J DENGAN FRAKTUR
FEMUR DI IGD DI RUMAH SAKIT AL HUDA
Disusun Oleh :
Mahasiswa
FRAKTUR FEMUR
A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
2003).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).
Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup banyak serta
mengakibatkan penderita mengalami syok (Sjamsuhidajat, 2004).
B. Etiologi
Penyebab fraktur femur menurut Rendy, M Clevo.2012 yaitu :
1) Trauma atau tenaga fisik
2) Fraktur fatologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit
yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan
bawaan) dan dapat terjadi secara sepontan atau akibat trauma ringan.
3) Fraktur stress terjadi adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali
ditemukan pada anggota gerak atas
4) Osteoforosis
C. Klasifikasi Fraktur
Menurut Smelzer.2001 dalam buku Jitowiyono Sugeng.2010:
a. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan
dunia luar
b. Fraktur tebuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit
dimana potensial untuk terjadinya infeksi. Fraktur terbuka dibagi
menjadi 3 derajat:
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
c. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergerseran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian terjadi pada sebagian garis tengah
tulang
D. Patofisiologi
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta
pembuluh darah didalam korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan
mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan
tulang serta dibawah periosterum, dan akhirnya jaringan granulasi
menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang
menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi
daerah fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan mengalami
peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan endosteum akan
memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum
mengalami klasifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras
disepanjang permukaan luar korpus tulang dan pada kedua ujung patahan
tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material dari tulang yang terbentuk
sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali tulang tersebut.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rendy,M Clevo.2012:
1. Radiologi foto polos dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada tulang femur
2. Skor tulang tomography dapat digunakan untuk menidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arterogtram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat atau menurun.
H. Penatalaksanaan Medis
a. Reduksi dan imobillisasi fraktur
1. Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan membantu
emncegah formasi hematum reduksi dapat dilakukan dengan
menggunakan traksi.
2. Bidai pneumatik dipasang untuk menurunkan kehilangahan darah
dengan memberikan tekanan dan tamponadeu pada formasi hematum.
Traksi diperlukan untuk menahan tulang paha agar tidak memberikan
tekanan pada jaringan lunak akibat kontraksi massa otot paha yang
besar dan kuat pada saat mengalami spasme.
b. Pemberian analgesik yang tepat managemen nyeri harus segera diberikan.
Apabila status hemodinamik baik, maka pemberian narkotika intravena
biasanya dapat menurunkan respon nyeri.
c. Profilaksis antibiotik
d. Transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan adanya
penurunan kadar hemoglobin.
e. Lakukan pemasangan foley kateter
f. Radigrafi harus segera dilakukan untuk mendeteksi patologi.
g. Konsultasi ortopedi untuk intervensi reduksi terbuka
I. Komplikasi
a. Trauma syaraf
b. Trauma pembuluh darah\Indikasi ischemia post trauma: pain, pulseless,
parasthesia, pale, paralise menjadi kompartemen syndrome : kumpulan
gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu 6
jam pertama, jika tidak dibersihkan maka sampai terjadi nekrose yang
menyebabkan terjadinya amputasi.
c. Komplikasi tulang :
1) Delayed union : penyatuan tulang lambat
2) Non union (tidak bisa nyambung)
3) Mal union (salah sambung)
4) Kekakuan sendi
5) Nekrosis avaskuler
6) Osteoarthritis
7) Reflek simpatik distrofi
8) Stres pasca traumatik
9) Dapat timbul emboli lemak setelah patah tulang, terutama tulang
panjang
(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG
Konsep Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien
dengan
Fraktur Femur
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut
2) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
3) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar
rochi/aspirasi.
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
a) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b) Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
a) Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
b) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
c) Tachikardia
d) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
e) Capillary refill melambat
f) Pucat pada bagian yang terkena
g) Masa hematoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
a) Kesemutan
b) Deformitas, krepitasi, pemendekan
c) Kelemahan
4) Kenyamanan
a) Nyeri tiba-tiba saat cedera
b) Spasme/kram otot
5) Keamanan
a) Laserasi kulit
b) Perdarahan
c) Perubahan warna
d) Pembengkakan lokal (Musliha, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan agen pencedera fisik
yang dibuktikan dengan mengeluh nyeri
2) Hipertermia berhubungan dengan respon trauma dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
3) Gangguan integritas jaringan/kulit yang berhubungan
dengan faktor mekanis
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang yang dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstremitas
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
.
1. Nyeri (akut) Tujuan : setelah Manajemen nyeri I.08238
berhubungan
dilakukan tindakan
dengan agen Observasi
pencedera fisik keperawatan selama
yang dibuktikan 1. Identifikasi lokasi,
3x 24 jam
dengan mengeluh karakteristik,
nyeri diharapkan nyeri
berkurang. durasi,freuensi, kualitas,
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Anjurkan menggunakan
analgetisk yang tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Edukasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.(Potter
& Perry. 2009).
S (subyek) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan
O (obyek) : informasi yang didapat dari hasil pengamatan,
penilaian, dan pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah diberikan tindakan
A (analisis) : membandingkan antara informasi subyek dan
obyek dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi.
P (planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.