Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. CABANG OLAHRAGA
Pada dasarnya permainan dan olahraga bola basket cukup
sederhana dan mudah dipraktikkan, penuh dengan tantangan,
menarik dan mengasyikkan untuk dimainkan bersama. Permainan
dan olahraga bola basket tidak hanya bisa dijadikan ajang untuk
mengembangkan diri dan kerjasama dengan teman satu tim, tetapi
juga untuk pengembangan kecerdasan emosional, kebugaran tubuh
dan lebih-lebih lagu untuk prestasi serta sebagai gaya hidup (life
style) (Faruq, M.M, 2009).
Menurut peraturan PERBASI, bolabasket adalah permainan
yang dimainkan oleh regu, yang masing-masing terdiri atas lima
orang pemain, tiap regu berusaha memasukkan bola ke dalam
keranjang lawan, mencegah mencetak angka, bola dioper,
digelindingkan, atau dipantulkan ke segala arah, sesuai dengan
peraturan.
B. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, insidensi dan prevalensi cedera


meniskus masih belum diketahui. Namun sering ditemukan pada
individu dengan pertumbuhan tulang yang imatur. Cedera
meniskus sering berkaitan dengan nyeri yang akhirnya
menunjukkan deviasi gaya berjalan dan produktivitas yang
menurun. Menurut studi Yasuda et al, cedera meniskus medial
menyebabkan osteonekrosis spontan pada lutut yang secara
spesifik menunjukkan ekspulsi meniskus medial dan sudut
femorotibial sering berkaitan osteonekrosis pada lutut. Cedera
meniskus sering terjadi pada laki-laki. Hal ini merefleksikan
aktivitas laki-laki yang sering melakukan aktivitas olahraga agresif
dan aktivitas manual yang menjadikan faktor presisposisi cedera
rotasi pada lutut. Cedera meniskus umum terjadi pada remaja laki-
laki yang sering beraktivitas olahraga. Pada orang tua berusia lebih
dari 55 tahun dikarenakan degenerasi meniskus yang rentan
terhadap cedera trauma ringan (Bhagia M.S et al, 2018).

C. FAKTOR RESIKO DAN MEKANISME

Meniskus merupakan fibrokartilago diantara tibial plateau


dan condylus femur yang berbentuk huruf “C”. 70% penyusun dari
meniskus merupakan kolagen tipe I. Meniskus berfungsi untuk
memperlebar dan memperdalam permukaan kontak antara femur
dan tibia, hal ini menyebabkan berkurangnya stess atau tekanan
pada kartilago artikuler. Faktor-faktor intrinsic seperti status BMI,
kekuatan otot, daya ledak otot dan garis anatomis ternyata
memiliki peran dalam terjadinya cedera meskipun sedikit dan
masih diragukan. Faktor ekstrinsik yang berperan terjadi cedera
ankle pada atlet berkaitan dengan jenis sepatu yang digunakan saat
bertanding, posisi pemain, dan intensitas pemain dalam
pertandingan (Doral, M.N. et al, 2018).

Cedera meniskus sering berkaitan dengan olahraga yang


diakibatkan gaya rotasional. Mekanisme cedera yang paling umum
adalah gaya valgus atau varus paksa dengan fleksi lutut. Cedera
meniskus medial diakibatkan plantarfleksi dengan endorotasi
femur yang diikuti gaya valgus pada fleksi lutut. Cedera meniskus
lateral diakibatkan gaya varus dengan fleksi lutut yang diikuti
dengan eksorotasi. Menurut Ricklin, cedera meniskus medial lebih
sering dibanding meniskus lateral karena meniskus medial
mengikat lebih kuat. Pada orang muda biasanya terjadi akibat
adanya gaya memutar pada lutut yang fleksi dan adanya beban
tubuh. Pada orang tua adanya fibrosis mengakibatkan mobilitas
meniskus menjadi terbatas, robekan dapat terjadi dengan gaya yang
lebih kecil (Bhagia M.S et al, 2018) .
II. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. RR
 Usia : 21 th
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kota Yogyakarta
 Cabang olahraga : Bola Basket
 Tgl periksa : 07 September 2019
B. ANAMNESIS
 Keluhan utama :
Nyeri lutut kiri bagian lateral
 Riwayat penyakit :
Cedera ankle sprain di waktu yang sama.
 Kronologis cedera :
Saat bermain basket melakukan pivot saat ekstensi kaki kiri
kemudian terdengar bunyi “pop” setelah melangkah pada
lutut kiri dan nyeri sangat hebat.
 Biomekanisme cedera :
Ekstensi kaki kiri kemudian pivot atau eksorotasi genu
dengan tumpuan tumit kaki kiri.
 Riwayat pengobatan :-
 Kebiasaan latihan :
Latihan basket seminggu 3 kali dengan durasi 2 jam,
resistance training seminggu 4 kali, dan aerobic training 3
kali/minggu.
 Asupan makanan :
Makan 3 kali sehari.
C. HASIL PEMERIKSAAN
a. Antropometri BB/TB : 93 kg / 176 cm
b. Vital sign : 120 / 80 mmHg
c. Status lokalis
i. Inspeksi : normal
ii. Palpasi : normal
iii. ROM (aktif/pasif) : normal
iv. Spesial test :
Mcmurray test (+)
Apley test (+)
D. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen Genu AP-Lateral
 Pada pemeriksaan foto polos genu AP-lateral tampak
normal.
 Gambar dibawah merupakan hasil pemeriksaan rontgen
dari Tn. RR

2. MRI regio Genu


 Dapat tampak "double PCL" sign yang mengindikasikan
bucket-handle meniscal tear.

3. Arthtroskopi
 Artroskopi memberikan keuntungan identifikasi dan terapi
dapat dilakukan pada saat yang bersamaan
E. DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
 Diagnosis kerja :
Tn. RR usia 21 th dengan Meniscus Tear Lateral Genu Sinistra.
 Diagnosis banding (Raj, M.A., Bubnis, M.A., et al, 2019)
 Loose body di dalam sendi dapat menyebabkan sendi terkunci. Lebih
sering terjadi dibandingkan robekan meniskus. Nyeri bervariasi dan
intensitasnya pun bervariasi. Loose body dapat terpalpasi dan biasanya
akan tampak pada pemeriksaan rontgen.
 Dislokasi patella rekuren, akan menimbulkan gejala giving way. Nyeri
biasanya timbul pada sisi medial patella dan tes apprehension akan positif.

 Fraktur tibial spine dapat terjadi setelah jejas akut dan menimbulkan
halangan pada ekstensi maksimal. Bengkak akan langsung timbul dan
cairan sendi akan kemerahan. Gambaran rontgen akan terlihat patahan
tulang.

 Robekan parsial dari ligamentum colateral medial akan sembuh


dengan menimbulkan adhesi bila melekat pada meniskus medial, sehingga
meniskus akan kehilangan mobilitasnya. Pasien mengeluh nyeri rekuren,
dan giving way, yang disertai nyeri tekan pada bagian medial.
 Robekan pada ligamentum cruciate anterior akan menimbulkan
instabilitas kronis dan perasaan giving way, nyeri bila pasien berbelok
denga tiba-tiba ke arah lutut yang sakit. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan adanya instabilitas rotasi, tes Lachman positif, atau tes anterior
drawer positif.
F. USULAN TERAPI DAN PROGRAM REHABILITASI

1. Konservatif (Mordecai, S.C et al, 2014)


Bila sendi tidak terkunci, diharapkan terjadi robekan pada bagian
perifer, dan diharapkan dapat sembuh secara spontan. Setelah fase akut,
sendi diposisikan lurus dengan pemasangan backslab selama 3-4 minggu,
pasien diminta untuk memakai crutch dan latihan penguatan otot
quadriceps. Tidak diperlukan operasi selama nyeri jarang terjadi dan
pasien bersedia untuk meninggalkan aktifitas yang menyebabkan nyeri.
2. Operatif (Beaufils, P et al, 2017)
 Partial meniscectomy
o Indikasi: bila tidak dapat di-repair
o Minimalisir reseksi (DJD berbanding dengan jaringan yang
dibuang)
o jangan menggunakan suhu tinggi (heat probes)
 Meniscal repair
Indikasi:
o Cedera perifer pada daerah red-red/white
 rim width merupakan jarak antara robekan dengan
meniscocapsular junction perifer(blood supply).
 rim width berhubungan dengan kemampuan meniscal repair
untuk sembuh (rim width semakin rendah memiliki blood
supply yang lebih baik
o Robekan vertical atau longitudinal
o Perbaikan akut dikombinasikan dengan rekonstruksi ACL
o Imobilisasi dilakukan selama 10 minggu diperlukan.
 Meniscal transplantation
Indikasi
o Didiindikasikan pada pasien muda dengan hampir total
meniscetomy, terutama lateral
o Kontraindikasi pada chondrosis grade IV
o Penting untuk didapatkan kesegarisan mekanik
o Tergantung teknik dan harus dengan ukuran yang sesuai
 Hasil akhir jangka panjang belum jelas
 Model binatang memberikan gambaran yang bagus
 Sering terjadi robekan ulang

 Total meniscetomy
o Hasil
 20% terjadi lesi arthritis yang signifikan dan 70%
mengalami perubahan radiologis tiga tahun setelah operasi.
 100% arthrosis setelah 20 tahun
 Beratnya kerusakan degeneratif berbanding dengan
seberapa banyak meniscus yang dibuang.
III. PEMBAHASAN
Pasien yang mengalami cedera mengalami keluhan berupa nyeri di
daerah lateral pada genu. Keadaan ini biasanya dapat mengganggu atau
bahkan bisa tidak dirasakan ketika menjalani aktivitas sehari-hari.
Pasien mengalami cedera meniskus lateral akibat gerakan rotasional
lutut yang diikuti dengan ekstensi betis. Kejadian meniscus tear lateral
biasanya diakibatkan oleh kelebihan regangan yang didapatkan oleh
ligament lateral. Gerakan yang salah, trauma dan kesalahan dalam
teknik pivot merupakan mekanisme yang mengawali cedera meniskus
lateral. Cedera pada meniskus lateral biasanya diakibatkan oleh proses
tekanan gravitasi atau dorongan dari sisi kontralateral yang
mengakibatkan regangan pada bagian kompleks lateral dengan
velositas yang tinggi. Cedera pada meniskus lateral merupakan cedera
yang jarang terjadi dibanding meniskus medial. Meniskus medial lebih
sering terjadi cedera karena secara struktur meniskus medial lebih
mengarah ke intrakapsular sendi dan mengikat pada ligament kolateral
medial, sedangkan meniskus lateral terletak lebih ekstrakapsular dan
berbentuk lebih sirkular (Hackett, T.R et al, 2019) .
Aktivitas yang berlebihan seperti latihan yang diterima pasien
mengakibatkan pasien tidak mendapatkan waktu untuk penyembuhan
secara efektif. Pada penderita sprain ankle seharunya diberikan
backslap untuk imobilisas. Berdasarkan anamnesis pasien memiliki
pola makan yang teratur. Konsumsi makanan pada proses
penyembuhan perlu diperhatikan karena merupakan komponen penting
bagi proses regenrasi sel. Konsumsi makanan tinggi protein
merupakan hal penting untuk melawan proses inflamasi dan regenerasi
sel.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Beaufils, P., Becker, R., Kopf, S., Matthieu, O., Pujol, N. 2017.
The knee meniscus: management of traumatic tears and degenerative
lesions. EFORT open reviews, 2(5): 195-203.

Bhagia, S.M., Weinik, M., Xing, S.Y. 2018. Meniscal Injury


(https://emedicine.medscape.com/article/308054-overview#a5) diakses
tanggal 26 September 2019.

Doral, M.N., Bilge, O., Huri, G., Turhan, E., Verdonk, R. 2018.
Modern Treatment of Meniscal Tears. EFORT open reviews, 3(5):
260-268.

Faruq, M.M. 2009. Meningkatkan Kebugaran Jasmani melalui


Permainan dan Olahraga Bolabasket. Surabaya: Grasindo.

Hackett, T.R., Millett, P.J., Provencher, M.T., Kim, R.H. 2019.


Meniscus Injuries. (https://www.thesteadmanclinic.com/patient-
education/knee/meniscus-injuries) diakses tanggal 27 September 2019.

Mordecai, S.C., Al-Hadithy, N., Ware, H.E., Gupte, C.M. 2014.


Treatment of meniscal tears: An evidence based approach. World
Journal of Orthopedics, 5(3): 233-241.

Raj MA, Bubnis MA. Knee Meniscal Tears. [Updated 2019 Mar
21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431067

Anda mungkin juga menyukai