Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISITEM MUSCULOSKELETAL 2


SPRAIN/STRAIN

Disusun oleh :
Adi yanto (10321004)
Deni Indra (10321o14)
M Zainul Mushthofa (10321030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kelancaran
dalam terselesainkan makalah asuhan keperawatan dengan gangguan system musculoskeletal :
sprain sebagai salah satu tugas dari mata kuliah sistem musculoskeletal II
Dalam penyusunan askep ini penyusun mendapatkan pengarahan serta konseling dari
bapak Ribut Aksana S.Kep.Ns selaku salah satu dosen dari system musculoskeletal II serta
beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok pemasalahan dalam askep ini.
Kritik serta saran selalu kami tunggu guna kesempurnaan askep selanjutnya.

Jombang, Oktober 2012


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
Cedera pada satu bagian system musculoskeletal biasanya menyebabkan cedera atau
disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yag dilindungi atau disangganya. Penanganan cedera
system musculoskeletal, meliputi pemberian dukungan pada bagian yang cedera sampai
penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh, baik secara eksternal maupun internal. Setelah
efek cedera dan nyeri hilang, usaha penanganan difokuskan pada pencegahan fibrosis, kekakuan
pada organ yang cedera dengan cara latihan yang baik, proses penyembuhan, dan pengembalian
fungsi dapat dipercepat dengan terapi fisik.
Kontusi adalah cedera pada jaringan yang lunak, yang diakibatkan pada kekerasan
tumpul. Terputusnya banyak pembuluh darah kecilyang terjadi mengakibatkan perdarahan ke
jaringan lunak yang disebut ekimosis atau memar. Hematoma terjadi jika perdarahan cukup
banyak sampai terjadi tiimbunan darah. Gejala local adalah nyeri, bengkak, dan perubahan
warna.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan yang berlebihan, atau
stress yang berlebihan, serta terdapat robekan mikroskopik tidak komplet dengan perdarahan
kedalam jaringan. Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri
tekan local pemakaian obat dan kontraksi isometric. (brunner & suddarth,2001)
Strain adalah luka pada beberapa ligament yang saling berhubungan dan tetap pada tempatnya,
sedangkan terkilir adalah ligament yang tertarik. (Griffith winter, 1994)
Strain adalah trauma yang mengenai otot atau tendon yang disebabkan oleh kelebihan
pemanasan atau kelebihan ekstensi. (black joyce, 1993)
Sprain adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar.
Fungsi ligament merupakan stabilitas, namun masih memungkinkan mobilitas. Ligament yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
menimbulkan edema, sendi terasa nyeri tekan, dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. (brunner &
suddarth, 2009
2. Etiologi
Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta meliputi pukulan, tyendangan, trauma,
gerakan menjepit atau memutar.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tanda Dan Gejala


Kelemahan
Mati rasa
Perdarahan yang ditandai dengan : Perubahan warna dan bukaan pada kulit
Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
Nyeri

4. Klasifikasi
Derajat 1

Odema

Diidentifikasi oleh otot spasme yang tidak nyaman, kehilangan Range Of Motion(ROM), tidak
terjadi edema atau ekimosis, dan dipengaruhi oleh unit muskulus tendonius.
Derajat 2
Diidentifikasi oleh otot spasme yang ekstrim, terasa sakit, ada edema yang dapat langsung terjadi
setelah kecelakaan, yang kemudian menjadi gejala akut. Ekimosis dapat terjadi hanya beberapa
jam saja. Tipe ini dapat dipengaruhi oleh unit muskulus tendonius.
Derajat 3
Diidentifikasi oleh otot spasme, edema langsung dapat terjadi setelah kecelakaan. Dapat tiba-tiba
terjadi yang dapat disebabkan oleh kebakaran dan dapat langsung dirasakan, hasilnya sangat
dibatasi oleh ROM dari spasme tersebut. Derajat ini biasanaya rupture sermpurna oleh unit
muskulus tendonius.
5. Patofisiologi
Sprain terjadi karena adanya Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta meliputi
pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit atau memutar, sehingga mengakibatkan
peregangan otot yang berlebihan sehingga dapat terjadi robekan pada otot-otot, ligament bahkan
tendon yang akan mengenai pembuluh darah kecil, jika perdarahan pada pembuluh darah kecil
dan jaringan tidak teratasi maka kemungkinan atau resti syok bias timbul, namun apabila
perdarahan pada jaringan tadi darah tidak keluar maka akan timbul memar atau odem sehingga
muncul kelemahan fisik.
Nyeri bisa sangat terjadi karena saat terjadi robekan pada otot-otot, tendon serta ligament
maka mediator kimia tubuh seperti bradikinin, histamine, prostaglandin akan lepas jika nyeri
terus menerus maka ansietas bias timbul karena kurangnya pengetahuan jalannya penyakit

6. Manifestasi klinis
1. Nyeri mendadak
2. Edema

3. Spasme otot
4. Haematoma
7. Komplikasi
1. Strain yang berulang
2. Tendonitis
3. Perdarahan
4. Contosio muskulo
8.
1.
2.
3.

Penatalaksanaan
Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol pembengkakan
Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan mempercepat penyembuhan
Pemberian kompres dingin selama 20 30 menit. Selama 24 48 jam pertama setelah
cedera dapat menyebabkan vasokintriksi yang akan mengurangi perdarahan, edema, dan

ketidaknyamanan.
4. Pemasangan balut tekan elastic dapat mengontrol perdarahan, mengurangi odema, dan
5.
6.
7.
8.

menyokong jaringan yang cedera.


Status neuromuscular ekstrimitas yang cedera dipantau sesering mungkin.
Pembedahan jika ada robekanserabut otot dan terputusnya ligament.
Imobilasi dengan gips.
Latihan aktif dan pasif progresif boleh dimulai dalam 3 5 hari.
Sprain berat mungkin perlu diimobilisasi 1 3 minggu sebelum latihan perlindungan
dimulai. Latihan awal yang berlebihan dalam perjalanan terapi dalam memperlama
penyembuhan. Strain dan sprain memerlukan beberapa minggu sampai beberapa bulan
untuk sembuh. Pembidaian diperlukan untuk mencegah cedera ulang.

9. Konsep Asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas: nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin,agama, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat. Biasanya banyak terjadi pada atlet olahraga (sepakbola,tenis,badminton)

2. Keluhan utama: keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan
3.

neurosensori.
Riwayat penyakit sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala

timbul tiba-tiba/ perlahan, lokasi, obat yang diminum, cara penaggulangan.


4. Riwayat penyakit masa lalu: kelainan musculoskeletal ( jatuh,infeksi, trauma,
fraktur), cara penanggulangan, dan penyakkit (diabetes mellitus)..
5. Pemeriksaan fisik:
1. Breathing
Bagaimana frekuensi nafas (takikardi atau braadikardi)

2. Blood
Tekanan darah pasien, pada reiko syok hipovolemik akan muncul tekanan darah
yang rendah
Pantau Hb dan Ht
3. Brain
Kemungkinan muncul reflex patologis pada ekstrimitas area cedera
Nyeri ,akibat inflamasi dapat menyebabkan lepasnya mediator kimia.
4. Bladder
Biasanya tidak ada keluhan, perhatikan ROM pasien, untuk pemasangan
kateter/pispot.
5. Bowel
Tidak ada masalah, nutrisi dapat dipenuhi secara normal.
6. Bone
Perhatikan tingkat ketahanan atau kekuatan, pergerakan serta keseimbangan.
Keadaan ekstrimitas
6. Riwayat psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, sisitem pendukung.
7. Pemeriksaan diagnostic: rontgen untuk mendeteksi lokasi/ luas, CT scan, MRI,
anteriogram, darah lengkap, dan kreatinin. Rontgen tulang untuk mengetahui adanya
fraktur avulasi (suatu fragmen tulang tertaarik oleh ligament atau tendon).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b/d spasme otot,edema, kerusakan jaringan
Tujuan keperawatan : rasa nyaman meningkat, atau nyeri berkurang atau hilang
Criteria hasil : klien tidak mengeluh nyeri karena nyeri berkurang
Intervensi
1. Kaji intensitas nyeri
2. Atur posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan dan mencegah otot2 mjd
tegang sehingga menurunkan rasa nyeri
3. Anjurkan relaksasi atau distraksi untuk menurunkan nyeri
4. Anjurkan untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi analgetik untuk mengurangi nyeari atau
menghilangkan nyeri
Diagnosa II
Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan jaringan
Tujuan keperawatan : meningkatkan mobilitas pada tingkat yang paling mungkin,
Criteria hsil : klien mampu bergerak dan kekuatan otot meningkat.
Intervensi
1. Kaji derajat imobilitas
2. Dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik.

3. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, dan tongkat.


4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Diagnosa III
Ansietas b/d status kesehatan
Tujuan keperawatan: ansietas berkurang
Criteria hasil: klien tampak taenang, klien tidak maenunjukkan wajah gelisah.
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.

Catat palpitasi peningkatan denyut jantung atau frekuensi pernafasan.


Pahami rasa takut atau ansietas klien.
Kaji tingkat ansietas klien.
Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi padsa klien.
Kolaborsi pemberian pengobatan.

Diagnose IV
Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan tidak teratasi.
Tujuan keperawatan: tidak terjadi syok hipovolemik.
Criteria hasil: tekanan darah normal, denyut nadi teratur dan normal.
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.

Pantau dan catat kehilangan darah pada pasien (warna dan jumlah)
Pantau peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah
Pantau jumlah urin
Pantau terjadinya gelisah, perubahan kesadaran, dan haus.
Pantau pemeriksaan laboratorium, terutama penurunan Hb dan Ht

Diagnose V
Resiko cedera b/d mati rasa pada ekstrimitas
Tujuan keperawatan: tidak ada cedera pada pasien
Criteria hasil: pasien dapat melakukan rentang gerak aktif pada ekstrimitas

Intervensi
1. Menggunakan sepatu yang menyokong pada ektrimitas bawah
2. Hindarkan pasien dari lantai yang licin
3. Gunakan pegangan pada kamar mandi
4. Lakukan latihan ROM jika memungkinkan
5. Pantau efek penggunaan obat-obatan
C. Rencana tindakan keperawatan
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam)
untuk nyeri hebat
3. Elektromekanis.
a. Dengan kantong es 24 0C (Penerapan dingin)
b. Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
c. Posisi ditinggikan.
d. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
e. Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan.
Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.

Daftar Pustaka

Ns,,Lukman,S.Kep., MM & Nurna ningsih S.kp. 2009. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
System Musculoskeletal. Jakarta: salemba medika.
Suratun, SKM,dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: EGC
Ganong, WF. 1999. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai