jawab
guru dalam proses pendidikan.
Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang
memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau
menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau
mengurangi ketidak seimbangan (Sinungan 2016:134). Motivasi merupakan salah
satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan siswa dalam proses
belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu memberikan inspirasi kepada
siswanya selain dapat menyampaikan materi pelajaran secara efektif. Oleh karena
itu, sangat penting untuk menerapkan strategi pengajaran yang tepat sehingga siswa
dapat terlibat dalam proses pembelajaran dengan gembira dan bersemangat.
Sehingga tujuan pembelajaran yang diantisipasi dapat berhasil tercapai.
Zakaria dan Arumsari (2018) menyatakan bahwa Metode reward and
punishment merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk memperkuat perilaku
dan karakter positif dan membuatnya menjadi karakter yang melekat kuat pada anak
dan menekan karakter negatif serta menghilangkannya dari diri anak. Jika reward
(hadiah) dan punishment (hukuman) diterapkan, siswa akan berupaya meningkatkan
hasil belajarnya dan akan menyukai pelajaran bahasa Prancis karena usahanya dalam
belajar dihargai oleh guru. Siswa juga akan merasa bahwa guru memperhatikan dan
menghargai kemampuannya dalam belajar, sehingga mereka berusaha agar tidak
diberikan hukuman oleh guru.
Penggunaan metode reward and punishment merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan motivasi maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran
bahasa Prancis Maka dari itu penulis berasumsi penelitian ini sangat penting untuk
diteliti dengan judul "Pengaruh Penerapan Metode Reward And Punishment
Terhadap Motivasi Siswa".
TINJAUAN PUSTAKA
1. Metode Reward and Punishment
a. Pengertian Reward
Menurut Mulyasa (2009:77) reward adalah respon terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku
tersebut. Sedangkan Ngalim Purwanto (2009:182) menjelaskan bahwa reward
(hadiah) adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang
karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.

b. Pengertian Punishment
Di dalam pendidikan, punishment (hukuman) bukanlah suatu metode yang
berbentuk siksaan yang menghambat kreativitas, melainkan suatu upaya
pendidikan untuk mengoreksi dan membimbing siswa ke arah yang benar.
Menurut Ernata (2017) Punishment merupakan alat pendidikan yang tidak
menyenangkan, bersifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi motivasi,
alat pendorong untuk mempergiat belajarnya peserta didik Hukuman yang
diberikan bukan untuk ajang balas dendam pada anak-anak, namun untuk
mengubah perilaku negatif mereka dan dapat memotivasi mereka untuk belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa punishment


(hukuman) merupakan penilaian terhadap pembelajaran siswa yang negatif,
sedangkan reward (hadiah) merupakan penilaian terhadap pembelajaran siswa
yang positif. Jadi, selain berfungsi sebagai metode pengajaran, reward (hadiah)
dan punishment (hukuman) juga berfungsi untuk memotivasi siswa untuk
belajar.

Adapun langkah-langkah Metode Reward and Punishment Menurut


Muliawan (2016) adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta
didik.
b. Guru memberikan penjelasan materi pembelajaran tersebut kepada peserta
didik.
c. Ditengah-tengah penjelasan materi, guru menyelipkan pertanyaan-
pertanyaan latihan soal dengan materi pembelajaran yang sedang diberikan.
d. Bagi peserta didik yang aktif menjawab dengan benar akan mendapatkan
hadiah berupa pujian lisan.
e. Bagi peserta didik yang membuat keributan di kelas atau malas belajar
diberi kesempatan menjawab soal ataupun membaca teks.

Selain itu penulis juga memberikan tambahan reward (hadiah) utama berupa
voucher makan bagi kelompok yang mendapatkan poin terbesar saat tes secara
berkelompok dilakukan.

2. Motivasi
Weiner (1990) mengemukakakn bahwa motivasi adalah kondisi internal
yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan
tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Motivasi
adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke
arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidak
seimbangan (Sinungan 2016:134).

Berdasarkan dari dua pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. David Williams (1995)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan
data yang didasarkan pada latar alamiah. Maka dari itu, hasil penelitianya pun ilmiah
dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif. Menurut Sukmadinata (2011, hlm. 72), penelitian dengan metode
deskriptif baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya.
Jenis penelitian lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan di tempat
yang akan peneliti lakukan penelitian guna mendapatkan data dan informasi yang
objektif/akurat sesuai dengan pembahasan ini. Lokasi yang dijadikan penelitian
dilaksanakan di SMA Angkasa Adisutjipto, yang berada di komplek TNI AU
Adisutjipto, Jl. Raya Janti, Karang Janbe, Banguntapan, Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta. Adapun yang dijadikan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI IPS yang
berjumlah 36 orang.
Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu:
a. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam observasi ini, peneliti
menggunakan observasi teknik observasi non partisipan terstruktur.
b. Angket
Sugiyono (2015: 199) mengemukakan bahwa kuersioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawabannya. Dalam penelitian
ini peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan kepada siswa kelas XI IPS
SMA Angkasa Adisutjipto untuk mendapatkan jawaban.
c. Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2007: 220) metode dokumentasi adalah
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen
baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data dokumentasi mengenai pengaruh pemberian reward and
punishment terhadap motivasi siswa XI IPS yang berupa foto.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan ini memuat temuan-temuan penelitian yang dilakukan di kelas
XI IPS SMA Angkasa Adisutjipto. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat bagaimana pemberian reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar bahasa Prancis. Berdasarkan
temuan pengaruh pemberian reward (hadiah) dan punishment mungkin mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa.

(Tabel 1.1)

Bukti penemuan di atas dapat dibuktikan dengan tabel hasil dari angket siswa
dari 36 responden yang memperkuat jawaban dari fokus penelitian yaitu pengaruh
pemberian reward (hadiah) dan punishment (hukuman) bagi motivasi siswa.
Sebanyak 30 siswa (83%) menjawab sangat setuju (SS) dan 6 siswa (17%)
menjawab setuju (S) bahwa dengan adanya pemberian reward (hadiah) mereka
merasa lebih terdorong saat belajar di kelas. Lalu, sebanyak 26 siswa (72%) memilih
jawaban sangat setuju (SS) dan sebanyak 10 orang (28%) menjawab setuju (S)
bahwa dengan adanya reward (hadiah) semangat belajar mereka di kelas meningkat.
Selanjutnya 28 orang (78%) menjawab sangat setuju (SS) dan 8 orang (22%)
menjawab setuju (S) bahwa dengan adanya reward (hadiah) mereka semakin ingin
berhasil dalam bahasa Prancis. Dipernyataan ke 5, 26 siswa (72%) menjawab sangat
tidak setuju (STS) yang berarti bahwa mereka sangat tidak keberatan jika diberi
punishment (hukuman) menjawab soal atau membaca teks, 7 siswa (19%) tidak
setuju (TS) dan 3 siswa (8%) menjawab netral. Yang terakhir terdapat pernyataan
dan 30 siswa (83%) menjawab sangat tidak setuju (STS), 6 siswa (17%) menjawab
tidak setuju (TS).
Hasil yang didapatkan dari angket siswa yakni sebanyak 77,4% siswa sangat
setuju bahwa dengan adanya metode reward and punishment mereka menjadi lebih
terdorong untuk belajar di kelas, lebih semangat dan giat belajar, dan menumbuhkan
rasa ingin berhasil dalam belajar. Mayoritas siswa menerima dan antusias dengan
adanya reward and punishment di kelas, tetapi mereka lebih senang mendapatkan
reward (hadiah) dari pada punishment (hukuman). Akan tetapi, siswa tetap
menerima punishment tersebut karena mereka sadar telah melakukan kesalahan
yang mengakibatkan mendapat punishment.
Keefektifan reward and punishment sebagai alat bantu pendidikan untuk
mendapatkan umpan balik dari siswa akan terasa jika penerapannya tepat. Terlalu
sering memberikan reward and punishment juga tidak dibenarkan, sebab hal itu akan
menjadikan kebiasaan yang kurang menguntungkan. Dikhawatirkan siswa disiplin,
giat belajar, dan mengerjakan tugas bila hasil kerjanya mendapatkan imbalan dari
guru. Tetapi bila tidak ada imbalan siswa menjadi malas belajar dan tidak disiplin.
Alangkah bijaksana jika guru dan orang tua tidak memberitahukan terlebih dahulu
kepada siswa sebelum ia menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Dengan kata lain reward bisa diberikan secara spontanitas kepada siswa yang
menunjukkan prestasi kerjanya. Dengan begitu maka siswa akan merasa bangga
karena hasil kerjanya dihargai baik itu berupa materi ataupun ungkapan. Hal itu juga
menjadi dorongan bagi siswa lain untuk turut berprestasi dalam belajar dan semua
kegiatan sekolah.Dengan kata lain, siswa yang menunjukkan prestasi kerjanya dapat
diberikan hadiah secara mendadak. Siswa akan merasa senang dengan hasilnya
karena karyanya, baik berupa materi maupun ekspresi, dihargai. Hal ini juga menjadi
motivasi bagi siswa dan orang lain untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan
sekolah dan pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil deskripsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
prakTiknya, guru menerapkan adanya reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
untuk mendukung dan memberikan stimulus pada pembelajaran siswa. Guru
memberi hadiah kepada siswa dengan memberikan hadiah atas tindakan positif yang
dilakukan siswa. Pemberian hadiah dimaksudkan untuk mendorong anak agar lebih
aktif dalam usahanya bekerja lebih keras dan meraih prestasi lebih. Guru
mendisiplinkan siswa apabila melanggar peraturan atau melakukan kesalahan.
Adapun hasil yang diperoleh dari pengambilan data yaitu: (1) reward (hadiah)
dan punishment (hukuman) diberikan ketika proses berlangsungnya pembelajaran di
kelas. (2) Sebanyak 77,4% siswa sangat setuju bahwa dengan adanya metode reward
and punishment mereka menjadi lebih terdorong untuk belajar di kelas, lebih
semangat belajar, dan menumbuhkan rasa ingin berhasil dalam belajar. (3) Siswa
menerima punishment (hukuman) karena mereka sadar telah melakukan kesalahan
yang mengakibatkan mendapat punishment (hukuman).
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka rekomendasi dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1) Sekolah diharapkan lebih kreatif dan imajinatif dengan
mengembangkan jenis insentif dan hukuman yang baru dan lebih menarik yang
dapat diperluas lebih lanjut dari waktu ke waktu untuk memberikan dampak yang
lebih baik. dampak nyata terhadap perkembangan siswa. 2) Bagi guru, pemberian
reward berupa pujian (verbal dan nonverbal), hadiah (voucher makan, alat tulis),
hukuman preventif (menakut-nakuti dengan kata-kata dan memberi larangan), dan
hukuman represif (tugas) diharapkan dapat memberikan dampak yang baik bagi
siswa. (4) Baik digunakan reward maupun punishment, siswa diharapkan tetap
menjaga kedisiplinan dan bekerja keras.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Allah S.W.T berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah Praktik Kependidikan (PK)
ini. Penulis juga sangat berterima kasih kepada Bapak Sandhi Eko Prabowo, B.Eng
selalu kepala sekolah karna telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat
melakukan praktik kependidikan (PK) di SMA Angkasa Adisutjipto, Madame Dra.
Siti Perdi Rahayu, M.Hum selaku dosen pembimbing lapangan penulis selama 3
bulan. Kepada Madame Indah Aprilia Sani, S.Pd. selaku guru pamong yang
membimbing kami di sekolah dan juga siswa-siswi kelas 11 IPS yang penulis
banggakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ernata, Yushvida. (2017). Analisis Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui


Pemberian Reward dan unishment di SDN Ngaringan 05 Kec.Gandusari
Kab.Blitar. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan , V, 781-790.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd/article/download/4828/4962
Haris, Nursyidah. (2021). Penerapan Metode Reward And Punishment Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Lima Di
Kabupaten Barru. Pinisi, Journal of Education, 132-143.
https://ojs.unm.ac.id/PJE/article/view/27125
Malik, Fadjar. (2005). Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai