Anda di halaman 1dari 15

CEDERA BERDASARKAN JARINGAN YANG TERKENA

DISUSUN OLEH :
NAMA: ACHMAD ADITYA WIGUNA
NIM: 6193321011
KELAS: PKO E 2019

PENDIDIKAN KEPELATIHAN
OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAN
UNIVERSITAS NEGRIMEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SUBAHANA


WATAALA,karena atas berkat dan rahmadnya saya mampu meneyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Saya berterimakasih kepada bapak Arguby
Silwan,Spd,M Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah P2PC yang sudah
memberikan bimbingan kepada saya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih semoga tugas ini bermamfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca makalahini

Medan, 7 april 2021

(………………….)
PENULIS
BAB I

1. LATAR BELAKANG

Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek  pada
ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang
dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini
bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau
ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis
cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri. Tak
ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuhdan melindungi
kita dari berbagai penyakit.
Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada saat latihan
ataupun pada waktu pertandingan ataupun sesudah pertandingan (Hardianto
Wibowo,1995:11). Cedera merupakan rusaknya jaringan yang disebabkan adanya
kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas fisik yang melebihi batas beban latihan,
yang dapat menimbulkan rasa sakit akibat dari kelebihan latihan melalui
pembebanan latihan yangterlalu berat sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam
keadaan anatomis (Cava,1995:145)

2. RUMUSAN MASALAH

 MACAM-MACAM CEDERA
 Faktor Penyebab Terjadinya Cedera
 Penanganan cedera
 Cara pencegahan terjadinya cedera

3. TUJUAN MAKALAH

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :


a.     Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
b.       Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
c.      Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera
olahraga.

PEMBAHASAN

Penyebab pasti cedera olahraga bergantung pada jenis cederanya. Namun,


sebagian besar luka terjadi pada otot, ligamen, atau tendon. Organ tersebut akan
sobek jika dibentangkan terlalu jauh dan terlalu cepat. Sobekan yang parah
memerlukan operasi, namun sobekan kecil biasanya sembuh sendiri tanpa bantuan
pertolongan medis atau obat penghilang rasa sakit lainnya.Cedera olahraga umum
lainnya adalah patah tulang. Patah tulang memerlukan perhatian medis segera,
tidak hanya untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi juga untuk membentuk tulang
ke bentuk semula.

A. JENIS-JENIS CEDERA BERDASARKAN JARINGAN TERKENA


1. Memar (kontusio)
Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:38) memar merupakan cedera yang
disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan linak tubuh. Pada
memar,jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil
pecah sehinggadarah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya.

2. Kram Otot
Kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan
terjadi secara mendadak dan tanpa disadari. Menurut Kartono Mohammad
(2001) kram otot terjadi karena letih, biasanya terjadi saat malam hari atau
karena kedinginan, dandapat pula karena panas, dehidrasi, trauma pada
otot yang bersangkutan atau kekurangan magnesium.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot. Pada
saat otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot
tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat
mengakibatkan kram. Menurut Taylor (1997: 127) kram disebabkan oleh
adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya malalignment
(ketidaksejajaran) dari bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang
terlalu kencang, kekurangan beberapa jenis mineral tertentu
(defisiensi) yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi
terjadinya kram otot, seperti kekurangan zat sodium, potassium, kalsium,
zat besi, dan fosfor, dan terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot
tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kram otot. Pada intinya, kram
otot terjadi karena terjadinya penumpukan asam laktat diotot karena
mengalami kelelahan.

3. Lepuh (blisters)
Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:36) lepuh merupakan timbulnya
benjolan di kulit dan didalamnya terdapat cairan berwarna bening. Lepuh
terjadi akibat penggunaan peralatan yang tidak pas, peralatan masih baru,
atau peralatan yang lama seperti sepatu yang terlalu kecil.

4.Perdarahan pada Kulit (lecet)

Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan


yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono Mohammad 2003:88).
Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan. Menurut
Kartono Mohammad (2003:88) adatiga jenis yang berhubungan dengan jenis
pembuluh darah yang rusak yaitu:
1. Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi
lambat. Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah
dikontrol.
2. Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan
rendah perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah
dikontrol.
3. Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut
jantung, tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga
menyebabkan jenis perdarahan ini sulit dikontrol. Perdarahan
arteri merupakan jenis perdarahan yang paling serius karena
banyak darah yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat

Kartono Mohammad (2003) menjelaskan bahwa perdarahan dikulit


terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. (goresan, road rash dan rug burn)
2. Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka
ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.
3. Insisi : potongan dengan pinggir rata, seperti potongan pisau atau
teriris kertas.
4. Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru).
5. Avulsi : sepotong kulit yang robek lepas dan menggantung pada
tubuh.
6. Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh

5.Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope)

“Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat


sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan
oksigen yang menuju ke otak” (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala
pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing,
berkurangnya penglihatan, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang
tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Biasanya
pingsan terjadi akibat dari (1) aktivitas fisik yang berat sehingga
menyebabkan deposit oksigen sementara, (2) pengaliran darah atau tekanan
darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan (3) karena jatuh dan
benturan.
Menurut Kartono Mohamad (2001) pingsan mempunyai beberapa
jenis, diantaranya:
1. Pingsan biasa (simple fainting) Pingsan jenis ini sering diderita oleh
orang yang memulai aktivitas tanpa melakukan makan pagi terlebih
dahulu, penderita anemia, orang yang mengalami kelelahan,
ketakutan, kesedihan dan kegembiraan.
2. Pingsan karena panas (heat exhaustion) Pingsan ini terjadi pada
orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat yang sangat panas.
Biasanya penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah, sakit
kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran pada orang pingsan di
udara yang sangat panas merupakan petunjuk bahwa orang tersebut
mengalami pingsan jenis ini.
3. Pingsan karena sengatan terik (heat stroke) Pingsan jenis ini
merupakan keadaan yang lebih parah dari heat exhaustion. Sengatan
terik terjadi karena bekerja di udara panas dengan terik matahari
dalam jangka waktu yang lama, sehingga kelenjar keringat menjadi
lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat lagi. Akibatnya
panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh adanya penguapan
keringat. Gejala sengatan panas biasanya didahului oleh keringat
yang mendadak menghilang, penderita kemudian merasa udara
disekitarnya mendadak menjadi sangat panas. Selain itu penderita
merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegap, mengigau dan
pingsan. Keringatnya tidak keluar sehingga badan menjadi kering.
Suhu badan meningkat sampai 40-41 derajat celcius, mukanya
memerah dan pernafasannya cepat.

6.Cedera pada Otot Tendo dan Ligamen

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 20) strain adalah cedera yang


menyangkut cedera otot dan tendon. Strain dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu:
1. Tingkat I
Strain tingkat ini tidak ada robekan, hanya terdapat kondisi inflamasi
ringan. Meskipun pada tingkat ini tidak ada penurunan kekuatan otot,
tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlet.
2 Tingkat II
Strain pada tingkat ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon
sehingga dapat mengurangi kekuatan otot
3 Tingkat III
Strain pada tingkat ini sudah terjadi kerobekan yang parah atau bahkan
sampai putus sehingga diperlukan tindakan operasi atau bedah dan
dilanjutkan dengan fisioterapi dan rehabilitasi.

7.Dislokasi

Menurut Ronald P. Pfeiffer (2003: 38) dislokasi adalah terlepasnya


sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya “Dislokasi yang sering terjadi
pada olahragawan adalah dislokasi bahu, sendi panggul, karena bergeser
dari tempatnya maka sendi menjadi macet dan terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen akan menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali” (Kartono Mohammad
2001: 31)

8. Patah tulang (fracture)

“Patah tulang adalah suatu keadaan dimana tulang mengalami


keretakan, pecah, atau patah, baik pada tulang rawan (kartilago) maupun
tulang keras (osteon)” (Alton Thygerson, 2006: 75) . Menurut Mirkin dan
Hoffman (1984: 124-125) patah tulang digolongkan menjadi dua yaitu: (1)
patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sekali, (2) patah tulang
stres, dimana tulang hanya mengalami keretakan tetapi tidak terpisah.
Berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari luar tubuh, Kartono Mohamad
(2003: 73) membagi patah tulang menjadi: (1) patah tulang terbuka dimana
fragmen atau pecahan tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar, (2)
patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus
permukaan kulit. Jadi dapat disimpulkan fracture atau patah tulang dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu (1) patah tulang retak, (2) patah tulang
comminuted, dan (3) patah tulang

B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CEDERA

Menurut Wuest dan Bucher (1995:6) pembelajaran penjas merupakan proses


pendidikan yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan
perkembangan manusia dengan menggunakan media aktivitas jasmani yang
terpilih untuk merealisasikannya. Namun, dalam kenyataannya, proses
pembelajaran Penjasorkes sangat sering terjadi kasus cedera yang disebabkan oleh
bermaca macam sebab.
Paul M. Taylor (1997:12) membagi penyebab cedera, yaitu faktor dari
dalam (intern) seperti kelelahan, kelalaian, ketrampilan yang kurang, dan
kurangnya pemanasan dan peregangan saat akan melakukan olahraga atau
pembelajaran.Kemudian faktor dari luar (ekstern) seperti alat dan fasilitas yang
kurang baik, cuaca yang buruk, dan pemberian materi oleh guru yang salah Salah
satu faktor ekstern yang sering dilupakan oleh seorang guru adalah
cuaca, yaitu suhu lingkungan. Suhu di Indonesia umumnya berkisar antara 28-34
drajat celcius. Menurut Bompa (2000:100) kurangnya pengetahuan tentang latihan
dan penambahan beban secara tepat, sikap tubuh yang salah pada waktu
mengangkat, dan lemahnya otot perut perupakan penyebab terjadinya cedera pada
anak-anak dalam aktivitas olahraga.
Menurut Andun Sudijandoko (2000: 18-21) penyebab terjadinya cedera
antaralain:
a. Faktor Individu
1. Umur Faktor umur sangat menentukan karena sangat mempengaruhi
kekuatan serta kekenyalan jaringan.
2. Faktor pribadi Kematangan seorang olahraga akan lebih mudah dan
lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan
yang telah berpengalaman.
3. Pengalaman Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena
cedera dibandingkan dengan olahragawan/atlet yang telah
berpengalaman.
4. Tingkat latihan
Pemberian beban awal saat latihan merupakan hal yang sangat penting
guna menghindari cedera. Namun pemberian beban yang berlebihan
bisa mengakibatkan cedera.
5. Teknik
Setiap melakukan gerakan harus menggunakan teknik yang benar guna
menghindari cedera. Namun dalam beberapa kasus terdapat
pelaksanaan teknik yang tidak sesuai sehingga terjadi cedera.
6. Pemanasan
Pemanasan yang kurang dapat menyebabkan terjadinya cedera karena
otot belum siap untuk menerima beban yang berat
7. Istirahat
Memberikan waktu istirahat sangat penting bagi para atlet maupun
siswa ketika melakukan aktivitas fisik. Istirahat berfungsi untuk
mengembalikan kondisi fisik agar kembali prima. Dengan demikian
potensi terjadinya cedera bisa diminimalisasi.
8. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh yang kurang sehat dapat menyebabkan terjadinya
cedera karena semua jaringan juga mengalami penurunan kemampuan
dari kondisi normal sehingga memperbesar potensi terjadinya cedera.
9. Gizi Gizi harus terpenuhi secara cukup karena tubuh membutuhkan
banyak kalori untuk melakukan aktivitas fisik.
b. Faktor Alat, Fasilitas dan Cuaca
1. Peralatan
Peralatan untuk pembelajaran olahraga harus dirawat dengan baik
karena peralatan yang tidak terawat akan mudah mengalami kerusakan
dan sangat berpotensi mendatangkan cedera pada siswa yang memakai.
2. Fasilitas
Fasilitas olahraga biasanya berhubungan dengan lingkungan yang
digunakan ketika proses pembelajaran seperti lapangan dan gedung
olahraga.
3. Cuaca
Cuaca yang terik atau panas akan menyebabkan seseorang mengalami
keadaan kehilangan kesadaran atau pingsan sedangkan hujan yang
deras juga bisa menyebabkan tergelincir ketika melakukan aktivitas
diluar lapangan.
4. Faktor karakter pada olahraga dan materi pelajaran
Karakter atau jenis materi pembelajaran Penjasorkes juga
mempengaruhi potensi terjadinya cedera. Misalnya olahraga beladiri
mempunyai potensi yang lebih besar untuk terjadi cedera daripada
permainan net seperti tenis meja dan voli.
Menurut Bambang Priyonoadi (2012: 1) cedera dapat disebabkan beberapa
faktor antara lain:
1. Overuse, yaitu kekuatan abnormal dalam level yang rendah
berlangsungberulang-ulang dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya cedera.
2. Trauma, yaitu karena pernah mengalami cedera yang berat sebelumnya.
3. Kondisi internal meliputi keadaan atlet, program latihan maupun materi,
kapasitaspelatih atau guru, dan eksternal meliputi perlengkapan olahraga,
sarana danfasilitas pendukung.

C. PENANGANAN CEDERA

Banyak orang sering kali langsung memijat bagian tubuh ketika baru
mengalami cedera olahraga. Padahal tindakan itu kurang dianjurkan karena justru
dapat memperparah luka yang dialami. Pasalnya, saat bagian tubuh mengalami
cedera, otot ligamen maupun tendon akan terluka. Ketika luka ini dipijat, dapat
membuat kondisi trauma yang terjadi semakin parah. Kondisi cedera olahraga itu
pun kemudian bisa kian parah dan sulit disembuhkan. Selain itu, ketika terjadi
cedera pada tubuh saat olahraga, siapa saja disarankan untuk segera menghentikan
segala aktivitas
Penanganan cedera yang tepat adalah diawali dengan melakukan metode
“RICE” yaitu Rest, Ice, Compression, and Elevation untuk membantu menghilangkan
rasa sakit, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan.
Berikut penjelasan contoh penanganan cedera olahraga :
1. Rest
Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera.
2. Ice
Letakkan bungkusan es (ice pack) pada bagian tubuh yang mengalami
cedera. Lakukan selama 20 menit, 4 – 8 kali sehari.
3. Compressing
Balut bagian tubuh yang mengalami cedera dan ditekan agar tidak terjadi
pembengkakkan.
4. . Elevation
Tinggikan posisi bagian tubuh yang mengalami cedera agar transportasi
aliran darah kembali lancar.
Apabila kondisi cedera ini belum membeaik dengan tindakan tersebut,maka
para ahli biasanya akan memberikan tindakan lebih lanjut sesuai dengan cedera
yang di alamai atlet tersebut terapi atau pijat
Berikut penjelasan pada bagian tindakan lebih lainjut :

1. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAIDs)


Obat anti inflamasi biasanya diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan
meredakan bengkak, misalnya aspirin atau ibuprofen.
2. Imobilisasi
Imobilisasi adalah pengobatan umum pada cedera, yaitu dengan sling, splint
dan gips untuk melindungi bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan
mencegah kerusakan yang lebih parah
3. Operasi Pada kondisi teretentu, tenaga ahli harus melakukan tindakan
operasi untuk memperbaiki cedera. Operasi biasanya dilakukan pada kondisi
cedera tendon robek, ligamen, dan fraktur (patah tulang).
4. Terapi
Contoh terapi yang biasa diberikan yaitu arus listrik ringan
(electrostimulation), gelombang suara (ultrasound), dan pijat (massage).
Selanjutnya, pemulihan cedera masuk ke tahap poliferasi. Tahap poliferasi
adalah tahapan di mana jaringan otot yang rusak sudah berangsur hilang
dan mulai tumbuh jaringan otot baru sedikit demi sedikit. Pertumbuhan
jaringan baru akan berlangsung hingga jaringan terbentuk dengan sempurna
dan siap menggantikan jaringan sebelumnya yang sudah rusak. Sedangkan,
tahapan terakhir pada pemulihan cedera adalah tahap rehabilitasi. Pada
tahap ini, bagian tubuh yang mengalami cedera dilatih dan mulai digerakkan
secara perlahan-lahan dan bertahap untuk mengembalikan fungsi normalnya,
termasuk pemulihan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Tahap
rehabilitasi tak boleh dilakukan dengan terburu-buru agar cedera dapat
sembuh total dan tidak menimbulkan cedera berulang (repetitive injury) di
kemudian hari.

D.MENCEGAH TERJADINYA OLAHRAGA


Cedera saat olahraga dapat terjadi pada siapa pun, terlepas dari pengalaman
atau tingkat kebugarannya. Meski begitu, teradapat beberapa langkah yang dapat
Anda lakukan untuk mencegahnya seperti melakukan pemanasan hingga memilih
pakaian olahraga yang tepat.
Tubuh mengalami cedera merupakan hal yang tidak diinginkan oleh
siapapun,terutama pada para aolahraga.Itulah sebabnya, dengan memperhatikan
langkah-langkah sederhana ini setidaknya dapat membantu para atlet untuk
mencegah terjadinya cedera selama ber olahraga
Berikut langkah-langkah menghindari cedera antara lain :

1. Lakukan pemanasan dan pendinginan


Setiap akan melakukan aktivitas fisik, khususnya yang berurusan dengan
olahraga, pastikan untuk selalu memulainya dengan pemanasan dan
mengakhirinya dengan dengan pendinginan. Pemanasan membantu tubuh
Anda bersiap untuk berolahraga.Secara bertahap pemanasan dapat
meningkatkan detak jantung, mengendurkan otot dan sendi agar lebih
fleksibel, dan memperlancar peredaran darah sehingga otot lebih kuat.
2. Peregangan Otot
Lakukanlah peregangan otot sebelum dan sesudah Anda berolahraga. Cara
ini akan membantu otot untuk berkontraksi dan lebih siap untuk digunakan
saat berolahraga sehingga risiko cedera akan berkurang. Lakukan
peregangan otot selama kurang lebih 20 detik setiap gerakannya. 
3. Jangan memaksakan diri
Ketika Anda baru akan memulai latihan rutin atau memulai program latihan
baru, mulailah dengan tahapan yang ringan dan perlahan. Kemudian, secara
bertahap Anda dapat menambah intensitas, durasi, dan frekuensi sesuai
dengan kemampuan diri. Jangan memaksakan diri terlalu keras.
4. Cross-train
Variasikan latihan Anda dengan melatih berbagai otot tubuh secara
bergantian. Jangan terlalu sering menggunakan satu set otot secara terus
menerus. Mengulangi gerakan otot yang sama dengan sering dapat
menyebabkan penggunaan berlebihan dan cedera yang berulang-ulang
seperti cedera tulang kering dan tendinitis.
5. Pilih perlengkapan dan pakaian olahraga yang tepat
Kenakan perlengkapan yang tepat untuk latihan Anda. Jika Anda seorang
pelari, pakailah sepasang sepatu lari dengan ukuran pas. Jika Anda seorang
pesepeda, selalu pakai helm dan pelindung lutut dan siku untuk
keamanan. Bila perlu, gunakan pelindung lain seperti pelindung mulut, wajah,
dan siku, serta tulang kering.
6. Sesuaikan latihan dengan kondisi Anda
Sesuaikan olahraga yang dilakukan dengan kondisi kesehatan Anda. Jangan
memaksakan tetap berolahraga saat Anda telah merasakan nyeri atau sakit.
Jika Anda memang telah mengalami cedera olahraga, pastikan Anda
mengikuti rehabilitasi atau mendapatkan perawatan yang tepat sebelum
kembali melakukan aktivitas fisik.
7. Jangan memaksakan kondisi
Sebagian orang yang berambisi mendapatkan tubuh yang besar dan kekar
kerap menikmati rasa sakit dan nyeri sebagai tanda ototnya sedang tumbuh
dan berkembang. Sayangnya, jika terlalu berlebihan, akan ada risiko cedera
yang malah dapat menimbulkan bahaya pada tubuh Anda. Jika Anda merasa
sakit, Anda mungkin mengalami cedera. Hentikan latihan Anda, dan istirahat
selama satu atau dua hari
8. Penuhi kebutuhan cairan tubuh
Minum banyak air sebelum, selama, dan setelah Anda berolahraga. Sebelum
berolahraga, minumlah sekitar 2-3 gelas air sekitar 2 atau 3 jam sebelum
berolahraga. Perhatikan pula asupan makanan ringan atau camilan setiap 2-
3 jam untuk menjaga sumber bahan bakar untuk digunakan Anda
berolahraga.
9. Berolahraga dengan didampingi pelatih
Sebelum memulai latihan angkat beban atau olahraga, pastikan untuk selalu
mempelajari teknik dan aturan yang tepat dari seorang pelatih. Dia dapat
mengajarkan Anda bagaimana cara melakukan latihan dengan benar.
Dengan begitu, risiko cedera dapat diminimalisir.
10. Beristirahatlah
Jangan memaksakan diri terlalu berlebihan untuk sebuah latihan. Setidaknya,
gunakan 1-2 hari dalam seminggu untuk beristirahat. Istirahat dapat
memberikan tubuh kesempatan untuk memulihkan otot yang Anda gunakan
latihan. Ini juga penting dalam membantu mencegah cedera.Itulah beberapa
hal penting yang dapat Anda lakukan untuk mencegah cedera terjadi.
Meskipun kebanyakan cedera saat latihan dapat disembuhkan seperti sedia
kala, ada baiknya untuk mencegah sebelum akhirnya harus mengobati.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh
yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Cedera yang
sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau
patah tulang karena terjatuh. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera
adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh
kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk
memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak
menjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara
profesional.

SARAN

Seorang pelatih harus lebih cepat,tanggap dan lebih menguasai materi


penanganan cedera dan selalu menerapkannya pana seluruh atletnya agar semua
atlet dapat memberikan pertolongan pertama jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan di saat pertandingan.
Serang pelatih juga harus memperhatikan pola gerakan-gerakan saat
latihan atletnya tersebut jika pola gerakan latihann tersebut sangat sulit dan rentan
mengenai cedera pada atlet lebih baik memberikan pola gerakan-gerakan yang
lebih mudah demi menghindari cedera olahraga,dan setiap awal latihan di
harapkan untuk pelatih lebih mengutamakan memberikan pemanasan terlebih
dahulu dan akhir latihan memberikan gerakan pendinginan

DAFTAR PUSTAKA

Andun Sudijandoko. (1999/2000). Perawatan Dan Pencegahan


Cedera. Jakarta: Depdiknas
Bambang Priyonoadi. (2012). Pencegahan Cedera Olahraga.
Semnar Nasional. Yogyakarta: UNY Press
Bompa, Tudor O. (2000). Total Training for Young Champions
(dalam Yustinus Sukarmin. Jurnal). USA: Human Kinetics
Brad walker (2007) The Anatomy of Sports Injuries. California:
North Atlantic Book
Cava, G. La. (1995). Pengobatan dan Olahraga Bunga Rampai.
Semarang: Dahara Prize
Giam, C.K. dan Teh, K.C. (1992). Ilmu Kedokteran Olahraga
(Hartono Satmoko,Tejemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.
Hardianto Wibowo. (1994/1995) Pencegahan dan
Penatalaksanaan Cedera Olahraga Jakarta : Buku Kedokteran
Kartono Mohammad. (2001). Pertolongan Pertama.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Morgan, Lyle W. (1993). Mengobati Cedera Secara
Alamiah. (Wendra Ali, Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara
Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aid (Pertolongan
Pertama dan Pencegahan Cedera Olahraga). Jakarta: Erlangga
Rusli Lutan (2001). Penanggulangan Cedera Olahraga pada
Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Olahraga

Anda mungkin juga menyukai