Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP

PENINGKATAN INDIAN DRIBBLING DALAM PEMBELAJARAN


PERMAINAN HOKI DI SMA NEGERI 7 KOTA BANDUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Seminar Proposal pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

Angga Dwi Gustian kurnia

1600487

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

MUHAMAD SUMA WIJAYA

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP


PENINGKATAN INDIAN DRIBBLING DALAM PEMBELAJARAN
PERMAINAN HOKI DI SMA NEGERI 7 KOTA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Dosen Pembimbing Akademik

Drs. Sucipto, M.Kes.


NIP. 196208081987031002

Mengetahui
Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes., AIFO


NIP. 196207181988031004
“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF
TERHADAP PENINGKATAN DRIBBLE INDIAN DALAM PERMAINAN
HOKI DI SMA NEGERI 7 KOTA BANDUNG”

A. PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu
genereasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 dalam buku Landasan Pendidikan
UPI (2014), pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap sportif dan kecerdasan emosi.
Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett,
mengatakan bahwa:
Pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan
keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan
kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri
serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung
dengan mental, emosi dan sosial.
Didalam sekolah terdapat proses pembelajaran yang berlangsung di
berbagai lingkungan/lembaga yang bersifat informal, formal, dan nonformal.
1. Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang berlangsung atau
terselenggara secara wajar (alamiah) di dalam lingkungan hidup
sehari-hari.
2. Pendidikan Formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi (pasal 1 ayat 11 UU RI No. 20 Tahun 2003).
3. Pendidikan Nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
(pasal 1 ayat (12) UU RI No. 20 Tahun 2003).

Kegiatan ekstrakurikuler atau ekskul adalah kegiatan tambahan yang


dilakukan di luar jam pelajaran yang dilakukan baik di sekolah atau di luar
sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan,
keterampilan dan wawasan serta membantu membentuk karakter peserta didik
sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 060/U/1993 dan Nomor 080/U/1993:
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar
jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan sekolah, dan dirancang secara khusus agar
sesuai dengan faktor minat dan bakat siswa.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, kegiatan
ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik
di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan
memperluas diri yang betujuan senbagai berikut:
1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang
meliputi bakat, minat, dan kreativitas.
2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan
sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan
pendidikan.
3. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan
sesuai bakat dan minat.
4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak
mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).

Olahraga hoki merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki


beberapa keterampilan teknik yang harus dikuasai diantaranya keterampilan
push (mendorong bola), hit (memukul bola), stop (menahan bola), dribble
(menggiring bola), flick (mencungkil bola), jab (menjangkau bola), tackle
(merampas bola), dan scoop (mengangkat bola) yang merupakan keterampilan
dasar dalam olahraga hoki. Tujuan permainan hoki adalah memasukan bola ke
gawang lawan sebanyak – banyaknya melalui penggunaan teknik dan
penerapan strategi serta menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan bola
oleh lawan. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antar pemain, unit dan tim.
Dalam permainan hoki terdapat 2 jenis dribble yaitu: Dribble lurus dan
dribble indian. Drible lulus yaitu bola didorong ke depan dengan stick tetap
menmpel pada bola atau dapat juga dengan cara diketuk (short tap) berturut-
turut. Sedangkan dribble indian yaitu Bola didorong serong ke kiri depan
dengan menggunakan pegangan forehand, kemudian segera didorong serong ke
kanan depan engan menggunakan backhand. Jadi jalan bola selalu zig-zag.
Permasalahan yang ada di ekstrakulikuler hoki sekolah tersebut adalah
kurangnya dari siswa dalam pengusaan materi dribble indian. Karena pada
dasarnya dribble merupakan sebuah gerakan menguasai bola dengan cara
berpindah atau berpindah tempat, baik dengan cara berlari maupun dengan
berjalan dimana seorang siswa menggiring bola kearah gawang lawan lalu
menciptakan goal. Selain itu dribble yang cocok digunakan dalam bermain hoki
yaitu dribble indian, kenapa dribble indian? Karena dribble indian sangat
efektif dalam usaha melewati lawan dengan pergerakannya yang cepat sehingga
susah di rebut oleh lawan.
2) Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan
masalah dalam pernyataan penelitian yaitu Apakah terdapat pengaruh model
cooperative learning terhadap peningkatan indian dribbling dalam pembelajaran
permainan hoki di SMA Negeri 7 kota Bandung?
3) Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama siswa dengan model cooperative learning dalam
pembelajaran permainan hoki. Untuk mengetahui pengaruh model cooperative
learning terhadap peningkatan indian dribbling dalam pembelajaran permainan
hoki di SMA Negeri 7 Bandung.
4) Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan mempunyai manfaat, berkaitan
dengan permasalahan dan tujuan penelitian diatas, manfaat penelitian antara lain :

1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya
dari teori-teori penjasorkes.
b) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lain yang
lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis
a) Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
pembelajaran hoki di sekolah.
b) Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan, serta
meningkatkan keterampilan indian dribbling siswa dalam bermain hoki.
c) Guru Penjas dan pelatih dapat mengembangkan program
ekstrakurikuler di sekolah dan dapat mengetahui keterampilan indian
dribbling siswa yang mengikuti ekstrakurikuler hoki di SMA Negeri 7
Bandung.
B. KAJIAN TEORITIS
1) Pembelajaran
Berbicara tentang belajar, maka tidak lepas dari proses pembelajaran.
Dalam hal ini Hamalik (1995: 57) menjelaskan, “Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran.” Lebih lanjut lagi Hamalik (1995: 58) mengemukakan sebagai
berikut,
1. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik/siswa
2. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah
3. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
4. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik
5. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat perbedaan pemahaman
tetang belajar dan pembelajaran. Belajar diartikan sebagai usaha yang
dilakukan seorang individu dalam memperoleh perubahan perilaku, sedangkan
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan orang lain terhadap seorang
individu dengan memberikan informasi dan pengetahuan.

2) Model Cooperative Learning


Cooperative learning adalah pembelajaran yang sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh umtuk menghindari ketersinggungan
dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas
Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan “cooperative learning adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang
silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di
dalam masyarakat nyata”
Menurut Thompson, et al. (1995), cooperative learning dapat menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau
6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada cooperative learning diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan
yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin,
1995).
Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi. Para siswa harus berpandangan bahwa
mereka semua memiliki tujuan yang sama. Para siswa membagi tugas dan
berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok. Para siswa diberikan
satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi
kelompok. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar. Setiap siswa akan diminta
mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok cooperative.
Cooperative learning adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,2010: 37). Anita Lie
(2007: 29) mengungkapkan bahwa “model pembelajaran cooperative learning
tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok”. Ada lima unsur dasar
pembelajaran cooperative learning yang 10 membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model cooperative learning
dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Menurut (Arif Rohman, 2009: 186) mengemukakan bahwa
“Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model
pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar
individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok”.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono
(2009) memaparkan sintak model cooperative learning terdiri dari enam fase
sebagai berikut:

Tabel 1. Fase-fase Dalam cooperative learning

Fase Kegiatan Guru


Fase 1 : Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
(Menyiapkan tujuan mempersiapkan siswa siap bertempur
dan mempersiapkan siswa)
Fase 2 : Present information Mempresentasikan informasi kepada
(Menyajikan Informasi) siswa secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning Memberikan penjelasan kepada siswa
teams tentang tata cara pembentukan tim belajar
(Mengorganisir siswa ke dalam dan membantu kelompok melakukan
tim-tim belajar) transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and studeny Membantu tim-tim belajar selama siswa
(Membantu kerja tim dan belajar) mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials Menguji pengetahuan siswa mengenai
(Mengevaluasi) berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
(Memberikan pegakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan) kelompok

a. Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud cooperative learning. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa
harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

b. Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.

c. Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di
dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk
mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting
jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas
kelompok kepada individu lainnya.

d. Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.

e. Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f. Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada
siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui
usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur
reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling
bersaing.

3) Ekstrakulikuler
Menurut Lutan (1986:72), ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari
proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan,
bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan
intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi
anak didik mencapai taraf maksimum.
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan kemampuan
potensi dan rasa tanggung jawab memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memperluas pengalaman sosial dalam kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas. Menurut Aqip dan Sujak (2011:68), terdapat empat
fungsi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan, yaitu: pengembangan,
sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
1. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik
melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian
kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan
kepemimpinan.
2. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman
sosial, praktik keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan
nilai sosial.
3. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
dalam suasana rilek, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga
menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan
ekstrakulikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer
sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.
4. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia nomor 62 tahun 2014 Pasal 1 dan pasal 2 menyatakan yaitu:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan
oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan
kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA),
dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
Sedangkan Pasal 2 yaitu Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

4) Pengertian Permainan Hoki


Hoki merupakan olahraga yang mulai digemari oleh setiap kalangan
masyarakat di Indonesia, terbukti dengan mulai banyaknya kejuaraan-kejuaraan
yang di gelar setiap tingkatan dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
baik melalui lembaga yang formal maupun hanya sekedar untuk menghilangkan
penat atau bersenang-senang (fun game).
Olahraga hoki yang terdapat di sekolah merupakan olahraga yang mengacu
kepada system pendidikan, penambahan jam pelajaran di luar KBM atau biasa
disebut dengan ekstrakurikuler yang secara tidak langsung memberikan suatu
hiburan di luar waktu KBM yang tanpa mereka sadari. Dengan bermain,
bersenang-senang dan tanpa aturan yang kaku siswa dapat mengikuti olahraga
hoki dengan suka hati. Oleh karena itu hoki dapat pula bertujuan sebagai olahraga
rekreasi. Namun tidak dapat dipungkiri siswa yang mengikuti olahraga hoki di
sekolah dengan sungguh-sungguh dan antusias secara tingkat kemahirannya
sudah baik, siswa tersebut dapat diarahkan kepada jalur prestasi. Jenis permainan
hoki ini jika kita lihat jenis dan karakter permainannya hampir menyerupai sepak
bola.
Clarcke (dalam Tamara, 2015) mengemukakan hoki adalah sebagai
berikut:
“Hockey is skill full game requiring the ability to mastera bail with a stick.
Physical strength partyculary in the forearms and writs play apart: speed
movement over distance, fitness and stamina are contributory factors to
success”. Yang artinya sebagai berikut :
“Hoki adalah olahraga yang memerlukan keterampilan penuh dalam
mengelola bola dengan stik. Fisik yang kuat, terutama pada kedua lengan
dan pergelangan tangan dan bagian lainnya seperti, kecepatan berpindah
dalam jarak pendek, kebugaran dan stamina yang menentukan salah faktor
keberhasilan”. (hlm. 19)

Permainan hoki adalah permainan yang dilakukan tidak hanya dengan


kecepatan dan kelincahan serta juga membutuhkan daya tahan yang besar.
Menurut Carsiwan, dkk (2014) permainan hoki ini terbagi ke dalam beberapa
jenis yang diantaranya:
a) Hoki lapangan (field hockey) biasanya menggunakan lapangan rumput
atau sintetis (karpet).
b) Hoki (indoor hockey)biasanya menggunakan lapangan di dalam
ruangan seperti layaknya futsal tapi lapang terdapat lapang balok
panjanbg.
c) Hoki es (ice hockey) yang arena bermainnya menggunakan lapangan es
dan berada di kawasan Amerika. (hlm. 1)

Hoki adalah permainan beregu yang terdiri atas 11 orang pemain untuk
hoki lapangan (field hockey). 10 orang pemain dan 1 orang penjaga gawang. Dan
5 orang pemain untuk hoki ruangan (indoor hockey). 4 orang pemain dan 1 orang
penjaga gawang. Hoki adalah olahraga yang menggunakan alat berupa stik
(tongkat pemukul) dan bola untuk pemain serta leguard untuk penjaga gawang
yang terdiri atas helmet, pelindung dada, pelindung tangan kanan dan kiri, stik
dan pelindung kaki dari ujung kaki (sepatu) hingga pelindung yang menutupi
tungkai.
Teknik permainan hoki ini meliputi push (mendorong bola), hit (memukul
bola), dribble (menggiring bola), flick (mencungkil bola), jep (menjangkau bola),
tackle (merampas bola), dan scoop (mengangkat bola) ke arah gawang lawan
dengan tujuan agar tim dapat mencetak gol. Bola dinyatakan masuk apabila
pemain penyerang dan menembakan bola di dalam lingkaran serang atau
lingkaran gawang.
Permainan yang jujur dan sportif merupakan salah satu moto dalam setiap
cabang olahraga, begitu pula dengan permainan hoki. Mungkin dalam setiap
pertandingan bermain secara jujur selalu diutamakan, merasa bangga dengan
kemenangan maupun menerima kekalahan dengan lapang dan mau mengakui
kehebatan lawan. Tentunya jika kita bermain secara sportif sudah pasti disiplin
dalam mengikuti permainan ini juga sangat diutamakan, terutama dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing pemain dalam melindungi gawang mereka
dan menjaga daerah bertahan mereka masing-masing.
Hoki merupakan permainan dengan karakteristik yang cukup unik yaitu
dengan memainkan bola kecil dengan penampang stik yang kecil sehingga bisa
dijadikan salah satu olahraga rekreatif. Dalam Powell (dalam Andriani, 2013,
hlm. 24) mengemukakan bahwa, “permainan hoki adalah sebuah permainan tim
yang menyenangkan, cepat dan membutuhkan keterampilan”.
Selain itu, Supriyatna (dalam Andriani, 2013, hlm. 24) mengemukakan
bahwa, “Hoki dimainkan pada sebuah lapangan datar di atas rumput atau di atas
karpet sintetis (astrotuff).” Bentuk lapangan hoki adalah persegi panjang dengan
ukuran panjang 91 meter lebar 51 meter. Di depan kedua gawang terdapat garis
tengah lingkaran dengan ukuran jari-jari 15 meter (D) line disebut juga lingkaran
tembak sebagai syarat mutlak disyahkannya sebuah goal terhadap lawan jika bola
dipukul dari D line. Bola yang digunakan pun relatif kecil, mempunyai ukuran
berat antara 5,50 ozs sampai dengan 5,75 ozs dengan lingkaran antara 15 sampai
16 inci, berwarna putih. Permainan menggunakan alat stik hoki. Oleh karena itu
seorang pemain harus mutlak dapat menggunakan stik untuk menguasai bola.
Teknik harus dikuasai oleh seorang pemain sebagai modal untuk dapat
bermain dengan baik dan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Banyak
sekali keterampilan yang perlu dikuasai untuk keberhasilan sebuah tim,
misalnya: umpan-umpan pendek, menggiring bola, menembak dan merebut bola
yang perlu dikuasai sehingga alur permainan akan secara mudah dikuasai dan
mudah dijalankan.
Istilah keterampilan memiliki beberapa pengertian, menurut Lutan (1988,
hlm. 94) adalah sebagai berikut: “Keterampilan dipandang sebagai suatu
perbuatan yang merupakan sebuah indikator dari tingkat kemahiran, juga dapat
dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan
tugas”.
Lebih lanjut mengemukakan “seseorang dapat dikatakan terampil atau
mahir ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu dalam kualitas
yang tinggi (cepat atau cermat) dengan tingkatan keajegan cukup tinggi” (Lutan,
1988, hlm. 96). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu gerakan
dengan mahir menggunakan teknik tingkat tinggi dan dengan hasil yang
maksimal.
Ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai dalam permainan hoki,
diantaranya adalah stop ball (menghentikan bola), dribble, passing.
Keterampilan ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Tabrani (1993, hlm. 4)
bahwa ada beberapa istilah dan keterampilan dalam permainan hoki yaitu: “(a)
memainkan bola – playing the ball, (b) stroke – menggerakan bola dengan stik,
(c) pukulan – hit, (d) push, (e) flick, (f) scoop, (g) tembakan ke gawang – shot at
goal, (h) pash back dan (i) jarak permainan”.
Seperti halnya yang diutarakan Supriyatna (2008, hlm.16), beberapa
keterampilan dalam permainan hoki adalah: “1. Push and stop, 2. Dribbling, 3.
Tackling, 4. The jab, 5. the flick, 6. The scoop”.
Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan dalam olahraga
permaiana, yaitu suatu kemenangan. Maka bukan hanya terampil dan mahir saja
yang dipelajari, tetapi keterampilan dasar lainnya seperti push, dribble, hit, yang
disampaikan melalui situasi permainan yang sebenarnya.

5) Indian Dribbling
Indian dribbling /Dribble Buka Tutup – Doronglah bola serong ke arah kiri
depan dan dalam hal ini, gunakan pegangan forehand untuk stick. Setelah itu
dorong serong ke kanan depan memakai backhand sehingga pergerakan bola yang
digiring selalu dalam arah zig-zag.
Indian dribbling merupakan dasar dari taktik ketika bergerak dengan bola
dan pemain yang menguasainya memiliki hasil dan kenikmatan yang lebih baik
dalam bermain. Pemain dengan penggunaan stik yang sangat baik dapat
menampilkan dribble sambil mempertahankan bola di samping tubuh. Kemampuan
melakukan hal itu pada sisi lain dan mampu untuk menggerakkan bola dari sisi
yang satu ke sisi yang lain merupakan hasil dari seorang pemain yang sangat bagus.
Kombinasi 24 dengan perubahan langkah, pembelokan badan dan taktik stik
dengan penggabungan indian dribble akan menyusahkan lawan. Seorang pemain
yang sangat baik akan memiliki kemampuan menggiring yang lengkap dalam
memenuhi kebutuhan di lapangan. Berikut adalah teknik yang perlu diperhatikan
dalam menggiring bola antara lain: 1) Menggiring harus dengan muka menghadap
ke depan dan dengan stik yang dasar atau sisi yang diperbolehkan. 2) Bola dijaga
lurus pada pundak sebelah kanan. 3) Tangan kiri menggenggam stik yang sangat
dekat dengan ujung stick, sedangkan tangan kanan lebih rendah pada stick. 4) Ingat,
lebih rendah tangan kanan pada stick akan lebih kuat dalam kontol bola, tetapi
semakin bungkuk atau lengkung mengurangi kemampuan pemain untuk
menghadap ke depan. 5) Keseimbangan gerak kaki adalah penting untuk bergerak
ke depan dan membaca permainan.

C. Metodelogi penelitian
1) Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah tertuang dalam rumusan masalah, yaitu
tentang implementasi model cooperative learning terhadap peningkatan indian
dribbling dalam pembelajaran permainan hoki, maka metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode pre eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap kondisi yang lain terhadap kondisi yang terkendali
(Sugiyono, 2013:107), sedangkan Arikunto (2007:207) menjelaskan sebagai
berikut “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subjek
selidik”.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian eksperimen adalah salah satu metode yang dimaksudkan untuk mencari
pengaruh perlakuan atau akibat dari suatu yang dikenakan kepada objek penelitian.
Dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang implementasi model cooperative
learning terhadap peningkatan indian dribbling dalam pembelajaran permainan
hoki. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan sampel menggunakan
sampling jenuh yaitu menjadikan semua populasi sebagai sampel penelitian,
terpilihlah satu kelompok eksperimen. Kelompok ini kemudian diinstruksikan
untuk melakukan permainan hoki (pretest) untuk melihat bagaimana keterampilan
indian dribbling siswa sebelum diberi perlakuan. Lalu kelompok ini akan
melakukan permainan hoki kembali (posttest) untuk melihat keterampilan indian
dribbling yang telah diberi perlakuan (treatment).

2) Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) buah variabel, yakni : (a) variabel bebas
yang dilambangkan dengan X, dan (b) variabel terikat yang dilambangkan dengan
Y. Adapun jenis variabel bebas terdiri dari 1 (satu) jenis variabel, yakni : (1) Model
cooperative learning dilambangkan dengan (X), sedangkan variabel terikatnya
terdiri dari 1 (satu) variabel, yakni : Peningkatan indian dribbling Siswa di SMA
Negeri 7 Bandung (Y).
Hubungan antar variabel dapat dijelaskan sebagaimana ilustrasi berikut ini :

Z1

X Y Z2

Z3

Keterangan :
X : Variabel bebas Model cooperative learning.
Y: Peningkatan indian dribbling Siswa di SMA Negeri 7 Bandung
Z1 : Siswa frekuensi latihan 1 kali seminggu
Z2 : Siswa frekuensi latihan 2 kali seminggu
Z3 : Siswa frekuensi latihan 3 kali seminggu
3) Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan bagian yang penting kebenarannya. Menurut
Sugiyono (2013:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi dari obyek dari benda-benda yang lain. Dalam
penelitian ini yang diambil adalah seluruh siswa-siswi yang mengikuti
ekstrakurikuler hoki di SMA Negeri 7 Bandung.
b. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang hendak di teliti, menurut
Sugiyono (2013:118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar seringkali penelitian yang
akan dilakukan terbatas dengan berbagai macam keterbatasan mulai dari
keterbatasan dana, waktu, tenaga, dan lain-lain maka peneliti bisa menggunakan
sampel sebagai alternatif penelitian yang diambil dari populasi.
Untuk menentukan kelompok yang akan dijadikan kelompok eksperimen,
kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini adalah :
1. Siswa yang aktif mengikuti KBM di sekolah maupun anggota
ekstrakurikuler hoki.
2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3. Keterampilan siswa disamaratakan.

Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik


sampling jenuh. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
tingkat kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Afani, Ahmad. 2017. Pengaruh model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan kerjasama dan keterampilan push siswa terhadap
permainan hoki. Fakultas pendidikan olahraga dan kesehatan.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Anonym. Tanpa Tahun. Teknik dasar olahraga hoki lapangan [online]
diakses https://aturanpermainan.blogspot.com/2016/08/teknik-
dasar-olahraga-hoki-lapangan.html pada pada 14 juli 2019.

Anonym. Tanpa Tahun. Pengertian Pendidikan: Definisi, Tujuan,


Fungsi, dan Jenis Pendidikan. [online] diakses pada
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
pendidikan.html pada 17 juli 2019.
Mancini, Victor H,dkk. 1987. Short-and Long-Term Effects of
Supervisory Feedback on the Interaction Patterns of an
Intercollegiate Field Hockey Coach. Journal of Teaching in
Physical Education 6.4.
Dadang. Tanpa Tahun. Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 Tentang
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah. [online] diakses pada:
https://www.dadangjsn.com/2018/09/permendikbud-nomor-62-
tahun-2014.html pada 11 juli 2019
Haryati. 2013. Melalui modifikasi alat pembelajaran dapat
meningkatkan gerak dasar menangkap bola mendatar dalam
bola tangan kelas v sdn 1 sepangjaya kec. kedaton tahun
pelajaran 2012/2013. [skripsi] Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan. Universitas Lampung. Bandar lampung.
Kesuma, Dharma, dkk. 2014. Landasan Pendidikan. Bandung: Sub
Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Departemen
Pedagogik FIP UPI.
Riadi, Muchlisin. 2019. Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Jenis-jenis
Ekstrakurikuler. [online] diakses pada:
https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-fungsi-
tujuan-dan-jenis-ekstrakurikuler.html pada 11 juli 2019
Sandrawaty, M. 2016. Pengaruh pembelajaran permainan hoki terhadap
kebugaran jasmani dan kepercayaan diri siswa di sma negeri 26
garut. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan, 1(2), 59-63.
Septian, RD. 2016. Perbandingan pengaruh kegiatan ekstrakulikuler
olahraga terhadap tingkat konsentrasi belajar siswa. [skripsi].
Fakultas pendidikan olahraga dan kesehatan. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suwardi, A. Asmi. 2011. Sumbangan kelentukan pergelangan tangan


koordinasi mata tangan dan kelincahan terhadap kemampuan
menggiring bola pada olahraga hockey. [skripsi] Fakultas ilmu
keolahragaa. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Tarigan, F. Beltasar. 2012. Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan
Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analisis
Kritis). Bandung : Eidos
Valentino, R. F., & Akbar, I. H. 2018. pengaruh latihan menggunakan
media audio visual terhadap keterampilan teknik push pada
cabang olahraga hoki. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 10(1).

Anda mungkin juga menyukai