Oleh:
dr. Ribka Theodora
Pembimbing:
Prof. Dr. Hermawan N. Rasyid, dr., SpOT (K).,MT(BME).,Ph.D
b) Sprain
Adalah cedera trauma pada ligamen. Gejala dapat disertai nyeri, bengkak,
hematoma, tidak dapat menggerakkan sendi, kesulitan untuk menggunakan
extrimitas yang cedera.
a) Fase Inflamasi
Fase ini dapat berlangsung sampai 72 jam setelah cedera dan melibatkan sejumlah
respon inflamasi yaitu nyeri, bengkak, kemerahan dan suhu bagian tubuh meningkat.
Terdapat edema (pembengkakan) dan akumulasi eksudat akibat keluarnya darah dan cairan
tubuh ke jaringan sekitar. Pada cedera otot/tendo dapat terjadi kekakuan otot dalam waktu 2
jam. Pembengkakan dan anoksia (kekurangan oksigen) akan menyebabkan sel rusak dan mati
dalam waktu 24 jam serta melepaskan protein yang berasal dari sel yang rusak. Akibatnya
pembengkakan pun bertambah sehingga terjadi hipoksia jaringan dan sel-sel akan mati. Pada
fase ini juga terbentuk bekuan darah untuk mencegah kebocoran darah lebih lanjut.
Cedera akibat olahraga pada anak bukanlah murni kecelakaan. Karena hal ini bisa
diprediksi sehingga diperlukan adanya pencegahan. Berikut faktor-faktor menurut penelitian :
Kurangnya edukasi dari pelatih
Tes fisik sebelum partisipasi yang inadekuat
Lapangan yang tidak sesuai standard
Kondisi dan latihan yang tidak baik
Alat olahraga yang kualitasnya tidak baik dan tidak aman sesuai standard
Latihan fisik berlebihan
Menurunnya kondisi fisik anak
Kelompok olahraga berdasarkan umur bukan ukuran
Nutrisi yang buruk
Aturan dan panitia yang buruk
Teknik olahraga yang salah
Supervisi inadekuat
Stress psikologis
Cuaca
Pertumbuhan (tulang tumbuh lebih cepat dari tendon dan ligament, sehingga ligament
terlalu ketat dan akan menyebabkan cedera bila latihan tidak fleksibel).
Setiap atlet memiliki resiko berbeda dan setiap jenis olahraga juga berbeda. Profesional
kesehatan harus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang lingkungan olahraga yang terorganisir juga sebagai faktor risiko dan
faktor keamanan yang melekat pada jenis olahraga. Dokter harus memantau kesehatan dan
keselamatan anak-anak yang terlibat dalam olahraga terorganisir bila memungkinkan,
khususnya atlet.
BAB IV
PATOFISIOLOGI
Untuk memahami luka anak-anak, penting untuk memiliki wawasan tentang kekhasan
sistem muskuloskeletal yang sedang berkembang. Tendon dan ligamen relatif lebih kuat
daripada lempeng epifisis dan jauh lebih elastis. Kerusakan plat pertumbuhan lebih sering
terjadi daripada cedera ligament
e) Patella
Subluksasi atau dislokasi patellar terjadi pada 1 dari 1000 anak berusia antara 9
dan 15 tahun. Penyebab umum adalah cedera putar, saat femur dipilin secara
medial dengan kaki tertanam di tanah, atau trauma langsung.
Penatalaksanaan terdiri dari reduksi dislokasi secara langsung, dan menggunakan
PRICE [perlindungan terhadap prinsip cedera sendi (plaster cast atau splush),
restriksi, es, kompresi, dan elevasi untuk mengendalikan inflamasi]. Imobilisasi
sendi lutut harus terbatas pada 3 minggu untuk menghindari atrofi otot,
pembatasan sendi lutut dan retropatellar crepitus. Latihan penguatan otot paha
depan dan otot hamstring dimulai sesegera mungkin, karena memungkinkan untuk
kembali olahraga dalam 4-6 bulan setelah dislokasi. Namun, satu dari enam pasien
akan mengalami dislokasi rekuren dan akan memerlukan operasi penataan
kembali. Radiografi Skyline direkomendasikan untuk menyingkirkan fraktur
osteochondral marginal.
b) Fraktur
Klasifikasi fraktur lempeng pertumbuhan salter harris :
Tipe I : Terpisahnya epifisis dari shaft melalui kalsifikasi cartilage lrmprng
pertumbuhahan. Tidak ada fraktur , dan periosteum tetap utuh.
Tipe II : Paling sering. Garis pemisah meluas sebagian ke dalam lempeng
pertumbuhan dan meluas melalui metaphisis.
Tipe III :Tidak umum. Fraktur intraarticular yang melalui epiphisis dan melintasi
kedalam lempeng pertumbuhan kea arah perifer. Bila perlu dilakukan reduksi
terbuka dan fiksasi
Tipe IV : Garis fraktur meluas dari permukaan articular dan menembus epifisis,
lempeng pertumbuhan, dan metafisis.
Tipe V : Crushing force melalui epifisis hingga lempeng pertumbuhan. Secara
radiologis diagnosis sulit dinilai karena penampakkan minimal atau non
displaced. Lempeng pertumbuhan terganggu dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan sebagian atau pemendekkan dan deformitas angulasi
Tipe VI : Lempeng pertumbuhan robek atau terpotong. Adanya raw surface yang
bila sembuh sendiri, pertumbuhannya akan terbatas dan adanya deformitas
angulasi.
f) Clavicula
Cedera umum dalam olahraga yang melibatkan trauma pada tangan yaitu terulur
atau jatuh langsung ke bahu. Pada anak yang lebih muda, sering terlihat kelainan
bentuk, karena cedera dan fraktur di dalam tabung periosteal yang tebal.
Radiografi komparatif sangat membantu jika cedera tersebut mempengaruhi pusat
osifikasi. Anak hanya membutuhkan sling untuk imobilisasi selama 2-3 minggu.
Umumnya, pemulihan sangat baik.
g) Humerus
Fraktur metaphyseal biasanya terlihat, terutama pada anak-anak yang lebih tua.
Mekanisme cedera biasanya tidak langsung. Kasus ini jarang memerlukan
perbaikan deformitas, mengingat adaptasi sendi bahu dan remodeling yang bagus
pada kasus ini. Fraktur supracondylar pada humerus terjadi akibat terjatuh dengan
tangan yang terulur.
Cedera tersebut mungkin dapat melibatkan kerusakan pembuluh darah utama atau
saraf. Lengan harus dimanipulasi untuk memperbaiki semua komponen fraktur
dan menahan fleksi atau ekstensi. Perlu dipastikan tidak ada cedera arteri
brakialis. Jika ini masalahnya, eksplorasi secara umum dengan reduksi terbuka
harus dilakukan.
h) Lengan bawah dan pergelangan tangan
Fraktur ini umumnya disebabkan karena trauma tidak langsung dari terjatuh ke
tangan yang terulur. Beberapa angulasi dapat diterima pada anak kecil, namun
angular deformitas harus dikoreksi pada anak-anak berusia 12 tahun. Deformitas
rotasi harus selalu dihindari. Bila salah satu faktor ini tidak dapat dikoreksi
dengan manipulasi sederhana, reduksi terbuka dan fiksasi internal harus
dilakukan.
i) Tibia
Fraktur poros tibial adalah fraktur yang paling umum terjadi pada saat bermain
ski. Manajemen konservatif harus dilakukan untuk fraktur tergeser, fraktur
tertutup, sementara untuk fraktur terbuka atau kompleks, reduksi anatomi dan
fiksasi diperlukan.
j) Pergelangan kaki
Secara umum, fraktur pergelangan kaki pada anak-anak terjadi secara minimal.
Namun, bila melibatkan permukaan artikular, mungkin memerlukan reduksi
terbuka dan fiksasi internal.
k) Spine
Sebagian besar cedera tulang belakang di bawah usia 12 tahun melibatkan sendi
atlanto-aksial atau atlanto-oksipital.
l) Fraktur transfisea caput femoris
Pergeseran akut epifise caput femoris. Menyertai penyakit renal
dystrophia/hypotiroidd
m) Fraktur epifisis femoris distal
Akibat puntiran yang hebat atau cedera valgus extremetas bawah
n) Fraktur avulsi ligamentum cruciatum anterior (LCA)
Akibat puntiran dan stress valgus pada lutut. Gejala yang dirasakan adalah lutu
nyeri mendadak, kaku, dan benfkak karena terjadi pengumpulan darah dalam
sendi (hemarthosis). Tes Lachman dan tes pergeseran pivot positif
o) Fraktur avulsi lain
- Perlekatan otot Sartorius ke spina iliaca anterior superior (SIAS)
- Perlekatan otot iliopsoas pada trochanter minor
- Perlekatan otot abdominal le crista iliaca
- Perlekatan otot hamstring ke tuberositas ischia
Dijumpai pada sprinter, pelompat, pemain sepakbola dengan gejala kontraksi
yang hebat secara mendadak menyebabkan nyeri hebat dan hilangnya kekuatan
pada kelompok otot yang terkena
e) Osteochondrosis
Osteochondrosis paling umum dijumpai dan dapat sembuh sendiri. Pappas 1989
mengklasifikasikan ostechondrosis dalam 4 kategori, yaitu;
Klasifikasi Nama penyakit Lokasi
Traksi (tarikan) non - Osgood schlater - Tuberculum tibia
- Sinding Larsen Johanssen - Kutub inferio patella
articular
- Server
(quadriceps)
- Calcaneus (gastrocnemeus)
Articular subchondral - Perthes - Caput femoris
- Kienbock - Os lunatum (gelang tangan)
(benturan)
- Kohler - Os naviculare (tengah kaki)
- Freiberg - Caput metatarsal
Articular chondral Osteochondritis disesscans - Medial femur
- Condyles (lutut)
(pergeseran)
- Capitulum (siku)
- Kubah talus (enkle)
Physical Scheuermann Spina thoracalis
Blount Tibia (proximal)
Osgood- Schlatter
Akibat tarikan yang berulang pada tuberositas tibia oleh tendo patella, terjadi
avulsi parsial terhadap pusat osifikasi sekunder yg sedang tumbuh. Penyebabnya
akibat kegiatan fisik yang tinggi seperti sepakbola, bola basket, bola voli, senam.
Pemeriksaan: pembengkakan tuberculum tibiae, meningkatnya suhu kulit,
ketegangan pada kelompok otot quadriceps dan hamstring
Sinding Larsen Johansson
Tarikan pada kutub bawah patela, pada perlekatan superior tendo patella
Server
Terjadi tarikan pada tumit. Ditemukan banyak pada pelari muda 7-15 tahun,
terutama pada olahraga hockey, basket, sepak bola. Laki-laki mengalami cedera
3x lebih besar daripada wanita. Gejala yang dapat ditemukan yaitu nyeri setelah
latihan, picang, berjalan dengan ujung kaki, tumit membengkak terutama bagian
lateral disertai ketegangan otot gastrocnemius/ soleus
Perthes
Menimbulkan kerugian jangka panjang. Umur awal kejadian 4-10 tahun, puncak
5-6 tahun. Gejala yang ditemukan seperti pincang yg relatif tdk nyeri dan rasa
tidak nyaman pada panggul, anterior medial paha dan lutut. Keterbatasan rotasi
internal paha, spasme pada rotasi paha dalam keadaan ekstensi, sendi dalam posisi
sedikit flexi dan adduksi.
Kohler
Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. Nyeri pada sisi medial kaki di daerah os
naviculare.
Freinberg
Nekrosis iskemik epifise caput metatrsal kedua. Sering terjadi pada remaja. Gejala
nyeri pada sendi metatarsophalangeal
Scheurmann
Terjadi pada vetrebra thoracalis sampai vetebra lumbalis. Meningkatnya kyphosis
pada pertengahan v. thoracalis dan disertai meningkatnya lordosis lumbal.
Blount
Blount disease merupakan kelainan pada tungkai bawah, ditandai dengan
kelainan proses osifikasi pada proksimal tulang tibialis yang menyebabkan
deformitas progresif tungkai bawah. Deformitas yang paling sering terjadi adalah
berupa angulasi varus dan endorotasi pada proksimal tibia. Blount disease dapat
juga dihubungkan dengan perbedaan panjang tungkai dan penyakit ini juga
dikenal dengan sebutan tibia vara.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/00d0379f8e696a1ca73bcd55feb6757427
9e869d.
3. Ilyas E. Cedera Olahraga dan Penatalaksanaannya. 2009. Handout pada Seminar Sport
Inuries, Hotel Gran Melia, Jakarta. BSN.
4. Shanmugam, Chezhiyan dan Maffulli,Nicola. 2008. Sports injuries in children
Department of Trauma and Orthopaedic Surgery, Keele University School of
Medicine, Stoke-on-Trent, UK
5. Brukner P, Khan K. 2006. Clinical sports medicine. 3rd ed. North Ryde, Sydney:
McGraw Hill