Oleh:
PENDAHULUAN
Siku merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering digunakan
oleh pemain badminton dalam melakukan gerakan smash dan backhand
berfungsi untuk memperpendek atau memperpanjang jarak dan menyesuaikan
posisi. Akibat dari penggunaan berlebihan dan berulang-ulang maka
penggunaan dari siku menjadi tidak terkontrol. Pada olahraga badminton
sering di dapatkan keluhan nyeri siku pada pemain badminton. Akibatnya
akan sangat menghambat seseorang dalam melakukan aktifitas. Keterbatasan
gerakan tersebut disebabkan oleh karena adanya nyeri saat 6 melakukan
gerakan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh beberapa kasus diantaranya
yaitu Tennis Elbow (Partono, 2006).
Tennis elbow adalah munculnya rasa sakit di sekitar siku yang sering
terjadi pada pemain tennis sehingga menyebabkan pada tendon ekstensor
pergelangan tangan sepanjang epicondylus lateral dan radiohumeral Joint
terasa sakit. akibat dari kegiatan mencengkram, seperti menjinjing barang,
memasang sekrup, dan memeras pakaian yang membutuhkan stabilitas dari
pergelangan tangan. Pekerjaan yang berulang dari ekstensi pergelangan tangan
dapat menyebabkan stres pada musculotendinosus (Carolyn Kisner, 2007).
Rasa nyeri dapat dirasakan pada penderita tennis elbow yang ditandai
dengan inflamasi akibat kerobekan microscopic pada tenno periosteal bersifat
akut atau kronis, sehingga membentuk abnormal pada otot ekstensor wrist
berorigo pada epicondylus lateral karena aktivitas fisik dapat melibatkan
tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse.
Elbow Tipe II Pada Pemain Badminton Dengan Parameter Wrist And Elbow
Disability Index
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
tennis yang mengalami cedera berupa rasa sakit di daerah lateral elbow
rupture atau micro rupture yang bersifat akut atau kronik dari otot
gejala nyeri dan sakit pada posisi luar siku, tepatnya pada epikondilus
lateralis humeri. Biasanya terjadi karena pukulan top spin back hand
atlet dengan angka kejadian 1-3% pada semua populasi. Pada pemain
lebih banyak terjad pada pria disbanding wanita (Bhargava et al., 2010).
yang berorigo pada siku. Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi
kerja yang tidak tepat atau aktivitas olahraga. Pada pasien usia
Pada sendi elbow dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang humerus, radius,
dan ulna yang saling berhubungan membentuk sendi siku.
a. Sistem Tulang
1) Humerus
2) Tulang radius
3) Tulang ulna
1.3 Epidemiologi
1.4 Etiologi
1.5 Patofisiologi
Nyeri lateral elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 cedera pada
otot ekstensor carpiradialis longus (1%), tipe 2 cedera pada otot
ekstensor carpiradialis brevis tenno perioeteal (90%), tipe 3 cedera pada
otot ekstensor carpiradialis brevis tenno muscular junction (1%), tipe 4
cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly (8%)
(Halimah, 2007).
a. Fase perdarahan
Fase yang terjadi antara 20 - 30 menit setelah terjadi trauma.
Pada tahap ini perdarahan terhenti setelah dikeluarkannya fibrin untuk
menutupi luka. Pada fase ini ditandai dengan keluarnya hematomadan
keluarnya zat - iritan.
b. Fase peradangan
c. Fase regenerasi
Fase ini terdiri atas 3 fase :
1) Fase proliferasi (2-4 hari)
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah
protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat.
Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan, pembentukan
jaringan permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah
trauma. Selain peningkatan jumlah fibroblast, juga terjadi
peningkatan sel -sel macrophage dan sel-sel endho thelial
untuk membentuk pembuluh-pembuluh darah baru yang dikenal
dengan proses angiogenesis.
2) Fase produksi (4 hari - 3 minggu)
Pada proses ini ditandai dengan penurunan proses pertahanan tubuh,
diikuti peningkatan jumlah fibroblast yang tinggi, telah terjadi
perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan
oksigenisasi pada daerah cedera. Serabut – serabut kolagen tersusun
dan mulai terjadi cross link serta myofibroblast mulai aktif, sehingga
dijumpai pengerutan luka danikatan cross links -nya masih lemah
sehingga mudah putus. Setelah tiga minggu kekuatan cross link
-nya mulai kuat dan kemampuan terhadap regangan meningkat.
Beberapa fibroblast yang terbentuk menjadi myofibroblast akan
memberikan efek wound contraction.
3) Fase remodeling (3 minggu - 3 bulan)
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang normal.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler
untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti scar tissue.
Selama 3 minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar
15%. Proses ini berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi
pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pembuluh darah berkurang
untuk mempertahankan keaslian bentuk jaringan. Arteri, vena, dan
limpa berkembang kembali dan terjadi regenerasi pada saraf yang
kecil.
1.7 Prognosis
minggu.
jaringan ikat menjadi lebih fleksibel dan fungsional. Tujuan dari MRT
adalah untuk melepaskan hambatan pada lapisan dalam fascia. Hal ini
STATUS KLINIS
a) Keluhan Utama:
Pasien merasa nyeri di siku kanan dan merasa lemas saat bermain
badminton.
Pada bulan Juli lalu saat bermain badminton di sport centre dekat rumah,
bawah, nyeri hingga tidak kuat untuk smash saat bermain badminton.
c) Kondisi khusus :
Tidak ada
(7) IMT :
b) Inspeksi / Observasi
(1) Statis : postur cenderung round back, bahu kanan sedikit lebih rendah
dari bahu kiri
(2) Dinamis : Nyeri di siku kanan saat berjalan
c) Palpasi
brevis, brachioradialis
4) Oedema (negatif)
d) Pemeriksaan ROM
e) Pemeriksaan MMT
Extensi 5
Pronasi 4
Supinasi 4
Wrist Flexi 4
Extensi 4
Ulnar Deviasi 4
Radial Deviasi 4
1. Impairment:
Nyeri tekan dan nyeri gerak di siku kanan
Spasme otot extensor carpi radialis longus, extensor carpi
radialis brevis, brachioradialis
Kelemahan otot pronator dan supinator
Penurunan muscle endurance
2. Activity Limitation:
Aktivitas makan dan minum
Toileting
Mengendarai kendaraan motor dan mobil
3. Participation Restriction:
Bekerja
Keterbatasan dalam kegiatan di rumah
Rekreasi
Olahraga Badminton
1. TUJUAN
a. Jangka Pendek
2)Mengurangi spasme
b. Jangka Panjang
Px dapat melakukan ADL mandiri dan bisa berolahraga tanpa ada nyeri
1. Rencana Fisioterapi
2. Edukasi
a. Mengedukasi Px dan keluarga,agar lebih aktif menggerakkan tangan dan
3.3.8 EVALUASI
Visual Analog 6 2
Scale
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2019 sampai 20 September 2019 pada Tn. A
(43 tahun) memiliki permasalahan nyeri di epicondylus lateral kanan dan spasme
otot extensor carpi radialis longus dan extensor carpi radialis brevis, dengan
Visual Analog 6 2
Scale
Dari hasil data tersebut, didapat adanya perubahan penurunan nyeri dan
dengan metode Mill’s Manipulation dan Myofascial Release Technique pada Tn. A
1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan keluarga
b. Adanya motivasi pasien untuk sembuh
2. Faktor Penghambat
a. Pasien memiliki jam kerja yang sangat padat
b. Waktu dalam intervensi yang tidak banyak sehingga penatalaksanaan
kurang optimal.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil studi kasus yang telah dilakukan pada pasien Tn.A dengan
keluhan nyeri di epicondylus lateral kanan dan spasme otot extensor carpi radialis
longus dan extensor carpi radialis brevis, dengan diagnosa medis Tennis Elbow
disimpulkan terdapat perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini berdasarkan
pengukuran Wrist and Hand Disability Index yang mengalami perubahan positif.
B. Saran
Penulis mengharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan salah satu referensi
dalam penanganan kasus Tennis Elbow oleh rumah sakit dan institusi pendidikan.
2. Bagi Pasien
Penulis mengharapkan pasien tetap konsisten dalam menjalani program
latihan dan home program yang diberikan agar tujuan pasien lebih cepat tercapai.
3. Bagi Fisioterapis
sesuai dengan kemampuan pasien dengan teknik dan dosis yang tepat untuk
Flatt AE. Tennis Elbow. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2008 October.
Hadiwidjaya, S. 2005. Anatomi Etrermitas Jilid 1 Extermitas Superior .
cetakan I,EGC .
Kisner, Carolyn,2007. Terapeutik Exercise Foundations and technique, F.
Agust 2014.