Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CEDERA DAN PENANGANANNYA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pencegahan dan
Perawatan Cedera Olahraga
Dosen Pengampu: Chairul Umam R, M.Pd

Disusun oleh:

Nursifa Sandrayani

(604031418023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat
dan Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah Pencegahan dan Perawatan
Cedera Olahraga yang berjudul Cedera dan Penanganannya.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saya
menerima kritik positif bagi pembaca sebagai perbaikan penulis dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Sukabumi, 14 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
A. Rumusan Masalah.......................................................................................2
B. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Cedera Olahraga.....................................................................3
B. Jenis-Jenis Cedera dalam Olahraga..........................................................3
C. Penanganan pada Cedera Olahraga.........................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan, baik di
dalam kompetisi maupun di saat latihan. Beberapa kasus, cedera membuat
seorang olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari dunia olahraga prestasi.
Cedera diakibatkan oleh kekuatan luar yang menimpa tubuh, melebihi daya
tahan jaringan tubuh. Cedera bisa mengenai otot dan tendon, sendi dan
ligamen, tulang, serta saraf (Kushartani. 2009). Prevalensi cedera saat ini
cukup besar dan sebagian besar penyembuhannya tidak sempurna, sehingga
ada kecenderungan untuk mengalami cedera ulangan/kambuhan. Petenis
Angelique Wijaya adalah salah satu contoh kasus berhentinya karir
olahragawan akibat cedera yang tidak dapat sembuh sempurna.
Di Amerika, kira-kira 20 % anak-anak dan remaja yang berpartisipasi
dalam olahraga mengalami cedera setiap tahunnya. Satu dari empat kasus
cedera yang terjadi merupakan cedera yang serius (Konin, 2009). Di KONI
DIY selama pelatda PON XII terlihat bahwa dari 98 kasus cedera yang
ditangani, 72 kasus (73,5 %) diantaranya merupakan cedera kambuhan akibat
penyembuhan cedera lama yang tidak sempurna (Litbang KONI DIY, 2008).
Pada kejadian cedera akut gejala awal yang umumnya timbul pada area
cedera dan dirasakan penderita adalah nyeri (dolor), panas (kalor), kemerahan
(rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya fungsi (fungtio lesa), hal ini
merupakan respon protektif tubuh yang dikenal dengan istilah inflamasi.
(Sudoyo, 2007).
Penanganan yang tepat pada saat cedera akut akan mempercepat proses
penyembuhan dan menghindari terjadi komplikasi yang lebih berat misalnya
semakin parahnya inflamasi bahkan beresiko terjadi re injury atau cidra
berulang (Kurniawan, 2013). Ada beberapa penanganan yang biasa dilakukan
untuk penanganan cidera akut, dalam bidang fisioterapi sendiri dikenal dengan
istilah RICE yaitu Rest (Istirahat), Ice (Es), Compression (Kompresi),

1
Elevation (Mengangkat area cidra) sedangkan masyarakat biasa menggunakan
obat-obatan kimia yang terdapat di pasaran.
Terapi dingin (cold therapy) merupakan modalitas fisioterapi yang banyak
digunakan pada fase akut cedera olahraga. Pada fase akut, efek fisiologis
terapi dingin berupa vasokontriksi arteriola dan venula, penurunan kepekaan
akhiran saraf bebas dan penurunan tingkat metabolisme sel sehingga
mengakibarkan penurunan kebutuhan oksigen sel. Secara klinis keseluruhan
proses tadi dapat mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri,
mengurangi spasme otot dan resiko kematian sel. Berbagai bentuk terapi
seperti masase es, ice pack, cold bath, vapocoolant spray dan cyrokinetics
digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengurangi waktu yang
diperlukan untuk pemulihan cedera lewat berbagai mekanisme fisiologis
(Hurme et al., 1993). Perubahan suhu jaringan bervariasi tergantung bentuk
terapi, waktu pemaparan, suhu awal dan lokasi anatomis (Bleakley et al.,
2004). Efek fisiologis terapi dingin disebabkan oleh penurunan suhu jaringan
yang mencetuskan perubahan hemodinamis lokal dan sistemik serta adanya
respon neuromuscular.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian cedera olahraga?
2. Apa saja jenis-jenis cedera dalam olahraga?
3. Bagaimana penanganan cedera olahraga?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian cedera olahraga.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis cedera dalam olahraga.
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan cedera olahraga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cedera Olahraga
Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal diakibatkan
karena keadaan patologis (Potter & Perry, 2005). Cedera adalah kerusakan fisik yang
terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami penurunan energi dalam jumlah
yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat dari kurangnya satu atau
lebih elemen penting seperti oksigen (WHO, 2014). Cedera pada anak dapat berupa
cedera yang tidak disengaja (unintentional injury) dan cedera yang disengaja
(intentional injury) (European Child Safety Alliance, 2014; California Injury
Prevention network, 2012). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh
karena suatu trauma atau tekanan fisik maupun kimiawi.
B. Jenis-Jenis Cedera dalam Olahraga
1. Menurut Hardianto (2005), klasifikasi cedera sebagai berikut:
Berdasar berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Cedera Ringan
Cedera yang tidak diikuti kerusakaan yang berarti pada jaringan tubuh kita,
misalnya kekakuan otot dan kelelahan. Pada cedera ringan biasanya tidak
diperlukan pengobatan apapun, dan cedera akan sembuh dengan sendirinya
setelah beberapa waktu.
b. Cedera Berat
Cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan jaringan
tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah tulang. Kriteria
cedera berat :
1) Kehilangan substansi atau kontinuitas
2) Rusaknya atau robeknya pembuluh darah.
3) Peradangan lokal (ditandai oleh kalor/panas, rubor/kemerahan,
tumor/bengkak, dolor/nyeri, fungsi- olesi/tidak dapat digunakan secara
normal).
2. Berdasarkan jaringan yang terkena, cedera dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Cedera Jaringan Lunak. Beberapa cedera jaringan lunak :
1) Cedera pada kulit

3
Cedera yang paling sering adalah ekskoriasi (lecet), laserasi (robek),
maupun punctum (tusukan).
2) Cedera pada otot/tendon dan ligamen
a) Strain Adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya
disebabkan oleh adanya regangan yang berlebihan. Gejala: Nyeri
yang terlokaxlisasi, kekakuan, bengkak, hematom di sekitar daerah
yang cedera.
b) Sprain Adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang
berlebihan sehingga terjadi cedera pada ligamen. Gejala : nyeri,
bengkak, hematoma, tidak dapat menggerakkan sendi, kesulitan
untuk menggunakan ekstremitas yang cedera.
b. Cedera Jaringan Keras
Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi. Dapat ditemukan bersama dengan
cedera jaringan lunak. Yang termasuk cedera ini:
1) Fraktur (Patah Tulang) Yaitu diskontinuitas struktur jaringan tulang.
Penyebabnya adalah tulang mengalami suatu trauma (ruda paksa)
melebihi batas kemampuan yang mampu diterimanya. Bentuk dari patah
tulang dapat berupa retakan saja sampai dengan hancur berkeping-
keping.
Patah tulang dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
(a) Patah Tulang Tertutup
Dimana patah tulang terjadi tidak diikuti oleh robeknya struktur di
sekitarnya.
(b) Patah Tulang Terbuka
Dimana ujung tulang yang patah menonjol keluar. Jenis fraktur ini
lebih berbahaya dari fraktur tertutup, karena dengan terbukanya kulit
maka ada bahaya infeksi akibat masuknya kuman-kuman penyakit ke
dalam jaringan.
Dislokasi adalah sebuah keadaan dimana posisi tulang pada sendi
tidak pada tempat yang semestinya. Biasanya dislokasi akan disertai
oleh cedera ligamen (sprain).

4
3. Jenis-jenis cedera yang lain yaitu:
a. Cedera overload adalah cedera olahraga yang terjadi karena adanya beban
yang berlebihan melebihi batas tolerans tubuh yang mengenai suatu bagian
tubuh tertentu.
b. Cedera tidak langsung adalah cedera yang terjadi tidak langsung mengenai
organ yang terkena atau cedera yang terjadi berada jauh dari lokasi benturan.
c. Dislokasi adalah cedera pada sendi yang menyebabkan tulang berpindah atau
bergeser dari posisi normalnya yang umumnya terjadi padasend yang lebih
besar
d. Faktor ekstrinsik adalah faktor resiko cedera olahraga yang dakibatkan oleh
pelaku olahraga
e. Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas
jaringan tulang atau tulang rawan yang biasanya diakibatkan oleh adanya
ruda paksa yang terjadi secara tiba-tiba dan berlebihan.
f. Sprain adalah cedera yang terjadi pada ligament atau kapsul sendi dalam
bentuk regangan, berputar atau robek.
g. Strain adalah cedera akut atau kronis pada jaringan luna yang mengenai otot,
tendon atau keduanya yang terjad akibat regangan yang berlabihan atau
robekan.
h. Tendon adalah suatu jaringan yang keras dan sempit yang terletak di ujung
otot yang ber[peran sebagai penghubung antara otot dengan tulang. Strain
serng terjadi pada olahraga seperti lari, lompat, sepak bola atau berputar
dengan cepat pada saat olahraga.
i. Tennis elbow adalah suatu kondidi yang umumnya diakibatkan oleh overuse
(penggunaan berlebihan) dari otot-otot tangan dan lengan yangmenyebabkan
nyeri siku.
j. Torsion adalah cedera yang timbul dari adanya putaran yang berlebihan pada
saat olahraga.
k. Traction (traksi) aalah jenis cedera olahraga yang terjadi karena adanya suatu
tarikan yang berlawanan arah pada bagian tubuh tertentu sehingga bagian
yang teregang beresiko untuk terjadi cedera.

5
C. Penanganan pada Cedera Olahraga
1. Cedera Pada Kulit
a. Luka Lecet (ekskoriasi)
Menurut Potter & Perry (2005) pembersihan luka yang dianjurkan
dapat menggunakan cairan pembersih normal salin (NaCl). Normal
salin merupakan cairan fisiologis yang tidak akan membahayakan
jaringan luka. Penggunaan normal salin juga bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel. Setelah
dibersihkan dengan normal salin, tutup luka menggunakan kassa steril
dan fiksasi.
b. Luka Robek (laserasi)
Menurut Junaidi (2011) luka robek pada umumnya memerlukan
jahitan. Oleh karena itu, tindakan pertolongan pertamanya ialah
melakukan desinfeksi kemudian menutupnya dengan plester atau kassa
steril lalu membawa korban ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan
terdekat. Jika diperlukan dapat diberikan antibiotika dan antitetanus
untuk mencegah infeksi atau serangan tetanus.
c. Luka Tusuk (punctum)
Menurut Junaidi (2011) apabila tusukan mengenai pembuluh darah
yang besar, terlebih dahulu lakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan itu. Tutup lukanya menggunakan kain / kassa steril dan
balut dengan baik kemudian segera membawa korban ke rumah sakit.
2. Cedera pada tendon ( sprain dan strain)
Menurut Millar (2014) salah satu cara menangani cedera pada kasus
sprain dan strain adalah dengan PRICES (Protection, Rest, Ice,
Compression, Elevation, Support), yaitu :
a. Protect (Proteksi)
Proteksi bertujuan untuk mencegah cedera bertambah parah
dengan mengurangi pergerakan bagian otot yang cedera. Proteksi
dapat menggunakan air splint dan ankle brace.
b. Rest (Istirahat)

6
Istirahatkan bagian tubuh yang cedera selama 2-3 hari untuk
mencegah cedera bertambah parah dan memberikan waktu jaringan
untuk sembuh.
c. Ice (Pemberian Es)
Pemberian kompres es bertujuan untuk mengurangi peradangan.
Kompres es akan menyebabkan menyempitnya pembuluh darah pada
daerah yang dikompres sehingga mengurangi aliran darah ke tempat
tersebut dan meredakan peradangan. Berikut adalah cara penggunaan
kompres es: es ditempatkan dalam kantong dan dibungkus sebelum
dipakai. Tidak boleh ada kontak langsung antara es dan kulit. Kompres
es pada daerah luka selama 20 menit setiap 2 jam, selama 1-2 hari.
Kompres es dihentikan ketika peradangan berkurang. Ciri-ciri adanya
peradangan: kemerahan, bengkak, panas, rasa nyeri, dan tidak bisa
digerakkan.
d. Compression (Kompresi)
Kompresi bertujuan untuk mencegah pergerakan otot dan juga
dapat mengurangi pembengkakkan. Kompresi dilakukan dengan
menggunakan elastic bandage atau ankle taping. Dalam melakukan
kompresi, harus diperhatikan jangan sampai kompresi terlalu ketat.
e. Elevation (Elevasi)
Elevasi dilakukan dengan menopang bagian yang cedera dengan
suatu benda agar daerah yang cedera lebih tinggi dari permukaan
jantung. Elevasi bertujuan untuk mengurangi tekanan dan aliran darah
ke daerah cedera serta mengurangi pembengkakkan.
f. Support
Support bertujuan untuk mencegah pergerakan otot yang
berlebihan dan pencegahan cedera berulang.
3. Fraktur
Menurut Mansjoer (2000) penatalaksanaan fraktur telah banyak
mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan
spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu

7
berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-invasif
pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini banyak dilakukan
pada orang dewasa. Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi,
fraktur dapat dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:
a. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme
otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota
gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan. Traksi
longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi
spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di
posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan
fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk
memerlukan beban yang lebih besar.
b. Fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk
menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan
tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan terbaik untuk patah
tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.
c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan
menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah
sekeliling tulang.
d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan ORIF
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk
membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.
Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang

8
yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya
pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.
e. Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada
tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan
penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga
keputusan yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan
latihan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan, baik di
dalam kompetisi maupun di saat latihan. Beberapa kasus, cedera membuat
seorang olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari dunia olahraga prestasi.
Cedera diakibatkan oleh kekuatan luar yang menimpa tubuh, melebihi daya
tahan jaringan tubuh. Cedera bisa mengenai otot dan tendon, sendi dan
ligamen, tulang, serta saraf.
Penanganan yang tepat pada saat cedera akut akan mempercepat proses
penyembuhan dan menghindari terjadi komplikasi yang lebih berat misalnya
semakin parahnya inflamasi bahkan beresiko terjadi re injury atau cidra
berulang (Kurniawan, 2013). Ada beberapa penanganan yang biasa dilakukan
untuk penanganan cidera akut, dalam bidang fisioterapi sendiri dikenal dengan
istilah RICE yaitu Rest (Istirahat), Ice (Es), Compression (Kompresi),
Elevation (Mengangkat area cidra) sedangkan masyarakat biasa menggunakan
obat-obatan kimia yang terdapat di pasaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Cedera Olahraga. Yusni. 2019


http://repository.unimus.ac.id

11

Anda mungkin juga menyukai