Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET

ILMU SOSIAL BUDAYA

Dosen Pengampu:Drs.Trisni Andayani,M.Si.

Kelompok 4:

Tiorugun Sinaga1(6183111044)

Juan Felix Barus (61831110)

M.Rizki Febrisyah Rangkuti (61831110)

M.Fauzi (61831110)

Andre I. Silaen (61831110)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVESITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa, karena telah memberikan
rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya , sehingga mampu menyelesaikan tugas
ini yang berjudul “Peramainan Tradisonal ” Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu
mata kuliah yaitu “ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR”.
Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan menambah
wawasan kita semua khususnya dalam mempelajari ilmu sosial budaya dasar. Saya
menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman
saya yang belum seberapa. Karena itu saya menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas rutin
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi kelompok kami khususnya, Atas
perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Medan, 9November 2020

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang..................................................................................
B. Rumusan masalah.............................................................................
C. Manfaat ...............................................................................................
D. Metodologi.........................................................................................

BAB PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Sejarah Engrang......................................................
B. Cara Membuat Engrang.....................................................................
C. Cara Memainkan...............................................................................
D. Persiapan dalam Pertandingan
E. Nilai Budaya....................................................................................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………......................
B. Saran…………………………………………………….........

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permainan tradisional merupakan sebuah aktifitas yang di lakukan oleh sejumlah anak
untuk mencari dan mendapatkan kesenangan yang dapat mengasah kreatifitas, membentuk
kepribadian anak, dan mengatur emosional anak. Permainan tradisional juga merupakan
permainan yang mengandung nilai budaya yang harus terus di lestarikan dan di banggakan
oleh masyarakat namun pada saat ini permainan tradisional bukanlah pilihan utama bagi anak
anak, dengan banyaknya pilihan permainan serta hiburan yang terus bertambah dan
berkembang permainan tradisional semakin di tinggalkan, terlebih dorongan orang tua yang
lebih mendukung jika anak bermain dengan permainan yang di anggapnya aman dan instan,
mengawasi dan mengajarkan anak menjadi sedikit terhambat dengan adanya kesibukan lain
yang dimiliki oleh orang tua, oleh karna itu mereka memberikan mainan yang lebih instan
dan aman, banyak dari para orang tua yang beranggapan bahwa permainan tradisional cukup
merepotkan dan rumit untuk di ajarkan di tambah dengan lingkungan dan bahan yang sulit di
temukan semakin mengurungkan minat orang tua untuk mengajarkan permainan tradisional
pada anak, Penelitian yang dilakukan pada 2.000 orang tua menunjukkan bahwa ratarata
orang tua menghabiskan waktu 10 jam lebih 26 menit di luar rumah untuk bermain ketika
masih kecil. Namun anak-anak mereka sekarang hanya menghabiskan waktu empat jam lebih
32 menit di luar rumah. Dan itupun di habiskan dengan bermain ke mall ataupun sekolah
adapula anak yang gemar bermain diluar rumah mereka cenderung bermain permainan yang
lebih modern seperti speda ataupun kegiatan olahraga, orangtua menjadi faktor penting dalam
proses pengenalan permainan tradisional terhadap anak namun denhgan adanya beragam
kegiatan yang dimiliki orang tua pada saat ini mereka lebih mengenalkan permainan yang
lebih modern karna di anggap tidak merepotkan. Egrang, kolom batok dan bebeletokan
adalah beberapa dari permainan tradisional yang sangat menyenangkan dan umum di
mainkan pada masanya, bahan bahan yang di gunakan untuk membuatnyapun tidak sulit di
temukan namun dengan berkembangnya ekonomi masyarakat dan perluasan kota bahan yang
tadinya umum kita temukan menjadi cukup sulit, bambu, kelapa, kayu dan bahan bahan
lainnya menjadi cukup sulit di temukan terlebih di daerah perkotaan, di butuhkan bantuan
orang tua untuk mendapatkan bahan bahan tersebut. hal ini menjadi pengaruh pada tingkat
minat anak dan orang tua terhadap permainan tradisional yang menggunakan alat, permainan
modern di nilai lebih mudah digunakan karna instan dan mudah untuk di temukan, tidak
banyak anak saat ini yang mengetahui nilai dari proses pembuatan permainan tradisional di
tambah dengan hasil yang akan di dapat bisa menambah nilai keseruan pada permainan
tradisional tersebut.
Buku ini di harapkan dapat merubah citra permainan tradisional yang merepotkan
karna sulitnya menumkan bahan, sehingga dapat meningkatkan minat dan mempermudah
orang tua untuk mengajarkan permainan tradisional padan anak-anaknya,buku ini akan di
buat semenarik mungkin dengan ilustrasi yang dapat memberikan harapan pada anak atas
keseruan yang dimiliki oleh permainan tradisional agar menambah nilai permainan
tradisional sehingga di pertimbangkan oleh anak-anak, gambaran keseruan tersebut di dukung
oleh desain dan teks yang mendukung dengan selera anak saat ini, selain itu permainan
tradisional tersebut akan dibuat dengan inovatif dan kreatif dengan memberika pilihan bahan-
bahan alternatif seperti pralon, tali tambang, mangkuk dan lainnya untuk menanggapai
sulitnya menemukan bahan yang dulu biasa di gunakan, dengan adanya upaya untuk
mengangkat nilai permainan tradisional serta solusi tersebut di harapkan nilai permainan
tradisional akan meningkat dan memberikan motivasi untuk anak anak agar mencintai budaya
lokal serta mau memainkan permainan tradisional lagi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, penulis merumuskan beberapa
permasalahan yang akan penulis bahas dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan permainan tradisional ?


2. Apa saja jenis-jenis Permainan Tradisional, sejarah permaian, cara membuat alat
permainan, cara bermain, dan aturan permainan?
3. Apa saja nilai budaya yang terkandung pada permainan tersebut dalam lingkungan
masyarakat ?

C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
bagi teman-teman disekolah khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang Sejarah
permaianan tradisional, cara membuat alatnya, cara bermain serta memiliki nilai pribadi yang
didapat setelah memainkan permainan tersebut karena setiap permainan mengandung
berbagai unsur nilai budaya.

D. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif dengan
teknik pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber.

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertin permainan tradisional
Menurut KBBI, kata “tradisional” memiliki makna menurut tradisi atau adat. Dengan
pengertian tersebut dan disandingkan dengan kata permainan, maka permainan tradisional
adalah permainan yang erat kaitannya dengan tradisi masyarakat setempat dan sesuai dengan
adat di suatu tempat. Seringkali menjadi ide lomba permainan ini diadakan untun
memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus tiap tahunnya.

Lalu apa batasannya jika dibandingkan dengan permainan modern? Batasannya


adalah permainan tradisional biasanya memakai bahan dan barang-barang sederhana yang
banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari masyarakat. Misalkan kayu yang dibentuk, tongkat
kayu, batu bata, dan sejenisnya.

Sedangkan permainan modern biasanya dibuat dari bahan yang dibuat oleh pabrik
atau permainan yang erat kaitannya dengan kemajuan teknologi saat ini. Seperti halnya
mainan bricks, game di smartphone, dan sebagainya.
2. Manfaat Permainan Tradisional
Permainan tradisional bermanfaat untuk tumbuh kembang anak sebagai makhluk
sosial maupun pribadi. Permainan tradisional sangat bermanfaat untuk meningkatkan bergaul
dengan lingkungan, berbahasa serta berfikir anak. Permainan tradisional menurut Subagiyo
(dalam Mulyani, 2016: 49-52) meiliki manfaat bagi anak antara lain:

1. Pengembangan kecerdasan anak


2. Anak menjadi lebih kreatif
3. Mengembangkan kecerdasan logika anak
4. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
5. Bisa digunakan terapi terhadap anak

Manfaat permainan tradisional menurut Montolalu dalam Jawati (2013: 254) yaitu
untuk bermain memicu kreativitas dengan aman dan menyenangkan untuk memicu anak
menemukan pemikirannya, permainan tradisional juga dapat mencerdaskan otak anak dengan
membantu kognitif anak dan memberikan konstribusi pada kecerdasan berfikir atau
intelektual dengan berbagi pengalaman yang membuat cara berfikir anak menjadi kaya.
Permainan tradisional bermaanfaat menanggulangi konflik dengan seringnya muncul egois,
bersaing, meniru, agresif serta bertengkar untuk diterima di lingkungan. Menurut
Laksmitaningrum (2017: 9-10) permainan tradisional mempunyai beberapa manfaat bagi
pemainnya yaitu manfaat budipekerti, sosial dan disimplin.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional banyak


sekali manfaatnya, permainan tradisional memberikan dampat sangat baik dalam
mengembangkan sosial serta emosi anak. Selain itu manfaat permainan tradisional dapat
mempengaruhi aspek-aspek diri anak diantaranya yaitu seperti aspek kognitif, afektif dan
psikimotor. Banyak juga nilai positif yang dapat diambil dari bermain permainan tradisional
yang bermanfaat bagi anak.

A. Nilai yang Terkandung di Permainan Tradisional

Kehidupan sosial anak banyak mengalami perubahan dengan adanya permainan


modern yang sifatnya individualis menyebabkan anak menjadi kurang berinteraksi antar
sesama. Oleh karena itu anak akan menjalani kehidupan individualistis. Permainan tradisional
menawarkan nilai positif bagi anak khususnya di perkembangannya. Unsur-unsur nilai
budaya menurut Dharmamulya (2016: 8) yaitu nilai berteman, kepatuan, kepemimpinan,
kesenangan, melatih cakap, kebebasan, kebersamaan, dan demokrasi. Menurut Nugroho
(2005: 33-34) permainan tradisional memiliki nilai-nilai antara lain: nilai pendidikan, moral,
kesehatan, kepribadian, demokrasi, kejujuran, keberanian dan persatuan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang
dimiliki oleh permainan tradisional sangat positif untuk anak-anak. Nilai yang terkandung
juga sangat berguna bagi kehidupan anak. Permainan tradisional juga membantu dalam
bersosialisasi dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, sekolah dan keluarga.

Unsur-unsur permainan tradisional yang harus disepakati:

1.      Pemain
2.      Tempat dan Peralatan Permainan
3.      Aturan Permainan
4.      Jalannya Permainan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Egrang
A. Pengertian dan sejarah Egrang
Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari 2 batang bambu dengan
ukuran selengan orang dewasa, sedangkan untuk tumpuan bawah bambunya agak besar.
Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun di berbagai daerah di kenal dengan nama
yang berbeda beda. Saat ini juga sudah mulai sulit di temukan, baik di desa maupun di kota,
Permainan Egrang sendiri sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan permainan yang
membutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh.
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari
mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti:
sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak
(pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah
dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri
berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat
panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.Permainan Egrang
sendiri sangat unik karena sangat dibutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh bila
menaikinya, makanya tidak semua orang baik orang dewasa maupun anak anak bisa bermain
Egrang.
Bentuk Egrang disesuaikan dengan pemakainya sesuai dengan umur si pemakai, bila
yang bermain orang Dewasa maka pembuatanya pun panjang dan tinggi, sedangkan untuk
anak anak bentuk danukuranya pun pendek. Egrang terbuat dari batang bamboo dengan
panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang
rata dengan lebar kur ang lebih 20 cm.

B. Cara membuat Egrang

1. Siapkan 2 buah bambu, panjangnya 1-3 meter.


2. Potong kedua bambu tersebut menjadi 2 bagian.
3. Pada bagian pertama (untuk dijadikan pijakan), dipotong lagi sehingga   panjang
bambu tersebut menjadi 20-30 cm.
4. Pada salah satu ruas kedua bambu yang berukuran panjang dilubangi untuk
memasukkan bambu yang berukuran pendek sebagai pijakan, kemudian pasangkan
bambu yang pendek tersebut kedalam bambu panjang yang sudah dilubangi
sebelumnya.
5. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk
digunakan.

C. Cara memainkan Egrang

1. Menyiapkan Egrang
2. Menegakkan Egrang dan sedikit condong ke depan
3. Posisikan Egrang tidak sejajar. Salah satu kaki egrang harus di depan dan satunya di
belakang.
4. Mulai menginjakkan salah satu kaki pada pijakan Egrang diikuti kaki satunya.
5. Mulai berjalan di tempat dan jangan berhenti jika tidak yakin pada posisi seimbang.
6. Jika merasa akan terjatuh, jatuhkan kaki di antara Egrang.
7. Usahakan bermain di tempat yang luas.

D. Peraturan permainan

1.      Pemain
Permainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada umumnya
permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-13 tahun. Jumlah
pemainnya 2-6 orang.
2.      Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat
dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau
dijalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7--15 meter dan lebar
sekitar 3-4 meter. Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu)
yang relative lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Cara
membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bamboo dipotong menjadi dua bagian yang
panjangnya masing-masing sekitar 2½-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi bambu yang lain
menjadi dua bagian
dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki.
Selanjutnya, salah satu ruas bamboo yang berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan
bambu yang berukuran pendek. Setelah bamboo untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu
tersebut siap untuk digunakan.
3.      Aturan Permainan
Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan
pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki- kaki bambu.
Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-11 tahun
dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya
dilakukan oleh anak- anak yang berusia antara 11-13 tahun dengan menggunakan sistem
kompetisi.
4.      Jalannya Permainan
Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan
berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing- masing. Bagi anak-anak
yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat menaikinya dari tempat
yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila
telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera
memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, para pemain akan berlari menuju garis finish.
Pemain yang lebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya.
Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bamboo masing-masing pemain,
maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/
mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang
belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba- aba untuk segera memulai
permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu
yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya
dinyatakan sebagai pemenangnya.

E. Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan,
dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar
dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang
digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan
mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para
pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima
kekalahan dengan lapang dada. (gufron)

3.2 Pecah Piring


A. Pengertian Permainan Pecah Piring

Permainan pecah piring merupakan permainan tradisional dari suku karo yang berasal
dari kabupaten KARO di provinsi Sumatera Utara. Permainan tradisional ini mampu
menambah kelincahan gerak tubuh, daya tahan tubuh, kerjasama team, kontrol emosi,
kesehatan tubuh dan memacu daya fikir.

Permainan pecah piring salah satu jenis permainan sehari-hari orang karo, permainan ini
merupakan permainan yang sangat populer dikalangan orang karo, baik anak-anak atau
remaja. Permainan pecah piring ini biasanya di mainkan oleh kalangan anak-anak sebagai
aktivitas mereka setelah pulang dari sekolah yang dimainkan pada waktu sore hari.
Dikalangan orang karo permainan pecah piring dijadikan sebagai perlombaan rakyat bagi
anak-anak pada festival nasional seperti pada perayaan hari jadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, ini ditujukan untuk membangun semangat anak-anak dalam menjunjung tinggi
persaudaraan diantara perkampungan, uniknya tidak ada batasan umur untuk ikut serta dalam
permainan ini siapa yang mau dan berani boleh bermain.

Jika dianalisa dalam permainan pecah piring terdapat unsur-unsur kebugaran jasmani
seperti kecepatan, kelincahan, daya tahan, akurasi, kelincahan, keseimbangan, koordinasi,
kecepatan reaksi, juga keentukan, sementara alat yang digunakan dalam permainan pecah
piring sangat sederhana yaitu dengan menggunakan bola yang dibuat dari kertas dengan batu
kecil dibagian dalamnya, selain itu diperlukan batu-batu permukaannya datar agar bisa
disusun rapi.

B. Cara Membuat
 Bola kasti atau menggunakan kertas yang di buat menjadi bulat padat dan di ikat karet
 Pecahan keramik 12 buah

C. Cara Memainkan
Adapun pola maupun bentuk permainan pecah piring ini adalah;

a) Jumlah keseluruhan peserta harus genap agar dapat dibagi rata ke dalam dua
kelompok.
b) Dua orang pemimpin kelompok dipilih berdasarkan kemampuannya yang dianggap
hebat bermain pecah-pecah piring. Kedua pemimpin inilah yang akan memilih
anggota kelompoknya.
c) Sistematika permainannya adalah menyusun pecahan keramik menjadi 12 tingkatan
yang sudah di pecah menjadai kecil, dengan jumlah 12 pecahan keramaik.
d) Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kelompok mana yang akan bermain sebagai
penyerang dan yang diserang.
e) Kelompok yang di serang melemparkan bola hinggakeramik yang disusun tadi
menjadi berantakan. Dan tugasnya adalah kembali menyusun batu-batu seperti
sediakala dan menghindari tubuh terkena lemparan bola dari kelompok penyerang.
f) Kelompok penyerang bertugas untuk menjaga batu-batu agar tidak selesai disusun
kembali oleh kelompok yang di serang. Kelompok penyerang juga bertugas untuk
menyerang kelompok yang di serang dengan cara melemparkan bola sehingga
mengenai kelompok yang di serang.
g) Bila semua kelompok yang di serang terkena lemparan bola sebelum keseluruhan
batu-batu tersusun, maka permainan usai dan kelompok penyerang menjadi
pemenang. Sebaliknya bila semua batu tersusun oleh kelompok yang di serang maka
mereka yang menjadi pemenang.

D. Peraturan Permainan
Dalam setiap permainan selalu ada peraturan agar ketika permainan tersebut berlangsung
kedua tim bisa bermain dengan sportif, dalam permainan pecah piring peraturan bisa
ditentukan dengan mematuhi peraturan tetap dan tambahan.

1. Peraturan tetap
a) Tidak boleh memegang bola dengan tangan (bagi team/kelompok yang sedang
bermain).
b) Tidak diperbolehkan lari terlalu jauh dari batas lapangan (bagi team/kelompok
yang sedang bermain).
2. Peraturan tambahan :
a) Tidak boleh menendang bola.
b) Bagian yang terkena hanya dari area pinggang hingga kepala.
c) Jika jumlah pemainnya banyak, lebar lapangan dapat di perluas.

E. Nilai-Nilai Budaya

a) Kekompakan dalam satu tim


b) Kejujuran
c) Saling menghargai antar teman dan lawan

3.3 Permainan tarik tambang

A. Pengertian Permainan Tarik Tambang

Tarik Tambang adalah permainan antar regu yang memerlukan kekuatan juga
kekompakan. Tarik tambang biasa dimainkan dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Permainan populer ini tidak hanya dimainkan ketika lomba pada tanggal 17 Agustus saja
tetapi juga dilombakan pada pekan-pekan kreativitas di sekolah.
Jika dianalisa dalam permainan Tarik tambang terdapat unsur-unsur kebugaran jasmani
seperti kekuatan, daya tahan, keseimbangan.

B. Cara Membuat

Alat

 Tali Tambang
 Pita merah

C. Cara Memainkan

Adapun pola maupun bentuk permainan Tarik Tambang ini adalah;

a) Masing-masing regu berupaya menarik tali tambang sekuat mungkin agar regu yang
berlawanan melewati garis pembatas.
b) Regu yang tertarik melewati garis pembatas dinyatakan kalah.
c) Taktik permainan terletak pada penempatan pemain, kekuatan tarik dan pertahanan
tumpuan kaki di tanah.

D. Peraturan Permainan

Dalam setiap permainan selalu ada peraturan agar ketika permainan tersebut berlangsung
kedua tim bisa bermain dengan sportif, dalam permainan Tarik Tambang peraturan bisa
ditentukan dengan mematuhi peraturan tetap dan tambahan.

1. Peraturan tetap
a) kuota pemain yang ikut pada laga eksibisi adalah 16 pemain
b) sistem pertandingan adalah sistem gugur
c) tidak ada batasan waktu, tetapi yang menang adalah yang mampu menarik lawan
ke lapangan kita dan mendapatkan poin sama
d) pemenang adalah apabila salah satu regu mendapatkan poin 2 - 0 atau 2 - 1 (jika
seri
e) sebelum pertandingan lapangan harus dalam keadaan kosong sampai ada
panggilan dari panitia pertandingan
f) jika salah satu regu dapat menarik melewati batas maka diadakan pemindahan
tempat
g) jumlah peserta 8 orang dengan cadangan 4 orang

2. Peraturan tambahan :
a) wasit sebaiknya 3 orang yaitu 1 wasit kepala yang memimpin dan 2 orang untuk
mengawasi garis batas
b) sistem gugur dengan sistem the best of three game
c) setiap memperoleh poin 2 maka tim tersebut yang menang dan jika seri (1 - 1)
maka dilakukan penentuan

E. Nilai-Nilai Budaya

a) Kekompakan dalam satu tim


b) Kejujuran
c) Saling menghargai antar teman dan lawan

3.4 Gobak Sodor

A. Pengertian dan Sejarah Gobak Sodor


Permainan Gobak Sodor terkenal di wilayah Pulau Jawa. Banyak yang mengatakan
bahwa permainan ini berasal dari daerah Yogyakarta. Nama Gobak Sodor berasal dari kata
gobag dan sodor. Kata gobag artinya bergerak dengan bebas. Sedangkan sodor artinya
tombak. Dahulu para prajurit mempunyai permainan yang bernama sodoran sebagai latihan
keterampilan dalam berperang. Sodor ialah tombak dengan panjang kira-kira 2 meter, tanpa
mata tombak yang tajam pada ujungnya.
Ada juga yang mengartikan gobak sodor sebagai merupakan permainan maju mundur
melalui pintu-pintu. Dalam bahasa Belanda istilah gobak Sodor mungkin artinya sama
dengan kata dalam Bahasa Inggris “Go Back Through the Door”, sebagian menyebutnya
Galasin, bisa saja adaptasi bahasa dari bahasa Belanda yang kalau di Bahasa Inggriskan
menjadi “Go Last In”, sayangnya kata-kata tersebut hanya rekaan rekayasa kutak-katik kata
saja jadi jangan ditanya kebenarannya. Remaja sekarang mungkin tidak familiar dengan jenis
permainan ini, karena selain tidak ada pialanya permainan ini perlu beberapa orang yang
mengikutinya.
Gobak sodor adalah permainan yang menuntut ketangkasan menyentuh badan lawan atau
menghindar dari kejaran lawan. Garis-garis penjagaan dibuat dengan kapur seperti lapangan
bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap. Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim
terdiri dari tiga orang sampai lima orang. Kelompok pertama sebagai penyerang dan
kelompok kedua sebagai penjaga. Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut
galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang
dan diberi garis di dalamnya.

B.  Alat-Alat Yang Digunakan


Permainan gobak sodor ini hanya membutuhkan sebuah tepung dan lapangan yang
berbentuk persegi panjang. Kemudian antar garis panjang ditarik garis melintang sehingga
terbentuk beberapa persegi panjang. Setelah itu tarik garis tengah yang tegak lurus dengan
garis melintang sehingga akan terbentuk banyak petak yang sama besar. Garis ini disebut
garis sodor.
D.   Cara Bermain

Persiapan
Jumlah pemain dalam permainan Gobak Sodor harus berjumlah genap antara 6-8
anak. Kemudian dibagi menjadi dua tim, tim jaga dan tim serang. Jadi tiap tim beranggotakan
4-5 anak. Pemain dalam Gobak Sodor biasanya anak laki-laki, karena permainan ini
menguras banyak tenaga. Tetapi kadang-kadang anak perempuan juga bisa memainkannya
asalkan kedua tim harus mempunyai komposisi pemain yang seimbang baik jenis kelamin
maupun umurnya. Hal ini untuk menghindari timpang kekuatan yang sangat mencolok pada
salah satu tim.

Jalannya Permainan
Pemain dibagi mana yang ikut menjadi tim jaga dan tim serang. Masing-masing tim
memilih salah satu anggotanya untuk menjadi ketua yang bertugas sebagai sodor. Dari
gambar di atas misalnya, yang menjadi sodor tim jaga adalah A dan dari sodor tim serang
adalah F. Tim serang berkumpul di pangkalan, sementara tim jaga berdiri di garis-garis
melintang yang telah ditentukan ketuanya.Dari gambar di atas, A sebagai sodor akan menjaga
garis ef di sebelah kiri. B menjaga garis gh di sebelah kanan. C menjaga garis ij di sebelah
kiri. D menjaga garis kl di sebelah kanan. Dan E menjaga garis mn di sebelah kiri. Jadi jika
dilihat dari depan akan terlihat posisi tim jaga berbentuk zig-zag. A sebagai sodor selain
bergerak di garis ef  juga bisa bergerak di garis cd.

Tim Serang Berusaha Memasuki Lapangan


Tim serang harus berusaha untuk masuk ke dalam petak-petak hingga dapat berada di
belakang garis mn. Kemudian berusaha kembali lagi ke pangkalan. Apabila seorang pemain
tim serang bisa kembali lagi ke pangkalan tanpa tersentuh oleh tim jaga, maka tim serang
menang dan mendapatkan poin.tetapi jika salah satu pemain tim serang tersentuh oleh tim
jaga sebelum sampai ke pangkalan lagi, maka tim serang dinyatakan kalah. Setelah itu tim
serang berganti menjadi tim jaga, dengan F sebagai sodor. Jika 2 atau lebih pemain tim
serang berada di satu petak, maka tim serang kalah dan berganti menjadi tim jaga.
Demikianlah tahapan permainan gobag sodor yang bisa diserangkan berulang kali. Tim
Serang Berusaha Kembali ke Pangkalan

E. Aturan Permainan
Beberapa peraturan dalam permainan Gobak Sodor adalah sebagai berikut :
• Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang (disesuaikan).
• Jika 1 kelompok terdiri dari 5 orang maka lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi
panjang, yang berukuran 5m x 3m (disesuaikan).
• Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “lawan” tidak bisa menuju garis finish.
• Tim “lawan” berusaha menuju garis finish dengan syarat tidak tersentuh tim “jaga”
dan dapat memasuki garis finish dengan syarat tidak ada anggota tim “lawan” yang
masih berada di wilayah start
• Tim “lawan” dikatakan menang apabila salah satu anggota tim berhasil kembali ke
garis start dengan selamat (tidak tersentuh tim lawan).
• Tim “lawan” dikatakan kalah jika salah satu anggotanya tersentuh oleh tim “jaga”
atau keluar melewati garis batas lapangan yang telah ditentukan. Jika hal tersebut
terjadi, maka akan dilakukan pergantian posisi yaitu tim “lawan” akan menjadi tim
“jaga”, dan sebaliknya.
.
F. Manfaat Bermain Gobak Sodor
Fisik:
1)        Melatih kelincahan gerak tubuh.
2)        Melatih kecepatan.
3)        Mengasah kemampuan dalam mencari strategi yang tepat.
4)        Mengembangkan keterampilan gerak dasar berlari dan rekreasi.
5)        Melatih kerja sama dalam sebuah tim.
6)        Meningkatkan kekuatan dan ketangkasan.
7)        Menanamkan sportivitas serta kesadaran hidup sehat.
Mental:
1)        Melatih kepemimpinan.
2)        Mengasah kemampuan otak.
3)        Mengembangkan sikap sosial yang dimiliki anak untuk menyelamatkan temannya dari
garis lawan.
4)        Dapat melatih kecermatan anak dalam menyelesaikan suatu masalah.
5)        kesempatan dapat menerima kemenangan dan kekalahan dengan sikap lapang dada.
6)        kesempatan untuk bergaul dengan teman-temannya.

3.5 Permainan Bekel


A. Pengertian bekel

Bekel adalah salah satu jenis permainan tradisional dari Jawa Tengah. Di kala
senggang atau saat pulang dari sekolah mereka biasanya memainkan bekel bersama-sama.
Asal permainan bola bekel itu dari budaya Belanda. Kata bekel berasal dari bahasa Belanda
bikkel (Teeuw 1990). Menurut Wikipedia, awalnya permainannya ini dilakukan
menggunakan gumpalan bahan keras yang biasa terbuat dari logam atau berasal dari tulang.
Gumpalan ini disebut sebagai bikkel. Awalnya yang dipakai adalah tulang-tulang talus (Latin
astralagoi) kaki kambing atau domba.

Permainan bola bekel merupakan permainan tradisional dengan alat yang harganya
murah dan mudah didapatkan. Alat dalam permainan bola bekel berupa bola dan biji bekel.
Bola yang digunakan dalam bola bekel yaitu bola sebesar bola pingpong jika dilemparkan ke
lantai dapat memantul. Sedangkan biji bekel merupakan miniatur yang terbuat dari plastik
atau timbel serta mempunyai empat sisi berbeda. Namun, biji bekel dapat diganti dengan
benda yang lain contohnya botol minuman ringan atau cangkang keong. Suherma (2015: 124)
berpendapat bahwa bola bekel merupakan permainan tradisional Indonesia yang sudah ada
sejak zaman dahulu dan sering dimainkan.

Permainan bola bekel juga merupakan permainan yang menjadi favorit dikalangan
anak perempuan. Permainan bola bekel dapat dimainkan 2 orang atau lebih dengan
bergantian. Permainan bola bekel diawali denga “suit” sebagai penentu dalam urutan
permainan (Saputro, 2010). Menurut Iswinarti (2008) permainan bola bekel yaitu permainan
yang membutuhkan bola dan biji bekel sebagai bahan serta alat yang digunakan untuk
melakukan permainan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan bola
bekel adalah permainan tradisional yang terdiri dari 2 orang atau lebih pemain. Permainan
bolambekel memiliki bola dan biji bekel sebagai alat untuk memainkannya. Permainan bola
bekel jugaa memakan waktu yang lama. Cara permainan bola bekel yaitu dengan
melemparkan bola kemudian mengambil satu biji bekel dan segera menangkap bola bekel
yang telah memantul ke lantai sebelum jatuh untuk kedua kalinya.

B. Cara Bermain Bekel

1. Siapkan satu bola bekel dan minimal 5 biji bekel.


2. Semua pemain melakukan perundingan untuk menentukan siapa yang pertama
memainkan bekel dan seterusnya.
3. Selanjutnya, pemain pertama melakukan sesi awal permainan. Bola bekel akan
dilambungkan ke udara dan dilanjutkan dengan mengambil seluruh biji bekel sebelum
bola bekel memantul di lantai 2 kali. Setelah itu langsung ambil kembali bola bekel.
4. Kemudian, biji bekel kembali disebarkan dan bola dilemparkan ke udara. Sembari
menunggu bola memantul, ambil satu biji bekel lalu tangkap kembali bola tadi.
Lakukan hingga semua biji bekel habis.
5. Sesi selanjutnya masih dengan teknik yang sama, hanya saja biji bekel yang harus
diambil 2, kemudian 3, 4 dan 5.
6. Jika pemain masih bisa melanjutkan permainan, maka pemain harus membalikkan
bola bekel ke sisi bawah. Lakukan satu persatu hingga semua biji bekel menghadap
bawah dan ambil biji bekel baik satu persatu maupun beberapa sekaligus.
7. Sesi berikutnya dilakukan dengan membalikkan biji bekel ke sisi kanan dan kiri. Jika
semua biji bekel terbalik, kembali ambil satu persatu atau beberapa sekaligus, hingga
semua biii bekel habis.
8. Pemain yang pertama menyelesaikan runtutan sesi permainan di atas, maka dialah
pemenangnya.

c. Peraturan Permainan

Bola bekel dapat dimainkan dengan peraturan sebagai berikut (Saputro, 2010).

a) Pemain mengumpulkan alat permainan terlebih dahulu seperti cangkang keong maupun
tutup botol dan juga bola bekel di tangan pemain
b) Pemain melakukan pengambilan tanpa pengembalian biji bekel saat bola dilempar,
kemudian memantul dan ditangkap.
c) Setelah bola bekel dilempar pemain segera mengambil biji bekel dan menangkap bola
bekel sebelum memantul dua kali.
d) Kemudia langkah diulangi dengan beda setiap melempar biji bekel dilanjutkan dengan
pengambilan 2 biji bekel, 3 biji bekel, dst.

D. Nilai yang terkandung


1. kerjasama
2. melatih sportifitas
3. melatih kemampuan anak
4. menggali kreativitas
5. bersosialisasi lewat permainan yg dimainkan

BAB IV
KESIMPULAN
A. Simpulan
Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata.
Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap anak, dan juga
ketrampilan anak. Serta dapat membentuk karakter anak yang luhur. Dalam menerima sikap
perubahan sosial didalam masyrakat kita memang harus bersifat terbuka dan dinamis
terhadapa perkembangan zaman, perkembangan dunia IT. Ada sebuah garis-garis yang harus
memisahkan kebudayaan asli dengan masuknya kebudayaan luar dalam era global saat ini.
Perubahan sosial akan terjadi apabila masyarakat menerima masuknya perubahan itu sendiri,
maka dari itu kita perlu yang namanya kesadaran sejak dini untuk menjaga dan melstarikan
kebudayaan lokal masyarakat kita sendiri, kalau bukan kita yang menjaga kebudayaan
tersebut, siapa lagi dan tidak akan menutup kemungkinan memudarnya permainan
tradisional, sebagai salah satu contoh penulisan diatas, dapat terjadi bila kita sendiri tidak
memelihara kebudayaan kita sendiri.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda sudah saatnya kita melestarikan permainan tradisional. Kita
seharusnya perkenalkan dulu pada anak kita tentang permainan tradisional walaupun di
zaman globalisasi saat ini. Karena pada usia dini, perkembangan anak sangat dibutuh demi
perkembangan fisik dan motorik anak. Selain iti permainan tradisional sangat
menguntungkan daripada permainan di zaman sekarang seperti game online. Game online
sangat tidak baik bagi perkembangan anak karena akan membawa dampak negative bagi
seorang anak. Tidak dipungkiri saat ini banyak orang tua yang malah membelikan anaknya
barang-barang canggih. Maka dari itu , peran orang tua untuk mendampingi anaknya
sangatlah penting demi masa depan seorang anak.

DAFTAR PUSTAKA

http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2014/06/permainan-tradisional-anak-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai