Anda di halaman 1dari 11

RETENSI DALAM PEMBELAJARAN MOTORIK

Dosen Pengampu

Prof. Dr, Dra, Surmayanti, M.S

Penulis

Sutan Baharsyah Harahap


Nim : 20611251004

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


PRODI ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dalam penyusunan Makalah dengan judul Retensi Dalam
Pembelajaran Motoric ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepada Prof. Dr, Dra, Surmayanti, M.S selaku dosen yang telah
banyak membimbing dan memberi motivasi. Kami mendoakan semoga amal baik Ibu
mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan besar hati penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca demi
perbaikan makalah ini. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan permohonan maaf
kepada semua pihak atas segala kesalahan yang penulis sengaja maupun yang tidak disengaja
selama penulisan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Selasa, 22 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. RETENSI...................................................................................................................................2
a. Pengertian Retensi.................................................................................................................2
b. Proses Retensi........................................................................................................................4
B. Pembelajaran Motorik...............................................................................................................4
C. RETENSI DALAM PEMBELAJARAN MOTORIK................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
A. Keimpulan.................................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam proses kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru
sebagai penyampai materi pembelajaran dan siswa adalah yang menerima materi yang
disampaikan guru, dan tidak menutup kemungkinan ada terjadi saling sharing (berbagi
informasi) bisa dari guru ke siswa, bisa dari siswa ke guru dan bisa dari siswa ke siswa.
Interaksi antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat berperan penting,
karena untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan seorang guru dituntut
untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik sehingga siswa mampu
menerima materi serta dapat mengingat dan memahaminya dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran.
Oleh karena itu, siswa diharapkan untuk dapat menyerap dan menyimpan hasil belajar
(retensi) dengan baik. Daya ingat yang baik merupakan kebutuhan setiap siswa untuk belajar
optimal. Karena hasil belajar siswa di sekolah diukur berdasarkan penguasaan siswa atas
materi pelajaran, yang prosesnya tidak terlepas dari kegiatan mengingat (kemampuan
menggunakan daya ingat). Maka dengan daya ingat yang baik, siswa akan dapat belajar
dengan mudah dan mencapai hasil optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang teridentifikasi dalam penelitian


sebagai berikut :

1. Apakah Retensi dalam Pembelajaran Motorik ?


2. Apakah Pembelajaran Motorik ?
3. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan retensi dalam pembelajaran motorik
peserta didik?
4. Apakah kegiatan yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan retensi dalam
pembelajaran motorik?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. RETENSI

a. Pengertian Retensi

Retensi merupakan kemampuan untuk mengingat materi (seperti: konsep-konsep,


teorema-teorema) yang telah dipelajari. Seperti ingatan, retensi sangat menentukan hasil yang
diperoleh siswa dalam proses belajarnya. Menurut penelitian, retensi terhadap rumus-rumus
matematika memerlukan rangkuman. Dengan demikian untuk mengenalkan materi
matematika yang baru, perlu diberikan rangkuman materi yang telah dipelajari yang menjadi
dasar untuk mempelajari materi yang baru.
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah individu
mempelajari sesuatu. Dengan retensi, membuat apa yang dipelajari individu tertinggal lebih
lama dalam struktur kognitifnya dan dapat diingat kembali apabila diperlukan.

Untuk meningkatkan retensi belajar, Thomburg dan Chauham (1979) mengemukakan


beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu 1) isi pembelajaran yang bermakna akan
lebih mudah diingat, 2) benda yang jelas dan kongkrit akan lebih mudah diingat
dibandingkan yang abstrak, 3) retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat
kontekstual atau kata-kata yang memiliki kekuatan asosiatif, 4) berikan resitasi, untuk
meningkatkan aktifitas peserta didik, 5) susun konsep yang jelas, dan 6) berikan latihan
pengulangan terutama pembelajaran keterampilan motorik. Ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi retensi belajar, yaitu apa yang dipelajari di permulaan (original learning),
belajar melebihi penguasaan (over learning) dan pengulangan dengan interval waktu (spaced
review).

Apabila seseorang belajar, maka setelah beberapa waktu lamanya apa yang
dipelajarinya akan banyak yang terlupakan dan apa yang diingat akan berkurang jumlahnya.
Penurunan jumlah materi yang diingat ini akan sangat cepat pada permulaan, selanjutnya
penurunan tersebut tidak lagi cepat. 
Hasil penelitian yang lain mengenai retensi menunjukkan: Materi pelajaran yang
bermakna akan lebih mudah diingat siswa dibandingkan dengan materi yang tidak bermakna.

2
Benda yang jelas dan kongkret akan lebih mudah diingat siswa dibanding dengan yang
      

bersifat abstrak. Retensi akan lebih baik untuk materi yang bersifat kontekstual. Tingkat IQ
tidak berkorelasi dengan retensi yang telah dipelajari siswa.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu : 1)  yang dipelajari pada permulaan
(original learning), 2) belajar melebihi penguasaan (overlearning), dan 3) pengulangan
dengan interval waktu (spaced review). Strategi berikut dapat dipakai guru untuk
meningkatkan retensi siswa, yatu:
a) Meyakini bahwa kekompleksan respons yang diinginkan masih berada dalam batas
kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa yang telah dipelajari sebelumnya, ter-
utama dalam pendekatan pembelajaran konstruktivisme.
b) Memberikan latihan-latihan, baik yang dikerjakan secara kelompok maupun yang
dikerjakan secara individu,  apabila respons akan dipengaruhi oleh transfer positif.
c) Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik (misalnya: dengan menyertakan
kompetensi yang diharapkan dan pendekatan pembelajarannya), sehingga siswa dapat
mempelajari respons diskriminatif yang diinginkan.
d) Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna, dengan memilih model
pembelajaran yang cocok.
e) Memberikan penguatan terhadap respons siswa, misalnya dengan soal-soal yang
“menantang,” apabila dirasa perlu.
f) Memberikan latihan dan mengulang secara periodik (urutan waktu) dan sistematik
(struktur keilmuan dan tingkat kesukarannya).
g) Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya belajar materi baru,
tetapi juga diharuskan mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

a. Strategi berikut dapat dipakai guru untuk meningkatkan retensi siswa.

a) Meyakini bahwa kekompleksan respons yang diinginkan masih berada dalam


batas kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa yang telah dipelajari
sebelumnya, ter-utama dalam pendekatan pembelajaran konstruktivisme

b)  Memberikan latihan-latihan, baik yang dikerjakan secara kelompok maupun


yang dikerjakan secara individu,  apabila respons akan dipengaruhi oleh
transfer positif

3
c) Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik (misalnya: dengan
menyertakan kompetensi yang diharapkan dan pendekatan pembelajarannya),
sehingga siswa dapat mempelajari respons diskriminatif yang diinginkan.

d) Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna, dengan memilih model
pembelajaran yang cocok

b. Proses Retensi

Winfred F. Hill (2012:199) mengemukakan retensi (retention) menunjukkan bahwa 


yang dipelajari tidak menghasilkan efek praktis kecuali mengingatnya cukup lama sehingga
bisa menggunakannya.
Bandura dalam Hergenhahn (2008: 364) berpendapat bahwa ada retentional
process (proses retensional) di mana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara,
secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif
adalah gambaran tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat diambil dan dilaksanakan
lama sesudah belajar observasional terjadi.
Penyimpanan informasi secara verbal yaitu dengan menangkap informasi melalui
kata-kata yang disampaikan oleh model. Arti penting dari proses ini adalah bahwa pengamat
tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati ketika model tidak
hadir, kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan
pada waktu kemudian. Bandura dan Tolman membuat kesepakatan yaitu Bandura
mengatakan bahwa perilaku setidaknya sebagian ditentukan oleh citra atau gambaran mental
tentang pengalaman masa lalu. Sedangkan Tolman mengatakan bahwa kebanyakan perilaku
diatur oleh peta kognitif, yang berisi representasi mental dari pengalaman yang lalu dalam
situasi tertentu.
Dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa proses retensi merupakan proses
penyimpanan informasi terhadap hal yang dilihat dari model, baik secara verbal maupun
imajinatif. 
B. Pembelajaran Motorik

Pembelajaran motoric merupakan perpaduan dua kata yaitu pembelajaran dan


motorik. Pembelajaran berarti cara mengajar sedangkan motoric berarti gerak yang
dikendalikan oleh saraf secara sadar, dengan demikian pembelajaran motoric berarti cara
mengajar gerak.

4
Belajar motorik adalah belajar yang difokuskan pada penguasaan keterampilan gerak
melalui respons-respons masculer sebagai hasil dari latihan .Dalam belajar motorik, materi
yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan dalam
olahraga Hal ini menunjukkan bahwa ranah kemampuan yang paling intensif keterlibatannya
dalam belajar motorik adalah ranah psikomotor. Namun, bukan berarti ranah kognitif dan
afektif tidak terlibat di dalam belajar motorik. Kedua ranah tersebut tetap terlibat meskipun
tidak merupakan unsur sasaran sentral. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
belajar motorik adalah tahapan belajar motorik. Tahapan belajar motorik terdiri atas tahap
kognitif (cognitive stage), tahap asosiatif (associative stage), dan  tahap otonom
(autonomous stage). Ketiga tahap ini harus mendapat perhatian lebih serius dalam belajar
motorik agar hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dengan waktu yang lebih efisien.

Pembelajaran motorik mengacu secara luas pada perubahan gerakan organisme yang


mencerminkan perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Pembelajaran motorik terjadi
dalam berbagai rentang waktu dan tingkat kerumitan: manusia belajar berjalan atau berbicara
selama bertahun-tahun, tetapi terus menyesuaikan diri dengan perubahan tinggi, berat,
kekuatan, dll. selama masa hidup mereka. Pembelajaran motorik memungkinkan hewan
memperoleh keterampilan baru, dan meningkatkan kelancaran dan akurasi gerakan, dalam
beberapa kasus dengan mengkalibrasi gerakan sederhana seperti refleks .

Penelitian pembelajaran motorik sering mempertimbangkan variabel yang


berkontribusi pada pembentukan program motorik (yaitu, perilaku motorik terampil yang
mendasari), sensitivitas proses deteksi kesalahan, dan kekuatan skema gerakan (lihat program
motorik ). Pembelajaran motorik "relatif permanen", karena kemampuan untuk merespons
dengan tepat diperoleh dan dipertahankan. Keuntungan sementara dalam kinerja selama
latihan atau sebagai respons terhadap beberapa gangguan sering disebut adaptasi motorik,
bentuk pembelajaran sementara. 

Penelitian ilmu saraf pada pembelajaran motorik berkaitan dengan bagian otak dan
sumsum tulang belakang mana yang mewakili gerakan dan program motorik dan bagaimana
sistem saraf memproses umpan balik untuk mengubah konektivitas dan kekuatan
sinaptik. Pada tingkat perilaku, penelitian berfokus pada desain dan efek dari komponen
utama yang mendorong pembelajaran motorik, yaitu struktur latihan dan umpan balik. Waktu
dan organisasi latihan dapat mempengaruhi retensi informasi, misalnya bagaimana tugas

5
dapat dibagi dan dipraktekkan (juga lihat latihan bervariasi ), dan bentuk umpan balik yang
tepat dapat mempengaruhi persiapan, antisipasi, dan bimbingan gerakan.

a. Macam-macam motorik :

a) Motorik halus (fine motor activity)

Keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau


mengatur otot-otot kecil/halus serta memerlukan koordinasi yang cermat.

b) Motorik kasar

Keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai
dasar utama gerakannya. Keterampilan motoric kasar meliputi pola locomotor
(gerakana yang menyebabkan perpindahan tempat).

C. RETENSI DALAM PEMBELAJARAN MOTORIK

 Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya belajar materi baru,
tetapi juga diharuskan mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

 Mencari peluang-peluang yang terdapat di dalam situasi belajar baru, dan


menghubungkannya dengan apa yang pernah dipelajari sebelumnya.

 Mengusahakan agar materi/bahan ajar yang dipelajari bermakna dan disusun dengan
baik, misalnya dengan memberikan persoalan matematika yang kontekstual.

 Membangun struktur konsep yang jelas, misalnya dengan menggunakan alat peraga
atau media audiovisual. Dengan kata lain, perlu digunakan lebih dari satu indera di
dalam aktivitas belajar siswa.

 Memberikan resitasi karena ini akan meningkatkan praktik siswa.

6
BAB III

PENUTUP

A. Keimpulan

Ada tiga tahap terjadinya proses retensi atau ingatan yaitu proses memasukan informasi
atau pengkodean, proses penyimpanan, dan proses pengingatan kembali. Selain itu, proses
retensi juga disimpan secara simbolis melalui dua cara yaitu simbol imijinatif dan simbol
verbal.

Transfer belajar terjadi apabila seseorang dapat menerapkan sebagian atau semua
kecakapan-kecakapan yang telah dipelajarinya ke dalam situasi lain yang tertentu. Transfer
terdiri dari beberapa bentuk yaitu: transfer jarak dekat, transfer jarak jauh, transfer positif,
transfer negatif, transfer vertikal, dan transfer lateral.

B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya
menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai
tambahan dari apa yang telah saya uraikan di atas.

7
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Diakses 03 Oktober 2015. Retensi sebagai bagian dari asesmen
autentik. https://jempolmdo. wordpress.com/2010/02/04/ retensi- sebagai-bagian-
dari-asesmen-autentik/.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi pertama. Yogyakarta: UNY Press

Anda mungkin juga menyukai