PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor sebagai penyebab sprain :
Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun
kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun
pada usia tiga puluh tahun.
Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan
ligamen mengalami sprain.
Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan
menyebabkan sprain.
Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan. Dengan
melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.
Menurut Kowalak, etiologi kseleo meliputi :
a. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan
ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisaran gerak (RPS) normal
b. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan
Faktor Risiko
a. Riwayat keseleo sebelumnya (faktor risiko yang paling sering)
b. Gangguan pada jaringan ikat
c. Kaki Cavovarus
2.1.6 Klasifikasi
Menurut Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.
Hal 124. Jakarta : Erlangga
a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan
pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas
atau gangguan fungsi.
b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih
menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan,
sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan
kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran
pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah
(serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang
mungkin membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh
dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
(kadang-kadang).
b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum
sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur,
maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai
pembentukan jaringan parut secara berlebihan).
2.1.9 Penatalaksanaan
RICE (Rice, Ice, Compression, Elevation)
Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan
nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal
(24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu :
1. Rest (istirahat)
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempat
yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch
(penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi
beban pada tempat yang cedera.
2. Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau semacamnya.
Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna
menghindari cedera karena dingin.
3. Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan
penekanan pada daerah yang cedera. Penekanan dapat dilakukan dengan perban
elastik. Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung
ke arah jantung.
4. Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggi
daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena,
dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih
tinggi daripada jantung. Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan
yang terjadi dapat dikurangi.
Penanganan sprain menurut klasifikasi
1. Sprain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan
istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sprain tingkat dua (Second degree).
a. Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b. Tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs.
Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
3. Sprain tingkat tiga (Third degree).
a. Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b. Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali
2.1.10 Pencegahan
a. Saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti
sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki
selama aktivitas
b. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas
atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.
c. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian
perlengkapan olahraga yang sesuai.
Timing (waktu)
Kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau bertahap? Apakah mulai
setelah anda makan? Frekuensi?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami
trauma pada muskuloskeletal lainnya?
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini?
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Data Biologis
1. Gerak dan Aktivitas
Kaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-hari.
2. Kebersihan Diri
Kaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya.
b. Data Psikologis
1. Rasa Aman
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan pencegahan pada saat
melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor
sensori, serta faktor psikososial.
2. Rasa Nyaman
Kaji apakah pasien mengalami mual dan nyeri (PQRST).
c. Data Sosial
1. Sosial
Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat dikaji mengenai
pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
2. Prestasi
Kaji tentang latar belakang pendidikan pasien.
3. Bermain dan Rekreasi
Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan frekuensinya)
4. Belajar
Kaji apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan
yang akan dilakukan. Kaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.
d. Data Spiritual
1. Ibadah
Kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : kelemahan, edema, perdarahan, perubahan warna kulit,
ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi : Mati rasa
c. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan
dengan patah tulang.
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Peningkatan suhu Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 1. Agar dapat s
tubuh berhubungan keperawatan selama x vital klien perkembangan tan
dengan 24jam diharapkan suhu klien terutama suh
ketidakefektifan badan klien kembali
kerja hipotalamus normal dengan criteria : 2. Dengan pem
Suhu badan klien 2. Anjurkan klien banyak yang cukup maka
kembali normal minum akan kembali norm
3. Kompres han
3. Berikan kompres untuk membuka p
hangat pada klien dapat mengeluark
dalam tubuh klien
4. Agar klien m
4. Lakukan kolaborasi yang dapat menur
dengan dokter dalam klien
pemberian therapi
2. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian 1. Membantu d
berhubungan keperawatan selama...x24 nyeri yang komperhensif mengidentifikasi d
dengan spasme jam, diharapkan nyeri meliputi P,Q,R,S,T ketidaknyamanan
otot, ligamen atau pasien berkurang dengan untuk keefektifan
tendon. kiteria hasil :
Klien mengatakan 2. Menurunkan
nyeri berkurang 2. Tinggikan bagian yang vena, menurunkan
Memperlihatkan sakit nyeri
pengendalian nyeri
Mempertahankan 3. Untuk memp
tingkat nyeri pada skala 2 3. Lakukan perubahan darah khususnya p
dari 1-10 dari skala nyeri posisi tertekan dan untuk
yang diberikan terjadinya dekubit
Pasien tidak tampak
kesakitan dan meringis lagi 4. Menurunkan
pembentukan hem
4. Lakukan kompres menurunkan sensa
dingin/es selama 24-48 jam
pertama dan sesuai indikasi
5. Dengan tekn
5. Bantu pasien teknik distraksi da
mengidentifikasi tindakan perhatian pasien a
kenyamanan yang efektif di pada nyeri sehingg
masa lalu seperti distraksi dirasakan berkura
dan relaksasi
6. Dalam pemb
6. Kolaborasi dengan impuls nyeri pasie
dokter dalam pemberian
analgetik
5. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam penanganan
traksi yang boleh digerakkan 5. Penanganan
dan yang belum boleh mempercepat wak
digerakkan.
2.2.4 Implementasi
Sesuai dengan intervensi.
2.2.5 Evaluasi
Dx 1
Suhu tubuh klien kembali normal
Badan klien tidak teraba panas
Dx 2
Pasien mengatakan nyeri berkurang
Memperlihatkan pengendalian nyeri
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 skala nyeri yang
diberikan
Pasien tidak tampak kesakitan dan meringis lagi
Dx 3
Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahan
Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2m.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul
atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab
terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat
daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran
gerak normal.
3.2 Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik
dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil
tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan
dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.