Oleh :
Ginah
X AK 3
13
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
Sejarah Bulutangkis ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2. Sikap berdiri
a. Sikap berdiri pada saat melakukan servis ada dua, yaitu :
Servis forehand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis
tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter di belakang garis servis
pendek. Kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, sementara berat badan
bertumpu pada kaki belakang. Pada saat kok dipukul, berat badan pindahkan
ke depan.
Servis backhand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis
tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter di belakang garis pendek.
2. Perwasitan
Seringkali terjadi dalam suatu kejuaraan seorang atlet merasa dirugikan oleh petugas
lapangan, khususnya wasit yang memimpin pertandingan atau hakim garis sehingga
mengganggu konsentrasinya dan dianggap sebagai penyebab kekalahannya, atau
bahkan sang pemain mundur dari lapangan sebelum pertandingan berakhir. Fenomena
tersebut merupakan salah satu bukti bahwa petugas lapangan (wasit, hakim servis, dan
hakim garis) mempunyai peranan yang besar dalam kesuksesan suatu kejuaraan.
Untuk menghindari hal-hal di atas, seorang wasit harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya :
a. Menguasai peraturan permainan.
b. Berpenampilan meyakinkan dan mantap.
c. Berwibawa dan mempunyai harga diri.
d. Berpendirian netral dan tidak memihak kepada salah satu pemain serta
bertindak sebagai penengah.
e. Tidak terpengaruh oleh pemain atau penonton.
f. Bersuara lantang dan jelas untuk setiap kata-kata yang diucapkan.
g. Selalu cepat tanggap dan inisiatif dalam mengambil keputusan, terutama bila
terjadi kasus pada jalannya pertandingan yang sedang dipimpinnya.
h. Memiliki wawasan tentang bulutangkis yang luas.
i. Setiap saat dapat mengikuti perkembangan perbulu-tangkisan, terutama bila
terjadi perubahan peraturan.
j. Berusaha memelihara dan meningkatkan mutu perwasitan.
c. Qualifying Rounds
Bila ada pemain yang tidak masuk maindraw, maka committee tournament
mengadakan pertandingan pendahuluan sebagai babak kualifikasi, yaitu :
Melaksanakan sejumlah pertandingan yang diatur oleh committee.
Dianjurkan agar setiap delapan tempat tidak menempatkan lebih dari satu
pemain kualifikasi.
Apabila pemain dari maindraw menarik diri sebelum babak kualifikasi dimulai,
committee berhak mengisi lowongan tersebut dari peserta kualifikasi.
Dalam pembuatan bagan, jika terdapat bye maka ditempatkan sisipan pada first round dan
selalu dimulai dari pertengahan sebelah bawah, kemudian disusul pada bagian atas, kembali
ke bawah, dan seterusnya.
3.1. Kesimpulan
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang populer di Indonesia. Banyaknya lapangan
bulutangkis menggambarkan betapa populernya cabang olahraga di negara kita. Bulutangkis
meskipun dikenal sebagai permainan yang dilahirkan di Poona India, dipopulerkan di Inggris
setelah dia menjadi permainan orang kelas atas. Nama badminton sendiri diambil dari nama
wilayah tanah pertanian milik bangsawan Inggris, kemudian menjadi nama ajang
pertandingan.
Di Jakarta dibentuk suatu gerakan olahraga dengan nama GELORA (Gerakan Latihan
Olahraga Rakyat) sebagai induk bulutangkis yang dipimpin oleh Otto Iskandar Dinata. Pada
tanggal 5 Mei 1951 dibentuklah organisasi bulutangkis nasional dengan nama PBSI
(Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Tahun 1953 PBSI secara resmi menjadi calon
untuk menjadi anggota IBF, ini merupakan langkah awal masuk ke dunia internasional dalam
cabang olahraga bulutangkis.
3.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat mengharapkan segala saran-saran dan
kritikan bagi para pembaca yang terhormat, yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur
yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang penyusun laksanakan.