Anda di halaman 1dari 33

MILL’S MANIPULATION DAN MYOFASCIAL

RELEASE TECHNIQUE MENINGKATKAN


KEMAMPUAN FUNGSIONAL PASIEN KONDISI
TENNIS ELBOW TIPE II PADA PEMAIN
BADMINTON DENGAN PARAMETER WRIST
AND ELBOW DISABILITY INDEX

Oleh:

VIRNY DWIYA LESTARI


NIM : P27226018335

PRODI FISIOTERAPI PROGRAM PROFESI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
SURAKARTA
2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL.................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi masalah.................................Error! Bookmark not defined.
C. Pembatasan masalah................................Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penulisan......................................Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penulisan....................................Error! Bookmark not defined.
BAB II.....................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................5
A. Definisi.........................................................................................................5
B. Anatomi dan Fisiologi................................................................................7
C. Epidemiologi.............................................................................................14
D. Etiologi......................................................................................................14
E. Patofisiologi...............................................................................................15
F. Manifestasi Klinik....................................................................................17
G. Prognosis...................................................................................................18
H. Penatalaksanaan fisioterapi....................................................................19
I. Kerangka Berpikir...................................Error! Bookmark not defined.
BAB III..................................................................................................................28
STATUS KLINIS..................................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................41
PEMBAHASAN KASUS.....................................................................................41
A. Hasil Penatalaksanaan Fisioterapi.........................................................41
B. Keterbatasan Masalah.............................................................................42
BAB V....................................................................................................................43
PENUTUP.............................................................................................................43
A. Simpulan...................................................................................................43
B. Saran..........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan


diberbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik,
pendidikan, sosial budaya, ilmu pengehtahuan, teknologi dan tidak
ketinggalan juga perkembangan pada bidang kesehatan. Perkembangan
tersebut memberikan dampak bagi kehidupan manusia termasuk Indonesia.
karena Kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, Sebab kesehatan merupakan suatu keadaan yang bebas dari
penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit psikis serta bebas dari
kecacatan. Seseorang dapat dikatakan sehat apabila ia mampu melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain, dan manusia
merupakan makhluk yang tentunya tidak lepas dari proses bergerak mulai dari
tingkatan mikroskopik sampai menjadi janin dan kemudian sampai menjadi
makhluk yang seutuhnya untuk terus bergerak.

Salah satu upaya manusia agar bergerak adalah dengan melakukan


olahraga. Olahraga merupakan aktivitas fisik seseorang untuk meningkatkan
kualitas kesehatan dengan memiliki target terhadap peningkatan denyut nadi,
waktu dan pengulangan gerakan latihan olahraga tersebut. Peningkatan minat
masyarakat sekarang ini terhadap olahraga biasanya tergantung dengan
kualitas fasilitas yang ada di Indonesia seperti olahraga sepak bola, futsal,
volli, tennis dan badminton.

Pemerintah Indonesia akhir-akhir ini sangat memberikan dukungan


lebih terhadap olahraga badminton, karena olahraga badminton saat ini telah
banyak membawa prestasi bagi bangsa Indonesia. Olahraga badminton telah
banyak dipilih masyarakat karena fasilitas dan sarana badminton mudah
didapatkan. Selain itu gerakan dalam olahraga badminton dapat meningkatkan
kesehatan aktivitas fisik. Namun semakin banyak minat masyarakat terhadap
olahraga badminton maka semakin banyak juga tingkat cedera . Cedera tennis
elbow ditemukan pada umumnya lebih berisiko pada atlet amatir
dibandingkan pada atlet yang sangat terlatih dikarenakan ketegangan otot pada
saat bermain yang melebihi kapasitas pelatihan dan kinerja pada atlet amatir,
peningkatan tegangan gaya yang diberikan saat melakukan gerakan ekstensi
secara tiba-tiba akan menimbulkan microtrauma pada lengan bawah (Masini,
et al 2015).

Cedera merupakan kerusakan pada jaringan baik pada tulang, otot


maupun ligamen. Cedera bisa disebabkan karena beberapa hal bisa karena
olahraga, sedangkan penyebab cedera olahraga sebagian besar dikarenakan
oleh aktivitas olahraga. Cedera olahraga merupakan hal paling penting untuk
dihindari dalam olahraga, sebab jika seseorang mengalami cedera maka akan
mempengaruhi aktivitas yang lain pula. Cedera olahraga sangat bermacam ada
trauma secara langsung dan juga trauma tidak langsung, dalam kasus olahraga
badminton banyak dijumpai cedera secara tidak langsung karena sering terjadi
pergerakan berulang sehingga dapat menekan jaringan sekitarnya. Seperti
contoh pada pemain badminton sering melakukan gerakan smash dan
backhand dengan menggunakan tangan terutama pada regio siku.

Siku merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering digunakan
oleh pemain badminton dalam melakukan gerakan smash dan backhand
berfungsi untuk memperpendek atau memperpanjang jarak dan menyesuaikan
posisi. Akibat dari penggunaan berlebihan dan berulang-ulang maka
penggunaan dari siku menjadi tidak terkontrol. Pada olahraga badminton
sering di dapatkan keluhan nyeri siku pada pemain badminton. Akibatnya
akan sangat menghambat seseorang dalam melakukan aktifitas. Keterbatasan
gerakan tersebut disebabkan oleh karena adanya nyeri saat 6 melakukan
gerakan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh beberapa kasus diantaranya
yaitu Tennis Elbow (Partono, 2006).
Tennis elbow adalah munculnya rasa sakit di sekitar siku yang sering
terjadi pada pemain tennis sehingga menyebabkan pada tendon ekstensor
pergelangan tangan sepanjang epicondylus lateral dan radiohumeral Joint
terasa sakit. akibat dari kegiatan mencengkram, seperti menjinjing barang,
memasang sekrup, dan memeras pakaian yang membutuhkan stabilitas dari
pergelangan tangan. Pekerjaan yang berulang dari ekstensi pergelangan tangan
dapat menyebabkan stres pada musculotendinosus (Carolyn Kisner, 2007).

Rasa nyeri dapat dirasakan pada penderita tennis elbow yang ditandai
dengan inflamasi akibat kerobekan microscopic pada tenno periosteal bersifat
akut atau kronis, sehingga membentuk abnormal pada otot ekstensor wrist
berorigo pada epicondylus lateral karena aktivitas fisik dapat melibatkan
tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse.

Diperkirakan hanya 5% dari seluruh penderita disandang pemain


tennis, sedangkan 95% lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi
seperti ibu rumah tangga, teknisi, montir tukang emas dan lain-lain. Penderita
tennis elbow sering terjadi pada usia diatas 25 tahun dan umumnya antara 40
dan 60 tahun. Berdasarkan mekanisme kejadiannya, cedera dapat
diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu traumatic injury dan repetitive
injury. Traumatic injury merupakan cedera akibat adanya trauma langsung
seperti 2 benturan (contusio), patah (fracture), sprain, strain dan lain-lain.
Sedangkan repetitive injury merupakan cedera tidak langsung dan berulang
seperti aktifitas yang berlebihan (Comfort et al, 2010).

Cedera dapat terjadi karena siku berfungsi sebagai penggerak dan


stabilisasi. Tennis elbow memiliki prevalensi 1-3% pada populasi umum
(Bisset et al, 2009), 6-15% pada pekerja industri (Fedorczyk, 2006) ,19% pada
usia 30-50 tahun lebih dominan wanita (Kaminsky et al, 2003) ,35- 42% pada
pemain tennis (Silva, 2008) ,2-23% pada pekerja umum seperti ibu rumah
tangga, aktifitas dengan komputer, pemahat dan mengangkat beban berat
(Leclerc et al, 2013).
Tennis elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe I cedera pada otot ekstensor
carpi radialis longus (1%), tipe II cedera pada otot ekstensor carpiradialis
brevis (90%), tipe III cedera pada otot ekstensor carpi rasialis brevis tenno
muscular junction (1%), tipe IV cedera pada otot ekstensor carpi rasialis
brevis muscle belly (8%), dari keempat tipe tersebut tennis elbow tipe II
merupakan tipe yang paling umum ditemukan dengan jumlah temuan 90%
(Partono, 2006).

Tennis Elbow banyak terjadi pada tipe II yaitu tendonperiosteal,


dimana bila terdapat inflamasi cenderung menjadi kronik. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor, antara lain lokasinya merupakan daerah kritis (critical
zone) yang sangat miskin pembuluh darah kapiler. Tipe II ini akan mengalami
gangguan pada tendon, yang mengalami trauma sehingga menyebabkan
inflamasi dari callus maka nyeri tak kunjung hilang, sehingga terjadilah
abnormal cross link yang menyebabkan menurunnya kelenturan jaringan dan
membuat nyeri regang. Adanya gangguan microvaskuler yang menyebabkan
hipovaskuler sehingga menurunnya sirkulasi dan menyebabkan kekurangan
nutrisi dan O2 membuat metabolisme menurun sehingga terjadi peningkatan
zat-zat iritan. Tidak hanya itu saja gangguan saraf juga terjadi pada kasus
Tennis Elbow Tipe II yang menyebabkan rangsangan nosisensori yang
menyebabkan hiperalgesia sehingga menimbul rasa nyeri (Vicenzino, 2007).

Mill’s Manipulation dan Myofascial Release Technique Meningkatkan


Kemampuan Fungsional Pasien Kondisi Tennis Elbow Tipe II Pada Pemain
Badminton Dengan Parameter Wrist And Elbow Disability Index
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

dirumuskan yaitu Apakah Mill’s Manipulation dan Myofascial Release

Technique Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pasien Kondisi Tennis

Elbow Tipe II Pada Pemain Badminton Dengan Parameter Wrist And Elbow

Disability Index

1.3 Tujuan penelitian

Untuk membuktikan apakah Intervensi Mill’s Manipulation dan

Myofascial Release Technique Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pasien

Kondisi Tennis Elbow Tipe II Pada Pemain Badminton Dengan Parameter

Wrist And Elbow Disability Index

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi tambahan terkait Intervensi

Mill’s Manipulation dan Myofascial Release Technique Meningkatkan

Kemampuan Fungsional Pasien Kondisi Tennis Elbow Tipe II Pada Pemain

Badminton Dengan Parameter Wrist And Elbow Disability Index sehingga

dapat di kembangkan dalam study ilmiah berikutnya.


1.4.2 Bagi institusi Pelayanan

Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan

pelayanan fisioterapi untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien

Tennis Elbow Tipe II.

1.4.3 Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dalam

penelitian ilmiah dan menambah wawasan mengenai peningkatan

kemampuan fungsional dan intervensi yang diberikan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tennis Elbow adalah suatu istilah yang ditujukan pada pemain

tennis yang mengalami cedera berupa rasa sakit di daerah lateral elbow

setelah bermain tennis. Sebenarnya Tennis Elbow identik dengan

epycondylus lateralis yakni rasa nyeri tersebut timbul karena partial

rupture atau micro rupture yang bersifat akut atau kronik dari otot

ekstensor carpi radialais brevis aklibat trauma atau berbagai pekerjaan

atau kegiatan yang melibatkan tangan atau pergelangan tangan secara

berlebihan (Flatt,AE. 2008).

Tennis elbow merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada

gejala nyeri dan sakit pada posisi luar siku, tepatnya pada epikondilus

lateralis humeri. Biasanya terjadi karena pukulan top spin back hand

yang berlangsung terus-menerus (jadi bersifat overuse).

Tennis Elbow dapat terjadi pada kelompok atlet maupun non

atlet dengan angka kejadian 1-3% pada semua populasi. Pada pemain

tennis (5 % dari populasi) memiliki peluang 40-50% untuk terkena

epicondylitis lateral. Epicondylitis Lateral terjadi secara umum pada

pemain tennis non professional dengan insidensi 35-64%. Kasus ini

lebih banyak terjad pada pria disbanding wanita (Bhargava et al., 2010).

Tennis elbow merupakan patologi pada jaringan lunak yang disebabkan


oleh gerakan yang berulang-ulang pada aponeurosis ekstensor wrist

yang berorigo pada siku. Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi

kerja yang tidak tepat atau aktivitas olahraga. Pada pasien usia

pertengahan, dapat disebabkan perubahan degeneratif jaringan konektif

(Schwarzman & Jn, 2017).

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Pada sendi elbow dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang humerus, radius,
dan ulna yang saling berhubungan membentuk sendi siku.

a. Sistem Tulang

1) Humerus

Humerus merupakan tulang panjang. Bagian yang mempunyai


hubungan dengan bahu membentuk kepala sendi disebut caput humeri.
Caput humeri dan cavitas glenoidalis scapula bersatu membentuk
articulatio glenohumeralis. Pada caput humeri terdapat tonjolan yang
disebut tuberculum mayus dan tuberculum minus, disebelah bawah caput
humeri terdapat lekukan yang disebut columna humeri. Pada bagian yang
berhubungan dengan bawah terdapat epicondylus lateralis humeri dan
epicondylus medialis humeri. Disamping itu juga mempunyai lekukan
yaitu fossa coronoid (bagian depan) dan fossa olecrani (bagian belakang).

2) Tulang radius

Pada ekstrmitas proksimal terdiri dari caput radii beserta fovea


articularis yang berhubungan dengan circum ferentia articularis. Medialis
merupakan peralihan antara collum radii dan batangnya, terdapat
tuberositas radii. Batangnya lebih kurang berbentuk segitiga pada
potongan melintang dengan arah medialis berupa margo interosseus, facies
anterior, margo anterior, facies lateralis, dan margo posterior yang
membatasi antara bagian lateralis dan facies posterior. Facies lateralis
corpus radii pada kira-kira sepertiga tengah menunjukkan suatu perbedaan
yaitu daerah yang menjadi kasar disebut tuberositas pranotaria (Putz, dan
Pabst, 2002).

3) Tulang ulna

Ujung proksimal berbentuk sudut, melengkung disebut olecranon,


dengan permukaan kasar. Pada bagian depan terdapat incisura trochealis
ke atas sampai processus coronoideus. Incisura radialis terletak lateralis
dan bersendi dengan circum ferentia caput radii. Tuberositas ulnae terletak
pada peralihan ke corpus ulnae. Dibagian lateral terdapat crista musculi
supinatoris yang merupakan perpanjangan ke inferior incisura radialis
(Putz, dan Pabst, 2002).

b. Ligamen dan Otot

Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh Ligament collateral


medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama
kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku adalah
brachioradialis, biceps brachii, triceps brachii, pronator teresdan supinator.
Selain otot di atas, otot dari siku juga sebagai penggerak pergelangan
tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longuyang berfungsi untuk
penggerak utama ekstensi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servical 6-7, otot ekstensor carpi radialis brevis,
berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi
pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6-7
(Ranti,2013).

Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo


tendon epikondilus lateral. CET = Common Extensor Tendon, ECRB =
Extensor Carpi Radialis Brevis, ECRL = Extensor Carpi Radialis Longus,
ECU = Extensor Carpi Ulnaris, EDC = Extensor Digitorum
Communis.Extensor Carpi Radialis Brevis (ECRB), Extensor Digitorum
Communis (EDC),dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), bergabung
membentuk suatu tendon yang kuat serta melekat pada aspek anterior
epikondilus lateral dan pada punggung suprakondilar lateral, dekat dengan
origo brachioradialis dan Extensor Digitorum Communis (EDC), dan
Extensor Carpi Ulnaris (ECU), untuk membentuk tendon Extensor
Communis.

ECRB terletak pada aspek anterior dan profunda tendon communis


dan memiliki insersi pada basis tulang metacarpal ketiga. Bagian bawah
ECRB bersentuhan langsung dengan capitellum dan bagian lateralnya
senantiasa bergesekan dengan capitellum selama prosesekstensidan
fleksielbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut
kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam patofisiologi
epikondilitis. Lesi primer yang paling sering menimbulkan epikondilitis
adalah lesi yang terletak pada ERCB, lalu EDC dan sisanya adalah otot
lain dan tendon pada kompartemen lateral.

Pada gambar di bawah ini disajikan otot-otot yang melekat pada


sendi elbow.

1.3 Epidemiologi

Insidensi nyeri lateral elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3%


dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50 %
pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tennis yang terkena
penyakit ini hanya sekitar 5 % dari jumlah semua pasien nyeri lateral
elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah nyeri lateral elbow sebenarnya
kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tenis
(Ranti, 2013). Angka kejadian nyeri lateral elbow berkisar antara 1.3 %
sampai 2.8% pada populasi secara umum dan 15% pada pekerjaan
beresiko tinggi terjadinya nyeri lateral elbow seperti pedagang daging,
pegawai labolatorium dan pegawai industri pengolahan ikan (Cortazzo et
al, 2011).

Faktor penyebab nyeri lateral elbow selain akibat cedera, stres,


repetitive nyeri lateral elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung.
Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitive pada otot - otot
ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ekstensor carpi radialis
brevis, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon,
perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya
mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ekstensor carpi
radialis brevis, posisi anatomi tendon yang langsung berhimpitan dengan
aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami
abrasi berulang selama proses ekstensi elbow (Ranti, 2013).

1.4 Etiologi

Tennis elbow disebabkan oleh ketegangan pada otot dan tendon


lengan bawah di sekitar siku, akibat aktivitas berlebihan yang dilakukan
berulang-ulang. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan peradangan, dan
robeknya otot serta tendon yang menghubungkan otot lengan bawah ke
tulang siku.

Sebagaimana namanya, tennis elbow dapat terjadi akibat bermain


tenis, di mana lengan bergerak memukul bola secara berulang. Tennis elbow
tidak semata-mata hanya timbul pada pemain tenis saja, tapi dapat timbul
pada cabang angkat besi, bahkan pada ibu rumah tangga / penjual minuman
botol yang banyak membuka tutup botol. Selain tenis, beberapa olahraga
dan kegiatan yang melibatkan gerakan lengan berulang, dapat menjadi
pemicu terjadinya tennis elbow, misalnya Olahraga seperti bulutangkis,
renang, atau golf. Kegiatan seperti mengecat, menggunting, atau mengetik
dalam waktu lama.

Meskipun dapat menimpa semua orang dari segala rentang


usia, tennis elbow lebih berisiko terjadi pada orang usia 30-50 tahun. Orang-
orang dengan jenis pekerjaan tertentu, seperti pelukis atau pemahat, juga
lebih rentan terkena tennis elbow. Hal ini karena pekerjaan tersebut
melibatkan gerakan lengan secara berulang dalam waktu yang lama. Faktor-
faktor yang mempermudah terjadinya tennis elbow:

- Rendahnya teknik bermain dalam tenis

- Otot bahu dan otot pergelangan tangan yang lemah

- Ketegangan dari senar raket yang tidak sesuai

- Ukuran pegangan raket yang tidak sesuai

- Pemukulan bola berat atau bola mati

- Kualitas bola yang tidak sesuai

- Berat dan ringannya raket tersebut.

1.5 Patofisiologi

Nyeri lateral elbow ditandai dengan inflamasi akibat robekan


microscopic pada tendon periosteal yang bersifat akut atau kronis dan
pembentukan jaringan yang abnormal pada otot ekstensor wrist yang
berorigo pada epicondylitis lateralis karena aktifitas fisik yang
melibatkan tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau
overuse, pembebanan yang terlalu berat dan permukaan radio humeral
yang tidak rata (Ranti, 2013).

Nyeri lateral elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 cedera pada
otot ekstensor carpiradialis longus (1%), tipe 2 cedera pada otot
ekstensor carpiradialis brevis tenno perioeteal (90%), tipe 3 cedera pada
otot ekstensor carpiradialis brevis tenno muscular junction (1%), tipe 4
cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly (8%)
(Halimah, 2007).

Proses penyembuhan luka saat tubuh mengalami kerusakan


jaringan atau luka, maka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan
adanya nyeri, bengkak, panas kemerahan dan gangguan fungsi. Adapun
fase-fase penyembuhan luka secara fisiologi adalah sebagai berikut :

a. Fase perdarahan
Fase yang terjadi antara 20 - 30 menit setelah terjadi trauma.
Pada tahap ini perdarahan terhenti setelah dikeluarkannya fibrin untuk
menutupi luka. Pada fase ini ditandai dengan keluarnya hematomadan
keluarnya zat - iritan.
b. Fase peradangan

Fase yang terjadi hingga 24 -36 jam setelah trauma. Fase


peradangan aktif ditandai oleh radang tinggi dengan gejala - gejala
nyeri , panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi pada daerah trauma.
Pada fase ini terjadi aktualitas nyeri yang tinggi dimana fase ini sebagai
awal dari proses penyembuhan luka.

c. Fase regenerasi
Fase ini terdiri atas 3 fase :
1) Fase proliferasi (2-4 hari)
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah
protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat.
Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan, pembentukan
jaringan permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah
trauma. Selain peningkatan jumlah fibroblast, juga terjadi
peningkatan sel -sel macrophage dan sel-sel endho thelial
untuk membentuk pembuluh-pembuluh darah baru yang dikenal
dengan proses angiogenesis.
2) Fase produksi (4 hari - 3 minggu)
Pada proses ini ditandai dengan penurunan proses pertahanan tubuh,
diikuti peningkatan jumlah fibroblast yang tinggi, telah terjadi
perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan
oksigenisasi pada daerah cedera. Serabut – serabut kolagen tersusun
dan mulai terjadi cross link serta myofibroblast mulai aktif, sehingga
dijumpai pengerutan luka danikatan cross links -nya masih lemah
sehingga mudah putus. Setelah tiga minggu kekuatan cross link
-nya mulai kuat dan kemampuan terhadap regangan meningkat.
Beberapa fibroblast yang terbentuk menjadi myofibroblast akan
memberikan efek wound contraction.
3) Fase remodeling (3 minggu - 3 bulan)
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang normal.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler
untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti scar tissue.
Selama 3 minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar
15%. Proses ini berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi
pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pembuluh darah berkurang
untuk mempertahankan keaslian bentuk jaringan. Arteri, vena, dan
limpa berkembang kembali dan terjadi regenerasi pada saraf yang
kecil.

1.6 Manifestasi Klinik

Gejala yang umumnya dirasakan penderita tennis elbow adalah


nyeri pada sisi luar siku, yang menjalar hingga ke lengan bawah dan
pergelangan tangan. Gejala bisa berlangsung dalam rentang waktu 6 bulan
hingga 2 tahun, bermula dari nyeri ringan, kemudian akan memburuk
seiring waktu. Meskipun demikian, umumnya penderita akan sembuh
dalam setahun. Nyeri pada tennis elbow dapat terjadi pada sejumlah
aktivitas berikut:

 Mengangkat, menekuk, atau meluruskan lengan.


 Berjabat tangan, menulis, atau menggenggam benda berukuran kecil
seperti pensil.
 Memutar pergelangan tangan, misalnya saat memutar kenop pintu atau
membuka tutup stoples.

Gejala tennis elbow jarang menyebabkan gangguan kesehatan yang


serius. Tetapi bila dibiarkan tidak tertangani, gejala akan mengganggu
aktivitas sehari-hari. Segera periksakan diri ke dokter jika gejala tidak
membaik meski sudah diobati dengan obat pereda nyeri, atau bila lengan
menjadi lemah dan kaki.

1.7 Prognosis

1.8 Penatalaksanaan fisioterapi

1.8.1 Mill’s Manipulation

Mill's manipulation seperti yang dijelaskan oleh Cyriax, dan

untuk indikasi yang dijelaskan Cyriax, mill's manipulation ini memiliki

potensi paling banyak dalam meregangkan tendon yang terlibat agar

tidak membahayakan sendi disekitar siku. Manipulation ini, tangan

pasien dalam posisi stretch dengan kontraksi kecil yang mampu

memperbaiki adhesion sehingga terjadi regangan pada otot dengan high

filosity amplitudo (smooth) untuk meregangkan pada dua sisi tulang

dan otot baik pada tendon periosteal. Pemberian Mill’s Manipulation

pada Tennis Elbow Tipe II adalah membuat penurunan spasme otot,

melepaskan adhesion pada jaringan cidera, dan strech muscle.

Cara melakukan mill’s manipulation. Pasien di berikan DTF

( Deep Transverse Friction) terlebih dahulu selama 10-12 menit lalu di

kombinasi dengan manipulasi mill. Manipulasi pasien di posisikan

nyaman dengan cara duduk lalu posisi extremitas 90o abduksi

menstabilisasi pergelangan tangan pasien dengan full flexi dan pronasi


flexi dan pronasi posisi full fisioterapi dengan Pengaplikasian tinggi,

berbarengan dengan kecepatan rendah, lalu de berikan amplitudo thrust

saat akhir grakan elbow extens . Dengan dosis 3x seminggu selama 4

minggu.

1.8.2 Myofascial Release Technique (MRT)

Myofascial Release Technique (MRT) merupakan teknik manual

untuk meregangkan fascia dan meregangkan ikatan antara fascia dan

kulit,sirkulasi, manurunkan tegangan otot,menurunkan tubrica adhesion

dan, meningkatkan ROM. Fascia yang dimanipulasi memungkinkan

jaringan ikat menjadi lebih fleksibel dan fungsional. Tujuan dari MRT

adalah untuk melepaskan hambatan pada lapisan dalam fascia. Hal ini

dilakukan dengan meregangkan fascia bersamaan dengan crosslink

(Shah et al, 2012).


BAB III

STATUS KLINIS

3.1. Identitas Pasien


a) Nama : Tn. A
b) Jenis kelamin : Laki-laki
c) Tempat/Tanggal Lahir : 16 – 01 -1976 (43 tahun)
d) Alamat : Ciputat
e) Agama : islam
f) Pekerjaan : Wiraswasta
g) Hobi : memasak
3.2. Data Medis

a) Tanggal Pemeriksaan : 1 Agustus 2019

b) Diagnosis medis : Lateral Epicondylus pain

c) Catatan Klinis : tidak ada

d) Hasil Lab : tidak ada

e) Radiologi : tidak ada

f) Medika mentosa : Paracetamol, Meloxicam.

3.3. Proses Fisioterapi

3.3.1 Pemeriksaan Subyektif


3.3.2 Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang

a) Keluhan Utama:

Pasien merasa nyeri di siku kanan dan merasa lemas saat bermain

badminton.

b) Riwayat Penyakit Sekarang:

Pada bulan Juli lalu saat bermain badminton di sport centre dekat rumah,

pasien tiba-tiba merasa nyeri di siku kanan menjalar hingga ke lengan

bawah, nyeri hingga tidak kuat untuk smash saat bermain badminton.

Lalu pasien berhenti bermain dan mencoba kompres es. Seminggu

berikutnya pasien bermain badminton lagi dan nyeri meningkat.

Kemudian tgl 1 Agustus pasien pergi ke klinik sasana husada atas

rekomendasi dari teman. Pasien merasa nyeri saat menekuk siku,

mengangkat barang, dan aktivitas makan dan minum.

c) Kondisi khusus :
Tidak ada

3.3.3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

a) Riwayat Penyakit Dahulu

(1) tidak ada


b) Riwayat Penyakit Penyerta

(1) Hipertensi : ada

(2) Diabetes Melitus : tidak ada

(3) Lipid profile tinggi : tidak ada

(4) Gastritis : tidak ada

3.3.4. Pemeriksaan Obyektif

a) Pemeriksaan Tanda Vital


(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat
badan)

(1) Tekanan darah :130/80 mmHg

(2) Denyut nadi : 70 kali/menit

(3) Pernafasan : 20 kali/menit

(4) Temperatur : (tidak diperiksa)

(5) Tinggi badan : 172 cm

(6) Berat badan : 65 kg

(7) IMT :

(8) Suhu tubuh : afebris

b) Inspeksi / Observasi

(1) Statis : postur cenderung round back, bahu kanan sedikit lebih rendah
dari bahu kiri
(2) Dinamis : Nyeri di siku kanan saat berjalan

c) Palpasi

1) Nyeri tekan di epicondylus lateral kanan

2) Spasme otot extensor carpi radialis longus, extensor carpi radialis

brevis, brachioradialis

3) Kelemahan otot pronator dansupinator

4) Oedema (negatif)

5) Suhu lokal normal

d) Pemeriksaan ROM

Sendi Gerakan Aktif Pasif Nyeri End Feel

Elbow Flexi 150 150 + Firm


Extensi 10 10 + Hard
Pronasi 90 90 + Firm
Supinasi 90 90 - Firm
Wrist Flexi 90 90 - Springy
Extensi 70 70 + Springy
Ulnar 40 40 - Hard
Deviasi
Radial 15 15 - Hard
Deviasi

e) Pemeriksaan MMT

Sendi Gerakan MMT


Elbow Flexi 5

Extensi 5

Pronasi 4

Supinasi 4

Wrist Flexi 4

Extensi 4

Ulnar Deviasi 4

Radial Deviasi 4

f) Pemeriksaan khusus dan pengukuran

3.3.5 Diagnosa ICF

1. Impairment:
 Nyeri tekan dan nyeri gerak di siku kanan
 Spasme otot extensor carpi radialis longus, extensor carpi
radialis brevis, brachioradialis
 Kelemahan otot pronator dan supinator
 Penurunan muscle endurance

2. Activity Limitation:
 Aktivitas makan dan minum
 Toileting
 Mengendarai kendaraan motor dan mobil
3. Participation Restriction:
 Bekerja
 Keterbatasan dalam kegiatan di rumah
 Rekreasi
 Olahraga Badminton

3.3.6 PERENCANAAN FISIOTERAPI

1. TUJUAN
a. Jangka Pendek

1)Mengurangi nyeri di siku kanan

2)Mengurangi spasme

3)Meningkatkan kekuatan otot tangan

4)Melatih fungsional tangan

b. Jangka Panjang

Px dapat melakukan ADL mandiri dan bisa berolahraga tanpa ada nyeri

3.3.7 PELAKSANAAN FISIOTERAPI

No. Metode Jenis Dosis


F : 3x/minggu
1. Electro Therapy Ultrasound I : 1,2 W/cm2
T : 5 menit
Myofascial F : 3x/hari
2. Terapi Latihan Release I : 2 set 8 repetisi
Technique T : 5 menit
F : 3x/hari
Mill’s
3. Terapi Latihan I : 2 set 8 repetisi
Manipulation
T : 5 menit

1. Rencana Fisioterapi

Tabel 3.6 Intervensi Fisioterapi

2. Edukasi
a. Mengedukasi Px dan keluarga,agar lebih aktif menggerakkan tangan dan

lengan, gerakan dapat dibantu oleh keluarga secara minimal.

b. Mengedukasi Px untuk latihan menggenggam

3.3.8 EVALUASI

Pemeriksaan 1 Agustus 2019 20 September 2019

Wrist and Hand 40% 22%


Disability Index

Visual Analog 6 2
Scale
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Hasil Penatalaksanaan Fisioterapi

Berdasarkan penatalaksanaan fisioterapi menggunakan metode Mill’s

Manipulation dan Myofascial Release Technique sebanyak 10 kali yang

dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2019 sampai 20 September 2019 pada Tn. A

(43 tahun) memiliki permasalahan nyeri di epicondylus lateral kanan dan spasme

otot extensor carpi radialis longus dan extensor carpi radialis brevis, dengan

diagnosa medis Tennis Elbow. Berdasarkan pemeriksaan awal dan akhir,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Pemeriksaan 1 Agustus 2019 20 September 2019

Wrist and Hand 40% 22%


Disability Index

Visual Analog 6 2
Scale

Tabel 4.1 Evaluasi Akhir

Dari hasil data tersebut, didapat adanya perubahan penurunan nyeri dan

peningkatan kekuatan otot. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan

dengan metode Mill’s Manipulation dan Myofascial Release Technique pada Tn. A

dapat memberikan peningkatan.


B. Keterbatasan Masalah

1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan keluarga
b. Adanya motivasi pasien untuk sembuh
2. Faktor Penghambat
a. Pasien memiliki jam kerja yang sangat padat
b. Waktu dalam intervensi yang tidak banyak sehingga penatalaksanaan

kurang optimal.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil studi kasus yang telah dilakukan pada pasien Tn.A dengan

keluhan nyeri di epicondylus lateral kanan dan spasme otot extensor carpi radialis

longus dan extensor carpi radialis brevis, dengan diagnosa medis Tennis Elbow

dengan menggunakan latihan Mill’s Manipulation dan Myofascial Release dapat

disimpulkan terdapat perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini berdasarkan

pengukuran Wrist and Hand Disability Index yang mengalami perubahan positif.

Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaan diantaranya intensitas

latihan dilaksanakan sebanyak 10 kali, dukungan keluarga serta tingginya

motivasi pasien untuk sembuh.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan dan Rumah Sakit

Penulis mengharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan salah satu referensi

dalam penanganan kasus Tennis Elbow oleh rumah sakit dan institusi pendidikan.

2. Bagi Pasien
Penulis mengharapkan pasien tetap konsisten dalam menjalani program

latihan dan home program yang diberikan agar tujuan pasien lebih cepat tercapai.

3. Bagi Fisioterapis

Fisioterapis perlu memperhatikan kondisi pasien dan memodifikasi latihan

sesuai dengan kemampuan pasien dengan teknik dan dosis yang tepat untuk

meningkatkan efektifitas program terapi dan mencapai tujuan yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

 Flatt AE. Tennis Elbow. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2008 October.
 Hadiwidjaya, S. 2005. Anatomi Etrermitas Jilid 1 Extermitas Superior .

Surakarta: Sebelas Maret University Press.


 Hardianto Wibowo,dr. 2007. Pencegahan dan Penatalaksanaan Olahraga,

cetakan I,EGC .
 Kisner, Carolyn,2007. Terapeutik Exercise Foundations and technique, F.

A. Sujatno, Ig dkk, 2006; Sumber Fisis; Politeknik Kesehatan, Surakarta


 Septiani,E,S, 2008 Beda Pengaruh Pemberian Intervensi Ultrasaound

(US), Transverse Friction dan Manual Longtudinal Muscle Stretching

Tehadap Pengurangan nyeri terhadap tennis elbow.


 Mardiman,Sri.dkk. 2001. Dokumentasi persiapan praktek profesional

fisioterapi, pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI.


 Wendy-Ann Wood, Aimee Strwart .2006, Lateral epicondylalgia; an

overview. J Physical therapy. 11:155-160.


 Uhl,Timothy.2010.Rehabilitation for Tennis elbow/Lateral

epycondilitis,With Easy Simple Exercise.Available online

at:http/www.hughston.com. Accessed on:March 2015.


 MacDermid JC,2007.The Patient Rated Tennis Elbow Evaluation User

Manual.Available online at: http//www.srs-mcmaster.ca.Accessed on: 28

Agust 2014.

Anda mungkin juga menyukai