MAKALAH MK
PHYSIOTHERAPY
PRODI S1 PKO-FIK
DISUSUN OLEH :
3. Aldi Prabowo
4. Ahmad Baihaqqi
5. Alfredo Simanjuntak
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, dan
hidayah-Nya, sehingga dengan rahmatnya dan kerja keras maka, Penulisan Makala ini dapat
terselesaikan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih Bapak Mahmuddin, S.Pd., M.Pd dan Bapak Asep Prima S.Or,. M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Physiotherapy Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga Penulisan Makala ini dapat digunakan dan memberi manfaat bagi kita semua
demi menambah pengetahuan kita. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda dan Dosen pengampu demi perbaikan makalah ini di waktu yang
datang.
Medan,November 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi
yang mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain terjadi karena adanya tekanan
yang berlebihan dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan berlebihan yang
berulang-ulang. Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut
ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan
bengkak (Setiawan, 2011). Cedera itu sendiri adalah suatu permasalahan bagi setiap
atlet olahraga (Pencak silat), Menurut saya biasanya cedera itu terjadi akibat 2 faktor
sebagai berikut: (a) Disebabkan oleh atlet itu sendiri, karna kurangnya pemanasan
ketika atlet tersebut sedang mencoba/melatih teknik-teknik dalam pencak silat. (b)
Karena kurangnya pecaya diri ketika melakukan teknik-teknik dalam pencak silat
terutama ada saat bertanding, terkadang tidak sedikit atlet yang grogi ketika sedang
2
tanding karna banyaknya penonton dan terhadap lawan yang sedang dihadapi. Sprain
adalah cedera pada ligamentum (jaringan ikat) yang teregang, menimbulkan
haematoma atau effusi rasa nyeri bila digerakkan dan terjadi pembengkakan.
Berdasarkan berat ringannya cedera rnenurut Sadoso (1985 :9) sprain dibagi menjadi
3 tingkatan, yaitu:
Sprain tingkat I, biasa tidak ada haematorna atau effusi pada waktu digerakkan (tidak
terasa sakit dan stabil).
Sprain tingkat II, ada beberapa serabut yang robek, rasa nyeri, pernbengkakan, dan
biasanya fungsi persendian tidak dapat dipergunakan.
Sprain tingkat III, cedera ini ditandai instabilitas dari persendian, salah satu! beberapa
ligamentum robek atau putus Pencegahan dan perawatan sederhana pada sprain yang
diperlukan adalah:
Pada tingkat I, pemberian hebat tekan 24-28 jam, bila rasa nyeri berkurang beri terapi
kompres kontras dingin dan panas..
Pada tingkat II, terapi istirahat pada cedera dengan menggunakan tongkat atau cruch
(extremitas bawah) dan mitella atau (extremitas atas) serta pemberian behat tekan
untuk immohilisasi 24-28 jam, bilamana perlu dengan spalk. Bila rasa nyeri
herkurang darat diberi terapi kompres kontras.
Pada tingkat III, bawa ke rumah sakit tindakan hedah tim dokter karena instabilitas
ini hanya clapat dilihat dengan sinar x.
B. Tujuan
Tujuan tugas ini adalah agar kita dapat memahami cidera” dalam setiap
olahraga maka kami mengambil kajian tentang cidera sprain dalam pencak silat
sehingga kami dapat menyelasaikan tujuan dari tugas ini yaitu kami akan memahami
cidera sprain dalam olahraga pencak silat dan beberapa penanganannya.
C. Manfaat
Manfaat dari mengerjkan makalah ini adalah kita dapat mengetahui jenis”
cidera dan dapat memberikan penanganan pertama atau pertolongan pertama Ketika
ada teman atau atlit yang mengalami cidera saat pertandingan,
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
1. Pengertian Cidera
Dislokasi
Patah tulang
Melepuh
Kram otot
Kekakuan
Bengkak
Bengkak
6
Pada tingkat ini diperlukan pengobatan medis yang serius dengan
penanganan oleh tim medis dan harus dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan
tindakan dioperasi. Namun, penting dalam melakukan pemberian pertolongan
pertama terlebih dahulu.
b. Cara mengatasi sprain dan strain
Dalam mengatasi sprain dan strain dilakukan dengan pengobatan cedera biasanya
diawali dengan melakukan metode “RICE”, yaitu: Rest, Ice, Compression, and Elevation.
Hal ini bertujuan untuk membantu menghilangkan rasa sakit, mengurangi
pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan.
7
menyerang, dan membela diri dengan atau tanpa senjata. Dari beberapa pendapat ahli di
atas dapat kita ambil sebuah kesimpulan adalah pencak dan silat merupakan sebuah ilmu
bela diri asli Indonesia yang dikemas dalam bentuk gerakan itu boleh di pertontonkan
atau tidak serta menjadi sebuah sarana dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
1. Aspel-aspek puncak silat
Juli Candra (2021:9-14) aspek-aspek puncak silat dapat di bagi menjadi 4
yaitu
1) Pencak Silat Mental Spiritual
Rata-rata perguruan Pencak silat di Indonesia mengajarkan bagaimana
pembentukan mental pada masing-masing pesilat dengan mengombinasikan
penerapan nilai-nilai agama. Seorang pesilat tidak hanya belajar ilmu bela
diri saja untuk menguatkan mental tetapi harus dibarengi dengan pendekatan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya lahir pesilat yang tangguh secara
fisik dengan kemampuan Ilmu pencak silat yang mumpuni dan senantiasa
terus menjaga hubungan dengan Sang Pencipta dengan melakukan seluruh
perintah dan menjauhi seluruh larangan maka perguruan pencak silat
melahirkan generasi pesilat yang memiliki Akhlak yang mulia.
Tujuan pencak silat mental-spiritual adalah untuk mengaplikasikan
nilai-nilai falsafah yang ada di masing-masing perguruan pecak silat yaitu
bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga
kelestarian alam dan menghambakan diri kepada Sang Pencipta. Semua itu
diwujudkan dalam bentuk teknik sikap dan gerak bela diri yang menjadi ciri
khas masing-masing perguruan pencak silat sebagai bentuk mengekspresikan
dan mendeskripsikan ajaran falsafah di perguruan masing-masing.
2) Pencak Silat Sebagai Bela Diri
Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa dengan berbagai
budaya yang berbeda-beda dengan karakter, social yang melahirkan adat
istiadat yang menjadi pegangan bagi setiap masyarakat. Setiap suku di
Indonesia memiliki tradisi mempelajari pencak silat sebagai alat dalam
melakukan pertahanan dan melindungi dari berbagai macam ancaman yang
datang dari alam, binatang buas dan manusia. Pencak silat merupakan
pegangan masing-masing individu yang bisa dibawa ke mana saja sebagai
8
bekal dalam mengarungi kehidupan. Pada aspek bela diri, pencak silat
bertujuan untuk memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap
berbagai ancaman dan bahaya.
Aspek bela diri meliputi sifat dan sikap kesiagaan mental dan fisikal
yang dilandasi dengan sikap kesatria, tanggap dan selalu melaksanakan atau
mengamalkan ilmu bela dirinya dengan benar, menjauhkan diri dari sikap
dan perilaku sombong dan menjauhkan diri dari rasa dendam. Pencak silat
adalah suatu sistem atau tata bela diri yang terdiri dari jurus-jurus yang saling
berkaitan satu sama lain dalam menciptakan suatu pola gerakan tertentu yang
diaplikasikan oleh setiap pesilat. Jurus merupakan sebuah sistem atau tatanan
bela diri yang diaplikasikan dalam bentuk teknik-teknik sikap dan gerak yang
saling bergantungan, saling berhubungan secara fungsional menurut pola
tertentu sebagai tujuan khusus yang menjadi identitas masing-masing
perguruan Pencak Silat.
Dalam melakukan pembelajaran pencak silat seorang pesilat akan
diajarkan ilmu bela diri sebagai antisipasi di saat dalam menghadapi situasi
yang membahayakan, di dalam situasi tersebut seorang pesilat harus mampu
mengeluarkan ilmu bela diri sebagai antisipasi dalam melakukan
penyelamatan ataupun kemampuan bela diri yang dimiliki untuk melindungi
orangorang yang dalam keadaan penindasan, sehingga seorang pesilat hadir
dalam melakukan perbuatan penegakan kebenaran dan memberantas
kebatilan dalam mewujudkan keamanan dan kedamaian
3) Pencak Silat Sebagai Seni
Dalam pembelajaran pencak silat dikenal dengan keindahan gerakan
yang diwujudkan dengan gerakan jurus berdasarkan ciri khas masing-masing
wilayah dan kebiasaankebiasaan dari mana pencak silat tersebut berasal. Gari
gerakan silat yang tertata secara rapi yang dikemas dalam bentuk seni akan
terlihat karakter dari perguruan pencak silat tersebut, bahkan dengan
peragaan dalam bentuk seni gerak pencak silat akan terlihat dari identitas
setiap perguruan pencak silat, yang menjadi sebuah keragaman dan kekayaan
seni budaya Bangsa Indonesia. Dalam pembelajaran pencak silat tidak bisa
dipisahkan antara pencak silat seni dan pencak silat bela diri karena kedua
unsur tersebut memiliki struktur yang sama meliputi teknik-teknik sikap
9
pasang, pola langkah, dan serang bela yang dikemas dalam bentuk satu
kesatuan serta berkaitan satu sama lainnya. Perbedaan pencak silat seni dan
pencak silat bela diri terletak pada nilai, orientasi, papakem dan ukuran yang
diterapkan dalam proses pelaksanaannya.
Pelaksanaan pencak silat bela diri bernilai teknis, orientasi efektif,
praktis, taktis dan pragmatis. Papakemnya logika dengan melakukan disiplin
atau urutan tentang pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan penalaran atau
perhitungan akal sehat. Pencak silat seni bernilai estetis yang lebih
mengedepankan keindahan dalam arti bagaimana terjadinya keselarasan dan
keseimbangan dari setiap gerakan yang ditampilkan. Papakemnya etika
menekankan kepada disiplin atau aturan tentang pelaksanaan setiap gerakan
secara indah dan penuh makna.
4) Pencak Silat Sebagai Olahraga
Sekarang ini pencak silat sudah dijadikan sebagai olahraga resmi di
sekolah karena sudah masuk kedalam pembelajaran. Pencak silat ini di
pelajari pada tingkat SD,SMP,SMA,SMK dan bahkan perguruan tinggi.
pencak silat juga masuk kedalam kegiatan muatan lokal atau ekstra kurikuler
yang dikembangkan kepada siswa, sebagai ajang dalam peningkatan prestasi.
Kemudian hampir perguruan pencak silat saat ini bermitra dengan lembaga
pendidikan sebagai wadah pengembangan diri dalam bentuk kegiatan fisik
dalam pelaksanaan teknik bela diri Pencak Silat dan juga sebagai ajang
peningkatan prestasi karena mulai dari usia sekolah dasar sampai perguruan
tinggi pertandingan pencak silat dilakukan secara resmi, hal ini menjadikan
setiap pesilat untuk menjadi seorang atlet yang berprestasi dengan terus
berlatih secara berkesinambungan dalam peningkatan kemampuan baik secara
fisik, teknik, taktik dan mental dalam mewujudkan prestasi yang di inginkan.
3. Cara penanganan fase 1 inflamasi dan fase latihan spesifik
Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada fase
inflamasi, terjadi proses :
1) Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), di mana pada proses ini
terjadi :
10
Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi oleh TNF-α2
untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada
dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi dan
membentuk kolagen.
Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang
disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Proses ini
kemungkinan dimediasi oleh TGF-β.
Re-epitelisasi Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru pada
permukaan luka.
4) Fase Maturasi atau Remodelling
`Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung berbulan-
bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut, penyerapan kembali
sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta pemecahan
kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan parut yang semula kemerahan dan
tebal akan berubah menjadi jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga
terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut pada luka yang sembuh tidak
akan mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya mencapai 80% kekuatan
regang kulit normal.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Jeffry Tamala Artha (2012) Cedera merupakan terjadinya kerusakan
pada 12 organ dan jaringan tubuh pada bagian kepala, badan, lengan dan tungkai
akibat dari aktivitas yang berlebihan dan tubuh tidak dapat. Menurut Graha & Priyo
(2009 ; 45), Cidera atau trauma adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang
mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi
dengan baik pada otot, tendon, ligament, persendian, maupun tulang akibat aktifitas
gerak yang berlebihan atau kecelakaan. Dari pendapat di atas maka dapat di
simpulkan bahwa cidera adalah kerusakan yang terjadi pada tubuh yang
menimbulkan nyeri, panas, merah, bengkak, pada bagian kepala, lengan dll yang
mengakibatkan gerak yang berlebihan atau kecelakaan.
Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tibatiba
mengalami penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi
fisiologis atau akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen
(WHO, 2014). Pengertian cedera olahraga seringkali hanya dibatasi pada kerusakan
jaringan yang mendadak yang terjadi saat olahraga misal seperti strains dan laserasi
pada jaringan lunak sistem muskuloskeletal
Paada cidera tahap 1 inflamasi spedapat di lihat fase yang dimana sifik yaitu
fase Hemostasis, Inflamasi, Fase Proliferasi dan Fase Maturasi atau Remodelling.
Setelah itu maka penangan dilakukan dengan dengan menghentikan aktifitas,
mengompres, membalut luka, dan mengangkat anggota tubuh.
B. Saran
12
Semoga Makala ini dapat menambah ilmu kita dan dapat meningkatkan
pengetahuan kita mengenai pencak silat dan cidera dan cara menanganinya sehingga
dapat di terapkapkan ketika kita mengalami cedera.
Daftar Pustaka
Anisa Wakidah. 2021. Jenis-Jenis Cedera Otot: Cara Menangani Strain dan Sprain. Akses.
https://tirto.id/jenis-jenis-cedera-otot-cara-menangani-strain-dan-sprain-glx2
Chandra, K., Kusuma, A., Putu, L., Ariani, T., & Muliarta, W. (2023). Implementasi Sport
Science Dalam Penanganan Cedera Di Perguruan Silat Satria Muda Indonesia Unit
Panji Anom. In Jurnal Widya Laksana (Vol. 12, Issue 1).
Nugroho A.M., Agung. Benturan Dan Cedera Pada Pencak Silat. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, [S.l.], may 2016. ISSN 2442-8620
M., Agung N. A. "Benturan Dan Cedera Pada Pencak Silat." Cakrawala Pendidikan, 1995,
doi:10.21831/cp.v3i3.9195.
Prakoso, Y., & Rochmania, A. (2018). Analisis Cedera Olahraga Pencak Silat Dalam
Kejuaraan DANDIM-0815 CUP 2018 Mojokerto. Jurnal Prestasi Olahraga, 1(4), 1–
10
Umar Nawawi. 2018. Identifikasi Cedera Pada Atlet Pencak Silat Dewasa Kabupaten
Magelang. Universitas Negeri Yogyakarta.
13
Lampiran bukti jurnal ;
14