MINI RISET
OLEH:
CHINTYA RACHMAWATI PUTRI SARMI (4183111107)
PUTRI ZAMSARI (4183311006)
SINITTA MARITO SIMANJUNTAK (4183311009)
WINDY PUTRI MASLITA SITANGGANG (4183311010)
(4183311010)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya, makalah
makalah yang berjudul “Kasus
“Kasus Penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia”” ini dapat diselesaikan..
Indonesia disele saikan.. Tentunya makalah ini selesai berkat bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi
penyusunan laporan ini, baik
baik berupa moril maupun materil.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan yang cukup besar dalam penyusunan makalah ini. Makalah
ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini maka dari itu, penulis mohon maaf yang sebesar-
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
2.1 Pelanggaran ...........................................
.................................................................
............................................
.............................
....... 3
2.2 Narkoba .........................................
...............................................................
........................................................... 3
.....................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pelanggaran
Perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari pada
kejahatan. Menurut Robert M. Z. Lawang penyimpangan perilaku adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang.
Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang yaitu perilaku
yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas
toleransi. Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer
adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak
dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti
melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan
penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat
toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.
2.2 Narkoba
2.2.1 Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
s emisintetis yang
2.2.2 Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
golongan:
Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
Golongan II: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Amphetamine.
Contoh: Phenobarbital.
Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
e. Dapat terinfeksi virus HIV dan AIDS, akibat pemakain jarum suntik secara
bersama-sama.
2. Dampak Psikologis
Berfikir tidak normal, berperasaan cemas, tubuh membutuhkan jumlah
tertentu untuk menimbulkan efek yang di inginkan, ketergantungan / selalu
membutuhkan obat.
3. Dampak sosial dan ekonomi
Selalu merugikan masyarakat baik ekonomi, sosial, kesehatan & hukum.
2.3 Kasus
Identitas kasus/berita yang penulis bahas sebagai berikut :
Sumber : Liputan6.com
Isi kasus :
Dari tangan pria 40 tahun itu, jajaran Satuan Reserse Narkoba Polresta
Pekanbaru menyita barang bukti berupa 520 gram sabu dan 210 butir ekstasi. "Dia
ini residivis. Dulu pernah masuk penjara karena kasus narkoba dan dihukum
setahun penjara," kata Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Toni Hermawan di
Mapolresta Pekanbaru, Senin petang, (21/11/2019).
hingga polisi menyelidiki kasus ini. "Penyelidikan dilakukan dan kedua ditangkap
di kamar berbeda, tapi hotelnya satu dengan barang bukti tersebut," sebut dia.
Menurut Toni, kedua tersangka merupakan kaki tangan pria yang akrab disapa
Bro. Polisi masih mengejar pria tersebut karena diduga berada di Kabupaten
Bengkalis, Riau. Keduanya sudah tiga kali membawa sabu dan ekstasi ke
Pekanbaru untuk dijual kepada pengecer, sesuai arahan dari Bro. Untuk pekerjaan
itu, kedua tersangka mendapat upah Rp 20 sampai 30 juta.
"Terkadang diupah dengan sabu itu sendiri untuk dipakai atau dikonsumsi
sendiri," sebut Toni. Dalam aksinya, sebut Toni, kedua tersangka menyimpan
sabu dan ekstasi dalam bingkisan kopi. Di Pekanbaru, keduanya menemui
pemesan sesuai arahan dari bos besar, Bro. "Barang bukti disimpan dalam
kemasan kopi. Jumlahnya 520 gram sabu-sabu senilai Rp 600 juta. Ada juga 210
butir pil ekstasi yang per butirnya dijual seharga Rp 200 ribu. Antara tersangka
dan pembelinya saling menelpon terlebih dahulu, kemudian baru janjian untuk
transaksi," papar Toni.
Atas perbuatan itu, kedua tersangka dijerat dengan Pasal 112 dan 114 UU
No 35 Tahun 2009 dengan ancaman maksimal seumur hidup penjara. Wandi
disebut-sebut PNS nonstruktural atau nonjob di Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintahan Desa (BPMPD) Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Kepala BPMPD
Pelalawan Zammur Das tak membantah hal tersebut dan tak pula kaget terkait
ditangkapnya bawahannya itu oleh polisi. "Pegawai kita berstatus PNS aktif
namun tidak memiliki jabatan apa-apa di BPMPD," kata dia.
2.3.1 Analisis Kasus
Dua tersangka ditangkap sebagai pengedar narkoba. Kasus tersebut
termasuk pelanggaran sebagai berikut :
2. Hukum
Tersangka dijerat dengan Pasal 112 dan 114 UU No 35 Tahun 2009
Psikotropika.
hukuman mati. Pidana lebih berat diberikan bagi kejahatan terorganisasi dan
korporasi.
10
3. Agama
a. Menurut
Menurut Agama Islam
Dalam wacana Islam, ada beberapa ayat al-Qur’an
al- Qur’an dan hadits yang
c. Menurut
Menurut Agama Protestan
- GALATION 5: 13, 21 :
13) “Saudara-saudara
“Saudara-saudara memang kamu telah dipanggil, untuk merdeka.
Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan
11
untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh
kasih”.
kasih”.
21) “Kedengkian, kemabukan, pesta pora
po ra dan sebagainya. Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barang
siapa melakukan hal-hal yang demikian tentu tidak akan mendapat bagian dari
kerajaan Allah ( Surga )”.
)”.
12
2.3.2 Solusi Kasus
Solusi dari penyalahgunaan narkoba ini adalah :
1. Pengendalian sosial.
Pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang
direncanakan atau tidak direncanakan, guna mengajak, mendidik, serta memaksa
warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial. Masyarakat akan
memperhatikan pelaku narkoba dan memaksanya meninggalkan penyalahgunaan
narkoba.
2. Tindakkan Hukum
Pelanggaran atas ketentuan UU dan peraturan-paraturan di atas diancam
dengan sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam UU tentang Narkotika dan
Psikotropika. Beberapa sanksi pidana dalam UU No 22 tahun 1997 tentang
Narkotika memiliki kekhususan oleh karena tidak lagi memasukkan unsur
“dengan sengaja” sebagaimana terdapat dalam UU No
No 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan dan memberikan
memberikan minimal lamanya hukuman penjara. Sanksi-sanksi
tersebut diancamkan dengan ancaman pidana yang bervariasi, mulai dari satu
tahun (bagi pemakai narkotika) hingga hukuman mati. Pidana lebih berat
diberikan bagi kejahatan terorganisasi dan korporasi.
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah
sakit secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan.
4. Penanggulangan secara nasional, yang teramat penting adalah pelaksanaan
Hukum yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih. Kemudian menanggulangi
masalah narkoba harus dilakukan secara terintegrasi antara aparat keamanan
(Polisi, TNI AD, AL, AU ) hakim, jaksa, imigrasi, diknas, semua dinas/instansi
13
mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah. Adanya ide tes urine dikalangan Pemda
Kalteng adalah suatu ide yang bagus dan perlu segera dilaksanakan. Barang siapa
terindikasi mengkomsumsi narkoba harus ditindak sesuai peraturan disiplin
Pegawai Negri Sipil dan peraturan yang mengatur tentang pemberhentian Pegawai
Negri Sipil seperti tertuang dalam buku pembinaan Pegawai Negri Sipil. Polisi
dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak terhadap berbagai
diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang mencurigakan sebagai tempat
transaksi narkoba. Demikian juga merazia para penumpang pesawat, kapal laut
dan kendaraan darat yang masuk, baik secara rutin maupun secara insidental.
insidental .
5. Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dieffektifkan kembali untuk
membina iman dan rohani para umatnya agar dalam setiap kotbah para tokoh
agama selalu mengingatkan tentang bahaya narkoba.
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Narkoba yang merupakan kependekan narkotika, psikotropika, dan bahan
zat adiktif lainnya. Pengguna narkoba biasanya dimulai dengan coba-coba
yang bertujuan sekedar memenuhi rasa ingin tahu remaja, namun sering
keinginan untuk mencoba ini menjadi tingkat ketergantungan.
kete rgantungan.
2. Narkoba memiliki dampak pada kerusakan organ fisik, memperburuk
psikologi seseorang dan merugikan ekonomi
ekonomi masyarakat dan negara.
3. Penyalahgunaan narkoba telah melanggar nilai dan norma di Indonesia,
pelanggaran hukum dan semua agama
agama yang telah diakui di Indonesia.
4. Solusi untuk tersangka narkoba adalah :
- Pengendalian Sosial dari masyarakat
- Tindak hukum penjara seumur hidup
- Melakukan razia secara nasional agar tersangka lain tertangkap
- Rehabilitas bagi yang bisa diobati dan ingin berhenti
- Dekat dengan Agama masing-masing
5. Kesimpulan dari solusi adalah :
- Jika masyarakat telah melakukan pengendalian sosial maka pengguna
narkoba lain akan kesulitan menggunakan narkoba.
- Penangkapan akan memberi efek jera oleh pelaku dan berhenti
menyalahgunakan narkoba
- Razia akan mengakibatkan tersangka tertangkap dan menggagalkan
peredaran narkoba
- Rehabilitas akan menghilangkan kecanduan narkoba
- Mendekatkan diri pada agama akan mengajarkan pelaku untuk
menjauhi narkoba
15
3.2. Saran
Saran dari makalah ini adalah :
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN